PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN, TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN, DAN KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi pada BUMN Tahun 2010 - 2014)
PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN, TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN, DAN KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
(Studi pada BUMN Tahun 2010 - 2014)
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILTY, AND ENVIRONMENTAL PERFORMANCE
TO THE FIRM VALUE
(Study on State-Owned Enterprises Year 2010 – 2014)
Oleh
KIKI MAHGITA SARI 20130420061
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(2)
PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN, TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN, DAN KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN
(Studi pada BUMN Tahun 2010 - 2014)
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILTY, AND ENVIRONMENTAL PERFORMANCE TO THE FIRM
VALUE
(Study on State-Owned Enterprises Year 2010 – 2014) SKRIPSI
Dianjukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
KIKI MAHGITA SARI 20130420061
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(3)
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Kiki Mahgita Sari Nomor Mahasiswa : 20130420061
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN, TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN, DAN KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi pada BUMN Tahun 2010 – 2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, Januari 2017
(4)
MOTTO
“MAN JADDA WAJADA – Siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil”
"Belajar dan bekerja dengan giat, serta tidak lupa bersyukur, tentu akan memberikan
hasil yang baik"
"Apabila Anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka Anda telah berbuat baik
terhadap diri sendiri." (Benyamin Franklin)
"Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari
orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah." (Abu Bakar Sibli)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah,6-8)
“Majulah tanpa menyingkirkan. Naiklah tinggi tanpa menjatuhkan. Jadilah baik tanpa menjelekkan orang lain. Dan benar tanpa menyalahkan.”
(5)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin…
Dengan penuh rasa syukur, aku persembahkan hasil karya penulisan sederhana ini untuk semua yang telah memberikan semangat, motivasi, serta do`a dalam penulisan ini.
▪ Sujud syukur ku sembahkan kepada Allah SWT. Allah yang Maha Segala-Nya, Allah yang Maha Adil dan Maha Penyayang. Terima kasih atas segala takdir-Mu yang telah menjadikan aku sebagai manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk untuk meraih cita-citaku.
▪ Shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan suri tauladan yang baik kepada kaum-Nya. ▪ Untuk Bapak Sigit Hariyadi, S.E dan Ibuk Sussie Mahmudah. Kedua orang
tua saya, yang sangat saya sayangi dan cintai. Terima kasih Pak, Buk atas semua dukungan, sorongan, semangat, dan tentu saja do`a-do`a yang tidak pernah berhenti mengiringi langkah-langkahku hingga dapat mencapai tahap ini. Terima kasih untuk support nya selama ini Pak, Buk... disaat hampir menyerah dan putus asa, Bapak dan Ibuk selalu mengingatkan, mendukung, memberi semangat, serta do`a. Sampai pada di suatu waktu, selesai sidang,
“Pak, Buk... Alhamdulillah udah selesai sidang”. Nangis langsung denger
Bapak sama Ibuk bahagia, walaupun Cuma lewat telp. Sekali lagi, terima kasih buat semuanya Pak, Buk... Terima kasih untuk semangat, kasih sayang, dan do`a buat Kiki... Kiki sayang Bapak Ibuk...
▪ Untuk Muhammad Ramadhan Tegar Bagaskoro dan Muhammad Rifat Iqbal Shadiq. Adek-adekku tersayang. Terima kasih yang sayang-sayangnya mbak kiki. Terima kasih selalu memberikan semangat, dukungan, dan do`a buat mbak kiki. Walaupun pas mbak kiki pulang, bawa setumpuk tugas sama skripsi selalu direcokin tapi mbak kiki seneng kalo bisa ngumpul bareng-bareng hehe. Terima kasih yaa adek-adekku sayang...
(6)
▪ Untuk Jimmy Priyo Pamungkas. Hehe ☺ Aa ku, partnerku :D terima kasih yaa buat semangatnya, dukungannya, sayangnya, cintanya, supportnya dan do`anya buat aku, sampe aku berhasil selesai di tahap ini hehe. Yeay!!! Kita berdua berhasil Lulus bareng hihihi (walaupun beda 2 hari pas sidangnya). Terima kasih ya Aa, udah mau pontang-panting bareng buat nyelesaiin skripsi ini. Dari seneng, sedih, ketawa, nangis, bahagia, badmood, betek, nyinyirin orang, curhat sana-sini, kulineran, jalan-jalan, kepanasan, kehujanan, hehehe. Aku seneng ☺ terima kasih ya Aa... yok maju selangkah lagi. Bismillah, sukses yaaa *luvluv* :3
▪ Untuk Pak Andan Yunianto, S.E., M.Si., Ak., CA. dan Ibu Dra. Arum Indrasari, M.Buss.,Akt terima kasih Pak, Bu buat masukan-masukannya dan nasehat selama penyusunan skripsi ini.
▪ Untuk dosen-dosen Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Terima kasih pak, bu untuk ilmu-ilmunya yang telah diberikan.
▪ Untuk Putri Dwi Aprilia Nur Khasanah, Wilda Syuhairoh Azizah, dan Shelma Shalindri. Yeay, geng berempat, yang kemana-kemana Cuma pengennya makan doang haha. Terima kasih buat support dan do`anyaaaa... terima kasih buat Lia yang selalu bantuin proses skripsiku hihi, terima kasih juga udah ngeduluin wisuda wkwk. Terima kasih buat Wilda dan Shelma, ayookkk buruan disusun skripsinya, diselesaiin hihihi. Sukses barengan ya sayang-sayangnya akuu :3
▪ Untuk Brigita Loraine Jeisral. Sahabatku nan jauh di mata tapi dekat di hati *eaa*. Terima kasih yaa sayangnya aku, udah selalu ngingetin aku buat buru-buru nyelesaiin skripsi ku, nyemangati, ngedo`ain walaupun cuma lewat chat doang hehe. Skripsiku dah kelar, kita harus ketemu!!! Terima kasih yaa Gita... i miss you
▪ Untuk Wulan Rarashinta Kawulusan, Yuli Nurpratama Zein, dan Bela Santika Sari. Sahabatku di Manado. Woy, skripsi dah sampe mana? Buruan dikelarin. Buruan kerja, terus kita meet up!!! Terima kasih supportnya yaaaaa... aku sayang kalian. I miss you
▪ Untuk Larasati Ayuningtyas, temen seatap dari semester 3. Yang selalu kalo ngomong sambil teriak-teriak. Yang selalu nanyain kabar skripsiku, yang selalu nyinyir bareng wkwkwk (tidak untuk ditiru). Sahabat Licikku, sahabat Nyinyirku, sahabat penakut kecoa tingkat dewa wkwkwk + guru ngaji ku di malam pergantian tahun kwkwkwk (sholehahnya kita wkwk) makasih yaa
(7)
Ras... waaa sedih, abis ini bakal pisah atap hiks. I`ll miss you so much. Makasih yaa Laras *muwah*
▪ Untuk Novela Dinar Puspita Sari (Opel), Sri Eka Wulandari (Odong), dan Siwi Nur Indah Sari (Priwek). Sahabat-sahabatku, keluarga kedua ku, tempat curhat-curhat bareng hehe. Terima kasih yaa sayang-sayangnya akuuu... yok buruan dikelarin skripsinya biar kita bisa wisuda bareng hihihi. Abis ini kita bakal misah, tetep jaga silahturahmi yaaa, see you on top Geng Cecepong :3 I`ll miss you...
▪ Buat Lu`lu` Nurrohmah Krisnadi, Ayik, Febi :3 yeayyy sahabat-sahabatku yang pernah seatap hahaha. Yang pernah nyinyir bareng. Terima kasih yaaaaa.... yok buruan skripsiii, kita wisuda bareng :3
▪ Buat sahabatku dari TK haha. Izzatin Nisa. Makasih buat semangatnya ya mbak :3 hihihi.. yok reuni SD! Wkwk
▪ Buat alm. Kakung, almh. Yangti, Bulik Neti, Om Eko, Yusron, Haqi, Om Andi, Bulik Ratih, Nabil, Arya, Icha... keluarga besar Sutarjo, terima kasih atas do`a dan dukungannya *sungkem*
▪ Buat Mbah Uti, Mbah Kakung, Om Wahyu, Bulik Heni, Rissa, Om Lilik, Om Lilis, Bulik Nining, Bulik Novi, Lintang, Mayang, Faris, Hira, Om Hoho, Bulik Ida, Keluarga Besar Sutarwo. Terima kasih selalu ditanyain “Skripsi ne
sampe mana Kik?” wkwkwk akhirnya selesai juga. Terima kasih *sungkem*
▪ Buat keluarga DPPM HIMA (Ayah Andre, Mamah Desi, Teh Putri, Teh Dewi, Teh Yuli, Teh Endah, Teh Chintya, Bang Angga, Bang Ari, Bang Haikal, Bang Vitras) makasih yaaaa... jangan pada leave grup pokoknya hiihi.
