Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh Bank Bumn(Studi Pada Pt.Bank Xxx Medan)

(1)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

(

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)

OLEH

BANK BUMN

(Studi Pada PT.Bank XXX Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi Tugas-Tugas dan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

PUDJA EKA PRAYUDHA

NIM : 110200271

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSHAAN

(

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)

OLEH

BANK BUMN

(Studi Pada PT.Bank XXX Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi Tugas-Tugas dan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

PUDJA EKA PRAYUDHA

NIM : 110200271

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Perdata

Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum NIP. 196603031985081001 Pembimbing I

Sinta Uli, S.H.,M.Hum. NIP.195506261986012001

Pembimbing II

Ramli Siregar, S.H.,M.Hum NIP. 195303121983031002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan pada Allah SWT penguasa kehidupan mahluk hidup di alam semesta ini yang dimana semua yang terjadi adalah kehendak-Nya. Shalawat dan salam tidak lupa dipanjatkan kehadiran junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW semoga di hari akhir kelak kita mendapatkan pertolongan dan syafaat Beliau.

Penulisan skripsi yang berjudul : TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) OLEH BANK BUMN (Studi Pada PT.Bank XXX Medan). Skripsi ini membahas tentang bagaimana PT. Bank XXX Medan selaku Badan Hukum menjalankan kewajibannya yang diatur oleh hukum positif di Indonesia yaitu, mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Pembahasan mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan didalam skripsi ini meliputi prosedur, penganggaran dan pengawasan PT. Bank XXX Medan dalam menjalankan kewajibannya berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Skripsi ini adalah guna untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Penulis sadar bahwa karya ilmah masih memiliki ketidaksempurnaan dari segi substansi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan masukan dari setiap pembaca agar karya ilmiah ini lebih baik dan lengkap dalam substansinya serta bisa menjadi masukan kedepannya dalam penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dimasa yang akan datang. Disamping itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatra Utara Prof. Syahril Pasaribu atas kesempatan yang diberikan beliau kepada penulis untuk mengikuti segala kegiatan d Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.,M.Hum Utara atas dukungannya kepada Mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Budiman Ginting,S.H.,M.Hum.

4. Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Bapak Syarifuddin Hasibuan,S.H.,M.Hum.,DFM.

5. Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Bapak Dr.O.K Saidin,S.H.,M.Hum

6. Ketua Departemen Hukum Perdata Bapak Dr. Hasim Purba,S.H.,M.Hum terimakasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungannya atas penyelesaian skripsi ini.

7. Sekretaris Departemen Hukum Perdata Ibu Rabiatul Syariah S.H.,M.Hum terimakasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungannya atas penyelesaian skripsi ini.

8. Dosen Pembimbing I, Ibu Sinta Uli ,S.H,M.Hum I penulis berterima kasih atas bimbingan ,arahan serta masukan beliau dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Dosen Pembimbing II, Bapak Ramli Siregar ,S.H,M.Hum penulis berterima kasih atas bimbingan ,arahan serta masukan beliau dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Dosen Penasehat Akademik, Bapak Edy Murya .S.H penulis berterima kasih atas bimbingan ,arahan serta masukan beliau selama kegiatan perkuliahan.

11.PT.Bank XXX Medan yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan riset dan dapat bekerja sama dengan baik. Buat Bapak Iman Suhendi, Bapak Ahmad, Bapak Agus, Bapak Alberth, Ibu Yohana dan Bapak Philip dari PT. Bank XXX Medan yang telah membimbing, mengarahkan dan bersikap korporatif dalam proses pengambilan data

12.Untuk kedua orang tua Papa Nono Suryono Sastrasasmita dan mama Suryaningsih. Serta untuk keluarga besar Alm.H.Selamat, Eyang Putri, Pudja Dimas Aditya Pamungkas, Tante Endang, Om Yusuf, Jihan, Om Iyok, Tante Rini, Amar, Afwa, Om Agung, Teh Rini dan Kekey yang selalu memberikan inspirasi dan semangat bagi penulis.

13.Sahabat penulis Yusuf, Novi, Tiara, Mei, Piki, Faisal, Fani, Dhimas, Imam, Albert, Dian, Diba , Astri, Fitri, Iput, Ridho dan Nazla. Terima


(5)

Kasih buat motivasinya dan bantuannya pada penulis.Teman-teman Grup F 2011 serta keluarga besar stambuk 2011 Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara. Teman-Teman kos Nazir Alwi No.6 (NA6).

14.Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diperbuat secara tulus ikhlas untuk penulis selama proses pengerjaan skripsi, Amin.

Salam Hormat,

Penulis Pudja Eka Pranyudha


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Metode Penulisan ... 8

F.Sistematika Penulisan ... 11

G. Keaslian Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROANTERBATAS ... 15

A. Pengertian Perseroan Terbatas dan Syarat Perseroan Terbatas. 15 B. Organ Dalam Perseroan Terbatas dan Tanggung Jawabnya ... 23

C. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dan Dasar Hukumnya ... 49

BAB III BANK XXX SEBAGAI PEMEGANG KEWAJIBAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) ... 61

A. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Corporate Social Responsibilty) dan Prinsip - Prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibilty)... 61

B. Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibilty) Dan Bentuk Pelaksanaannya ... 82


(7)

C. Anggaran Perusahaan Untuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibilty) Dan Tujuan Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibilty) ... 90

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAANTANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) OLEH BANK BUMN (Studi pada PT.Bank XX Medan) ... 99

A. Prosedur Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan Hukum Positif Yang Berlaku di Indonesia Pada PT. Bank XXX Medan ... 99

