GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI BANGSAL RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI BANGSAL

RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

MENTARI KUSUMA RINI 20120320054

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI BANGSAL

RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

MENTARI KUSUMA RINI 20120320054

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Mentari Kusuma Rini

NIM : 20120320054

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakulitas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Juni 2016 Yang membuat pernyataan,


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik, dah hidah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di Bangsal Rawat Inap Medikal Bedah Rumah Sakit PKU. Muhammadiyah Gamping Sleman “ dapat diselesaikan dengan baik.

Tujuan dari penyusunan KTI ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Semua proses penyusunan KTI ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayat dan ridha-Nya

2. Dr.Ardi Pramono, Sp. An, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Sri Sumaryani, Ns., M.kep., Sp.Mat., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ibu Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep.,Ns.,MNS selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, nasehat dan arahannya kepada peneliti.

5. Ibu Novita Kurnia Sari, Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada peneliti sehingga menjadikan Karya Tulis Ilmiah ini semakin berkualitas.

6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, karyawan Tata Usaha dan karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman yang telah membantu memberikan data-data untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.


(5)

iv

8. Kedua orang tua saya tercinta Drs. M. Nuri Ilyas dan Sri Mardyana yang sangat sabar mendengarkan keluh kesah saya dan tak henti-hentinya mendoakan, menyemangati serta memotivasi saya untuk memberikan hasil terbaik dalam setiap hal yang saya lakukan.

9. Kakak-kakak saya tercinta Helmi Aziz, Martin Pratama, Nirva Indriani, Mufti Ramadhani, Wiryo Saputra, Selvia Febriyanti dan Anggia Restu serta adik saya tersayang Amelia Kurniawati yang tidak pernah bosan memberikan dukungan dan mendoakan saya.

10.Desi Ariska, Putri Amalia Rahma, Yeni Agustin, Ria Anggraini, Dea Safira, Rio Wahyu Septianto, Aglita Janis, Yunita Resty, Anisa Fauziah , Helena Widiastuti, Suci Aprilia, Indah D, Rizaluddin A, Herka Setiadi, Yurika chendy, Defi Arumsari, Agus Gunadi.

11.Teman-teman bimbingan bu Yusi yang telah menyemangati satu sama lain. 12.Seluruh Mahasiswa Ilmu Keperawatan angkatan 2012.

13.Kepada perawat rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman yang telah bersedia menjadi responden penelitian.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna, kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Wasaalamu’alaukum Wr. Wb.

Yogyakarta, Juni 2016


(6)

5 DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ...iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... 5

DAFTAR TABEL ... 5

DAFTAR GAMBAR ... 8

DAFTAR LAMPIRAN……….…...x

INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. BAB I ... Error! Bookmark not defined. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. TujuanPenelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Keasliaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II ... Error! Bookmark not defined. TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined. 1. Kewaspadaan Isolasi ... Error! Bookmark not defined. 2. Alat Pelindung Diri (APD) ... Error! Bookmark not defined. 3. Hand Hygiene / Mencuci Tangan ... Error! Bookmark not defined. 4. Pengetahuan ... Error! Bookmark not defined. B. Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined. BAB III ... Error! Bookmark not defined.


(7)

6

METODELOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. F. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. G. Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. I. Pengelolaan Data dan Metode Analisa Data ... Error! Bookmark not defined. J. Etik Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IV ... Error! Bookmark not defined. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Gambaran Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. BAB V ... Error! Bookmark not defined. KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN


(8)

7

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penggunaan APD sesuai Transmisi ... 21 Tabel 2. Definisi Operasional ... 36 Tabel 3. Kisi-Kisi Kuesioner ... 37 Tabel 4. Karakteristik Perawat di Bangsal Medikal Bedah Rawat Inap

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman ... 48 Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Perawat di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman tentang Penggunaan

APD ... 49 Table 6. Tabulasi Silang Gambaran Karakteristik Responden dengan Tingkat


(9)

8

DAFTAR GAMBAR


(10)

9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Menjadi Responden Lampiran 2 Kuesioner Data Demografi Lampiran 3 Kuesioner Tingkat Pengetahuan

Lampiran 4 Surat Izin Studi Pendahuluan dari PKU Gamping Lampiran 5 Surat Izin Etik Penelitian dari UMY

Lampiran 6 Surat Izin Uji Validitas dari UMY Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari UMY Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 9 Hasil Olah Data SPSS


(11)

10

HALAMAN PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya….

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Terimakasih kepada kedua orang tuaku tercinta Drs.M Nuri Ilyas dan Sri Mardyana yang tiada lelah mendoakan,

kepada kakak dan adik ku yang selalu mendukung satu sama lain. Dan terimkasih untuk seseorang yang namanya selalu ku sebut dalam setiap doa-doan ku, terimaksih

untuk kalian semua akhrnya saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk


(12)

(13)

Mentari Kusuma Rini. (2016). The Descriptive of Nurse’s Knowledge about use of Personal Protective Equipment (PPE) in Medical Surgical Wards PKU Muhammadiyah Hospital Gamping Sleman

Advisor:

Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep., Ns., MNS ABSTRACT

Background: Nurses tend to have higher risk of work accidents than other industry workers, therefore it is important for health workers such as nurses use Personal Protective Equipment (PPE) as the protector of the sources of danger. Knowledge is an important factor in the use of PPE to prevent things that are not desirable for both patients and nurses themselves. The aim of this study was to determine the description of the level of knowledge of nurses on the use of PPE in medical-surgical inpatient wards PKU Muhammadiyah Hospital in Sleman Gamping.

Methods: The study was a descriptive cross sectional approach and the population was nurses working in medical-surgical wards in PKU Muhammadiyah Hospital Gamping Sleman, sample number were 68 respondents with a total sampling technique. Collecting data were using valid questionnaires (Pearson Product Moment = 0.344) and reliable (Cronbach Alpha = 0.894). Univariate analysis with frequency distribution was used to data analysis.

Results: The results of this study showed that most nurses had good knowledge 50 respondents (73,5%). On aged 26-35 years 25 respondents (69.4%), in the male gender 11 (90.9%), at educated respondents D3 40 (72.5%), the working period of 1-5 years 48 (70.8%), sources of information on the Internet 8 people (100%).

Conclusion: Nurses who work in medical-surgical wards mostly have good knowledge as many as 50 respondents. It can be suggested to the hospital for doing periodicly training about Personal Protective Equipment application.


(14)

Mentari Kusuma Rini. (2016). Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di Bangsal Medikal Bedah Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Pembimbing:

Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep., Ns., MNS INTISARI

Latar Belakang: Perawat cenderung mempunyai resiko lebih tinggi mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja industri lainnya, oleh karena itu penting bagi tenaga kesehatan seperti perawat menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sebagai pelindung dari sumber-sumber bahaya. Pengetahuan menjadi faktor penting dalam penggunaan APD yang dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan bagi pasien maupun perawat itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan APD di bangsal medikal bedah rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah perawat yang bekerja di bangsal medikal bedah di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman, jumlah sampel 68 responden dengan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang valid (Pearson Product Moment=0,344) dan reliabel (Cronbach Alpha=0,894). Analisa data yang digunakan adalah distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki pengetahuan baik 50 responden (73,5%). Perawat usia 26-35 tahun 25 responden (69,4%), jenis kelamin laki-laki 11 orang (90,9%), responden yang berpendidikan D3 sebanyak 40 0rang (72,5%), masa kerja 1-5 tahun 48 orang (70,8%), responden yang sumber informasi dari internet yang keseluruhan berjumlah 8 orang (100%) .

Kesimpulan: Perawat yang bekerja di bangsal medikal bedah rawat inap sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 50 responden. Diharapkan bagi rumah sakit untuk melakukan pelatihan berkala mengenai penggunaan APD.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 menyebutkan bahwa potensi bahaya yang terjadi dirumah sakit sangat beragam, mulai dari infeksi sampai penyakit kronis. Sumber bahaya lain yang terdapat di rumah sakit seperti peledakan, kebakaran, radiasi, bahan kimia berbahaya serta gas-gas anastesi. Bahaya-bahayayang terdapat di rumah sakit tersebut tentu menjadi ancaman keselamatan jiwa seseorang yang berada di rumah sakit seperti tenaga kesehatan, pasien dan pengunjung rumah sakit itu sendiri.Bahaya-bahaya tersebut baik fisik, biologis maupun kimiawi perlu dikendalikan agar tercipta lingkungan yang aman, nyaman dan sehat (KEPMENKES, 2007).