▪ Buat Bapak Kost dan Ibu Kost. Ibu bapak kost yang paliiinnngggg baiiikkkkk hehe. Makasih pak buk hehe
▪ “upluk”ku sayang hahaha. “bruummm” yang selalu nganterin aku kemana pun. Ndak pernah ngeluh kalo keujanan ato kepanasan. Aaaa sayang banget sama upluk :3
▪ Popo dan RiP Bonbon... aaa meow ku sayang... nggemesinnya kalian, yang bisa ngerubah badmood menjadi goodmood... :3 *salam meow*
▪ Temen-temen Akuntansi 2013 kelas B... woy, see you on top!!!
▪ Untuk KKNyiyir (Mita & Yunda “duo Sri”, Gita, Dinda, Eli, Ana, Intan, Atun, Dio, Bima, Ardhi, Robi, Adit, Had. Thank you guys. Yok yang belom skripsian, buruan dikelarin.
▪ Buat temen-temen seangkatan Akuntansi 2013, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. See you on top, guys!!!
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... x
INTISARI ... xii
ABSTRAK ... xiii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah Penelitian ... 8
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Landasan Teori... 11
1. Teori Agensi (Agency Theory) ... 11
2. Teori Pensinyalan (Signalling Theory) ... 12
3. Nilai Perusahaan ... 13
4. Tata Kelola Perusahaan ... 14
a. Kepemilikan Institusional ... 15
b. Jumlah Dewan Direksi ... 15
c. Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 16
d. Ukuran Komite Audit... 16
5. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 17
6. Kinerja Lingkungan ... 18
B. Penurunan Hipotesis ... 18
C. Model Penelitian ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Obyek Penelitian ... 25
B. Teknik Pengambilan Sampel ... 25
C. Jenis Data ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
(9)
F. Metode Analisis Data ... 28
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 34
B. Uji Kualitas Instrumen ... 35
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 41
D. Pembahasan (Interpretasi) ... 48
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
C. Keterbatasan Penelitian ... 57 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
A. TABEL 4.1 PENENTUAN SAMPEL PENELITIAN ... 34
B. TABEL 4.2 UJI STATISTIK DESKRIPTIF ... 35
C. TABEL 4.3 HASIL UJI NORMALITAS DATA ... 37
D. TABEL 4.4 UJI MULTIKOLINEARITAS DATA ... 38
E. TABEL 4.5 HASIL UJI AUTOKORELASI ... 39
F. TABEL 4.6 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS ... 40
G. TABEL 4.7 HASIL UJI ADJUSTED R 2 ... 42
H. TABEL 4.8 HASIL UJI F ... 43
I. TABEL 4.9 HASIL UJI t ... 44
(11)
DAFTAR GAMBAR
(12)
(13)
(14)
INTISARI
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tata kelola perusahaan, tanggung jawab sosial perusahaan, dan kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan pada BUMN tahun 2010 – 2014. Objek dalam penelitian ini adalah BUMN yang terdaftar di BEI sertamengikuti PROPER tahun 2010-2014. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 31 BUMN yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, jumlah dewan direksi, proporsi dewan komisaris independen, dan ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kinerja lingkungan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci : tata kelola perusahaan, tanggung jawab sosial perusahaan, kinerja lingkungan, nilai perusahaan.
(15)
ABSTRACT
Abstract: This research aimed to examine the influence of corporate governance, corporate social responsibility, and environmental performance to firm value on State-Owned Enterprises and measured by PROPER 2010 – 2014. The object in this research were State-Owned Enterprises listed in Indonesia Stock Exchange the period 2010 to 2014. Sample in this study were taken by using purposive sampling technique so that obtained a sample of 31 State-Owned Enterprises. Data analysis used in this research was multiple regression.
The results showed that corporate governance proxied by the proportion of institusional ownership, the number of the board of directors, proportion of independent commisioner board, and number of audit committee had a negative effect on firm value. The result showed that corporate social responsibility had negative effect on firm value. In other side, these results proved that there was negative effect of environmental performance on firm value.
Keywords : corporate governance, corporate social responsibility, environtmental performance, firm value.
(16)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, semakin banyak perusahaan yang mulai memperbaiki sistem dari perusahaan yang dijalankan untuk lebih menunjang dari kinerja sebuah perusahaan sehingga bisa memaksimalkan nilai dari perusahaan yang sedang dijalankan. Nilai perusahaan merupakan sebuah nilai yang dapat mengukur seberapa besar “tingkat kepentingan” sebuah perusahaan di mata pelanggannya (Herbas, 2011). Dalam mengukur nilai perusahaan, bisa menggunakan nilai buku atau bilai pasar. Penggunaan nilai buku (book value) dan nilai pasar (market value) ekuitas dirasa kurang mewakili pengukuran nilai perusahaan. Maka dari itu, pengukuran menggunakan rasio Tobin`s Q merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dengan menggabungkan antara nilai buku dan nilai pasar ekuitas. Rasio Tobin`s Q dianggap lebih lebih teliti dikarenakan memberikan sebuah gambaran mendasar melainkan penilaian perusahaan dari berbagai aspek yang dapat diakses oleh pihak eksternal termasuk investor perusahaan tersebut. Raso Tobin`s Q ini diukur dari penjumlahan nilai pasar ekuitas dengan nilai buku total kewajiban kemudian dibagi nilai buku total aset (Hastuti, 2005).
Penggunaan nilai Tobin`s Q ini dapat mengetahui bagaimana harapan pertumbuhan perusahaan yang baik. Jika perusahaan memiliki nilai Tobin`s Q yang tinggi maka perusahaan memiliki prospek kerja yang bagus, begitupun
(17)
sebaliknya. Apabila perusahaan memiliki nilai Tobin`s Q yang rendah, maka perusahaan itu berada pada industri yang mulai melemah dan berada pada persaingan yang kuat dengan para pesaingnya (Sukamulja & Sukmawati, 2004).
Sering terjadinya konflik kepentingan antara pengelola (agen) dengan pemegang saham (principal) dalam proses pemaksimalan nilai perusahaan. Biasanya pihak agen melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan pribadinya sehingga bertentangan dengan tujuan utama dari perusahaan sehingga sering mengabaikan kepentingan dari principal. Perbedaan kepentingan ini disebut dengan konflik keagenan (agency conflict). Hal ini mengakibatkan menurunnya kualitas laba perusahaan yang mengakibatkan pemakai laporan keuangan melakukan kesalahan dalam pembuatan keputusan sehingga terjadinya penurunan nilai perusahaan (Siallagan dan Machfoeds, 2006).
Tata kelola perusahaan sangat berkaitan dengan bagaimana investor itu yakin kepada manajer bahwa perusahaan tempat ia menanamkan modal akan membawa keuntungan bagi investor dan juga yakin bahwa manajer tidak akan melakukan penggelapan atau salah menginvestasikan yang di kemudian hari akan terjadi kerugian dana bagi investor itu sendiri (Shleifer dan Vishny, 1997). Sering kita ketahui bahwa tujuan utama seorang investor melakukan penanaman modal di suatu perusahaan adalah untuk meletakkan harta kekayaannya pada suatu instrumen yang bertujuan untuk memperoleh return
(18)
pertimbangan sebelum memulai untuk menginvestasikan dananya. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan yaitu kinerja perusahaan yang nantinya akan diukur melalui nilai perusahaan (Hariati & Yeney, 2015).
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad mengatakan bahwa di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami keterpurukan kondisi ekonomi dikarenakan gagalnya implementasi tata kelola perusahaan. Kegagalan ini memicu terjadinya krisis keuangan dalam 10 tahun terakhir. Pentingnya penerapan tata kelola perusahaan ini berpengaruh terhadap manajemen perusahaan. Apabila tata kelola perusahaan diterapkan dengan baik, maka perlakuan terhadap manajemen perusahaan dapat dilakukan dengan kecakapan dan kemahiran yang maksimal. Dengan demikian, maka investor akan yakin dan percaya untuk menanamkan modal di dalam perusahaan yang menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik (Fiki, 2014). Misalkan pada masalah yang sedang terjadi, yaitu pada perusahaan Toshiba. Skandal akuntansi Toshiba yang dimulai ketika regulator sekuritas menemukan masalah pada saat mereka menyelidiki neraca perusahaan pada awal tahun 2016. Buruknya sistem tata kelola perusahaan mengakibatkan banyak terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh struktur pimpinan yang ada di perusahaan Toshiba. Hal itu berdampak langsung terhadap nilai perusahaan. Akibat dari buruknya tata kelola perusahaan yang dimiliki oleh Toshiba, telah merusak kepercayaan dari investor global kepada perusahaan Toshiba (Poskota, 2015).
(19)
Direksi merupakan organisasi perseroan yang mempunyai tanggung jawab penuh atas pengurusan perusahaan untuk mencapai tujuan dan kepentingan suatu perusahaan sesuai dengan anggaran perusahaan. Dewan direksi mempunyai tanggung jawab. Dewan direksi secara langsung bertanggung jawab penuh secara pribadi atas perusahaan, apabila perusahaan itu mengalami kerugian dalam menjalankan tugasnya (Widyana, 2012). Misalkan pada kasus perusahaan Toshiba, terungkapnya kejanggalan pada laporan keuangan Toshiba ini telah melibatkan delapan dari enam belas anggota dewan direksi meninggalkan jabatan mereka (CNNMoney, 2015).