B. Hal-Hal Yang Menjadi Pertimbangan Pihak Perusahaan Dalam Menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Berdasarkan Hukum Postif Yang Berlaku di Indonesia dan Perbandingan Corporate Social Responsibility di Luar Negri Pada PT.Bank XXX Medan ... 105

C. Pengawasan Dalam Menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibilty) Secara Eksternal dan Internal Berdasarkan Hukum Positif Yang Berlaku di Indonesia ... 117

BAB V PENUTUP ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

1.Surat izin penelitian di PT. Bank XXX Medan

2.Tabel anggaran dan bentuk kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

3.Nota Intern PT. Bank XXX Medan tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

4.Resume wawancara dengan PT.Bank XXX Medan. 5.Struktur Bank XXX


(8)

ABSTRAK

*) Pudja Eka Prayudha **)Sinta Uli,S.H.,M.Hum ***) Ramli Siregar,S.H.,M.Hum

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)

merupakan suatu usaha dimana setiap perusahaan turut berperan serta dalam proses pembangunan berkelanjutan sustainable development yang diharapkan. Pembangunan tersebut akan menciptakan keseimbangan antara perusahaan dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya akan dibahas dalam Skripsi berjudul : “Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) oleh Bank BUMN (Studi Pada PT.Bank XXX Medan)”. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan merupakan suatu hal yang baru didalam hukum positif di Indonesia yaitu, pada Undang-Undang 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas dan Undang-Undang 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.) akan membahas bagaimana pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Hal itu menjadi baik bagi masyarakat dan Tanggung Jawab Sosial menjadi suatu kewajiban bagi Perseroan Terbatas yang harus dilaksanakan. Seharusnya peraturan perundang-undangan di Indonesia mengatur secara jelas tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan agar dapat terciptanya kepastian hukum dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan berjalan dengan efektif untuk menciptakan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk kedepannya.

Skripsi ini bersifat Deskriptif Normatif dengan melakukan riset menggunakan metode penelitian yang adalah penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) .Penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mengumpulkan data-data dari berbagai macam tulisan seperti buku-buku, peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah yang berhubungan dengan skripsi ini. Serta metode penelitian lapangan (field research) untuk melihat pengaplikasian dengan cara mewawancarai pihak yang terkait untuk melihat pengaplikasian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, di Bank BUMN, yaitu Bank XXX Medan.

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan PT.Bank XXX Medan telah menjalankan kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Pelaksanaan itu mencakup pendidikan, sarana prasaran, rumah ibadah dan bencana alam. Secara internal penerapan Tanggung Jawab Sosial di PT. Bank XXX Medan sudah cukup baik. Namun penerapan Tanggung Jawab Perusahaan Sosial masih kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah baik itu pemerintah pusat ataupun daerah serta masyarakat. Dengan demikian sudah seharusnya pemerintah baik pusat atau daerah membuat peraturan perundang-undangan tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan agar dapat berfungsi dengan lebih efektif dan lebih bermanfaat.

Kata kunci : Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. *) Mahasiswa Fakultas Hukum USU

**) Dosen Pembimbing I ***) Dosen Pembimbing II


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tanggung Jawab Sosial dan lingkungan merupakan materi menarik yang diatur dalam ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas ini. Latar belakang dimasukannya ketentuan tersebut adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban sosial perusahaan terhadap lingkungan dan keadaan masyrakat disekitar tempat usaha perseroan. Ketentuan ini bersifat menyeluruh akan tetapi. Ketentuan ini memiliki batasan dan keadaan tertentu yang peraturan pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Selain itu, ketentuan ini juga bertujuan menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.1

Masyrakat dan lingkungan hidup merupakan sumber utama faktor produksi penting bagi kegiatan dan eksistensi perusahaan, tanpa masyarakat alam dan lingkungan hidup,maka perusahaan tidak akan pernah eksis dan mampu berkembang, perusahaan dapat tumbuh dan berkembang karena memiliki faktor produksi tersebut. Karena itulah perusahaan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) masyarakat akan menerima pengaruh positif baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap seluruh kegiatan perusahaan serta eksistensi perusahaan. Sebab masyarakat merupakan penyedia tenaga kerja sekaligus sebagai pasar bagi hasil produksi dari perusahaan.2

1

Jamin Ginting ,2007 Hukum Perseroan Terbatas (UU No.40 2007), PT Citra Aditya Bakti, Bandung hal 93

2

Aimi Soidei Manalu, Corporate Sosial Responsibility (CSR) Yang Dilakukan Bank Sumut Kepada Masyarakat Sekitarnya (Studi Pada PT.Bank Sumut, Kantor Pusat Jalan Imam Bonjol No.18 Medan),2008, hal 10


(10)

Masyarakat yang sejahtera dan memiliki kesetaraan sosial ekonomi akan mampu menyediakan tenaga kerja yang berkualitas dalam jumlah yang mencukupi. Pada saat yang sama kesejahteraan sosial ekonomi akan meningkatkan daya beli masyarakat terhadap produk yang dipasarkan oleh perusahaan. Demikian pula halnya dengan kelestarian alam dan lingkungan hidup. Lingkungan alam yang terjaga kelestariannya merupakan prasyarat utama keberlangsungan oprasional suatu perusahaan. Sebab perusahaan tidak pernah bisa melepaskan dirinya dari alam dan lingkungan hidup, terutama lingkungan hidup termasuk masyarakat lokal disekitar tempatnya berada. Alam lingkungannya yang terjaga keharmonisan dan kelestariaanya menjamin kelancaran proses produksi, termasuk kepastian penyedian bahan baku. Lingkungan yang rusak membawa konsekuensi biaya ekonomi yang sangat tinggi, serta memerlukan waktu panjang untuk proses pemulihannya.3

Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan ketentuan yang baik diatur dalam ketentuan undang-undang ini. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang sering disebut Corporate Sosial Responsibilty (CSR). Kesadaran pentingnya melakukan CSR merupakan trend global seiring dengan maraknya kepedulian mengutamakan stakeholders. Persolan CSR merupakan “trend global” seiring dengan semakin maraknya kepedulian mengutamakan stakeholders. Persoalan CSR ini juga tidak terlepas dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang menerapkan prinsip fairness, transparency dan

accountability4

Kebijakasanaan internal perusahaan yang jelas dan tegas dalam Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan, menyebabkan perlunya diambil keputusan sekurang-kurangnya tentang bagaimana dapat dijamin pematuhan hukum. Hal

3

Aimi Soidei Manalu, Corporate Sosial Responsibility (CSR) Yang Dilakukan Bank Sumut Kepada Masyarakat Sekitarnya (Studi Pada PT.Bank Sumut, Kantor Pusat Jalan Imam Bonjol No.18 Medan),2008, hal 10

4

Jamin Ginting ,2007 Hukum Perseroan Terbatas (UU No.40 2007), PT Citra Aditya Bakti, Bandung hal 94


(11)

yang pertama adalah suatu pernyataan kebijaksanaan bahwa pelanggaran tidak akan diampuni dan persiapan untuk memberlakukannya akan dimulai dengan tindakan perusahaan.

Strategi perusahaan pada masa kini harus diperluas dan diperdalam untuk mematuhi ketentuan hukum yang berlaku, sehingga kebijaksanaan perusahaan yang dirancang untuk mengatasi permasalahan organisasi yang sulit unyuk mencapai pematuhan hukum. Pada masa kini banyak perusahaan yang menganggap dirinya bertanggung jawab secara sosial. Di beberapa negara kegiatan CSR sudah lazim dilakukan oleh suatu korporasi. Bukan karena diatur oleh pemerintahnya, melainkan untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholders. Di Indonesia, setiap perusahaan terbatas harus melakukan CSR yang sebenarnya merupakan kegiatan sukarela. Tanggung jawab sosial perusahaan atau

Corporate Social Responsibilty (CSR) masih salah presepsi dikalangan pebisnis nasional. Namun, bagi pelaku usaha asing. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibilty (CSR) dilakukan secara sukarela , sudah biasa dilakoni oleh perusahaan Multinasional . Di beberapa negara kegiatan CSR sudah lazim dilakukan oleh suatu korporasi. Bukan karena diatur oleh pemerintahnya, melainkan untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholders. Di Indonesia, setiap perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam harus melakukan CSR yang sebenarnya merupakan kegiatan sukarela.5

Di Indonesia kegiatan CSR baru disahkan ketika Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal . Pada Pasal 74 UU Perseroan Terbatas yang menyebutkan bahwa setiap perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan


(12)

tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika tidak dilakukan, maka perseroan tersebut bakal dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Aturan yang lebih tegas sebenarnya juga sudah ada di Undang-Undang Penanaman Modal. Dalam Pasal 15 huruf b disebutkan, setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Jika tidak, maka dapat dikenai sanksi mulai dari peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal, atau pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal (Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Penanaman Modal). Ketentuan tersebut munculah suatu pemikiran : Pertamasebagai sebuah tanggung jawab sosial, pasal 74 dan pasal 34 (1)memungkinkan terwujudnya makna dasar CSR, yakni sebagai pilihan sadardan kemauan bertindak melaksanakan CSR. Keduadengan kewajiban itu, konsekuensinya CSR akan bermakna parsial sebatas upaya pencegahan dan penanggulangan dampak sosial dan lingkungan dari kehadiran sebuah perusahaan. Dengan demikian, bentuk program CSR hanya terkait langsung dengan bisnis utama perusahaan, sebatas jangkauan masyarakat sekitarnya.Ketigatanggung jawab setiap subjek hukum termasuk perusahaan. Jika terjadi kerusakan lingkungan akibat aktivitas usahanya, hal tersebut jelas masuk dalam ranah hukum. Menempatkan kewajiban proteksi dan rehabilitasi lingkungan dalam domain tanggung jawab sosial. Keempat, dari sisi keterkaitan peran, kewajiban yang digariskan UU PT dan UU PM menempatkan perusahaan sebagai pelaku dan penanggung jawab tunggal program CSR..Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Resposibility (CSR).CSR adalah kegiatan yang meliputi aspek lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat.

Corporate Social Responsibility memerlukan komitmen yang kuat dari subjek yang dianggap penting di perusahaan, seperti Komisaris ,Direksi dan RUPS oleh karena itu CSR membutuhkan audit sebagai bentuk laporannya. Audit


(13)

yang diperlukan yang meliputi aspek lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat. Biasanya yang melakukan audit semacam ini adalah pekerja sosial dan konsultan atau analis kebijakan sosial. Disamping itu audit juga memerlukan keterlibaan

stakeholder, termasuk pekerja, klien, relawan, pendiri, kontraktor, supplier dan penduduk setempat. Di beberapa negara sudah menetapkan keharusan perusahaan untuk mempublikasikan laporan CSR.