International Labour Organization (ILO) tahun 2013, menyatakan 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena Kecelakaan Akibat Kerja(KAK) dan 160 pekerja mengalami Penyakit Akibat Kerja (PAK). Tahun 2012 ILO mencatat angka kematian dikarenakan KAK dan PAK sebanyak 2 juta kasus setiap tahun.Menurut WHO (2002) dari 35 juta pekerja kesehatan, 3 juta diantaranya terpajan patogen darah (2 juta pekerja kesehatan terpajan virus hepatitis C dan 170.000 terpajan HIV/AIDS) dan lebih dari 90% terjadi di negara berkembang. Data di USA per tahun 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis B, 47 positif


(16)

HIV dan setiap tahun 600.000–1.000.000 luka tusuk jarum yang dilaporkan (diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan). Sout California-Amerika mencatat frekuensi angka KAK di Rumah Sakit lebih tinggi 41% dibanding pekerja lain, dengan angka KAK terbesar adalah cedera jarum suntik (NSI-Needle Stick Injuries), serta 41% perawat rumah sakit mengalami cedera tulang belakang akibat kerja (occupational low back pain), sedangkan diIndonesia keluhan subyektif cedera tulang belakang didapat pada 83.3% pekerja instalasi bedah sentral di RSUD di Jakarta 2006.Penelitian Dr. Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka KAK mencapai 38-73 % dari total petugas kesehatan (KEPMENKES, 2010).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/MENKES/SK/VII/2010 tentang standar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit menjelaskan bahwa pekerja kesehatan cenderung mempunyai resiko lebih tinggi mengalami kecelakaan kerja dibandikan dengan pekerja industri lainnya (KEPMENKES, 2010).Banyaknya kasus kecelakaan kerja yang terjadi merupakan sebuah tanda bahwa penting untuk menerapkan standar kewaspadaan infeksi atau yang sering disebut dengan standar precautiondi tempat kerja. Fungsi dari standar precaution yaitu untuk melindungi pekerja maupun pasien agar terhindar dari pajanan yang ada di rumah sakit.Penerapan standar precaution diantaranya pengelolaan alat kesehatan, cuci tangan untuk menghindari infeksi silang dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)(Sari, dkk, 2014). Pengendalian secara teknis dianggap cara paling efektif dan alternatif pertama yang dianjurkan,


(17)

sedangkan penggunaan alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir (Tarwaka, 2008).

Setiap tenaga kesehatan yang melakukan tindakan medis di rumah sakit sangat penting menggunakan APD untuk menghindari adanya kontaminasi,selain itu juga APD berfungsi sebagai pelindung dari kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial yang didapatkan dari pasien ke perawat maupun dari perawat kepasien (Sari, dkk, 2014). Menggunakan alat pelindung diri merupakan suatu bentuk pencegahan dari sesuatu yang dapat membahayakan keadaan diri kita maupun orang lain dalam menjalankan suatu pekerjaan. Islam juga telah menjelaskan dalam Al-quran surah Ar-Ra’du ayat 11 yang berbunyi :

….

Yang Artinya “…. Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri.”

Hikmah yang didapat dari kandungan ayat tersebut yaitu kita harus berusaha mencegah sesuatu yang buruk agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa yang bisa merubah keadaan kita yaitu kita sendiri, oleh karena itu wajib bagi perawat memperhatikan sesuatu yang mungkin membahayakan dirinya dan mencegah hal yang tidak diinginkan dengan cara menggunakan APD.

Ketika seorang perawat tidak menggunakan alat pelindung diri dalam menjalankan tugasnya maka beresiko tinggi mengalami KAK dan PAK yang


(18)

umumnya berkaitan dengan faktor biologik (kuman patogen yang umumnya berasal dari pasien)danfaktor kimia (pemaparan dengan dosis kecil namun secara terus menerus seperti penggunaan antiseptik pada kulit dan anastesi yang dapat merusak hati). Apabila perawat mengalami PAK maka akan mempengaruhi kinerja perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan akan mengakibatkan kurang optimalnya pelayanan yang diberikan (KEPMENKES, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menggunakan APD yaitu pengetahuan, sikap, nilai dan keyakinan (Adhiatma, dkk, 2013). Faktor lain yang mempengaruhi karyawan atau seseorang menggunakan APD yaitu ketersediaan APD di rumah sakit dan peraturan penggunaan APD itu sendiri di rumah sakit (Darmawati, dkk, 2014). Pengetahuan tentang APD dan manfaatnya sangat penting dimiliki oleh seorang perawat untuk mencegah terjadinya transmisi infeksi di rumah sakit dan upaya pencegahan infeksi merupakan langkah pertama dalam pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu (Setianingsih, 2014).

Penelitian oleh Darwati, dkk (2014), menyebutkan keseluruhan responden yaitu sebanyak 31 orang perawat, 22 orang (91,7%) diantaranya memiliki pengetahuan baik tentang pencegahan infeksi patuh dalam penggunaan sarung tangan saat pemasangan infus dan 4 orang (57,1%) perawat yang memiliki pengetahuan cukup tentang pencegahan infeksitidak patuh dalam menggunakan sarung tangan saat pemasangan infus. Penelitian tersebut menunjukan bahwa


(19)

pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap penggunaan APD.

Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta pada bulan Januari 2016 didapatkan bahwa jumlah perawat yang bekerja di bangsal rawat inap medikal bedah sebanyak 80 perawat. Selain itu peneliti telah melakukan wawancara kepada 5 perawat mengenai tingkat pengetahuan terhadap APD. Dari hasil wawancara bahwa masih ditemukan beberapa perawat yang belum memahami waktu pemakaian APD, seperti dalam penggunaan gown perawat tidak mengganti gown tersebut setelahmelakukan tindakan dari pasien TB ke pasien lain. Setelah dikaji lebih dalam ternyata perawat tersebut tidak mengetahui jika hal tersebut bisa menularkan bakteri TB ke pasien yang lain. Selain itu penelitian tingkat pengetahuan tentang APD belum pernah dilakukan sebelumnya di rumah sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.

Dari uraian yang telah dijabarkan tentang tingkat pengetahuan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Terhadap Pengunaan APD di Bangsal Medikal Bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada penelitian sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang


(20)

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Bangsal Rawat Inap Medikal Bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman?”

C. TujuanPenelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang penggunaan APD di bangsal rawat inap medikal bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiya Gamping Sleman.

2. Tujuan Khusus

Untuk melihat pengetahuan perawat berdasarkan data demografi (Usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja, sumber informasi mengenai APD).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Rumah sakit

Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi rumah sakit untuk mempertimbangkan kewajiban perawat dalam penggunaan APD berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang telah ditetapkan.

2. Bagi Intitusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pertimbangan institusi dalam memberikan pendidikan dan skill kompetensi kepada mahasiswa tentang pentingnya APD.


(21)

Sebagai dasar pengembangan penelitian yang sejenis dengan menggunakan metode kualitatif dan mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang pengetahuan perawat dalam penggunaan APD.

4. Bagi Perawat

Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi perawat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya APD saat menjalankan tugas dan perannya di rumah sakit.

E. Keasliaan Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Darwati, dkk pada tahun 2014 dengan judul “Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi dengan Kepatuhan Menggunakan Sarung Tangan dalam Pemasangan Infus.” Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara pengetahuan tentang pencegahan infeksi dengan kepatuhan menggunakan sarung tangan saat pemasangan infus. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan crossectional. Hasil dari penelitian ini menujukan bahwa keseluruhan responden yang berjumlah 31 orang perawat 22 orang (91,7%) diantaranya memiliki pengetahuan baik tentang pencegahan infeksi patuh dalam penggunaan sarung tangan saat pemasangan infus dan 4 orang (57,1%) perawat yang memiliki pengetahuan cukup tentang pencegahan infeksi tidak patuh dalam menggunakan sarung tangan saat pemasangan infus. Penelitian tersebut menunjukan bahwa pengetahuan yang baik dapat


(22)

mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap penggunaan APD. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel penelitian, tempat dan waktu penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Gultom, dkk pada tahun 2013 dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Perawat Tentang Kewaspadaan Universal di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak Kalimantan Barat.” Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku perawat tentang kewaspadaan universal di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak Kalimantan Barat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa keseluruhan responden yang berjumlah 71 orang, memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 54,93%, memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 45,07%, dan hasil gambaran perilaku yang baik sebanyak 91,55%, memiliki perilaku yang cukup baik sebanyak 7,04% dan yang memiliki perilaku yang kurang sebanyak 1,41%. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel penelitian, waktu dan tempat penelitian.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Handojo pada tahun 2015 dengan judul “ Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial di Ruang D2 dan D3 Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya.” Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial di ruang D2 dan D3 Rumah Sakit Adi Husada Surabaya. Metode penelitian yang


(23)

digunakan adalah deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa keseluruhan responden yang berjumlah 44 orang 77% diantaranya memiliki pengetahuan yang baik tentang infeksi nosokomial, pengetahuan perawat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, lama kerja, tingkat pendidikan, serta pelatihan yang diikuti. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel penelitian, waktu dan tempat penelitian.