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan jumlah saham yang dimiliki oleh lembaga keuangan non bank, dimana lembaga tersebut mengelola dana atas nama orang lain. Adanya kepemilikan intitusional maka akan mendorong adanya peningkatan pengawasan yang lebih optimal yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Mekanisme pengawasan tersebut bertujuan untuk menjamin peningkatan kemakmuran investor (Kartikawati, 2009). Pada kasus Toshiba mengenai buruknya sistem tata kelola perusahaannya, hal ini merupakan penyimpangan akuntansi yang sangat disesalkan. Pemerintah Jepang telah berupaya untuk mendapatkan kembali kepercayaan dari investor dengan mengubah sistemtata kelola yang lebih baik, namun hal ni tetap berdampak jika argumen yang beredar di investor bahwa Toshiba memiliki sistem tata kelola perusahaan yang buruk (Poskota, 2015).
Dewan Komisaris merupakan suatu organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum ataupun khusus sesuai dengan anggaran
(20)
dasar yang juga bertugas memberikan nasihat kepada Direksi. Komisaris juga mempunyai kewajiban yang berkomitmen tinggi untuk menyediakan waktu dan melaksanakan seluruh tugas komisaris secara bertanggungjawab (Widyana, 2012).
Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus dan bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen (Tugiman, 1995). Pada perusahaan Toshiba, Presiden dan Kepala Eksekutif Toshiba, Hisao Tanaka, mengundurkan diri setelah perusahaan Toshiba membuat laporan keuangan perusahaan selama enam tahun terakhir dengan permainan laba, yaitu dengan melebih-lebihkan keuntungan perusahaan sebesar total U$ 1.22 Miliar (Poskota, 2015).
Namun dalam era globalisasi seperti sekarang ini, nilai perusahaan lebih ditekankan pada kondisi keuangannya saja. Tanggung jawab sebuah perusahaan harus berlandaskan pada triple bottom lines, yaitu sebuah perusahaan tidak hanya memandang sebuah profit perusahaan saja melainkan perusahaan juga mampu untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar dan juga ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar, sehingga perusahaan mampu seimbang dalam kegiatan sosial, ekonomi, serta lingkungan. Hal ini dikarenakan tidak cukup pada kondisi keuangan saja perusahaan mampu menjamin bahwa perusahaan itu akan tumbuh secara berkelanjutan. Maka dari itu, perusahaan dianggap perlu untuk melakukan
(21)
tanggung jawab sosial perusahaan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Tanggung jawab sosial perusahaan ini dianggap penting karena ini merupakan etika bisnis, dimana perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban ekonomi kepada shareholder saja, melainkan juga kepada stakeholders yang meliputi pelanggan, pegawai, investor, pemerintah, supplier, dan juga kompetitor (Cecilia et al, 2015). Beberapa kasus yang terjadi berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan dan mempunyai dampak terhadap masyarakat dan juga lingkungan, misalnya kasus pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia yang dianggap telah melebihi batas air limbah yang telah ditetapkan dan pencemaran biota laut yang sangat merugikan lingkungan (Arifin et al, 2012).
Di lain sisi, apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang tinggi maka itu merupakan faktor mendasar yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sebuah perusahaan akan direspon positif dan mendapatkan kesan yang baik oleh masyarakat apabila perusahaan tersebut mampu melakukan pertanggungjawaban perusahaan terhadap kelestarian lingkungan hidup, dikarenakan hal tersebut akan memiliki dampak pada tingginya loyalitas konsumen terhadap produk perusahaan. Maka hal tersebut mampu untuk meningkatkan nilai perusahaan dikarenakan dalam jangka panjang perusahaan mampu untuk melakukan penjualan yang baik dan meningkatkan profitabilitas (Retno, 2012).
(22)
Dalam penelitian ini, kinerja lingkungan diukur dengan menggunakan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER). PROPER merupakan program dari Kementrian Lingkungan Hidup yang merupakan kegiatan yang berpusat pada pengawasan dan pembinaan pertanggungjawaban dari perusahaan terhadap lingkungannya. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc mengatakan bahwa PROPER ini sangat penting dikarenakan dapat membangun nilai-nilai ketaatan sebuah perusahaan terhadap peraturan serta mendorong pemikiran-pemikiran baru yang sangat berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Bakar, 2014).
Motivasi peneliti melakukan penelitian ini, yaitu ingin mengetahui bagaimana peran dari perusahaan milik Negara, apakah sudah menerapkan tata kelola perusahaan, tanggung jawab sosial perusahaan, serta kinerja lingkungan yang baik, yang nantinya hal itu akan berdampak kepada pandangan dari para investor mengenai bagaimana kinerja perusahaan tersebut yang juga akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dari BUMN tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti mengambil penelitian dengan judul Pengaruh Tata Kelola Perusahaan, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, dan Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada BUMN Tahun 2010 - 2014). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yaitu Isnin Hariati dan Yeney Widya Rihatiningtyas yang berasal dari Universitas Brawijaya.
(23)
Penelitian terdahulu yaitu Isnin Hariati dan Yeney Widya Rihatiningtyas pada tahun 2015 yang berkaitan dengan nilai perusahaan, hanya membahas mengenai tata kelola perusahaan dan kinerja lingkungan. Disini peneliti ingin menambah satu variabel yaitu tanggung jawab sosial perusahaan yang juga dikaitkan dengan nilai perusahaan. Serta pada obyek penelitian, peneliti terdahulu membahas mengenai perusahaan manufaktur, disini peneliti ingin meneliti mengenai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tentang bagaimana tata kelola, tanggung jawab sosial, serta kinerja lingkungan yang berdampak terhadap nilai perusahaan yang dilakukan di BUMN, apakah terdapat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau tidak.
B. Batasan Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan batasan penilaian. Yaitu pada variabel independen pada tata kelola perusahaan, peneliti hanya meneliti 4 komponen yaitu kepemilikan institusional, jumlah dewan direksi, proporsi dewan komisaris independen, dan juga ukuran komite audit. Selanjutnya, pada variabel independen tanggung jawab sosial perusahaan, peneliti meneliti secara umum mengenai tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap lingkungan disekitarnya. Dan terakhir, pada variabel independen kinerja lingkungan dengan menggunakan PROPER. Serta, pada variabel dependen yang membahas mengenai nilai perusahaan, peneliti menggunakan Rasio Tobin`s Q. untuk masa periode, peneliti menggunakan lima (5) tahun masa penelitian, yaitu tahun 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014.
(24)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah jumlah dewan direksi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan?
5. Apakah tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan?
6. Apakah kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk medapatkan bukti empiris mengenai: 1. Kepemilikan institusional yang berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
2. Jumlah dewan direksi yang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
(25)
3. Proporsi dewan komisaris independen yang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
4. Ukuran komite audit yang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
5. Tanggung jawab sosial yang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
6. Kinerja lingkungan yang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada:
1. Para investor perusahaan dapat memahami peranan praktek tata kelola perusahaan, tanggung jawab sosial perusahaan, dan kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan.
2. Pengembangan ilmu mengenai agency theory, signaling theory, rasio Tobin`s Q sehingga dapat memperoleh permodelan-permodelan praktek yang berdampak terhadap nilai perusahaan.
3. Peneliti, sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir sebagai Sarjana Ekonomi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Teori yang memaparkan hubungan antara pemilik modal dengan manajemen disebut sebagai teori agensi. Hubungan yang mendasari langsung antara principal dan wewenang dalam tata kelola perusahaan dapat digambarkan dalam keputusan wewenang pengambilan keputusan yang diserahkan kepada agen, hal itu merupakan hubungan keagenan yang berada pada situasi dimana pinsipal memakai jasa orang lain (agen) guna melakukan layanan/jasa untuk kepentingan mereka (Jensen dan Meckling, 1976).
Teori keagenan merupakan konsep yang mendasari dengan adanya tata kelola perusahaan. Dengan konsep ini, maka teori ini diharapkan menjadi tujuan untuk meyakinkan investor bahwa mereka akan mendapatkan return
dari dana yang telah mereka investasikan. sistem tata kelola perusahaan ini juga berkaitan dengan bagaimana cara manajer untuk meyakinkan kepada investor, bahwa dana yang telah mereka investasikan berada di dalam pihak yang benar dan tidak akan melakukan penggelapan atau kesalahan dalam penginvestasian proyek yang nantinya akan merugikan pihak investor (Sheifer dan Vishny, 1997).