Corporate Social Responsibilty lahir dari desakan masyarakat atas prilaku perusahaan yang mengabaikan tanggung jawab sosial, seperti, perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, dan ketidak seimbangan antara kewajiban serta hak pegawai perusahaan, oleh karena itu perlu dibuatnya suatu pengaturan. Apabila tanggung jawab perusahaan yang semula adalah tanggung jawab non hukum (responsibility) akan berubah menjadi tanggung jawab hukum (liability) dengan begitu Otomatis perusahaan yang tidak memenuhi perundang-undangan dapat diberi sanksi. Dengan begitu perusahaan akan menjadi sangat bermanfaat, sehingga dapat menjalankan tujuannya untuk meraih optimalisasi profit, sekaligus dapat menjalankan misi sosialnya untuk kepentingan masyarakat. CSR tidak hanya sekadar kedermawanan sebuah perusahaan CSR sudah menjadi kewajiban. Namun, kalangan pengusaha masih mempermasalahkanPasal 74.

Pasal 74 mengandung beberapa makna, yaitu mewajibkan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang mencakup pemenuhan peraturan perundang-undangan, penyediaan anggaran untuk program CSR, dan kewajiban untuk melaporkannya kepada pemerintah. Permasalahannya bagaimana dengan perusahaan sumber daya alam dengan skala kecil dan masih merugi Apakah mereka wajib menyelenggarakan CSR.6


(14)

Diatur dalam suatu Undang-Undang, CSR kini menjadi tanggung jawab legal dan bersifat wajib, dan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perseroan Terbatas. Merupakan amanat langsung dari Undang Undang. Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012 tentang Tanjung Jawab Sosial dan Lingkungan, seharusnya dapat mengakomodir ataupun suatu kepastian hukum dalam pelaksanaan CSR . Kepastian hukum dan kejelasan merupakan sesuatu yang harus ada didalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2012, namun Peraturan Pemerintah tersebut belum dirasa memberikan kepastian hukum dan kejelasan bagi Perseroan Terbatas dalam menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Dari latar belakang dan pemaparan tersebutlah kenapa penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh Bank BUMN (Studi Pada PT. Bank XXX Medan)

B. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah :

1. Prosedur pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Sosial Responsibility) berdasarkan hukum positif yang berlaku di Indonesia Pada PT.Bank XXX Medan.

2. Hal-hal yang menjadi pertimbangan pihak Perusahaan dalam menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan berdasarkan hukum positif yang berlaku di Indonesia (Corporate Sosial Responsibility) Pada PT.Bank XXX Medan.

3. Bagaimana pengawasan dalam menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Sosial Responsibility) secara internal dan external berdasarkan hukum positif yang berlaku di Indonesia Pada PT.Bank XXX Medan

C. TUJUAN PENULISAN


(15)

1. Untuk mengetahui transparasi penerapan Corporate Social Responsibility

(CSR) di bidang perbankan

2. Untuk mengetahui prosedur dalam pengaplikasian, pengawasan dan penganggaranCorporate Social Responsibility (CSR)

3. Untuk mengetahu faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Secara Teoritis

Secara Teoritis, pembahasan yang terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan dalam skripsi ini akan memberikan atau membuka wawasan serta pemahaman dan pemikiran baru tentang Corporate Social Responsibility (CSR) pada masa yang akan datang.

2. Secara Praktis

Skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi siapapun yang membacanya, khususnya bagi para pihak yang berhubungan langsung dalam penerapan Corporate Social Responsibility (CSR), sehingga dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan yang bersangkutan, pemerintah, masyrakat dan lingkungan sekitar.

E. METODE PENELITIAN

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini dengan tujuan agar skripsi ini dapat lebih terarah serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka penulisan skripsi ini menggunakan metode seperti berikut :

1. Jenis Penelitian

Dalam menyusun skripsi ini, menggunakan metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Peneletian hukum normatif adalah jenis penelitan yang menggunakan data-data sekunder sebagai sumbernya.


(16)

Sedangkan yang bersifat deskiptif adalah peneletian itu dilakukan dengan cara turun langsung ke lapangan untuk mendapatkan informasi dengan tujuan mendukung teori yang sudah ada.

2. Sumber Data a. Data Primer

Yaitu data yang bersumber langsung PT.Bank XXX Medan melalui wawancara dengan Pihak PT. Bank XXX Medan, di jalan Pemuda, Medan, Sumatera Utara serta pihak-pihak yang terkait lainnya.

b. Data Sekunder

Data-data sekunder, yaitu meliputi7

1. Bahan hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari :

:

a. Norma atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

b. Peraturan Dasar :

1. Batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945

2. Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawarahan Rakyat (MPR) c. Peraturan Perundang-undangan :

1. Undang-undang atau perpu 2. Peraturan Pemerintah 3. Keputusan Presiden 4. Keputusan Mentri

5. Perturan-peraturan daerah

d. Peraturan hukum yang tidak dikodifikasikan, seperti hukum adat, e. Yurispudensi

f. Trakat

7


(17)

g. Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku misalnya KUHP (WvS) dan KUHPerdata (BW)

2. Bahan Hukum Sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer misalnya Rancangan Undang-Undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), hasil penelitian (hukum), hasil karya (ilmiah) dari kalangan hukum dan sebagainya.

3. Bahan hukum Tertier,yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya : kamus-kamus (hukum), ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara

1. Penelitian Kepustakaan ( Library Research ), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain adalah berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun kepunyaan perpustakaan, ataupun artikel atau wacana yang didapat di media elektronik

2. Penelitian Lapangan (Field Reseacrch), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara turun langsung ke lapangan untuk memperoleh data-data. Untik medapatkan data-data, penelitian dilakukan dengan cara wawancara (Interview) dengan cara langsung saling bertatap muka (Face to face) . Pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada seorang responden.