(24)

(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kewaspadaan Isolasi

Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang disusun olehCenter for Desease Control(CDC) dan harus diterapkan di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk menurunkan resiko trasmisi penyakit dari pasien ke pasien lain atau ke pekerja medis.Kewaspadaan isolasi memiliki 2 pilar atau tingkatan, yaitu Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions) dan Kewaspadaan berdasarkan cara penularan (Transmission based Precautions) (Muchtar, 2014; Akib, dkk, 2008; Rosa, 2015).

a. Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions)

Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan terhadap semua pasien di semua fasilitas kesehatan.Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007).Tindakan dalam kewaspadaan standar meliputi:


(26)

1) Kebersihan tangan.

2) APD : sarung tangan, masker,goggle, face shield , gaun. 3) Peralatan perawatan pasien.

4) Pengendalian lingkungan. 5) Penatalaksanaan Linen.

6) Pengelolaan limbah tajam/ Perlindungan & Kesehatan karyawan. 7) Penempatan pasien

8) Hygiene respirasi/Etika batuk 9) Praktek menyuntik aman

10)Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi

b. Kewaspadaan berdasarkan transmisi (Transmission based Precautions).

Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan tambahan untuk kewaspadaan standar, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang dilakukan setelah jenis infeksinya sudah terdiagnosa atau diketahui (Akib, dkk, 2008).Tujuannya untuk memutus mata rantai penularan mikroba penyebab infeksi, jadi kewaspadaan ini diterapkan pada pasien yang memang sudah terinfeksi kuman tertentu yang bisa ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak kulit atau lain-lain (Muchtar, 2014). Berdasarkan IPC tahun 2008, jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi:


(27)

1) Kewaspadaan transmisi kontak

Transmisi kontak merupakan cara transmisi yang terpenting dan tersering menimbulkanHealthcare Associated Infections(HAIs).Kewaspadaan transmisi kontak ini ditujukan untuk menurunkan resiko transmisi mikroba yang secara epidemiologi ditransmisikan melalui kontak langsung atau tidak langsung.

a) Kontak langsung

Meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang yang rentan/petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi.Misal perawat membalikkan tubuh pasien, memandikan, membantu pasien bergerak, dokter bedah dengan luka basah saat mengganti verband, petugas tanpa sarung tangan merawat oral pasien dengan Virus Herpes Simplex (HSV) atau scabies.

b) Transmisi kontak tidak langsung

Meliputi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang terkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan, instrumen yang terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan belum dicuci atau sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan yang lainnya, dan melalui mainan anak serta kontak dengan cairan sekresi pasien


(28)

terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas atau benda mati dilingkungan pasien.

Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, mulut saat masih memakai sarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan.Petugas harus menghindari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak berhubungan dengan perawatan pasien misal: pegangan pintu, tombol lampu, telepon.

2) Kewaspadaan transmisi droplet

Diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien dengan infeksi diketahui mengidap mikroba yang dapat ditransmisikan melalui droplet( > 5μm). Droplet yang besar terlalu berat untuk melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi droplet melibatkan kontak konjungtiva atau mucus membrane hidung/mulut, orang rentan dengan droplet partikel besar mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap atau carrier dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction, bronkhoskopi.

Transmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai mucus membrane atau terinhalasi. Transmisi droplet ke kontak, yaitu droplet mengkontaminasi permukaan tangan dan ditransmisikan ke sisi lain misal: mukosa membrane. Transmisi jenis ini lebih sering terjadi daripada transmisi droplet langsung, misal: commoncold,


(29)

respiratory syncitial virus (RSV). Transmisi ini dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi endotrakheal, batuk akibat induksi fisioterapi dada, resusitasi kardiopulmoner.

c. Kewaspadaan transmisi melalui udara ( Airborne Precautions )

Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar terhadap pasien yang diduga atau telah diketahui terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan ditransmisikan melalui jalur udara.Seperti transmisi partikel terinhalasi (varicella zoster) langsung melalui udara.Kewaspadaan transmisi melalui udara ditunjukan untuk menurunkan resiko transmisi udara mikroba penyebab infeksi baik yang ditransmisikan berupa droplet nuklei (sisa partikel kecil < 5μm evaporasi dari droplet yang bertahan lama di udara) atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab infeksi. Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber, dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor lingkungan, misal penanganan udara dan ventilasi yang penting dalam pencegahan transmisi melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit luka terkontaminasi bakteriS. aureus.

2. Alat Pelindung Diri (APD) a. Definisi

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang membantu seseorang untuk melindungi atau mengisolasi tubunnya dari segala


(30)

macam bahaya yang dapat mengancam jiwa di tempat kerja (Permenaker, 2010). Menurut Budiono (2006), APD merupakan seperangkat alat yang melindungi sebagian atau keseluruhan tubuh dari kemungkinan bahaya yang akan muncul di tempat kerja. Dari penjelasan tentang APD dapat diambil kesimpulan bahwa alat pelindung diri merupakan alat yang dapat membantu dan melindungi seseorang dari bahaya yang akan terjadi.

b. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD) 1) Sarung Tangan

Pemakaian sarung tangan merupakan bagian terpenting dari standar precaution bagi perawat yang sering berinteraksi dengan pasien maupun alat-alat yang terkontaminasi. Sarung tangan dapat membantu perawat untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, eksreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi (Depkes RI, 2003). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan meliputi (WHO, 2004) :

a) Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan

b) Mengganti sarung tangan jika berganti pasien atau sobek c) Mengganti sarung tangan segera setelah melakukan tindakan d) Menggunakan sarung tangan saat menggunaka alat yang


(31)

e) Menggunakan satu sarung tangan untuk satu prosedur tindakan f) Menghindari kembali atau mendaur ulang sarung tangan sekali

pakai

Perawat maupun tenaga kesehatan lainnya perlu memperhatikan jenis dari sarung tangan yang digunakan.Sarung tangan secara umum terdiri dari dua jenis yaitu sarung tangan bersih dan sarung tangan steril. Perawat perlu menggunakan sarung tangan bersih jika akan berkontak dengan kulit, luka, atau benda yang terkontaminasi. Sarung tangan steril dapat digunakan dalam tindakan bedah maupun kontak dengan alat-alat steril (Potter & Perry, 2005).

2) Alat Pelindung Wajah

Alat pelindung wajah merupakan peralatan wajib perawat untuk menjaga kemanana dirinya dalam menjalankan asuhan keperawatan.Alat pelindung wajah dapat melindungi selaput lendir dibagian mulut, hidung dan mata perawat terhadap resiko percikan darah maupun cairan tubuh pasien (Hegner, 2010).Alat pelindung wajah terdiri dari dua alat yaitu masker dan kaca mata pelindung (Depkes RI, 2003).Kedua jenis alat pelindung tersebut dapat digunakan terpisah maupun bersamaan sesuai jenis tindakan.