Di dalam perusahaan, masalah keagenan yang sering dihadapi oleh para investor yaitu yang mengacu pada kesulitan investor untuk memastikan
(27)
bahwa dananya tidak disalahgunakan oleh manajemen perusahaan sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi investor (Wulandari, 2011). Apabila proporsi kepemilikan hanya sebagian dari perusahaan, hal ini akan membuat manajer cenderung untuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan kepentingan pribadi dan menyimpang jauh dari tujuan awal perusahaan yaitu untuk memaksimalkan laba perusahaan. Hal inilah yangnantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency cost) (Ichsan, 2013). Agency cost
merupakan jumlah dari biaya yang dikeluarkan oleh principal untuk melakukan pengawasan terhadap agen (Jensen dan Meckling, 1976). 2. Teori Pensinyalan (Signalling Theory)
Signalling theory merupakan teori yang sangat penting bagi perusahaan, dikarenakan teori tersebut sangat diperlukan bagi inestor maupun bagi pelaku bisnis. Teori tersebut menyajikan informasi, catatan, maupun gambaran yang baik dari laporan perusahaan di masa lalu, masa sekarang, dan juga masa mendatang. Informasi ini digunakan investor untuk menjadi dasar suatu penilaian yang nantinya akan dianalisis untuk dijadikan sebuah alat analisis untuk pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Informasi yang akan diberikan kepada khalayak umum berupa sinyal baik dan juga sinyal buruk. Jika sinyal yang diumumkan merupaka sinyal yang baik, maka hal tersebut diharapakan akan diterima oleh pasar (Jogiyanto, 2000).
(28)
3. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan suatu keadaan dimana suatu perusahaan telah mencapai tujuan dari perusahaan tersebut dan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat sehingga meningkatnya nilai perusahaan merupakan suatu prestasi dan akan berdampak terhadap kesejahteraan pemilik perusahaan (Heru, 2014). Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran bagi para pemegang saham, apabila harga saham tersebut mengalami peningkatan. Untuk mencapai nilai perusahaan, pada umumnya para investor menyerahkan modalnya dan percaya penuh kepada seseorang yang professional. Tujuan utama dari sebuah perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan melalu peningkatan kemakmuran pemilik maupun pemegang saham (Wahidawati, 2002).
Nilai perusahaan biasanya diukur dari beberapa aspek, salah satunya yaitu harga pasar saham perusahaan, karena harga tersebut mdapat mencerminkan penilaian dari investor terhadap kinerja yang dimiliki dan dilakukan oleh suatu perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Pengukuran yang dilakukan di penelitian ini dalam menilai nilai perusahaan yaitu menggunakan rasio Tobin`s Q. Rasio yang menunjukkan penilaian estimasi pada pasar keuangan. Rasio ini juga menunjukkan bahwa investasi yang menghasilkan laba dengan memberikan nilai yang tinggi, maka hal ini akan membuat investasi baru (Vinola, 2008). Keputusan investor dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan melihat laporan kinerja suatu perusahan. Sehingga nilai perusahaan dianggap penting sebagai dasar
(29)
pemahaman investor terhadap tingkat berhasil tidaknya suatu perusahaan (Ginuny & Erni, 2015).Rasio Tobin`s Q ini dianggap sebagai ukuran yang lebih teliti, karena ukuran ini juga menunjukkan bagaimana pasar dapat menilai suatu perusahaan dari berbagai aspek, sehingga pihak luar dan juga investor dapat melihat dan memperhatikannya (Hastuti, 2005).
4. Tata Kelola Perusahaan
Penerapan konsep tata kelola perusahaan diharapkan dapat memberikan kepercayaan terhadap manajemen perusahaan dalam mengelola modal dari para investor sehingga investor menjad lebih yakin bahwa manajemen perusahaan akan semakin yakin bahwa manajemen perusahaan tidak akan melakukan kecurangan untukmemperoleh keuntungan pribadi (Darwis, 2009).
Tata kelola perusahaan berkaitan dengan teori keagenan, dimana terdapat peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara investor, kreditor, karyawan, pengelola perusahaan, dan pemegang kepentingan lainnya di dalam perusahaan untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. Tata kelola perusahaan ini digunakan untuk meminimalisir masalah keagenan di dalam suatu perusahaan. Jika perusahaan telah menerapkan sistem tata kelola perusahaan dengan baik, maka perusahaan itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan baik secara finansial maupun non finansial (Brown dan Caylor, 2004). Komponen dalam tata kelola perusahaan dalam penelitian ini berupa
(30)
kepemilikan institusional, dewan direksi, dewan komisaris independen, dan komite audit.
a. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan jumlah saham perusahaan oleh lembaga keuangan non bank dimana lembaga tersebut mengelola dana atas nama orang lain. Lembaga-lembaga ini dapat berupa: perusahaan Reksa Dana, perusahaan Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Investasi, Yayasan Swasta, dan lain sebagainya (SahamOK, 2016).
Institusi yang merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi termasuk di dalamnya investasi saham sehiingga menyerahkan tanggung jawab yang menjadi amanahnya kepada divisi tertentu untuk mengelola inestasi dari para investor di perusahaan tersebut. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi dan mengawasi mengenai perkembangan investasinya serta pengendalian apabila terindikasi terjadinya kecurangan, sehingga terjadinya kecurangan dapat diminimalisir (Murwaningsari, 209). b. Jumlah Dewan Direksi
Direksi merupakan organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan tujuan dari perseroan, baik dari dalam maupun dari luar pengadilan sesuai dengan anggaran dasar. Agar pelaksanaan tugas dari dewan direksi dapat berjalan dengan efektif, maka salah satu prinsip yang
(31)
harus dipenuhi adalah komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk mengambil keputusan secara efektif, efisien, dan ekonomis, serta dapat bertindak secara independen (Widyati, 2013).
c. Proporsi Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen merupaka anggota dewan komisaris yang tidak berhubungan dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, serta pemegang saham pengendali, dan bebas dari hubungan bisnis maupun hubungan lainnya yang dapat memengaruhi kemampuan untuk bertindak independen dan semata-mata dilakukan demi kepentingan perusahaan. Menurut peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000, bahwa perusahaan wajib untuk mempunyai dewan komisaris independen yang profesional dan berjumlah sama dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas atau dalam kata lain persyaratan yang diajukan yaitu jumlah minimal dewan komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris (Widyati, 2013).
d. Ukuran Komite Audit
Komite audit didefinisikan sebagai suatu komite yang bekerja secara professional berdasarkan amanah yang telah diembannya serta independen yang dibentuk oleh dewan komisaris. Tugas dari komite audit yaitu membantu dan memperkuat fungsi dari dewan komisaris dalam menjalankan pengawasan atas proses pelaporan keuangan,
(32)
manajemen resiko, pelaksanaan audit, serta implementasi dari tata kelola perusahaan. Menurut peraturan Bapepam-LK no. IX.1.5 yang menjelaskan tentang peraturan mengenai jumlah komite audit bagi perusahaan yaitu perusahaan diwajibkan untuk membentuk koite audit yang berjumlah sekurang-kurangnya tiga orang, dimana salah satunya merupakan dewan komisaris independen dan bertindak sebagai ketua komite audit (Widyati, 2013).
5. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan satu bentuk tindakan yang diarahkan untuk dijadikan pertimbangan demi meningkatkan kualitas ekonomi yang juga dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan juga masyarakat lebih luas. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan ini berpengaruh terhadap nilai perusahaan, yang menyatakan bahwa stabilitas dan kemakmuran ekonomi jangka panjang dapat dicapai apabila perusahaan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat (Susanti dan Titik, 2014).
Perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, seharusnya tidak hanya berpangku pada kepentingan ekonomi saja, melainkan juga pada lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Apabila perusahaan telah menerapkan sistem tanggung jawab sosial dengan maksimal, maka hal ini akan memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar. Sebagai contoh apabila perusahaan mampu menjalan tanggung jawab sosialnya, maka hal ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar sehingga
(33)
pengangguran dan kemiskinan dapat mengalami penurunan (Stephen dan Mary, 2010).
6. Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan dianggap penting karena hal ini merupakan suatu pendekatan dalam rangka untuk meminimalkan dampak yang terjadi dalam lingkungan sekitar perusahaan. Dalam melakukan kinerja lingkungan ini, perusahaan juga membutuhkan dorongan dari pihak luar perusahaan (Berry dan Dennis, 1998). Apabila sistem lingkungan dijalankan dengan baik, akan berpengaruh terhadap ketertarikan investor, pemegang saham, dan juga
stakeholder sehingga akan memberikan keuntungan terhadap perusahaan. Hal ini dikarenakan, pengelolaan lingkungan perusahaan yang baik dapat menghindari pemikiran dari masyarakat serta pemerintah sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kualitas produk yang nantinya akan menambah keuntungan ekonomi bagi perusahaan (Pfleiger et al, 2005).
