Pertimbangan Jumlah Penari Koreograi

Pelajaran 13 Penggarapan dan Pertunjukan Seni 203 Gambar 13.3 a Focus on two points dari dua penari 1–1 dengan motif simetris oposisi b Focus on two points dari dua penari 1–1 dengan dengan motif simetris sama seiring succesion b a Gambar 13.4 a Focus on two points dari dua penari 1–1 dengan motif simetris oposisi saling mengisi b Focus on two points dari dua penari 1–1 dengan motif asimetris sama seiring succesion b a 204 Seni Tari untuk SMAMA Kelas XII Komposisi kelompok dua orang atau duet dapat pula mempertimbangkan aspek kelompok berpasangan dengan motif saling meniru dan motif bercermin atau mirroring. Motif saling meniru ada kesan seragam, kompak, dan mengarah pada motif seiring. Adapun motif bercermin lebih bersifat simetris oposisi. Keduanya dapat dilakukan dengan saling bersentuhan couple, menjadi satu pusat perhatian focus on one point, atau menjauh menjadi dua pusat perhatian focus on two points. Gambar 13.5 a Focus on one points dari dua penari dengan motif simetris sama seiring b Focus on one points dari dua penari dengan motif asimetris sama seiring b a Gambar 13.6 a Motif meniru dan b Motif bercermin a b Pelajaran 13 Penggarapan dan Pertunjukan Seni 205 Komposisi kelompok kecil dengan jumlah penari tiga orang dapat dibagi menjadi dua tempat perhatian focus on two points, terdiri atas dua penari berada di satu tempat, dan satu penari lainnya di tempat lain 2 – 1, atau dua pusat perhatian 3 – 0 satu tempat kosong tanpa penari tetapi dapat dimunculkan keruangannya secara abstrak. Komposisi kelompok ini memberi kesan asimetris, tidak seimbang, dan kontras. Kelompok tiga penari dapat pula dibagi menjadi tiga pusat perhatian focus on three points dengan alternatif 1 – 1 – 1 atau 2 – 1 – 0. Komposisi kelompok gasal dengan tiga penari, lima penari, tujuh penari dan seterusnya, umumnya banyak disenangi para penata tari karena penempatan penarinya dapat memberi kesan dinamis, asimetris, atau kontras sehingga bentuk pola lantainya atau keruangannya menjadi menarik. Gambar 13.7 Focus on three points dari tiga penari dengan komposisi 1 – 1 – 1 Komposisi kelompok besar large-group compositions dengan jumlah penari gasal maupun genap memberikan alternatif yang lebih leluasa bagi koreografer untuk menyusun komposisi menjadi bentuk-bentuk kelompok kecil sehingga menjadi pusat-pusat perhatian serta membuat wujud pola lantainya menjadi menarik. Kelompok-kelompok kecil dalam kesatuan kelompok besar biasanya memberikan peranan pada saat mempertimbangkan penataan tari dalam komposisi membuat konigurasi bentuk-bentuk simbol atau huruf, misalnya bentuk tiga lingkaran yang saling terkait seperti simbol olahraga. 206 Seni Tari untuk SMAMA Kelas XII Gambar 13.8 Komposisi kelompok besar sembilan penari, dibagi menjadi tiga pusat perhatian 4 – 3 – 2