Masker bagian alat pelindung wajah khususnya untuk melindungi membrane mukosa pada mulut dan hidung perawat ketika berinteraksi dengan pasien.Masker dianjurkan untuk selalu


(32)

digunakan perawat ketika melakukan tindakan dengan semua pasien khususnya pasien Tuberkulosis (Depkes RI, 2003).Hal ini diharapkan mampu melindungi perawat terhadap transmisi infeksi melalui udara.Secara umum masker dibagi menjadi dua jenis yaitu masker standar dan masker khusus yang dibuat untuk menyaring partikel-partikel atau mikroorganisme kecil (Rosdahl & Marry, 2008). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan masker :

a) Memasang masker sebelum memasang sarung tangan

b) Tidak dianjurkan menyentuh masker ketika menggunakannya c) Mengganti masker ketika kotor dan lembab

d) Melepas masker dilakukan setelah melepas sarung tangan dan cuci tangan

e) Tidak membiarkan masker menggantung dileher f) Segera melepas masker ketika jika tidak digunakan

g) Tidak dianjurkan kembali menggunakan masker sekali pakai Kaca mata sebagai bagian dari APD yang bertujuan melindungi mata.Kaca mata digunakan untuk mencegah masuknya cairan darah maupun cairan tubuh lainnya pada mata (Potter & Perry, 2005).Penggunaan kaca mata digunakan sesuai kebutuhan dan tindakan yang memiliki resiko tinggi terpapar dengan darah ataupun cairan tubuh lainnya.


(33)

Penutup kepala sebagai bagian dari standard precaution memiliki fungsi dua arah.Fungsi pertama, penutup kepala membantu mencegah terjadinya percikan darah maupun cairan pasien pada rambut perawat.Selain itu, penutup kepala dapat mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut maupun kulit kepala kearah steril (Depkes RI, 2003).

4) Gaun Pelindung (Cover Gown)

Gaun pelindung dapat memberikan manfaat bagi perawat untuk melindungi kulit dan pakaian dari kontaminasi cairan tubuh pasien.Gaun pelindung wajib digunakan ketika melakukan tindakan irigasi, menangani pasien dengan perdarahan massif, melakukan pembersihan luka, maupun tindakan lainnya yang terpapar dengan cairan tubuh pasien (Depkes RI, 2003).

Gaun pelindung terdiri dari beberapa macam berdasarkan kegunaannya.Terdapat dua jenis gaun pelindung yaitu gaun pelindung steril dan non steril (Depkes RI, 2003).Gaun steril digunakan untuk memberikan perlindungan ketika berada diarea steril seperti di ruang bersalin, ICU, rawat darurat dan pada tindakan yang memerlukan keseterilan.Gaun non steril digunakan pada tindakan selain tindakan sebelumnya.

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu mengetahui penggunaan gaun pelindung secara benar.Penggunaan gaun pelindung secara benar dapat melindungi perawat dari bahaya


(34)

infeksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam penggunaan gaun pelindung meliputi (Rosdahl & Marry, 2008): a) Bagian dalam gaun adalah bersih dan bagian luarnya yang

nantinya harus dijaga

b) Ukuran gaun pelindung harus cukup panjang dan dapat menutupi seragam perawat bagian depan dan belakang tetapi tidak menutupi bagian lengan

c) Jika menggunakan seragam lengan panjang, seragam harus digulung diatas siku dan perawat baru menggunakan gaun pelindung

d) Ketika hendak melepaskan gaun pelindung, cara melepaskannya adalah dari dalam keluar untuk mencegah kontaminasi cairan dengan seragam

e) Setelah melepas gaun jangan lupa untuk selalu mencuci tangan sebelum melakukan aktivitas lain.

5) Sepatu pelindung (Pelindung Kaki)

Sepatu pelindung adalah sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja diruangan tertentu misalnya ruang bedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi dan petugas sanitasi, tidak boleh dipakai ke ruangan lainnya.Tujuannya untuk melindungi kaki petugas dari tumpahan atau percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan (Depkes, 2010).


(35)

c. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri

Penggunaan APD bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya KAK dan PAK oleh bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan (Suma’mur, 2006).

Menurut Power & Polovich (2015), APD digunakan sebagai pelindung kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan, terutama petugas yang bekerja dan beresiko terkena paparan radiasi. Berdasarkan penjelasan tentang manfaat dan tujuan alat pelindung diri dapat diambil kesimpulan bahwa APD memiliki manfaat dan tujuan sebagai pelindung tubuh pekerja dari bahaya-bahaya yang berada di tempat kerja.

d. Prinsip dalam Penggunaan APD

Prinsip penggunaan APD berdasarkan Panduan Pemakaian Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II tahun 2015, yaitu:

1) Setiap pegawai RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II harus dapat menggunakan APD dengan baik dan benar.

2) Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat menimbulkan potensi bahaya di rumah sakit harus dilakukan dengan menggunakan APD.


(36)

3) Penggunaan APD disesuaikan dengan jenis tindakan dan kegiatan disetiap instalasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. 4) Kejadian tidak diharapkan yang disebabkan oleh kelalaian dalam

menggunakan APD di rumah sakit, bukan merupakan tanggung jawab rumah sakit.

e. Penggunaan APD

Tabel 1. Penggunaan APD sesuai transmisi

Kontak Droplet Udara/Airborne

APD petugas

Sarung tangan dan cuci tangan:

− Memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk ke ruang pasien.

− Mengganti sarung setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain).

− Melepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan dengan antiseptic.

Gaun:

− Memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan diare pasien, ileostomy, colostomy, luka terbuka.

− Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan. − Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.

Masker: − Dipakai bila bekerja dalam radius 1 m terhadap pasien, saat kontak erat. − Masker seyogyanya melindungi hidung dan mulut.

− Dipakai saat memasuki ruang rawat pasien dengan infeksi saluran nafas.

Perlindungan saluran napas:

− Memakai masker respirator (N95) saat masuk ruangan pasien atau suspek TB paru.

− Orang yang rentan seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien yang diketahui atau suspek campak, cacar air kecuali petugas yang telah imun. − Bila terpaksa harus masuk maka harus menggunakan masker respirator untuk pencegahan.

− Orang yang pernah sakit campak atau cacar air tidak perlu memakai masker.

Masker bedah, Sarung tangan, Gaun,

Goggle

Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul koloid yang maengandung partikel-partikel padat atau cairan yang sangat halus(aerosol).


(37)

f. Penetapan Jenis APD

Penetapan Jenis APD ruang rawat inap berdasarkan Panduan Pemakaian Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II tahun 2015, yaitu:

1) Pelayanan pasien dengan luka, tindakan menjahit, Bedah Minor, rawat luka pasien resiko rendah (pasien tanpa HIV, Hepatitis B / C, dan penyakit menular berbahaya lainnya yang ditularkan lewat cairan tubuh) :

a) Pelindung Pernafasan : masker bedah

b) Pelindung tangan : sarung tangan bersih atau sarung tangan steril menyesuaikan dengan jenis tindakan dan kondisi luka 2) Pelayanan pasien dengan luka, tindakan menjahit, bedah minor,

rawat luka pasien resiko tinggi (pasien dengan HIV, Hepatitis B/C, dan penyakit menular berbahaya lainnya yang ditularkan lewat cairan tubuh) :

a) Pelindung mata: Spectacle Google b) Pelindung kepala: Tutup kepala

c) Pelindung respirasi/hidung/mulut: Masker bedah d) Pelindung Tubuh: Apron/scotch/celemek /gaun

e) Pelindung tangan: Sarung tangan bedah bersih dipasang double dengan sarung tangan panjang bila ada. Bila tidak ada di double dengan sarung tangan sejenis.


(38)

3) Pelayanan pasien dengan penyakit paru menular berbahaya (TBC, Pneumonia) :

a) Pelindung pernafasan : Masker respirator N95 b) Pelindung tangan : Sarung tangan bedah bersih

4) Pelayanan pasien dengan kemungkinan sangat tinggi terpapar cairan tubuh baik pada pasien infeksius maupun tidak.

a) Pelindung mata Pelindung mata: Spectacle Google b) Pelindung kepala: Tutup kepala

c) Pelindung respirasi/hidung/mulut: Masker bedah d) Pelindung Tubuh: Apron/Scotch/Celemek

e) Pelindung tangan: Sarung tangan bedah bersih dipasang double dengan sarung tangan panjang bila ada. Bila tidak ada di double dengan sarung tangan sejenis.

f) Pelindung kaki: sepatu boot karet.

5) Pelayanan pasien dengan penyakit kulit menular a) Pelindung hidung/mulut: masker bedah b) Pelindung tangan: sarung tangan bedah bersih

6) Pelayanan pasien dengan risiko terpapar cairan tubuh minimal a) Pelindung hidung/mulut: masker bedah


(39)

g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Penggunaan APD 1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan tahu terjadi dari proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi dengan panca indera manusia yaitu pendengaran, penglihatan, perasa, penghidu dan peraba (Notoatmodjo, 2007) tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari proses penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan atau perilaku seseorang.