B. Penurunan Hipotesis
1. Kepemilikan Institusional dan Nilai Perusahaan
Kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh suatu institusi atau lembaga. Investor yang menanamkan modalnya dengan cara seperti ini disebut dengan investor institusional. Dimana investor instusional merupakan investor yang dapat memprediksi laba perusahaan di masa mendatang dibandingkan dengan investor non institusional. Investor institusional ini juga diyakini mampu untuk melakukan pengawasan terhadap tindakan manajer dengan lebih baik,
(34)
sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Apabila kepemilikan institusional tinggi, maka akan meningkatkan pengelolaan laba sehingga nilai perusahaan akan ikut meningkat (Sari & Akhmad, 2013).
Dalam perusahaan, apabila semakin besar proporsi kepemilikan institusional maka pengawasan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan akan semakin ketat. Semakin ketatnya kegiatan pengawasan ini diharapkan perusahaan mampu untuk meminimalisasi dan juga menghindari manajemen melakukan kegiatan yang akan merugikan perusahaan dan juga investor, misalkan mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri tanpa memerdulikan prinsip yang telah dipegangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Manik (2011) dan Susanti dan Titik (2014) mengindikasi adanya hubungan positif antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan. Sedangkan pada penelitian Hariati & Yeney (2015) mengindikasi adanya hubungan negatif antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan. Maka hipotesis yang akan diuji yaitu:
��: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2. Jumlah Dewan Direksi dan Nilai Perusahaan
Dewan direksi yaitu seseorang yang profesional yang ditunjuk oleh pemilik usaha untuk menjalankan dan memimpin Perseroan Terbatas (PT). Sebagai upaya agar pelaksanaan tugas dari dewan direksi dapat berjalan secara efektif yang perlu diperhatikan adalah komposisi dewan direksi.
(35)
Dewan direksi harus professional sehingga dapat melakukan pengambilan keputusan secara efektif, tepat, dan cepat (Widyati, 2013). Hal ini berhubungan, apakah perusahaan yang ia kelola akan memperoleh nilai perusahaan yang tinggi atau akan mengalami penurunan. Apabila nilai perusahaan yang didapatkan tinggi, berarti kinerja dari dewan direksi itu sangat memengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fama & Jensen (1983) dan Bhagat et al (1987) dan Wardoyo & Veronica (2013) mengindikasi adanya hubungan positif antara dewan direksi dengan nilai perusahaan.Namun menurut penelitian dari Sari Kusumastuti, et al (2007), Maria Fransisca Widyati (2013), dan Sari & Putu (2014) mengindikasikasi bahwa tidak ada pengaruh antara dewan dreksi dengan nilai perusahaan. Dari analisis tersebut, maka hipotesis yang akan duji yaitu:
H2 : Dewan direksi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
3. Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Nilai Perusahaan
Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, pemegang saham, serta tidak memiliki hubungan dari hubungan bisnis lainnya yang dapat memengaruhi kemampuan dewan komisaris untuk bertindak independen (Widyati, 2013). Semakin tinggi dewan proporsi dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan, maka kegiatan pengawasan yang dilakukan akan semakin ketat. Dewan komisaris independen ini brtugas sebagai moderator apabila terjadi perselisihan antara manajer
(36)
internal dan mengawasi serta memberikan nasihat kepada manajemen. Jika biaya keagenan suatu perusahaan dapat diminimalisir maka efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan akan semakin meningkat sehingga nilai perusahaan juga akan meningkat. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Hariati & Yeney (2015) bahwa adanya hubungan positif antara proporsi dewan komisaris independen dengan nilai perusahaan. Maka hipotesis yang akan diuji yaitu:
H3 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. 4. Ukuran Komite Audit dan Nilai Perusahaan
Komite audit bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan dan monitoring yang dilakukan oleh auditor internal perusahaan dan memahami masalah-masalah perusahaan yang berpotensi mempunyai risiko. Dengan adanya pemahaman ini, diharapkan masalah-masalah yang menjadi potensi kerugian dalam perusahaan dapat diminimalisir dan dihindari. Serta diharapkan tindakan kecurangan yang dilakukan manajemen dan berdampak merugikan perusahaan dapat dideteksi dan dicegah. Serta dengan sistem pengawasan yang dilakukan terhadap auditor internal dapat mencegah terjadinya kecurangan ataupun kesalahan yang nantinya akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Manik (2011) mengatakan bahwa adanya hubungan positif komite audit dan nilai perusahaan. Namun, bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariati & Yeney (2015) mengatakan bahwa antara
(37)
ukuran komite audit dan nilai perusahaan memiliki hubungan negatif. Dari uraian tersebut, maka hipotesis yang akan ciuji yaitu:
H4 : Komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
5. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Nilai Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan satu bentuk tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang diarahkan untuk melakukan peningkatan laba perusahaan dan juga peningkatan terhadap kualitas hidup bagi karyawan perusahaan, serta kualitas hidup masyarakat disekitar perusahaan serta masyarakat secara luas (Susanti dan Titik, 2014). Perusahaan yang melakukan tanggung jawab sosial perusahaan dengan baik maka akan meningkatkan nilai perusahaan.
Perusahaan harus seimbang dalam melakukan kegiatan berbisnisnya antara kegiatan sosial, ekonomi, dan juga lingkungan. Masalah tanggung jawab sosial ini juga berhubungan erat dengan masalah etika dan hukum (Elkington, 1997). Apabila kinerja perusahaan dalam menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan ini dapat berjalan dengan maksimal maka hal ini akan membuat niali suatu perusahaan juga meningkat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Titik (2014) mengatakan bahwa adanya hubungan positif antara tanggung jawab sosial peusahaan dan nilai perusahaan, sedangkan Cecilia et al (2015) mengatakan adanya hubungan negatif antara tanggung jawab sosial perusahaan dan nilai perusahaan. Dari analisis tersebut, maka hipotesis yang akan diuji yaitu:
(38)
�� : Tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
6. Kinerja Lingkungan dan Nilai Perusahaan
Suatu perusahaan harus menyeimbangkan antara tujuan ekonomi dengan tujuan lingkungan dan sosialnya. Bukan hanya mengenai profit yang didapatkan saja, melainkan juga mengenai hubungan antara perusahaan dengen lingkungan di sekitar perusahaan. Apabila perusahaan ingin meningkatkan nilai perusahaan maka perusahaan juga harus mampu untuk meningkatkan kinerja lingkungannya. Dengan kinerja lingkungan yang baik, maka nilai perusahaan yang hasilkan juga akan meningkat. Begitu pula sebaliknya. Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan disekitarnya dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan (Sri Tjahjono, 2013). Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dalam bidang pelestarian lingkungan akan mendatangkan beberapa keuntungan bagi perusahaan, diantaranya, yaitu ketertarikan para pemegang saham terhadap keuntungan perusahaan yang bertanggung jawab pada pengelolaan lingkungan (Pfleiger et al, 2005). Menurut penelitian dari Markus (2000) dan Figgie & Hanh (2004) berpendapat bahwa adanya hubungan positif antara kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan, sedangkan Tjahjono (2013) mengindikasi adanya hubungan negatif. Dari uraian tersebut, maka hipotesis yang akan diuji yaitu:
H6 : Kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap nilai
(39)
C.Model Penelitian
Gambar 1 Model Penelitian
(+) (+)
(+) (+)
(+)
(+)
(+)
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Kinerja Lingkungan
Nilai Perusahaan
Ukuran Komite Audit Kepemilikan
Institusional
Proporsi Dewan Komisaris Independen Jumlah Dewan
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah BUMN yang terdaftar di BEI serta mengikuti PROPER tahun 2010-2014. Alasan peneliti memilih BUMN yaitu BUMN yang merupakan badan usaha milik negara, apakah telah mampu untuk tetap bertahan terhadap pengaruh yang ditimbulkan dari lingkungan.
B.Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria dalam pemilihan sampel ini yaitu: (1) BUMN yang telah terdaftar di BEI pada periode 2010 - 2014. (2) BUMN yang mendapatkan peringkat PROPER selama periode 2010 - 2014. (3) BUMN yang menyajikan laporan keuangan dalam satuan rupiah periode 2010 - 2014. (4) BUMN yang menampilkan laporan tanggung jawab sosial perusahaan secara berturut-turut periode 2010 - 2014.
C.Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Dimana data tersebut sudah tersedia dan peneliti tinggal mencari serta mengumpulkan data lalu mengolah data-data yang diperlukan di dalam penelitian yang dilakukan.
(41)
D.Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode data sekunder dan data tersebut di dapatkan dari daftar BUMN yang terdaftar di BEI serta BUMN yang masuk ke dalam PROPER pada tahun 2010 - 2014.
E.Definisi Operasional Variabel Penelitian
Dimana untuk pengukuran tiap-tiap variabel berbeda-beda. Dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen.
a. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu nilai perusahaan yang nantinya akan diukur dengan menggunakan rasio Tobin`s Q (James Tobin dalam Tenof, 2012). Adapun rumus dari rasio Tobin`s Q, yaitu:
NP: N +N w
N
b. Untuk variabel-variabel dengan independen yaitu kepemilikan institusional, dewan direksi, proporsi dewan komisaris independen, ukuran komite audit, tanggung jawab sosial perusahaan, dan kinerja lingkungan.