3. Analisis Data

Data yang telah didapat baik dari Penelitian Kepustakaan ( Library Research ), dan Penelitian Lapangan (Field Reseacrch), kemudian


(18)

dianalisis menggunakan pendekatan/metode deduktif dan induktif. Deduktif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan membandingkan sedangkan induktif dilakukan dengan cara menerjemahkan semua sumber bahan yang berhubungan dengan skripsi ini sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan suatu penulisan karya ilmiah, pembahasannya harus diuraikan dan dibagi dalam bab per bab secara teratur agar mudah untuk dipahami. Dimana setiap bab saling berangkai satu sama lain. Adapun rangkaian bab, yaitu sebagai berikut :

BAB I : Merupakan suatu pengantar dalam skripsi ini yang di dalamnya menjelaskan tentang latar belakang kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah dilanjutkan dengan tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, sistematika penulisan dan yang terakhir adalah keaslian penulisan.

BAB II : Merupakan Bab yang membahas tentang Perseroan Terbatas secara umum dimana Perseroan Terbatas adalah pemegang kewajiban bagi Corporate Social Responsibility

(CSR). Yang membahas tentang pengertian Perseroan Terbatas, Organ yang ada didalam Perseroan Terbatas dan Pengertian tentang Corporate Social Responsibility (CSR) beserta dengan dasar hukumnya.

BAB III : Merupakan bab yang membahas tentang bagaimanan peranan PT. Bank XXX Medan dalam menjalankan

Corporate Social Responsibility (CSR) baik dari segi ruang lingkup dan anggaran Perseroan Terbatas tersebut dalam


(19)

pengaplikasiannya. Dimana pada bab ini membahas .dari segi ilmu Manajemen dan Ilmu Hukum.

BAB IV : Merupakan bab yang membahas bagaimana pelaksanaan PT. Bank XXX Medan dalam menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) ditinjau dari Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Pembahasan pada bab ini juga meliputi tentang prosedur pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), hal-hal yang menjadi pertimbangan pihak Perseroan dalam melaksanakan

Corporate Social Responsibility (CSR) serta pengawasan dari segi internal maupun eksternal dalan pelaksanaan

Corporate Social Responsibility (CSR).

BAB V : Bab ini berisi kesimpulan dari bab-bab sebelumnya dan berisikan saran-saran yang mungkin bisa berguna di masa yang akan datang dalam penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia.

G. KEASLIAN PENULISAN

Skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggug Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) oleh Bank BUMN (Studi pada PT.Bank XXX Medan)” . Belum pernah diangkat menjadi judul skripsi belum pernah di tulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Apabila ada judul yang sama atau mirip judul dengan yang penulis buat tentunya substansi pembahasannya berbeda. Hal itu dikarenakan penulis membuat dan mengumpulkan sumber bahan sebagai referensi dari berbagai buku-buku, media elektronik serta dari berbagai pihak oleh karena itu keasilaan dari skripsi ini bisa


(20)

dipertanggung jawabkan secara ilmiah.Penulisan skripsi ini menyamarkan nama tempat penelitian hal ini dikarenakan kebijakan internal Perusahaan untuk tidak menuliskan nama Perusahaan dalam penulisan skripsi. Disamping itu penulis sudah terikat perjanjian oleh pihak Perusahaan untuk tidak menuliskan nama Perusahaan. Ada pun skripsi-skripsi yang mirip sbb :

1. Aimi Soidei Manalu, Corporate Sosial Responsibility (CSR) Yang Dilakukan Bank Sumut Kepada Masyarakat Sekitarnya (Studi Pada PT.Bank Sumut, Kantor Pusat Jalan Imam Bonjol No.18 Medan),2008. 2. Sembiring Muhsin Fahreza, Peranan Sistem Grameen Bank Terhadap

Perbankan dalam Rangka Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, 2011 3. Iqbal Muhammad :Pengawasan Implementasi Corporate Social

Responsibility (CSR) PT.Inalum terhadap Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Perusahaan,2009


(21)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS

A.PENGERTIAN PERSEROAN TERBATAS DAN SYARAT PERSEROAN TERBATAS

Secara normatif pengertian Perseroan Terbatas (PT) dijabarkan dalam pasal 1 butir 1 UUPT yang mengemukakan :

“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,didirikan berdasarkan perjanjian,melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditettapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”8

Dari pengertian PT sebagaimana yang dijabarkan di atas dapat, dapat diketahui bahwa PT sebagaimana kumpulan modal. Artinya, dalam badan usaha PT yang utama adalah modal. Modal dibagi dalam bentuk saham.Oleh karena itu siapa yang menguasai saham paling banyak dalam suatu PT dialah yang menentukan dan ataupun lewat keputusan rapat umum pemegang saham.9

Ketentuan ini menambahkan bahwa perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal. Selain sebagai badan hukum perseroan, juga merupakan persekutuan modal. Selain sebagai badan hukum perseroan, juga merupakan tempat para pihak melakukan kerja sama, yaitu melakukan hubungan kontraktual. Kerja sama ini menciptakan badan hukum yang sengaja diciptakan, yaitu perseroan suatu “artifical person” 10

8

UU 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

9

Sentosa Sembiring,2008, Hukum Dagang, PT Citra Aditya Bakti,Bandung.hal.50

10

Jamin,Ginting ,2007 Hukum Perseroan Terbatas (UU No.40 2007), PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal 13


(22)

Istilah “perseroan” menunjuk pada cara menentukan modal, yaitu terbagi dalam saham sedangkan istilah “terbatas” menunjuk pada batas tanggung jawab pemegang saham, yaitu sebatas jumlah nominal saham yang dimiliki. Perseroan Terbatas adalah perusahaan persekutuan badan hukum. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas bahwa :

Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditettapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”11