2. Pertimbangan Jenis Kelamin dan Postur Tubuh

Jumlah penari dan jenis kelamin penari dalam komposisi kelompok perlu dipertimbangkan, baik sajian tari itu bersifat literal maupun nonliteral. Terutama garapan dengan bentuk literal yang memuat tema cerita tertentu, dan tipenya lebih kepada laku dramatari. Pertimbangan jenis kelamin putra maupun putri bergantung pada karakter atau tokohnya. Walaupun sudah terikat dengan penokohannya, tetapi seorang penata tari harus pandai mengatur komposisi atau bloking pola lantainya untuk mempertimbangkan pusat-pusat perhatian di atas stage sesuai dengan laku dramatik dari dramatari itu. Pertimbangan jenis kelamin ini lebih diperhatikan lagi apabila sajian tari itu disajikan dalam bentuk nonliteral dan literal dengan tipe dramatik. Tipe dramatik biasanya dimungkinkan terjadinya perubahan karakter oleh seorang penari atau seorang penari memerankan berbagai macam karakter dalam satu rangkaian kejadian dramatik di atas stage tanpa keluar-masuk panggung. Pada saat tertentu, memerankan seorang tokoh, tetapi pada saat yang lainnya berfungsi sebagai penari latar yang kadang-kadang tidak memperhatikan jenis kelaminnya. Para penari dapat berperan atau berfungsi sebagai apa saja untuk dapat menguatkan suasana dramatiknya, misalnya menjadi simbol suasana kemarahan, panas api, riak gelombang, bebatuan, dan lain sebagainya. Justru karena tidak memperhatikan jenis kelamin, bahkan lebih ekstrim lagi mengarah ke ‘dehumanisasi’ atau menghilangkan bentuk manusia, maka pertimbangan pengelompokkan jenis kelamin perlu diperhatikan. Walaupun dapat diatasi dengan teknik-teknik pentas maupun kostum tari, tetapi perlu juga diperhatikan perbedaan igur, postur, atau kekuatan antara putra dan putri. Pelajaran 13 Penggarapan dan Pertunjukan Seni 207 Pertimbangan jenis kelamin untuk sajian tari nonliteral perlu diperhatikan agar jenis tarian itu lebih dapat berbicara demi kepentingan gerak, ruang dan waktu. Oleh sebab itu, jenis tarian nonliteral akan lebih menguntungkan apabila menggunakan kelompok penari yang sama jenisnya. Apabila menggunakan dua jenis kelamin yaitu putra dan putri, seorang penata tari harus berhati-hati dalam pengelompokannya. Memperhatikan pusat-pusat perhatian di atas pentas, pengelompokkan jenis kelamin kadang kala sangat berbicara atau mengundang pertanyaan sehingga sifat atau ciri nonliteral menjadi terganggu. Dua pusat perhatian dari tiap penari terdiri 2–1, putra dan putri di satu tempat, serta satu putra di lain tempat lain. Hal tersebut akan berbeda sentuhan komunikasinya apabila dua putra pada satu tempat, dan satu putri di tempat lain. Pertimbangan tersebut kadang kala berkaitan dengan konsep gerak tari. Bagi budaya tertentu seperti misalnya budaya Jawa, telah mempunyai konsep “gerak tari” Jawa yang sudah menjadi tradisi kuat. Seiring dengan perkembangan kreativitas, tidak menutup kemungkinan diterapkannya gerak tari Jawa, terutama dalam sajian-sajian tipe dramatik. Artinya, penari putra dapat melakukan gerakan tari putri dengan lembut dan penari putri dapat melakukan gerak tari putra dengan gagah atau kasar. Pada budaya Barat seperti dalam konsep modern dance atau ballet tidak terlalu memperhatikan pertimbangan jenis kelamin dalam membangun konsep gerak tari putri maupun putra. Konsep gerak modern dance lebih mengutamakan aspek bentuk dan teknik. Kedua aspek itu merupakan hal yang penting bagi makna komunikatif tari. Hal yang dituntut oleh penari modern dance biasanya kemampuan penari dalam menjangkau bentuk dan teknik gerak yang disyaratkan. Biasanya pertimbangan jenis kelamin akan diperhatikan pada garapan literal dengan tema cerita yang sudah jelas karakternya. Di samping mempertimbangkan jenis kelamin dalam komposisi kelompok hendaknya juga mempertimbangkan igur atau poster tubuh penari, seperti misalnya gemuk-kurus, tinggi-pendek, atau besar-kecil. Terutama dalam garapan literal dengan tema cerita tertentu, postur tubuh harus disesuaikan dengan tokoh atau karakternya. Misalnya Pandawa, yang terdiri atas lima karakter, yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Walaupun jenis motif geraknya dapat berbeda, pertimbangan perbedaan postur tubuh sangat penting. Penari Bima postur tubuhnya harus lebih tinggi, besar, dan kelihatan lebih kuat daripada penari Yudistira atau Arjuna. Dalam bentuk sajian yang bersifat nonliteral, pertimbangan postur tubuh jangan sampai mengganggu tujuan sajian itu, misalnya penari duet terdiri satu orang tinggi besar dan satunya pendek kurus. Tarian itu akan berbicara dan lebih bersifat literal. Ketidaksamaan postur tubuh dalam kelompok besar dengan melakukan motif gerak serempak atau unison akan mempengaruhi kekompakan atau keserasian motif gerak itu. Tari Saman dari daerah Aceh terdiri atas kelompok 208 Seni Tari untuk SMAMA Kelas XII besar, dengan banyak menggunakan motif-motif gerak rampak atau selang-saling akan lebih baik ditarikan oleh sekelompok penari dengan postur tubuh yang sama.

B. Aspek-Aspek Ruang

Pemahaman ruang sebagai elemen tari memiliki hubungan dengan kekuatan- kekuatan motor penggeraknya yaitu struktur ritmik dari pola gerakan yang terjadi dalam ruang itu. Gerakan yang disebabkan kekuatan motor penggerak itu membentuk aspek-aspek ruang sehingga ruangan menjadi hidup sebagai elemen estetis, dan pengamat apresiator dibuat sadar tentang ruang karena pola gerakan yang terjadi. Hubungan antara ruang-waktu, dan kekuatan gerak itu merupakan hal yang pokok dari sifat tari. Tiga elemen ini membentuk tari-tunggal sensasi yang berarti. Ruang adalah sesuatu yang tidak bergerak dan diam sampai gerakan yang terjadi di dalamnya menyadarkan penonton akan adanya waktu. Dengan cara 1. Apa yang dimaksud dengan koreograi? 2. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah koreograi? Jelaskan 3. Apa perbedaan motif meniru dengan motif bercermin pada komposisi kelompok dua orang? 4. Mengapa komposisi kelompok gasal banyak disenangi para penata tari? 5. Apakah postur tubuh ikut berperan dalam sebuah koreograi tari? Jelaskan dan berilah contohnya Pelatihan 1 Gambar 13.9 Postur tubuh dapat mempengaruhi kekompakan atau keserasian motif gerak tari Sumber: www.lickr.com