1) Kepemilikan institusional adalah saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, atau perusahaan lain (Tarjo, 2008). Adapun rumus yang diperoleh, yaitu:
KI = y
(42)
2) Jumlah dewan direksi diukur menggunakan penjumlahan dewan direksi yang ada di dalam perusahaan termasuk di dalamnya CEO perusahaan (Wardhani, 2006). Maka rumusnya yaitu:
DD = Jumlah dewan direksi + CEO
3) Proporsi dewan komisaris independen, diukur dengan membandingkan antara jumlah dewan komisaris independen dengan total anggota dewan komisaris (Wardhani, 2006). Adapun rumusnya yaitu:
DKI = Total dewan komisaris : dewan komisaris independen 4) Ukuran komite audit diukur dengan menjumlahkan banyaknya
anggota komite audit yang dimiliki oleh suatu perusahaan (Widyati, 2013).
KA = Jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan
5) Tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut GRI 4, terdapat 91 item dari 6 tema yaitu ekonomi, kinerja lingkungan, dan sosial. 91 item tersebut kemudian disesuaikan dengan masing-masing lama sehingga item pengungkapan yang diharapkan dari setiap tema berbeda-beda. Maka dapat diperoleh rumus, yaitu:
CRSDI = ∑ X Keterangan:
CSDI = CSR Disclosure Index
Xij = Jumlah disclosureperusahaan, n ≤ 91
(43)
6) Kinerja lingkungan diukur dengan PROPER dengan menggunakan skala ordinal. Dimana setiap warna mewakili 1 poin penilaian, yaitu:
Warna emas untuk peringkat 5= Sangat sangat baik, Warna hijau untuk peringkat 4 = Sangat baik, Warna biru untuk peringkat 3 = Baik,
Warna merah untuk peringkat 2 = Buruk,
Warna hitam untuk peringkat 1 = Sangat buruk (Siti, 2014).
F. Metode Analisis Data a. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisa data sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang dapat di generalisasi dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul (Sugiyono, 2010). Uji statistik deskriptif dilakukan dengan program SPSS 22.
Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau pemaparan suatu data atau dalam bentuk tabel yang meliputi ukuran perumusan data (mean) dan ukuran penyebaran data seperti standar deviasi, minimum, maksimum, dan range (Ghozali, 2011).
(44)
b. Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini, untuk menguji asumsi klasik menggunakan Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji Multikolinearitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui bagaimana model statistik yang akan digunakan. Uji normalitas juga digunakan untuk mendeteksi apakah data yang telah diambil dan dianalisis ini normal atau tidak.uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Dalam penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan uji normal Kolmogorov-Smirnov. Suatu data dikatakan terdistribusi normal apabila
Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan nilai signifikansi
diatas 0,05 (Ghozali, 2011). 2. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini dilakukan guna mengetahui seberapa kuat korelasi antara variabel-variabel independen yang ada di dalam penelitian. Dan juga untuk mendeteksi apakah persamaan regresi mengalami multikolinearitas atau tidak. Uji ini diperuntukan untuk yang melakukan penelitian variabel independennya lebih dari satu. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflation Factors (VIF), dengan kriteria pengujian jika
(45)
nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,10 maka tidak terdapat multikolinearitas dan sebaliknya jika VIF > 10 atau nilai
tolerance < 0,10 maka terdapat multikolinearitas diantara variabel independennya (Nazzaruddin dan Basuki, 2016).
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji D-W). Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak ada autokorelasi. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka terdapat autokorelasi (Ghozali, 2011).
4. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari uji heterokedastisitas ini yaitu untuk menguji apakah di dalam persamaan model regresi terdapat ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode glejtser. Jika variabel independen signifikan secara statistik memengaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika nilai sig > α (0,05) maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
(46)
G.Uji Hipotesis dan Analisis Data
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan Analisis Regresi, Koefisien Determinasi, Uji F, dan Uji t.
1. Analisis Regresi Berganda
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science). Sedangkan untuk persamaan regresinya yaitu :
Q=α+β .KI + β .DD ��+β .PDKI��+β .UKA��+β .CSR��+ β . PROPER�� + e
Keterangan:
Q : Nilai Perusahaan
α : Konstanta
KI : Kepemilikan Institusional DD�� : Dewan Direksi
PDKI�� : Proporsi Dewan Komisaris Independen
UKA�� : Ukuran Komite Audit
CSR�� : Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
PROPER�� : Kinerja Lingkungan
β - β : Koefisien Regresi
(47)
2. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi dinyatakan dalam R2 yang dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Apabila nilai R2
mempunyai nilai yang kecil maka kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel terbatas. Apabila nilai R2 mendekati 1 maka variabel independen memberikan hamper seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi dan menganalisis variase independen (Ghozali, 2011).
Kelemahan yang dimiliki oleh R2 yaitu bisa terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan model. Penelitian ini menggunakan adjusted R2 yang berkisar antara 0 dan 1. Jika nilai adjusted R2 semakin mendekati 1, maka semakin baik pengaruh
antara variabel independen terhadap variabel dependen. 3. Uji F
Uji nilai F pada penelitian ini dilakukan menggunakan significant level 0,05 atau α=5%. Jika nilai dari signifikansi <0,05 maka
hipotesis yang peneliti ajukan terdukung, dan jika nilai dari signifikansi > 0,05 maka hipotesis yang peneliti ajukan tidak terdukung. Yang artinya jika hipotesis terdukung berarti bahwa variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, dan juga sebaliknya.
(48)
4. Uji t
Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan
significant level 0,05 atau α=5%. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka variabel independen mempunyai pengaruh yang secara bersama terhadap variabel dependen, yang menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat.
(49)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum dan Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2010 – 2014. Sampel yang digunakan sebanyak 31 BUMN yang dipilih secara purposive
sampling. Rincian jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria dalam
pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1
Penentuan Sampel Penelitian
No Keterangan Total
1 BUMN yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014
100 2
BUMN yang tidak mendapatkan peringkat PROPER tahun 2010 – 2014
(69)
Jumlah perusahaan sampel 31
Sumber: Data sekunder yang diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut diperoleh sampel sebanyak 31 BUMN yang diperoleh dalam bentuk laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan selama 5 tahun. Data yang dikumpulkan meliputi seluruh variabel penelitian, yaitu kepemilikan institusional, dewan direksi, dewan komisaris independen, komite audit, tanggung jawab sosial perusahaan, kinerja lingkungan, dan nilai perusahaan.
(50)
B. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Statistik Deskriptif
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kepemilikan
Institusional 31 .09 .92 .2868 .17136
Dewan Direksi 31 5 7 5.97 .657
Proporsi Dewan
Komisaris Independen 31 1.67 3.50 2.6506 .47383
Ukuran Komite Audit 31 3 7 4.39 1.358
Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan 31 .19 .69 .4474 .12436
Kinerja Lingkungan 31 3 5 3.55 .723
Nilai Perusahaan 31 .86 6.32 2.4832 1.27827 Sumber: Data sekunder yang diolah 2015
Tabel 4.2 menunjukkan statistik deskriptif dari setiap variabel yang diteliti. Semua data disajikan menunjukkan distribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai mean yang lebih besar daripada standard deviation.
Variabel pertama, kepemilikan institusional memiliki nilai antara minimum 0,09 hingga maksimum 0,92 dengan skor rata-rata 0,2868 dan dengan standar deviasi sebesar 0,17136.
Variabel kedua, dewan direksi memiliki nilai antara minimum 5 hingga maksimum 7 dengan skor rata-rata 5,97 dan dengan standar deviasi sebesar 0,657.
Variabel ketiga, proporsi dewan komisaris independen memiliki nilai antara minimum 1,67 hingga maksimum 3,50 dengan skor rata-rata 2,6506 dan dengan standar deviasi sebesar 0,47383.
(51)
Variabel keempat, ukuran komite audit memiliki nilai antara minimum 3 hingga maksimum 7 dengan skor rata-rata 4,39 dan dengan standar deviasi sebesar 1,358.
Variabel kelima, tanggung jawab sosial perusahaan memiliki nilai antara minimum 0,19 hingga maksimum 0,69 dengan skor rata-rata 0,4474 dan dengan standar deviasi sebesar 0,12436.
Variabel keenam, kinerja lingkungan memiliki nilai antara minimum 3 hingga maksimum 5 dengan skor rata-rata 3,55 dan dengan standar deviasi sebesar 0,723.
Variabel terakhir, nilai perusahaan memiliki nilai antara minimum 0,86 hingga minimum 6,32 dengan skor rata-rata 2,4832 dan dengan standar deviasi sebesar 1,27827.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteskedastisitas. a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui tingkat distribusi normal variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi. Jika
nilai sig > α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual menyebar
normal, dan jika nilai sig < α = 0,05 maka dapat disimpulkan residual menyebar tidak normal.
