B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah kualitas audit, kondisi keuangan
perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan
manufaktur terbuka Tbk?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan
perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur terbuka Tbk.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dan dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern,
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan para pembaca maupun sebagai salah satu bahan referensi atau bahan pertimbangan bagi penelitian
selanjutnya, 3.
Bagi investor Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi investor yang ingin berinvestasi
agar mempunyai bahan pertimbangan dalam menetapkan keputusan investasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Jenis Opini Auditor Independen
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor
melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Arens
dan Lobbecke 2003: 36 mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian auditor dalam memberikan
opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya Menurut IAI2001 dalam SA Seksi 326 bahwa tujuan audit atas laporan
keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor juga merupakan sarana bagi
auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan,
untuk menyatakan tidak memberikan pendapat.
Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan. Tipe pendapat tersebut adalah pendapat wajar tanpa
pengecualian unqualified opinion, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas unqualified opinion with explanatory language, pendapat
Universitas Sumatera Utara
wajar dengan pengecualian qualified opinion, pendapat tidak wajar adverse opinion dan pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer of opinion
Mulyadi, 2002: 20. Opini auditor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut Mulyadi,2002:20-
22: a.
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Unqualified Opinion Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi :
1 Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas,
dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan. 2
Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor.
3 Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah
melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan.
4 Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia. 5
Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas
Unqualified Opinion with Explanatory Language. Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf
penjelas atau bahasa penjelas yang lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat.
Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:
1 Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.
2 Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.
3 Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 4
Penekanan atas suatu hal 5
Laporan audit yang melibatkan auditor lain. c.
Pendapat Wajar dengan Pengecualian Qualified Opinion Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee
menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.
Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan : 1
Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit.
2 Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak
wajar,
d. Pendapat Tidak Wajar Adverse Opinion
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum, e.
Tidak Memberikan Pendapat Disclaimer of Opinion Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak
melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan
apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
2. Opini Audit Going Concern a. Pengertian Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya IAI,2001:SA Seksi 341. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu
indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut
melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan
membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang. Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal
Universitas Sumatera Utara
berlawanan contrary information. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan
usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan
sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa
yang lain IAI, 2001: SA Seksi 341.1 paragraf 1.
b. Faktor mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern
Secara umum, contoh kondisi dan peristiwa jika di pertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam waktu yang pantas adalah sebagai berikut IAI, 2001: SA Seksi 341.3
paragraf 6: 1
Trend negatif, sebagai contoh kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha,
ratio keuangan penting yang jelek.
2 Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai
contoh kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh
pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode
pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.
3 Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan
hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat
ekonomis, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.
4 Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan
pengadilan, keluarnya undang – undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan perrusahaan untuk beroperasi,
kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan
Universitas Sumatera Utara
atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun
dengan pertanggungan yang tidak memadai.
IAI2001 dalam SA Seksi 341.2 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut: 1
Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan
audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan manunjukkan adanya kesangsian
besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin
diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang
mengurangi kesangsian auditor.
2 Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, auditor harus:
a
Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
tersebut.
b Menetapkan kemungkian bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan. 3 Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.
c. Contoh laporan auditor independen dengan opini tidak memberikan pendapat dan wajar tanpa pengecualian dari going concern