Landasan yuridis Perseroan Terbatas (PT) sebagai badan usaha diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 47556 (untuk selanjutnya disebut UUPT). Sebelum munculnya UUPT landasan yuridis keberadaan PT sebagai badan usaha mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Pengaturan PT dalam KUHD dijabarkan dalam Pasal 36-56. Untuk pembahasan selanjutnya tentang PT sebagai badan usaha difokuskan pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.12

a. Badan Hukum

Berdasarkan definisi perseroan yang telah dikemukakan diatas, maka sebagai perusahaan badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur yang diuraikan berikut ini :

11

Abdulkadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia,PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal 105

12


(23)

Setiap Perseroan adalah badan hukum, artinya,badan yang memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung hak dan kewajiban yang telah diuraikan sebelumnya, antara lain, memiliki harta kekayaan pendiri atau pengurusnya. Dalam KUHD tidak satu pasal pun yang menyatakan perseroan sebagai badan hukum.

b. Persekutuan Modal

Pengaturan terhadap ketentuan struktur modal perseroan tetap sama, yaitu terdiri atas modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor. Besarnya modal dasar dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas ditentukan paling sedikit Rp. 20.000.000,00 Namun, dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas modal dasar perseroan diubah jadi paling sedikit Rp 50.000.000,00, (Pasal 32 (1)). Mengenai kewajiban penyetoran modal dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas ditentukan 50% dari modal ditempatkan pada saat pendirian. Ketentuan tersebut dalam Undang-Undang 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dihapus sehingga seluruh modal yang tempat harus disetor penuh (Pasal 35).13 c. Didirikan Berdasarkan Perjanjian

Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian. Artinya, harus ada sekurang-kurangnya dua orang yang berserpakat, mendirikan perseroan yang dibuktikan secara tertulis yang tersusun dalam bentuk anggaran dasar, kemudian dimuat dalam akta pendirian yang dibuat di muka notaris. Setiap pendirik wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan. Ketentuan ini adalah asas dalam perseroan.

d. Melakukan Kegiatan Usaha


(24)

Setiap perseroan melakukan kegiatan usaha, yaitu kegiatan, dalam bidang perekonomian (perindustrian, perdagangan, perjasaan dan pembiayaan) yan bertujuan untuk mendapat keuntungan dan atau laba. Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan. Supaya kegiatan usaha itu sah harus mendapat izin usaha dari pihak yang berwenang dan didaftarkan dalam daftar perusahaan menurut undang-undang yang berlaku.

e. Memenuhi persyaratan undang-undang

Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan undang-undang perseroan dan peraturan pelaksanaanya. Unsur ini menunjukan bahwa perseroan menganut sistem tertuttup (closed system).

Pendirian perseroan Terbatas, terbagi atas dua syarat yaitu, syarat formal dan syarat materil. Yang dimaksud dengan syarat formal disini adalah untuk mendirikan badan usaha PT, harus memenuhi syarat formatlitas yang ditentukan dalam UUPT. Jelasnya dalam Pasal 7 ayat (1) UUPT dikemukakan :

“Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia

Untuk itu, jika suatu PT tidak didirikan dengan akta notaris, secara yuridis formal tidak sah. Hal lain yang menarik untuk dikaji lebih dalam dari apa yang dijelaskan dalam pasal ini, yakni pendirian PT, paling tidak harus ada dua orang. Hal ini tampaknya ada kaitannya dengan pengertian PT, seperti yang telah dikutip di atas, yakni suatu perjanjian. Sebagaimana diketahui untuk membuat suatu perjanjian harus ada dua pihak atau lebih saling mengikatkan diri.14

14

SentosaSembiring Op.cit, hlm.50

Oleh karena itu, sebagai konsekuensi logis pendirian PT sebagai suatu perjanjian harus ada paling tidak dua orang. Selanjutnya dalam Pasal 7 ayat (2) UUPT disebutkan :

Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan


(25)

Ketentuan sekurang-kurangnya dua orang menegaskan prinsip yang dianut oleh undang-undang bahwa perseroan sebagai badan hukum dibentuk berdasarkan perjanjian.

Oleh karena itu, perseroan harus mempunyai lebih dari satu orang pemegang saham sebagai pendiri. Sebagai bukti bahwa telah mengambil bagian saham, nama pengambil saham dicatat dalam Daftar Buku Pemegang Saham. Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Perseroaan Terbatas, perjanjian pendirian perseroan harus dibuat dengan akta otentik dimuka notaris mengingat perseroan terbatas adalah badan hukum. Akta otentik tersebut merupakan akta pendirian yang membuat anggaran dasar perseroan.

Syarat Materil dalam pendirian PT adalah modal. Artinya, bagaimana wujud modal dalam PT, berapa harus ada modal jika ingin medirikan PT. Dalam UUPT masalah modal telah dijabarkan secara rinci. Jelasnya dalam pasal 31 UUPT dikemukaan :

1) Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham 2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menurtup

kemungkinan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal mengatur perseroan terdiri atas saham tanpa nilai nominal

Dari ketentuan diatas, dapat diketahui modal dalam PT dibagi dalam pecahan saham dengan nilai nominal tertentu. Sedangkan jumlah minimal modal yang harus ada jika mendirikan PT, dijelaskan dalam pasal 32 UUPT sebagai berikut :

1) Modal dasar perseroan paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)


(26)

2) Undang-Undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menetukan jumlah minimum modal Perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 3) Perubahan besarnya modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Selanjutnya, dalam Pasal 33 UPT , disebutkan :

1) Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 harus ditempatkan dan disetor penuh.

2) Modal ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dibuktikan dengan buktikan dengan bukti penyetoran yang sah.

3) Penegeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap kali untuk menambah modal yang ditempatkan harus disetor penuh.

Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham, tetapi tidak menutup kemungkinan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal mengatur modal perseroan terdiri atas saham tanpa nilai nominal (Pasal 31). Modal dasar perseroan paling sedikit berjumlah Rp 50.000.000,00 tetap dalam undang-undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minumum modal perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar tersebut sehingga pengaturan minimum modal perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar tersebut sehingga pengaturan minimum dalam Undang-Undang Perseroan ini.merupakan bagian modal yang harus dimiliki oleh para pendiri. Yang dimaksud dengan “kegiatan usaha tertentu”, antara lain, usaha perbankan, asuransi atau freight forwading. Perubahan besarnya modal dasar sebagaimana dimaksud tersebut, ditetapkan dengan peraturan pemerintah.


(27)

Ketentuan pada ayat ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan keadaan perekonomian (Pasal 32). Modal dasar (authorized capital atau equality) adalah jumlah saham maksimum yang dapat dikeluarkan oleh perseroan sehingga modal dasar terdiri atas sepuluh nominal saham.Modal dasar inilah yang sering dipaki sebagai kriteria agar suatu perseroan dapat digolongkan ke dalam kategori tertentu, yaitu apakah perseroan tersebut tergolong kedalam perusahaan kecil, menangah atau besar15

Pengeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap kali untuk menambah modal yang ditempatkan harus disetor penuh. Ketentuan ini Modal yang ditempatkan (issued capital) dikeluarkan adalah saham yang telah diambil dan sebenarnya telah terjual, baik kepada para pendiri maupun pemegang saham perseroaan. Para pendiri telah menyanggupi untuk mengambil bagian sebesar atau sejumlah tertentu dari saham perseroan dan karena itu mempunyai kewajiban dana untuk membayar.

Modal yang disetor (paid up capital) adalah saham yang telah dibayar penuh kepada perseroan yang menjadi pernyataan atau penyetoran saham riil yang telah dilakukan, baik oleh pendiri maupun para pemegang saham perseroan.

Paling sedikit 25% dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 32, harus ditempatakan dan disetor penuh

Modal ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksud pada huruf a dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah. Yang dimaksud dengan “bukti penyetoran yang sah” antara lain. Bukti setoran pemegang saham kedalam rekening bank atas nama perseroan, data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau secara neraca perseroan yang ditanda tangani oleh Direksi dan Dewan Komisaris

15


(28)

menegaskan bahwa tidak dimungkinkan penyetoran atas saham dengan cara mengangsur.

B.ORGAN DALAM PERSEROAN TERBATAS DAN TANGGUNG JAWABNYA

Berdasarkan Pasal 1 Butir 2 UUPT disebutkan :

“Organ perseroan adalah rapat umum pemegang saham, direksi dan komisaris”

Sebagai suatu badan hukum, pada prinsipnya perseroan terbatas dapat memiliki segala hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap orang-perorangan, dengan pengecualian hal-hal yang bersifat seperti yang diatur dalam buku pertama Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan sebagian dari buku kedua kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang kewarisan. Guna melaksanakan segala hak dan kewajiban yang dimilikinya tersebut. Ilmu hukum telah merumuskan fungsi dan tugas dari masing-masing organ perseroan tersebut, yang berbeda satu dengan yang lainnya16

16

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja,2000, Seri Hukum Bisnis : Perseroan Terbatas, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.77

. Organ-organ tersebut terdiri dari, yaitu : Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris.

Direksi bekewajiban untuk mengelola jalannya perusahaan dengan sebaik mungkin. Dewan Komisaris bertugas untuk mengawasi jalnnya pengelolaan perseroan oleh Direksi, serta pada kesempatan tertentu turut membantu Direksi dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya Rapat Umum Pemegang Saham perseroan berfungsi untuk melaksanakan kontrol secara menyeluruh atas setiap pemenuhan kewajiban dari Direksi dan Dewan Komisaris perseroan atas aturan main yang telah ditetapkan. Selama masing-masing organ dapat berperan dengan baik, maka perseroan akan berjalan dengan baik dan para pemegang saham perseroan akan terjamin kepentingannya dalam perseroan.


(29)

Rapat Umum Pemegang Saham, didalam UUPT, dapat disimpulkan rapat umum pemegang saham (RUPS) adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan. Tepatnya dalam Pasal 1 butir 4 UUPT disebutkan :

“Rapat umum pemegang saham, yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar”

Kewenangan tersebut merupakan kewenangan eksklusif yang tidak dapat diserahkan kepada organ lain telah ditetapkan dalam UUPT dan Anggaran dasar. Wewenang eksklusif yang ditetapkan dalam UUPT akan ada selama UUPT belum diubah. Sedangkan wewenang eksklusif dalam anggaran dasar yang disahkan disetujui Mentri Hukum dan HAM dapat diubah melalui perubahan Annggaran Dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan UUPT. Dalam forum RUPS17

Indonesia sebagaimana negara-negara yang menganut sisten hukum sipil (civil law system) menganut two-tiermanagementsystem dimana terdapat lembaga Direksi yang menjalankan manajemen perusahaan dan Dewan Komisaris yang bertugas mengawasi jalannya manajemen (pengurusan) perusahaan oleh direksi. Ini berbeda dengan negara-negara common law yang menegenal single-tier

. Pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari direksi dan/atau dewan komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan. Ketentuan ini dimaksudkan berkenaan dengan hak pemegang saham untuk memperoleh keterangan berkaitan dengan hak pemegang saham untuk mendapatkan keterangan lainnya.