(52)
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 31
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. Deviation
.98386346 Most
Extreme Differences
Absolute .100
Positive .100
Negative -.074
Test Statistic .100
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Monte Carlo Sig. (2-tailed)
Sig. .881e
99% Confidence Interval
Lower
Bound .873
Upper
Bound .890
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
e. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000. Sumber : Hasil olah data uji normalitas, 2016
Uji normalitas menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov
yang tampak pada Tabel 4.3. Dari uji tersebut diketahui bahwa untuk model penelitian dengan nilai perusahaan sebagai variabel dependen menunjukkan nilai Asymp. Sig.. (2-tailed) ini lebih tinggi daripada
nilai α = 0,05, mengindikasi bahwa model penelitian ini berdistribusi normal.
(53)
b. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas Data Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardiz ed Coefficien
ts
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta
Toleran
ce VIF
1 (Constant) -1.689 2.104 -.803 .430
Kepemilikan
Institusional .018 1.326 .002 .014 .989 .781 1.280 Dewan Direksi .581 .372 .299 1.561 .132 .673 1.486 Proporsi Dewan
Komisaris Independen
.551 .457 .204 1.208 .239 .862 1.160 Ukuran Komite
Audit -.496 .183 -.528 -2.710 .012 .652 1.535 Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan 1.738 2.173 .169 .800 .432 .552 1.811 Kinerja
Lingkungan .180 .323 .102 .557 .583 .741 1.349 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber : Hasil olah data uji multikolinearitas, 2016
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Regresi yang sempurna seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam penelitian dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dengan dasar pengambilan keputusan jika nilai VIF < 10 atau nilai tolerance> 0,10 maka tidak terjadi
(54)
multikolineritas. Tabel 4.4 menunjukkan ringkasan hasil uji multikolineritas.
Uji multikolinearitas menganalisis korelasi antar variabel independen pada nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) dalam collinearity statistics pada Tabel 4.4. Dari uji tersebut diketahui bahwa nilai perusahaan sebagai variabel dependen dan semua variabel independen yang terdiri dari kepemilikan institusional, dewan direksi, proporsi dewan komisaris, ukuran komite audit, tanggung jawab sosial perusahaan, dan kinerja lingkungan memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa model penelitian terbebas dari masalah multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autkorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada pengamatan satu ke pengamatan yang lain pada model regresi. Tabel 4.5 menunjukkan ringkasan hasil uji autokorelasi.
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .638a .408 .259 1.09999 1.267
a. Predictors: (Constant), Kinerja Lingkungan, Ukuran Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(55)
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Sumber : Hasil olah data uji autokorelasi, 2016.
Berdasarkan kriteria hasil uji Durbin-Watson, penelitian terbebas dari autokorelasi. Hasil ini tampak pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 1,267 nilai tersebut terletak antara dU dan (4-dU). Nilai Durbin-Watson 1,267 lebih besar dari batas atas (dU) 1,65 dan kurang dari 4 – 1,65 (4 – dU). Maka dapat dikatakan bahwa model terbebas dari masalah autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji
Gletzer. Jika nilai sig > 0,05 maka model terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Tabel 4.6 menunjukkan ringkasan hasil uji heteroskedastisitas.
Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
(Constant) 1.305 1.037 1.258 .221
Kepemilikan
Institusional .275 .654 .083 .420 .678
(56)
Proporsi Dewan
Komisaris Independen -.225 .225 -.187 -1.002 .326 Ukuran Komite Audit -.165 .090 -.394 -1.831 .080 Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan 2.147 1.071 .468 2.004 .057
Kinerja Lingkungan -.015 .159 -.019 -.093 .926 a. Dependent Variable: ABSRES
Sumber : Hasil olah data uji heteroskedastisitas, 2016
Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa model penelitian yang digunakan terbebas dari masalah heteroskedastisitas, dimana semua variabel independen (kepemilikan institusional, dewan direksi proporsi dewan komisaris independen, ukuran komite audit, tanggung jawab sosial perusahaan, dan kinerja lingkungan) yang nilai signifikansinya diatas 0,05.
C. Hasil Penelitian
1. Uji Koefisien Determinasi
Pengujian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam keofisien determinasi (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 diartikan bahwa variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji koefisien determinasi (R2).
(57)
Tabel 4.7 Hasil Uji Adjusted R2
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .638a .408 .259 1.09999 1.267
a. Predictors: (Constant), Kinerja Lingkungan, Ukuran Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber : Hasil olah data koefisien determinasi, 2016
Berdasarkan tabel koefisien determinasi diatas, besarnya Adjusted R Square adalah 0,259. Hasil perhitungan statistik ini berarti bahwa kemampuan variabel independen (kepemilikan institusional, dewan direksi, proporsi dewan komisaris independen, ukuran komite audit, tanggung jawab sosial perusahaan, dan kinerja lingkungan) dalam menerangkan variasi perubahan variabel dependen (nilai perusahaan) sebesar 26% sedangkan sisanya 74% (100% - 26%) dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi yang dianalisis.
2. Uji F
Pengujian ini untuk hipotesis dengan variabel-variabel independen yang secara bersama-sama memengaruhi terhadap variabel dependen dalam model regresi. Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji F.
(58)
Tabel 4.8 Hasil Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig. 1 Regression 19.979 6 3.330 2.752 .035b
Residual 29.040 24 1.210
Total 49.019 30
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
b. Predictors: (Constant), Kinerja Lingkungan, Ukuran Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Sumber : Hasil olah data uji F, 2016
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai uji F adalah 2,752 dengan nilai signifikansi yaitu 0,035 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional, dewan direksi, proporsi dewan komisaris independen, ukuran komite audit, tanggung jawab sosial perusahaan, dan kinerja lingkungan secara bersama-sama mampu menjelaskan perngaruhnya terhadap variabel nilai perusahaan dan persamaan regresi yang diperoleh dapat diandalkan sehingga dapat dilanjutkan untuk pengujian secara parsial.
3. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji apakah signifikansi masing-masing variabel independen, yaitu kepemilikan institusional, dewan direksi, proporsi dewan komisaris independen, ukuran komite audit, tanggung jawab sosial perusahaan, dan kinerja lingkungan berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu nilai perusahaan. Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji t.
(59)
Tabel 4.9 Hasil Uji t
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficien ts
t Sig.
Collinearity Statistics B
Std.
Error Beta
Toleran
ce VIF 1 (Constant) -1.689 2.104 -.803 .430
Kepemilikan
Institusional .018 1.326 .002 .014 .989 .781 1.280 Dewan Direksi .581 .372 .299 1.561 .132 .673 1.486 Proporsi Dewan
Komisaris Independen
.551 .457 .204 1.208 .239 .862 1.160 Ukuran Komite
Audit -.496 .183 -.528 -2.710 .012 .652 1.535 Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan 1.738 2.173 .169 .800 .432 .552 1.811 Kinerja
Lingkungan .180 .323 .102 .557 .583 .741 1.349 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber : Hasil olah data uji t, 2016
Berdasarkan Tabel 4.9, maka dapat diketahui persamaan regresinya sebagai berikut:
Q = -1,689 + 0,018 KI + 0,581 DD + 0,551 PDKI – 0.496 UKA 1,738 CSR + 0,180 KL + e
Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi berganda dilakukan dengan menguji persamaan regresi secara individual terhadap masing-masing variabel independen. Hasil pengujian regresi secara individual diperoleh sebagai berikut:
(60)
a. Pengujian Hipotesis 1
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Koefisien regresi kepemilikan institusional sebesar 0,018. Hal ini menunjukkan arah keofisien dari variabel kepemilikan institusional memiliki arah yang positif. Nilai sig menunjukkan 0,989, yaitu lebih dari alpha 0,05. Yang artinya bahwa variabel kepemilikan institusional mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan tidak dapat diterima atau ditolak.
b. Pengujian Hipotesis 2
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dewan direksi terhadap nilai perusahaan. Koefisien regresi dewan direksi sebesar 0,581. Hal ini menunjukkan arah koefisien dari variabel dewan direksi memiliki arah yang positif. Nilai sig menunjukkan 0,132, yaitu lebih dari alpha
0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel dewan direksi mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan dewan direksi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan tidak dapat diterima atau ditolak.
(61)
c. Pengujian Hipotesis 3
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap nilai perusahaan. Koefisien regresi proporsi dewan komisaris independen sebesar 0,551. Hal ini menunjukkan arah koefisien dari proporsi dewan komisaris independen memiliki arah yang positif. Nilai sig menunjukkan 0,239, yaitu lebih dari
alpha 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan tidak dapat diterima atau ditolak.
d. Pengujian Hipotesis 4
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran komite audit terhadap nilai perusahaan. Koefisien regresi ukuran komite audit sebesar -0,496. Hal ini menunjukkan arah koefisien dari ukuran komite audit memiliki arah yang negatif. Nilai sig menunjukkan 0,012, yaitu kurang dari alpha 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel ukuran komite audit mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat yang menyatakan ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan tidak diterima atau ditolak.