Auditor independen berarti auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya. Berikut ini adalah contoh laporan auditor independen yang berisi pernyataan tidak memberikan pendapat
IAI,2001: SA Seksi 341 paragraf12:
Universitas Sumatera Utara
Laporan Auditor Independen [Pihak yang dituju oleh auditor]
Kami telah mengaudit neraca PT KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba rugi,laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalahtanggung jawab manajemen Perusahan. Tanggung jawab kami
terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami
merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu
audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Karena adanya ketidakpastian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti yang kami
kemukakan dalam paragraf di atas, maka keadaan ini tidak memungkinkan kami untuk menyatakan, dan kami tidak menyatakan,
pendapat atas laporan keuangan tersebut di atas. [Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntansi publik, nomor izin
kantor akuntan publik] [Tanggal]
Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa seperti trend negatif dan masalah intern. Maka auditor tidak menyangsikan
kemampuan perusahaaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Berikut ini adalah contoh laporan auditor independen yang berisi pernyataan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan
mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya IAI, 2001: SA Seksi 341.7 paragraf 15:
Universitas Sumatera Utara
Laporan Auditor Independen [Pihak yang dituju oleh auditor]
Kami telah mengaudit neraca PT KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Lapaoran keuangan adalah tanggung jawab manajemen Perusahaan. Tanggun jawab kami
terletak pada pernyataan pendapat ats laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami
merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu
audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan PT KXT tanggal 31 Desember 20X2, dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Lampiran keuangan terlampir telah disusun dengan anggapan perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan
dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah mengalami kerugian yang berulangkali dari usahanya dan mengakibatkan saldo
ekuitas negatif serta tanggal 31 Desember 20X2, jumlah kewajiban lancar Perusahaan melebihi jumlah aktiva sebesar Rp YYY. Rencana
manajemen untuk mengatasi masalah ini juga telah diungkapkan dalam Catatan X. Laporan keuangan terlampir tidak mencakup penyesuaian
yang berasal dari masalah tersebut.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntansi publik, nomor izin kantor akuntan publik]
[Tanggal]
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern di Perusahaan Manufaktur Terbuka Tbk
a. Kualitas Audit
Auditor bertanggung jawab untuk menyedikan informasi yang berkualitas tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para
pemakai laporan keuangan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila
klien tidak mempunyai masalah mengenai kelangsungan hidup perusahaannya Arga dan Linda, 2007. Maksudnya, auditor harus
memberikan pendapatnya mengenai kelangsungan hidup perusahaan auditee, dalam IAI dengan pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified
opinion atau pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas unqualified opinion with explanatory language.
Penelitian De Angelo 1981 dalam Arga Fajar Santosa 2007:145 menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk
menghindari kritikan kerusakan reputasi dari pada auditor skala kecil. Auditor skala besar juga lebih cenderung mengungkapkan masalah-masalah
yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses peradilan. Argumen tersebut berarti bahwa auditor skala besar memiliki kemungkinan
atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah going concern kliennya apabila terbukti klien terdapat masalah untuk melangsungkan
usahanya dibandingkan dengan auditor skala kecil.
Universitas Sumatera Utara
b. Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi keunangan perusahaan merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Kondisi keuangan
perusahaan dinilai dengan menggunakan nilai nilai Z- Score. Nilai Z- Score biasa digunakan untuk melihat potensi financial distress
Kebangkrutan pada perusahaan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak
mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau
melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat tercapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh
perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa
ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki. Menurut Hanafi dan Halim 2003: 261 prediksi financial distress
perusahaan ini menjadi perhatian banyak pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model tersebut meliputi:
1 Pemberi pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial
distress menpunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan
menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.
2 Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor
ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
3 Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab
mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu.
Universitas Sumatera Utara
4 Pemerintah. Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah
dan antitrust regulation. 5
Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu
perusahaan.
6 Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka
perusahaan akan menanggung biaya langsung fee akuntan dan pengacara dan biaya tidak langsung kerugian penjualan atau
kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan.
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang tidak sehat banyak
ditemukan indikator masalah going concern. Santosa dan Wedari 2007 dalam Wahyu 2009 menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan
perusahaan semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern, karena auditor hanya akan memberikan opini ini
jika perusahaan dikatakan bangkrut atau sulit melanjutkan kelangsungan hidup usahanya.