Pengetahuan perawat tentang APD dan manfaatnya sangat penting agar terciptanya perilaku penggunaan APD secara tepat yang bermanfaat untuk mencegah transmisi infeksi di rumah sakit dan upaya pencegahan infeksi merupakan langkah pertama dalam pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu (Setianingsih, 2014).

2) Pengawasan

Dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit diperlukan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh menteri kesehatan, dinas kesehatan provinsi, dan dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai fungsi dan tugasnya masing-masing (KEMENKES RI, 2010). Pengawasan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan pekerja untuk


(40)

melakukan pekerjaan sesuai dengan SPO.Begitu pula pada penerapan penggunaan alat pelindung diri harus diatas pengawasan yang tepat agar terlaksana sesuai dengan SPO yang ada di rumah sakit (Siburian, 2012).

Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sesuai dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Nomor : 0255/PS.1.2/III/2015 Tentang Panduan Pemakaian Alat Pelindung Diri, Kepala Instalasi/Kepala Ruangan bertugas untuk memastikan Penggunaan APD sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dan mengidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam pelaksanaan penggunaan APD dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali insiden tersebut.

3) Standar Prosedur Operasional ( SPO)

Menurut Direktorat Jenderal Medis Depkes RI 2002,SPOadalah instruksi atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, yang berupa kebijakan yang telah ditetapkan. SPO bertujuan untuk memberikan langkah-langkah yang benar agar mengurangi terjadinya kesalahan dan pelayanan di bawah standar dalam melaksanakan berbagai kegiatan dari fungsi pelayanan (Siburian, 2012).Maka dari itu diperlukannya peraturan atau acuan untuk melaksanakan keselamatan pasien dan petugas kesehatan dalam bentuk SPO.


(41)

Rumah sakit harus memiliki SPO yang mengatur dan sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan pasien, petugas, pengunjung, jenis-jenis tindakan, alat-alat, isolasi, pemberian obat, pengaturan ruang, transportasi, ruang perawatan maupun penggunaan APD (Siburian, 2012). RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II telah memiliki SPO yaitu Keputusan Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Nomor : 0255/PS.1.2/III/2015 Tentang Panduan Pemakaian Alat Pelindung Diri.

4) Fasilitas APD di Rumah Sakit

APD yang tersedia di rumah sakit seperti sarung tangan, masker, baju pelindung, kacamata pelindung dan sepatu pelindung. Fasilitas APD yang tersedia di rumah sakit ini sangat berpengaruh, karena walaupun tingkat pengetahuan tenaga keperawatan sudah baik, adanya pelatihan dan terdapat SPO apabila fasilitas pendukung APD rumah sakit tidak terpenuhi/tidak sesuai standar maka penggunaan APD oleh perawat tidak maksimal (Amalia dkk, 2011; WHO, 2009).

3. Hand Hygiene / Mencuci Tangan

Mencuci tangan merupakan salah satu bagian pentingdalam penggunaan APD,khususnya pada penggunaan sarung tangan(CDC,2002). Mencuci tangan merupakan teknik yang paling penting dan paling


(42)

mendasar dalam mencegah dan mengendalikan penularan infeksi (Potter & Perry, 2006).

Larson (1995) mendefinisikan mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersamaan seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas dengan air yang mengalir.Tujuan melakukan mencuci tanganadalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba yang ada saat itu serta mencegah perpindahan organisme multi resisten dari lingkungan rumah sakit ke pasien dan dari pasien ke petugas kesehatan begitu juga sebaliknya (Perdalin, 2010; Potter & Perry, 2005).

Menurut CDC (2002) mencuci tangan direkomendasikan dalam situasi sebelum dan setelah kontak dengan pasien, sebelum memakai sarung tangan steril dan sebelum melakukan prosedur invasive seperti pemasangan kateter intravascular atau kateter menetap, setelah kontak dengan kulit klien (misalnya, ketika mengukur tekanan darah atau nadi, dan mengangkat klien), setelah kontak dengan sumber mikroorganisme (darah atau cairan tubuh, membrane mukosa, kulit yang tidak utuh, melakukan pembalutan luka walaupun tangan tidak terlihat kotor), setelah kontak dengan benda-benda (misalnya peralatan medis) yang bersangkutan atau terkontaminasi dengan klien, dan setelah melepaskan sarung tangan (Potter & Perry, 2006).


(43)

4. Pengetahuan

a. Definis Pengetahuan

Menurut Potter & Perry pada tahun 2005, pengetahuan merupakanhasil dari penginderaan yang berupa fakta-fakta dan informasi yang mampu menarik atau mempengaruhi individu tersebut.Penginderaan manusia biasanya terjadi melalui proses panca indera, diantaarnya yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Biasanya pengetahuan manusia akan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan menjadi domain penting bagi terbentuknya tindakan dan perilaku pada manusia. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan penjelasan tentang pengetahuan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari berbagai macam penginderaan yang dapat mempengaruhi seseorang.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu yaitu mengingat suatu hal yang telah didapat dan dipelajari sebelumnya.Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat


(44)

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. 4) Analisis(analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kata sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada sebelumnnya.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang


(45)

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak (2007) adalah pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, pekerjaan, umur dan minat. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) adalah : 1) Umur

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan.Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain. Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009) :

a) Masa remaja akhir ( 17-25 tahun)

Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual


(46)

yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2006).

Muagman (1980) dalam Sarwono (2006) mendefinisikan remaja berdasarkan definisi konseptual World Health Organization (WHO) yang mendefinisikan remaja berdasarkan 3 (tiga) kriteria, yaitu : biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual, remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

b) Masa dewasa awal (26-35 tahun)

Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Kenniston (dalam Santrock, 2002) mengemukakan masa muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan pribadi, dan perjuangan antara ketertarikan pada kemandirian dan menjadi terlibat secara sosial. Periode


(47)

masa muda rata-rata terjadi 2 sampai 8 tahun, tetapi dapat juga lebih lama. Dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa muda dan permulaan dari masa dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Mungkin yang paling luas diakui sebagai tanda memasuki masa dewasa adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap.

c) Masa dewas akhir (36-45 tahun)

Pada usia tersebut peran dan tanggung jawab semakin bertambah besar, tidak tergantung secara ekonomis, sosiologis maupun psikologis. Pada usia tersebut termasuk usia yang produktif, kemandirian secara ekonomis, kemandirian dalam membuat keputusan.

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, dengan pendidikan manusia dianggap akan


(48)

memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan maka hidup manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik.

3) Paparan media massa

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki.

4) Sosial Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder keluarga, status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding orang dengan status ekonomi rendah. Semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang semakin mudah pula dalam mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas.

5) Hubungan sosial

Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan individu baik maka pengetahuan yang dimiliki juga akan bertambah.


(49)

Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan misalnya sering mengikuti organisasi.

5. Kriteria Responden

a. Perawat yang bekerja di bangsal rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping

Perawat yang bekeja di bangsal rawat inap yang di maksud adalah perawat pelasana. Menurut Gaffar dalam Praptianingsih (2006) peran sebagai pelaksana bertidak sebagai Comforter and protector (melindungi pasien dan mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan), commmunicator (tampak ketika perawat bertindak sebagai penghubung antara pasien dengan anggota tim kesehatan) serta rehabilitator (perawat membantu pasien untuk beradaptasi dengan perubahan tubuhnya).

b. Perawat yang berstatus pegawai tetap dan kontrak di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

Menurut Hasibuan (2002) karyawan tetap merupakan karyawan yang telah memiliki kontrak ataupun perjanjian kerja dengan perusahaan/instansi dalam jangka waktu yang tidak ditetapkan


(50)

(permanent). Karyawan tetap biasanya cenderung memiliki hak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan tidak tetap. Selain itu, karyawan tetap juga cenderung jauh lebih aman (dalam hal kepastian lapangan pekerjaan) dibandingkan dengan karyawan tidak tetap.