(62)
e. Pengujian Hipotesis 5
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap nilai perusahaan. Koefisien regresi tanggung jawab sosial perusahaan sebesar 1,738. Hal ini menunjukkan arah koefisien dari tanggung jawab sosial perusahaan memiliki arah positif. Nilai sig menunjukkan 0,432, yaitu lebih dari alpha 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel tanggung jawab sosial perusahaan mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima yang menyatakan tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan tidak dapat diterima atau ditolak.
f. Pengujian Hipotesis 6
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perngaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan. Koefisien regresi kinerja lingkungan sebesar 0,180. Hal ini menunjukkan arah koefisien dari kinerja lingkungan memiliki arah positif. Nilai sig menunjukkan 0,583, yaitu lebih dari alpha 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel kinerja lingkungan mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis keenam yang menyatakan kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan tidak dapat diterima atau ditolak.
(63)
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut adalah ringkasan dari seluruh pembahasan hipotesis yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10
Ringkasan Hasil Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penjelasan Hasil Hasil
H1 Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan
Ditolak dengan koefisien regresi 0,018 dan sig 0,989 > 0,05
H2 Dewan direksi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Dewan direksi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan
Ditolak dengan koefisien regresi 0,581 dan sig 0,132 < 0,05
H3 Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Proporsi dewan komsaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan
Ditolak dengan koefisien regresi 0,551 dan sig 0,239 > 0,05
H4 Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Ukuran komite audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
Ditolak dengan koefisien regresi -0,496 dan sig 0,012 < 0,05
H5 Tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan
Ditolak dengan koefisien regresi 1,738 dan sig 0,432 > 0,05
H6 Kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Kinerja lingkungan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan
Ditolak dengan koefisien regresi 0,180 dan sig 0,583 > 0,05
(64)
Berikut pembahasan dari masing-masing variabel terhadap nilai perusahaan : 1. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan
Hasil pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Hariati & Yeney (2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Beberapa alasan yang menjadi penyebab pengaruh negatif antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan yaitu adanya ketidakkonsistenan dalam teori keagenan. Karakteristik perusahaan di Indonesia ini mempunyai pola kepemilikan yang lebih terkonsentrasi, dimana seorang pendiri perusahaan dapat menempati posisi sebagai dewan direksi atau komisaris. Sehingga banyak perusahaan yang mempunyai hubungan erat antara pemilik dengan dewan direksi maupun dewan komisaris (Hariati & Yeney, 2015).
Adanya hubungan kekeluargaan antara agen dengan investor institusi sering dianggap oleh pasar bahwa manajemen dari suatu perusahaan akan melakukan tindakan menyimpang dan lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri sehingga mengabaikan kepentingan dari investor yang lain dan hal ini dianggap akan merugikan perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini yang dijadikan alasan dari investor maupun calon investor untuk berpikir ulang untuk melakukan penanaman modal di perusahaan yang
(65)
memiliki kepemilikan institusional yang tinggi (Badjuri, 2012). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Susanti & Titik (2014), yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2. Pengaruh dewan direksi terhadap nilai perusahaan
Hasil pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Sari & Putu (2014) yang menyatakan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Pada suatu perusahaan, jika terjadi penambahan satu orang pada dewan direksi dapat menyebabkan tidak efektif dan efisiennya pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan. Sebab, semakin banyaknya pemikiran dan saran-saran yang diberikan sehingga akan timbul perdebatan yang berarti. Sehingga pengawasan yang dilakukan menjadi kurang dan hal itu mengakibatkan investor maupun calon invetor menjadi ragu untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Jadi, semakin besar jumlah dewan direksi maka semakin rendah nilai perusahaannya (Sari & Putu, 2014). Namun, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardoyo & Veronica (2013) yang menyatakan adanya hubungan positif antara jumlah dewan direksi terhadap nilai perusahaan.
(66)
3. Pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap nilai perusahaan
Hasil pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian dari (Wardoyo & Veronica, 2013) yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Proporsi dewan komisaris independen di dalam suatu perusahaan bukanlah menjadi tolak ukur utama apakah kinerja perusahaan semakin baik dan terhindar dari perilaku kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam pelaksanaan kinerja perusahaan. Pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris independen tidak menutup kemungkinan dari manajemen untuk melakukan tindakan kecurangan yang nantinya akan merugikan dari perusahaan tersebut. Pada dasarnya, suatu perusahaan memberikan proporsi dewan komisaris independen pada suatu perusahaan hanya untuk memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000, bahwa suatu perusahaan wajib mempunyai dewan komisaris independen. Dengan demikian, tujuan dari perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan akan mengalami kendala dan sulit untuk tercapai apabila seorang manajemen melakukan tindakan kecurangan dengan lebih mementingkan kepentingan pribadi
(1)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .638a .408 .259 1.09999 1.267
a. Predictors: (Constant), Kinerja Lingkungan, Ukuran Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 19.979 6 3.330 2.752 .035b
Residual 29.040 24 1.210
Total 49.019 30
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
b. Predictors: (Constant), Kinerja Lingkungan, Ukuran Komite Audit, Kepemilikan
Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(2)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.689 2.104 -.803 .430
Kepemilikan
Institusional .018 1.326 .002 .014 .989 .781 1.280
Dewan Direksi .581 .372 .299 1.561 .132 .673 1.486
Proporsi Dewan
Komisaris Independen .551 .457 .204 1.208 .239 .862 1.160
Ukuran Komite Audit -.496 .183 -.528 -2.710 .012 .652 1.535
Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan 1.738 2.173 .169 .800 .432 .552 1.811
Kinerja Lingkungan .180 .323 .102 .557 .583 .741 1.349
(3)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.305 1.037 1.258 .221
Kepemilikan
Institusional .275 .654 .083 .420 .678
Dewan Direksi -.030 .184 -.035 -.164 .871
Proporsi Dewan
Komisaris Independen -.225 .225 -.187 -1.002 .326
Ukuran Komite Audit -.165 .090 -.394 -1.831 .080
Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan 2.147 1.071 .468 2.004 .057
Kinerja Lingkungan -.015 .159 -.019 -.093 .926
(4)
Lampiran 12 Data Akhir
Tahun Perusahaan Nilai
Perusahaan
Tata Kelola Perusahaan
CSR Kinerja Lingkungan Kepemilikan
Institusional
Jumlah Dewan Direksi
Dewan Komisaris Independen
Komite audit
2010
PT. Kimia Farma 0.86 0.10 5 1.67 3 0.23 3
PT. Aneka Tambang 2.12 0.25 6 2.00 6 0.52 4
PT. Bukit Asam 6.32 0.32 6 2.50 3 0.52 4
PT. Timah 2.64 0.35 5 2.00 5 0.60 3
PT. Semen Indonesia/ PT
Semen Gresik 3.82 0.09 7 3.00 4 0.51 4
2011
PT. Kimia Farma 1.35 0.10 5 2.50 4 0.31 3
PT. Krakatau Steel 1.14 0.20 6 2.50 3 0.43 3
PT. Aneka Tambang 1.31 0.23 6 3.00 7 0.45 4
PT. Bukit Asam 3.76 0.31 6 3.50 3 0.44 3
PT. Timah 1.58 0.24 5 3.00 7 0.56 3
PT. Semen Indonesia/ PT Semen Gresik
(5)
Tahun
Perusahaan Nilai Perusahaan
Tata Kelola Perusahaan
CSR Kinerja Lingkungan 2012 Kepemilikan Institusional Jumlah Dewan Direksi Dewan Komisaris Independen Komite audit
PT. Perusahaan Gas Negara 3.33 0.42 6 3.00 5 0.60 3
PT. Krakatau Steel 4.51 0.20 7 2.50 3 0.38 3
PT. Aneka Tambang 0.97 0.21 6 3.00 6 0.46 3
PT. Bukit Asam 3.07 0.34 6 3.00 3 0.19 5
PT. Timah 1.52 0.24 6 2.00 4 0.69 3
PT. Semen Indonesia/ PT
Semen Gresik 3.85 0.49 7 2.00 4 0.46 5
2013
PT. Kimia Farma 1.67 0.10 5 2.50 3 0.24 3
PT. Perusahaan Gas Negara 2.40 0.42 6 3.00 7 0.53 3
PT. Krakatau Steel 3.84 0.20 7 2.50 4 0.33 3
PT. Aneka Tambang 0.89 0.22 6 3.00 7 0.51 4
PT. Bukit Asam 2.37 0.31 6 3.00 4 0.45 5
PT. Timah 1.40 0.92 6 2.00 4 0.57 3
PT. Semen Indonesia/ PT
Semen Gresik 3.02 0.48 7 3.00 4 0.41 4
2014
PT. Kimia Farma 3.13 0.10 5 2.50 3 0.34 3
PT. Perusahaan Gas Negara 2.40 0.18 6 3.00 5 0.59 3
PT. Aneka Tambang 0.92 0.21 6 2.00 6 0.53 4
PT. Bukit Asam 2.36 0.32 6 3.00 4 0.38 5
PT. Timah 1.36 0.26 6 2.50 4 0.57 3
PT. Semen Indonesia/ PT
(6)