Mengacu pada penelitian yang dilakukan wahyu 2009:29, maka penelitian ini menggunakan model prediksi kebangkrutan untuk mengukur
kondisi keuangan perusahaan yaitu Z-Score Altman 1968. Edward I Altman di New York University pada pertengahan tahun 1960
menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dalam studinya setelah menyeleksi
22 rasio keuangan, Altman menemukan lima jenis rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut
dan berlanjut. Fungsi diskriminan Z Zeta yang ditemukannya adalah : Z = 1,2 Z1 + 1,4 Z2 + 3,3 Z3 + 0,6 Z4 + 99,9 Z5
Universitas Sumatera Utara
Dimana : Z1 = working capitaltotal asset
Z2 = retained earningstotal asset Z3 = earnings before interest and taxestotal asset
Z4 = market capitalizationbook value of debt Z5 = salestotal asset
Model yang telah dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian agar model prediksi
kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan – perusahaan manufaktur Tbk melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan – perusahaan di sektor
swasta baik yang go public maupun non go public. Persamaan baru yang diperoleh sebagai berikut :
Z = 0,717 Z1 + 0,847 Z2 + 3,107 Z3 + 0,420 Z4 + 0.998 Z5 Dimana :
Z1 = working capitaltotal asset Z2 = retained earningstotal asset
Z3 = earnings before interest and taxestotal asset Z4 = market capitalizationbook value of debt
Z5 = salestotal asset Edward I Altman, 1983 dalam Wahyu 2009:31
Z Score yang dikembangkan Altman tersebut selain dapat digunakan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan, dapat juga digunakan
sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Hal yang
Universitas Sumatera Utara
menarik mengenai Z Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun seandainya
perusahaan sangat makmur, bila Z Score mulai turun dengan tajam, lonceng peringatan harus berdering. Atau, bila perusahaan baru saja survive, Z Score
bisa digunakan untuk membantu mengevaluasi dampak yang telah diperhitungkan dari perubahan upaya – upaya manajemen perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model diskriminan adalah dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dimana
dikategorikan sebagai berikut : pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kriteria titik cut off Model Z- Score
Kriteria Nilai Z
Tidak bangkrut jika Z Bangkrut jika Z
Daerah rawan bangkrut grey area 2,99
1,81 1,81 – 2,99
Sumber: Edward I Altman 1983 dalam Wahyu 2009:23
Menurut Altman, semua perusahaan yang mempunyai Z Score lebih besar dari 2,99 menunjukkan perusahaan yang tidak mempunyai
permasalahan non bankrupt company. Perusahaan yang mempunyai Z Score antara 2,67 sampai 2,99 menunjukkan indikasi sedikit masalah
meskipun tidak serius. Perusahaan yang mempunyai Z Score antara 1,8 sampai 2,67 memberikan indikasi apabila perusahaan tidak melakukan
perbaikan yang radikal, perusahaan mungkin akan mengalami ancaman kebangkrutan dalam jangka waktu 2 tahun. Z-Score dibawah 1,8
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius sehingga para investor dan kreditur seharusnya berhati – hati dalam
melakukan investasi.
c. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Mutchler 1984 dalam Eko dkk 2006:9 melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima
opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler 1985 dalam Eko
dkk 2006 menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima
perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi
prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain.
Penelitian oleh Carcello dan Neal 2000 serta Rahmadhany 2004 dalam Eko dkk 2006:9 memperkuat bukti mengenai opini audit going
concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit
going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini
audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going cocern pada tahun berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Pertumbuhan Perusahaan
Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan
mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan Weston dan Copeland 1992 dalam
Solikah 2007:38. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif
mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya going concern.
Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi peluang auditee untuk memperoleh peningkatan.laba. Semakin tinggi rasio
pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.
e. Ukuran Perusahaan
Mc Keown et al 1991 dalam Arga 2007:146 menyatakan perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit yang lebih tinggi dari
pada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin
ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan besar. Mutchler 1985 dalam Arga 2007:146 menyatakan bahwa auditor lebih
sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahan kecil karena auditor mempercayai bahwa perusahaan-perusahaan besar dapat
menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangannya dari pada perusahaan kecil.
Universitas Sumatera Utara
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Setyano dkk 2006 dengan judul penelitian “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern. Arga 2007 dengan judul penelitian “ Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Solikah 2007 dengan judul penelitian “ Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan, Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern “, Ferima 2010 dengan judul penelitian “Pengaruh
Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”, Wahyu dkk 2009 dengan judul penelitian “ Pengaruh Financial Distress, Debt
Default, Auditor Changes Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terdaftar Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Property And Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Rangkuman Tinjauan penelitian terdahulu ini tercantum pada tabel 2.2.
Tabel. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Tahun Judul
Analisis Penelitian
Variabel Hasil
1 Setyarno
dkk 2006
Pengaruh Kualitas
Audit, Kondisi Keuangan
Perusahaan, Opini Audit
Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan regresi
logistik Independen:
− Kualitas
Audit −
Kondisi Keuangan
Perusahaan −
Opini Audit Tahun
Sebelumnya −
variabel kondisi
keuangan perusahaan
dan opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap
penerimaan
Universitas Sumatera Utara
Tabel.2.2 Lanjutan
No Peneliti Tahun
Judul Analisis
Penelitian Variabel
Hasil Perusahaan
Terhadap Opini Audit
Going Concern
− Pertumbuha
n Perusahaan
Dependen: Opini Audit
Going Concern
opini audit going concern.
− variabel kualitas
audit dan pertumbuhan
perusahaan tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan
terhadap penerimaan opini
audit
going concern.