(51)

B. Kerangka Konsep

Keterangan:

= Diteliti

Gambar1. Kerangka Konsep

1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Faktor yang mempengaruhi

tingkatpengetahuan : 1. Umur 2. Pendidikan

3. Paparan media massa 4. Sosial ekonomi 5. Hubungan sosial 6. Pengalaman

Tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan alat pelindung

diri (sarung tangan, alat pelindung wajah, penutup kepala, gaun


(52)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan proporsi atau rerata suatu variabel (Dahlan, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat dalam penggunaan APD di Bangsal Medikal Bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta. Pendekatan pada penelitian ini adalah cross sectional.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi penelitian adalah kumpulan individu yang memenuhi kriteria penelitian. Pada penelitian bukan hanya subjek atau objek saja yang harus dipahami tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang ada pada subjek dan objek tersebut, untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal (Swarjana, 2012). Subjek penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

2. Sampel

Sampel adalah populasi terjangkau yang bisa dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling. Sampel pada penelitian


(53)

ini adalah perawat yang bekerja di bangsal medikal bedah rawat inap yang berjumlah 68 perawat.

a. Kriteria Inklusi

1) Perawat yang bekerja di bangsal rawat inap medikal bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

2) Perawat yang berstatus pegawai tetap dan kontrak di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

b. Kriteria Eksklusi

Perawat yang menolak menjadi responden C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi merupakan tempat dilakukannya penelitian (Hidayat, 2008). Penelitian ini dilakukan di bangsal Na’im, Wardah, Firdaus, Ar-Royyan, Al-Kautsar dan Zaitun di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman. 2. Waktu

Waktu penelitian merupakan rencana dilakukan kegiatan penelitian (Hidayat, 2008). Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2016.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai benda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam, 2013). Variabel pada


(54)

penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan APD.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2013).

Tabel 2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Skala ukur

Hasil ukur 1. Tingkat

pengetahuan penggunaan APD Tingkat pengetahuan tentang penggunaan APD adalah pemahaman oleh perawat di Bangsal Penyakit Dalam Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman tentang penggunaan APD yang benar dan sesuai SPO yang ada di rumah sakit.

Kuesioner, terdapat 20 pertanyaan

Ordinal Baik 76%-100%, Cukup 56%-75%, Kurang < 56%.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data, instrumen pada penelitian ini berupa: kuesioner tingkat pengetahuan dan kuesioner data demografi (Notoatmodjo, 2012).

1. Data Demografi

Kuesioner pertama berupa kuesioner data demografi yang peneliti buat sendiri untuk mendapatkan data pribadi responden diantaranya umur, jenis


(55)

kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja dan sumber informasi mengenai APD.

2. Kuesioner Tingkat Pengetahuan

Pada kuesioner kedua merupakan kuesioner tingkat pengetahuan yang diadopsi dari Putra (2012) dengan judul penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Univesitas Indonesia”. Pada kuesioener penelitian tersebut terdapat 17 item pertanyaan, kemudian peneliti melakukan modifikasi dan menambahkan 3 item pertanyaan yang sesuai dengan apa yang ingin diteliti. Jumlah pertanyaan pada kuesioner tingkat pengetahuan setelah dimodifikasi menjadi 20 item pertanyaan.

Tabel 3. Kisi-Kisi Pertanyaan Positif Negatif Jenis Pertanyaan Positif

(favorable)

Negatif (unfavorable)

Jumlah Soal Tingkat Pengetahuan tentang

1. Sarung Tangan 2. Masker

3. Kaca mata 4. Gaun pelindung 5. Penutup kepala 6. Alas kaki

3, 4, 5 6, 8 11, 12 15, 17, 18

-

1 ,2 7, 9, 10

- 16 13, 14 19, 20 5 5 2 4 2 2

Lembar kuesioner tingkat pengetahuan digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan APD. Kuesioner ini menggunakan skala Gutmant dengan jenis pertanyaan positif memiliki nilai 1 jika benar dan 0 jika salah. Sedang pada pertanyaan negatif berlaku sebaliknya kemudian dijumlahkan. Skala ukur yang digunakan pada variabel ini adalah


(56)

skala ordinal. Skor penilaian akan dikategorikan menjadi baik jika memiliki rentang nilai 16-20 (76-100%), cukup jika 15-11 ( 56-75%) dan kurang jika 10-0 (< 56%) (Nursalam, 2013).

G. Alur Penelitian 1. Tahap Persiapan

Penelitian diawali dengan pembuatan proposal penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian meneliti tentang gamabaran tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan APD di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman. Peneliti terlebih dahulu membawa surat izin studi penelitian pendahuluan yang dibuat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk meminta izin kepada Direktur rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman untuk melakukan studi pendahuluan dan mengetahui jumlah populasi perawat yang ada di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

Peneliti kemudian membuat surat izin uji validitas dan izin penelitian dan mengajukan etik penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah mendapatkan data populasi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman, kemudian peneliti menggunakan total sampling dalam menentukan sampel. Sehingga bangsal yang digunakan pada penelitian ini sebanayak 6 bangsal. Peneliti menjelaskan maksud dan cara pengisian dari tiap


(57)

butir soal pada perawat di rumah sakit tersebut. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, karena peneliti mendapatkan langsung dari subjek penelitian. Peneliti mengumpulkan data dengan cara membagikan kuesioner yang dimasukan kedalam amplop terbuka bersama dengan surat permohonan untuk menjadi responden, serta informed consent yang ditujukan kepada perawat.Kuesioner dikumpulkan kembali kepada peneliti, pemberian kuesioner menggunakan amplopyang sudah tertutup rapat. Amplop berfungsi untuk menjaga kerahasian dan keaslian data responden, setelah itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas partisipasi dan persetujuannya menjadi responden dalam penelitian ini.

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Kuesioner yang dibuat oleh peneliti dan teknik yang digunakan untuk mengukur validitas kuesioner yaitu dengan menggunakan rumus pearson product moment. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan rumus pearson product moment dengan nilai signifikansi p<0,05 (Sugiono, 2013).

Pada penelitian ini, kuesioner tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan APD telah diujikan kepada 35 responden yang memiliki kriteria inklusi yang sama di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil uji validitas untuk kuesioner ini terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid yaitu pada nomor 8,13, 18, 20, dikarenakan item pertanyaan tersebut penting sehingga peneliti memperbaiki konten pertanyaan yang tidak valid agar


(58)

dimengerti oleh responden. Setelah diperbaiki kuesioner diujikan kembali ke rumah sakit PKU Muhammdiyah Yogyakarta kemudian keseluruahan item pertanyaan menjadi valid. Uji validitas menggunakan Person Product Moment memberikan hasil valid apabila nilai uji validitas lebih besar dari nilai r-tabel (n=35), dimana r-tabel sebesar 0,343-0,798 (valid apabila>0,344). Hasil dari uji valid menyatakan bahwa 20 pertanyaan valid dengan nilai >0,344 (Sugiyono, 2013).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach alpha yang diujikan kepada responden yang memiliki kriteria inklusi yang sama dengan responden. Pada penelitian ini kuesioner diujikan kepada 35 responden. Kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai ≥0,6 (Arikunto, 2010).

Pada penelitian ini, kuesioner tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan APD telah diujikan kepada 35 responden yang memliki kriteria inklusi yang sama di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil uji reliabilitas kuesioner tingkat pengetahuan adalah 0,894 yaitu >0,6 yang artinya reliabel (Arikunto, 2010).

I. Pengelolaan Data dan Metode Analisa Data 1. Pengelolaan Data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan penelitian setelah kegiatan pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Langkah-langkah dalam pengelolaan data yaitu :


(59)

a. Editing

Pada proses editing, peneliti melakukan pengecekan kembali pada informed consent dan kuesioner yang diisi oleh responden apakah sudah lengkap dan jelas untuk dibaca. Beberapa hal yang peneliti perhatikan pada proses ini adalah kelengkapan data, kejelasan tulisan, dan kesesuaian jawaban.

b. Coding

Coding merupakan langkah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Pada proses ini, peneliti akan melakukan pengkodean pada setiap data yang telah dikumpulkan untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa dan melakukan pemasukan data. pada kuesioner data demografi, peneliti memberikan kode 1 untuk usia 17-25 tahun kode, 2 untuk usia 26-35 tahun, kode 3 untuk usia 36-45 tahun. pada jenis kelamin laki-laki peneli beri kode 1 dan jenis kelamin perempuan diberi kode 2. Tingkat pendidikan D3 diberi kode 1, dan S1 diberi kode 2. lama bekerja < 5 tahun peneliti beri kode 1, 1- 5 tahun diberi kode 2, > 5 tahun diberi kode 3. sumber informasi dari internet peneliti beri kode 1, rumah sakit diberi kode 2 dan lain-lain diberi kode 3. c. Pemasukan Data (Data Entry) atau Processing

Pada proses ini, peneliti akan melakukan input data dari kuesioner yang telah diberi pengkodean dan data tersebut akan diolah melalui program komputer.