2
Arga 2007
Analisis Faktor Faktor Yang
Mempengaruh i
Kecenderunga n Penerimaan
Opini Audit Going
Concern Regresi
Logistik Independen:
− Kualitas
Audit −
Kondisi Keuangan
Perusahaan −
Opini Audit Tahun
Sebelumnya −
Pertumbuha n Perusahaan
− Ukuran
perusahaan
Dependen: Opini Audit
Going Concern
− Kualitas audit,
Kondisi keuangan,
Pertumbuhan perusahaan dan
Ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap kecenderungan
penerimaan opini audit
going concern
− Opini audit
tahun sebelumnya ber-
pengaruh positif terhadap
kecenderungan pene-
rimaan opini audit going
concern
3
Solikah 2007
Pengaruh Kondisi
Keuangan Regresi
Logistik Independen:
Kondisi Keunagan
− kondisi keuangan
perusahaan ,opini audit tahun
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Lanjutan
No Peneliti Tahun
Judul Analisis
Penelitian Variabel
Hasil Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan,
Dan Opini Audit Tahun
Sebelumnya Terhadap
Opini Audit Going
Concern −
Perusahaan −
Pertumbuhan Perusahaan
− Opini Audit
Tahun Sebelumnya
Dependen: Opini Audit
Going Concern
sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini
going concern
− pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini
going concern
4 Ferima
2010 Pengaruh
Corporate Governance
Terhadap Penerimaan
Opini Audit Going
Concern Regresi
Logistik Independen:
corporate governance
Opini audit merupakan
opini going concern dan
non going concern
Dependen:
Opini Audit Going
Concern semakin besar
kepemilikan manajerial maka
perusahaan cenderung tidak
menerima opini going concern.
Sementara, konsentrasi
kepemilikan, keberadaan
kepemilikan keluarga, proporsi
komisaris independen dan
keberadaan komite audit tidak
berpengaruh terhadap penerimaan
opini going concern.
5 Wahyu
dkk 2009
Pengaruh Financial
Distress, Debt
Default, Auditor
Changes Dan Opini
Audit Tahun Sebelumnya
Terdaftar Regresi
Logistik Independen:
Financial Distress
Debt Default Auditor
Changes Opini Audit
Tahun Sebelumnya
variabel auditor changes, financial
distress yang diproksikan dengan
Z-Score Altman 1968 tidak
berpengaruh tehadap opini audit going
concen debt default, opini
audit tahun
Universitas Sumatera Utara
Opini Audit Going
Concern Pada
Perusahaan Property
And Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
Dependen: Opini Audit
Going Concern
sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap opini audit going
concern,
Sumber: Data Diolah C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis Jurusan Akuntansi FE USU, 2004: 13. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan variabel independen kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan
dalam melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. Kerangka konseptual penelitian ini berdasarkan tinjauan teoritis
dan penelitian terdahulu dapat dilihat pada gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
H3 H
a
Gambar. 2.1 Kerangka Konseptual
Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang mempunyai kualitas yang tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para
pengguna laporan keuangan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik lebih cenderung kan menggunakan opini audit going concern apabila klien
mendapat mesalah mengenai going concern. Tingkat kesehatan suatu perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan. perusahaan yang memiliki kondisi
keuangan yang baik maka auditor tidak akan mengeluarkan opini audit going concern. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern
tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka
Kualitas Audit
Kondisi Keuangan
Perusahaan Opini Audit
Tahun Sebelumnya
Pertumbuhan Perusahan
Ukuran Perusahaan
Opini Audit Going Concern
Universitas Sumatera Utara
akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going cocern pada tahun berikutnya.
Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa
auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya going concern. Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi peluang auditee untuk memperoleh
peningkatan.laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.
2. Hipotesis Penelitian.
Hipotesis menurut Erlina 2007 : 41, menyatakan “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat
diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan
kebenaranya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan kerangka koseptual yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sementara sebagai
berikut : H
a
: kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini
audit going concern pada perusahaan manufaktur terbuka Tbk.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar 2003 : 30, “penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Dengan kata lain desain
kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel
yang lain.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam bentuk skala numerik dan merupakan data sekunder yaitu
data yang diperoleh secara tidak langsung, yang berupa catatan maupun laporan historis yang telah tersimpan dalam arsip, baik yang dipublikasikan maupun yang
tidak dipublikasikanKuncoro, 2003: 124. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan selama
periode 2008, 2009 dan 2010. Data penelitian bersumber dari situs Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id.
Universitas Sumatera Utara
C. Populasi Penelitian