(60)

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Pada proses ini, peneliti akan melakukan pengecekan kembali pada data yang telah di input ke dalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak sehingga hasil yang didapat bisa sesuai.

e. Penyajian Data

Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel berupa persentase dan akan diperjelas dengan keterangan berbentuk narasi.

2. Metode Analisa Data

Menurut Nursalam (2013) analisa data adalah analisis statistik, digunakan pada data kuantitatif dan kualitatif. Pada penelitian ini menggunakan analisis univariate yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik dari responden penelitian meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja dan sumber informasi yang ditampilkan dalam bentuk nilai distribusi dan frekuensi. Untuk menganalisa tingkat pengetahuan perawat digunakan rumus di bawah ini:

P = Keterangan :

P = Presentase

x = jumlah skor jawaban N = jumlah seluruh pertanyaan


(61)

J. Etik Penelitian

Menurut Hidayat (2008), etik penelitian yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah :

a. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Peneliti tidak memaksa kepada subjek untuk wajib menjadi responden, subjek berhak menolak untuk menjadi responden penelitian dan peneliti memberi penjelasan tentang semua penelitian.

b. Tanpa Nama (Anonimity)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden saat pembuatan laporan tetapi dengan memberi kode, penulisan nama dicantumkan di lembar kuesioner. c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti. Informasi atau data yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset dan tidak akan disampaikan kepada pihak lain yang tidak terkait dalam penelitian, bidang pendidikan, bidang medis, dan hukum serta menggunakan data yang diperoleh hanya dipergunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping terletak di Jl. Wates km 5,5 Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan pengembangan dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit 1. Selain itu RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan Rumah Sakit Pendidikan untuk pengembangan ilmu kesehatan.

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping memiliki beberapa fasilitas pelayanan diantaranya bedah tulang, bedah saraf, bedah umum, urologi, penyakit dalam, spesialis jantung, paru, obsgyn, spesialis anak, mata, THT, gigi, kulit dan kelamin. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping belum memiliki program edukasi untuk penyakit kronik seperti diabetes melitus serta belum memiliki perkumpulan diabetes mellitus atau PERSADIA. Selain itu, tidak terlihat adanya media edukasi tentang diabetes melitus dan tidak ada perawat khusus yang tersertifikat sebagai educator. RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki pelayanan ICU dan pelayanan rawat inap yang terdiri dari 6 bangsal yaitu Na’im, bangsal Firdaus, bangal Zaitun, bangsal Wardah, bangsal Al-kautsar dan bangsal Ar-royan. Pada setiap bangsal di rumah sakit PKU Muhammdiyah Gamping sebagian besar perawat sudah menerapkan penggunaan APD dengan benar akan


(63)

tetapi masih ada yang belum sesuai dengan syarat penggunaan APD, seperti penggunaan masker, umumnya masker digunakan sekali pakai terutama ketika kontak langsung dengan pasien infeksius hal ini disebabkan karena ketersedian APD itu sendiri di rumah sakit PKU Muhammdiyah Gamping. Pelatihan tentang penggunaan APD yang diberikan kepada tenaga kesehatan maupun karyawan rumah sakit PKU Muhammdiyah Gamping hanya dilakukan pada saat karyawan/tenaga kesehatan yang akan memulai kerja di rumah sakit tersebut.

Bangsal Na’im merupakan bangsal dengan pasien saraf dan bedah akan tetapi bangsal ini juga menerima pasien umum. Bangsal ini memiliki 9 ruang yaitu 2 ruang VIP, 5 ruang kelas 1, 2 ruang kelas 2 dan 3 ruang kelas 3. Bangsal Na’im memiliki jumlah perawat 16 diantaranya tingkat pendidikan D3 sebanyak 9 perawat dan tingkat pendidikan S1 sebanyak 6 perawat.

Bangsal Firdaus adalah bangsal khusus pasien kebidanan, pelayanan ibu post partum, anak-anak dan bayi. Bangsal ini memiliki 9 ruang yaitu dua ruang VIP, dua ruang kelas 1, satu ruang kelas 2 dan empat ruang kelas 3. Bangsal ini memiliki jumlah tenaga medis sebanyak 8 bidan 7 diantaranya bidan dengan tingkat pendidikan D3 dan 1 bidan dengan tingkat pendidikan S2. Selain itu, jumlah perawat di bangsal ini sebanyak 10 perawat daiantaranya 9 perawat dengan tingkat pendidikan D3 dan 1 perawat dengan tingkat pendidikan D1.

Bangsal Zaitun merupakan bangsal dengan pasien penyakit dalam akan tetapi bangsal ini menerima pasien umum. Bangsal ini memiliki 21 ruangan yaitu tiga ruang VIP, tiga ruang kelas 1, sepuluh ruang kelas 2, dan lima ruang kelas 3.


(64)

Jumlah perawat di bangsal Zaitun sebanyak 15 perawat yang terdiri dari 9 perawat dengan tingkat pendidikan D3 dan 6 perawat dengan tingkat pendidikan S1.

Bangsal Wardah merupakan bangsal khusus perempuan dengan non-bedah. Bangsal ini memiliki 23 ruangan yaitu tiga ruang VIP, tiga ruang kelas 1, dua belas ruang kelas 2 dan lima ruang kelas 3. Bangsal ini memiliki jumlah perawat sebanyak 15 perawat diantaranya 10 perawat dengan tingkat pendidikan D3 dan 5 perawat dengan tingkat pendidikan S1.

Bangsal Ar-Royan merupakan bangsal pendidikan bagi mahasiswa FKIK UMY. Bangsal Ar-Royan memliki 6 ruangan rawat inap dan memiliki 30 bed pasien. Bangsal ini memiliki jumlah perawat sebanyak 21 perawat diantaranya 15 perawat lulusan D3 dan 6 perawat lulusan S1.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden adalah identitas umum yang dimiliki oleh responden, dan dalam penelitian ini terdiri atas usia, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja dan sumber informasi. Usia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia kronologis responden berdasarkan tahun kelahiran sampai saat penelitian dilakukan. Jenis kelamin dikategorikan menjadi 2, yaitu laki-laki dan perempuan. Masa kerja adalah lama perawat tersebut bekerja di rumah sakit tersebut. Pendidikan yang di maksud adalah


(65)

pendidikan terakhir responden dan sumber informasi adalah media informasi yang responden gunakan untuk mendapatkan informasi.

Responden dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di bangsal medikal bedah rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 68 perawat dengan karakteristik sebagai berikut:

Tabel 4. Karakteristik Perawat di Bangsal Medikal Bedah Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman,

April-Mei 2016 (n=68)

No Karakteristik Perawat Frekunsi (f) Prosentase (%) 1 Usia

Usia 17-25 tahun Usia 26-35 tahun Usia 36-45 tahun

28 36 4 41,2 52,9 5,9 2 Jenis Kelamin

Laki-laki perempuan 11 57 16,2 83,8 3 Pendidikan

DIII S1 40 28 58,8 41,2 4 Masa Kerja

<1 tahun 1-5 tahun >5 tahun 8 48 12 11,8 70,6 17,6 5 Sumber Informasi

Internet Rumah Sakit Lain-lain 8 54 6 11,8 79,4 8,8

Total 68 100

Sumber : Data Primer 2016

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 68 perawat, perawat paling banyak berusia 26-35 tahun sebanyak 36 orang (52,9%), perawat yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 57 orang (83,8%), perawat dengan pendidikan D3 sebanyak 40 orang (58,8%), perawat dengan masa kerja 1-5 tahun


(66)

sebanyak 48 orang (70,6%) dan perawat dengan sumber informasi dari rumah sakit sebanyak 54 orang (79,4%).

2. Tingkat Pengetahuan Perawat

Berikut ini adalah distribusi pengetahuan perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman:

Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Tentang Penggunaan APD,

April-Mei 2016 (n=68) Variabel Frekuensi

(f)

Prosentase (%)

Baik 50 73,5 %

Cukup 18 26,5%

Kurang 0 0,0%

Jumlah 68 100%

Sumber: Data Primer 2016

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar perawat yang menjadi responden penelitian ini mempunyai pengetahuan yang baik tentang penggunaan APD, yaitu berjumlah 50 orang (73,5%).

3. Gambaran Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan APD

Berikut ini adalah tabulasi silang karakteristik responden dengan pengetahuan tentang penggunaan APD

Table 6. Cross Table Gambaran Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan APD April-Mei

2016 (n=68)

No Karakteristik Baik Cukup Kurang


(1)

tindakan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki tanpa memperhatikan dampak dari prosedur tersebut (Notoatmodjo, 2005).

Sejalan dengan

pernyataan yang dikemukakan oleh Robbins (2006), hal yang terbaik untuk memulai adalah dengan pengakuan bahwa hanya sedikit perbedaan penting (jika ada) antara pria dan wanita, oleh sebab itu baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki kesempatan untuk mempunyai tingkat pengetahuan yang baik.

c. Gambaran Tingkat Pengetahuan berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan perawat, dalam penelitian ini responden sebagian besar perawat berpendidikan D3. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Azim, 2014) yang mengatakan perawat dengan latar belakang pendidikan D3 jauh lebih banyak dibandingkan dengan latar belakang pendidikan S1, sehingga membuka peluang yang jauh lebih besar pada perawat D3 untuk memberikan hasil yang berbeda. Dalam kesehariannya pendidikan seseorang berhubungan dengan kehidupan sosial dan perilakunya. Oleh sebab itu perawat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Permatasari, (2013) tentang hubungan tingkat


(2)

pengetahuan dengan pelaksanaan

universal precaution

menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan D3 sebanyak 66 (69,5%) dari 74 responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Peneliti menyimpulkan bahwa perawat

yang memiliki tingkat pendidikan tinggi jauh lebih baik dalam pengetahuannya karena pada proses pendidikan akan melalui serangkaian aktivitas belajar yang akan memperoleh pemahaman, pengetahuan dan wawasan yang luas.

d. Gambaran Tingkat Pengetahuan berdasarkan Masa Kerja

Lama bekerja merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan perawat. Penelitian ini didominasi perawat dengan masa kerja 1-5 tahun. Masa kerja merupakan pengalaman individu dalam menentukan pertumbuhan dalam bekerja. Pengalaman yang banyak dapat memberikan keterampilan dan keahlian dalam bekerja. Setiap perawat memiliki pengalaman yang berbeda.

Pengalaman kerja perawat sangat erat kaitannya dengan pengetahuan perawat tentang dirinya. Perawat yang memiliki pengalaman yang lebih akan memberikan suatu informasi yang baru pada dirinya. Maksudnya, perawat yang memanfaatkan pengalaman sebagai sumber belajar akan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang bersifat profesional dalam bekerja. Sifat profesional tersebut menjadikan perawat mampu mengembangkan dan mengambil


(3)

keputusan yang tepat berkaitan dengan hak dan kebutuhan pasien dalam bidang kerja keperawatan. Menurut pendapat Christensen & Kenney (2009), semakin banyak pengalaman yang mereka dapat, maka semakin bertambah pengetahuan perawat tentang diri mereka, hak pasien, kebutuhan pasien, kemampuan untuk mengiterpretasikan informasi tertentu dan melakukan prosedur keperawatan sesuai dengan prosedur berlaku.

e. Gambaran Tingkat Pengetahuan berdasarkan Sumber Informasi

Faktor yang

mempengaruhi pengetahuan perawat tentang APD salah satunya yaitu informasi, sesuai dengan hasil penelitian mayoritas perawat mendapatkan

informasi mengenai APD berasal dari rumah sakit. Pelatihan yang dilakukan rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping tentang penggunaan APD dilakukan ketika perawat akan memulai kerja di rumah sakit tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain usia, pendidikan, informasi, budaya dan pengalaman (Notoatmodjo, 2010).

Peneliti menyimpulkan bahwa informasi merupakan salah satu faktor penting bagi perawat dalam meningkatkan


(4)

dan menambah pengetahuannya tentang APD. Perawat bisa mendapatkan informasi mengenai APD dengan cara mengkuti pelatihan yang

diadakan di rumah sakit, oleh karna itu rumah sakit menjadi salah satu sumber informasi bagi seorang perawat atau tenaga kesehatan lainnya.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan perawat yang bekerja di bangsal medikal bedah rawat inap sebagian besar mempunyai pengetahuan baik tentang penggunaan APD yaitu sebanyak 50 responden (73,5%). 2. Tingkat pengetahuan perawat sesuai

dengan karakteristik responden yang mayoritas berada pada kategori berpengetahuan baik diantaranya pada usia 26-35 tahun sebanyak 25 responden (69,4%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 10 (90,9%) dari

11 responden, pendidikan S1 yaitu 21 responden (75%), lama bekerja yaitu 11 (91,7%) dari 12 responden, dan sumber informasi dari internet yaitu sebanyak 8 responden semuanya berpengetahuan baik. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Pelatihan atau sosialisasi tentang APD harus lebih sering diberikan kepada perawat maupun tenaga kesehatan lain di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan perawat dalam penggunaan APD.

2. Bagi Perawat

Perawat disaran untuk lebih meningkatkan pengetahuannnya


(5)

tentang APD karena pengetahuan dasar tentang APD harus dimiliki oleh perawat agar tingkat kepuasan pasien semakin baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti tingkat pengetahuan perawat tentang APD tidak hanya di

bangsal rawat inap tetapi di ruangan lain seperti IGD atau ruang operasi, dan bisa mendapatkan hasil penelitian dengan cara mewawancarai perawat agar mendapatkan informasi lebih mendalam tentang pengetahuan dalam penggunaan APD.

Daftar Pustaka

1. Adhiatma, T. S., Eni, M., & Eko, H. (2013). Faktor-faktor Presdiposisi dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri di DIPO Locomotif PT. KAI

DAOP 1V Semarang. Retrieved

January 11, 2015, from http://eprints.dinus.ac.id/7790/1/jurn al_12479.pdf

2. Christensen, Paula J. & Kenney Jannet W. (1996). Nursing Process: Application OF Conceptual Model 4th Ed. (Yuningsih, Yuyun & Asih, Yasmin). Jakarta: EGC. (Original work published 1995)

3. Darmawati., Angkasa, M. Projo., & Isrofah. (2014). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Menggunakan Alat Pelindung Diri (Handscoon) di RSUD Bendan Kota Pekalongan. Retrived January 12, 2016,from

http://id.portalgaruda.org/?ref=brows e&mod=viewjournal&journal=1322 4. Keputusan Mentri Kesehatan RI.

(2007). Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) di Rumah Sakit. Jakarta:

Keputusan Kementrian Kesehatan RI.

5. Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi

Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

6. Notoatmodjo, S. (2005). Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 7. Potter, & Perry. (2005). Buku Ajar

8. Fundamental Keperawatan Konsep,

Proses dan Praktik Edisi IV volume 1. Jakarta: EGC.

9. Sari, R. Y., Erni, S., & Achmad, S. (2014). Pengaruh Sosialisasi SOP APD dengan Prilaku Perawat dalam Penggunaan APD ( Handscoon, Masker, Gown) di RS DR. H.


(6)

Soewondo. Jurna Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol 1, No. 6.

10.World Health Organization (2002). The world healt report. reducing risk promoting health life. Genev


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS PENUNJANG MEDIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

2 10 10

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HAND HYGIENE PERAWAT DI BANGSAL AR ROYAN RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN

9 93 126

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PERAWAT UNIT HEMODIALISIS RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

16 128 128

KETEPATAN DAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PERAWAT DI BANGSAL AR-ROYAN RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

19 161 109

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Mutu Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

0 2 16

PENDAHULUAN Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Mutu Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

0 4 6

PENGEMBANGAN SIMRS PASIEN RAWAT INAP OBSGYN DI BANGSAL ANISA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH Pengembangan Simrs Pasien Rawat Inap Obsgyn Di Bangsal Anisa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.

0 2 14

PENGEMBANGAN SIMRS PASIEN RAWAT INAP OBSGYN DI BANGSAL ANISA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR Pengembangan Simrs Pasien Rawat Inap Obsgyn Di Bangsal Anisa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.

0 3 17

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG.

2 6 36

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO

1 3 13