17


(30)

management structure, di mana manjemen perseroan dibawah kontrol penuh dari Direksi berada ditangan para pemegang saham.18

Alasan menempatkan RUPS sebagai organ perseroan yang utama tidak terlepas dari esensi pendirian suatu perseroan terbatas yang berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPT merupakan persekutuan modal dari para pendiri PT tersebut. Sebagian pendiri PT dan sekaligus pemegang saham PT yang telah memberikan kontribusi modal (kapital) awal (initial capital) untuk menjalankan kegiatan usaha, sudah seharusnya setiap keputusan yang menyangkut tujuan awal (original objective) para pendiri dalam mendirikan PT berada ditangan mereka melalui lembaga RUPS. Alasan lainnya adalah landasan pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris diangkat bukan dari rapat Direksi atau dewan Komisaris, namun diangkat dan diberhentikan oleh RUPS namun diangkat dan diberhentikan oleh RUPS dan ini memperlihatkan kekuasaan yang besar yang tidak dipunyai oleh organ PT yang lain yaitu Direksi dan Dewan Komisaris. UUPT dengan tepat menggambarkan kedudukan tersebut pada Pasal 1 angka 4 UUPT.

Badan pembentuk undang-undang, para kreditur perseroan dan pihak lainnya yang memiliki kepentingan. Sistem common law tersebut tidak meneganal lembaga Dewan Komisaris. Pembentuk undang-undang sama sekali tidak bermaksud untuk memberikan peringkat terhadap lembaga RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris dalam pengertian lembaga yang satu lebih superior dan lembaga yang lain yang karena inferior, namun penulis berpandangan bahwa defenisi organ perseroan dalam UUPT tersebut tetap menampilkan suatu “pemeringkatan” dimana RUPS tampil sebagai organ perseroan pertama dan utama.

19

18

Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia,2009, Organ Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta. Hal 1

19


(31)

Pasal 75 ayat (1) UUPT diartikan sebagai kewenangan RUPS yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, adapun beberapa kewenangan RUPS yang tercantum dalam UUPT, yaitu :

1. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan perseroan yang belum didirikan sehingga perbuatan hukum calon pendiri tersebut mengikat perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum (Pasal 13 ayat (1) UUPT)

2. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan pendiri setelah pendirian PT namun sebelum PT memperoleh status badan hukum (Pasal 14 UUPT)

3. Menyetujui usulan perubahan anggaran dasar perseroan (Pasal 19-28 UUPT)

4. Menyetujui penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak (Pasal 34 (3) UUPT)

5. Menyetujui hak tagih pemegang saham atau kreditor terhadap perseroan sebagai kompensasi penyetoran saham dalam permodalan perseroan (Pasal 35 UUPT)

6. Menyetujui maksud Perseroan untuk membeli kembali saham (buy back) yang telah dikeluarkan (Pasal 38 UUPT)

7. Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan atas maksud perseroan untuk untuk membeli kembali saham (buy back) yang telah dikeluarkan kepada Dewan Komisaris (Pasal 39 UUPT)

8. Menyetujui penambahan modal perseroan yaitu modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor (Pasal 41 ayat (1) UUPT)

9. Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan pelaksanaan keputusan RUPS tentang penambahan modal perseroan kepada Dewan Komisaris (Pasal 41 ayat (2) UUPT)


(32)

10.Menyetujui pengurangan modal perseroan, yaitu modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor (Pasal 44 UUPT)20

11.Menyetujui pemindahan hak atas saham apabila sisyaratkan oleh anggaran dasar perseroan (Pasal 57 ayat (1) huruf b UUPT)

12.Menyetujui rencana kerja tahunan yang disusun Direksi apabila diisyratkan oleh anggran dasar perseroan (Pasal 64 ayat (2) dan (3) UUPT)

13.Menolak untuk mengesahkan laporan keungan peseroan yang termask dalam kualifikasi perseroan yang bergerak di bidang pengerahan dana masyrakat atau perseroan yang mengeluarkan surat pengakuan utang atau perseroan terbuka atau perseroan yang mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha paling sedikit Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) atau perseroan yang laporan keuangannya wajib diaudit Akuntan Publik sebagaimana diisyratkan oleh peraturan perundang-undangan, yang mana Direksi perseroan tersebut ternyata tidak menyerahkan laporan keuangan perseroan tersebut kepada akuntan publik untuk diaudit (Pasa 68 ayat (1) dan (2) UUPT)

14.Menyetujui laporan tahunan perseroan dan mengesahkan perhitungan tahunan perseroan (Pasal 69 ayat (1) UUPT)

15.Menyetujui penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihaan untuk cadangan (Pasal 71 ayat (1) UUPT)

16.Mengatur tata cara pengambilan dividen yang telah dimasukan ke dalam cadangan khusus (Pasal 73 ayat (2) UUPT)

17.Menyetujui penggabungan (merger) , peleburan, pengambilan atau pemisahaan, pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit,

20


(33)

perpanjangan jangka waktu berdirinya dan pembubaran perseroan (Pasal 89 auat (1) UUPT)

18.Menetapkan pembagian tugas dan wewenang pengurusan Perseroan diantara anggota Direksi (Pasal 92 ayat (5) UUPT)

19.Menetapkan pembagian tugas dan wewenang pengurusan Perseroan di antara anggota Dewan Komisaris (Pasal 111 ayat (1) UUPT)

20.Memberhentikan anggota Direksi ( Pasal 94 ayat (5) juncto Pasal 105 ayat (1) UUPT) dan anggota Dewan Komisaris (Pasal 115 ayat (5) dan Pasal 119 UUPT)

21.Menetapkan besaran gaji dan tunjangan anggota Direksi (Pasal 96 ayat (1) UUPT) dan besaran gaji atau honorarium dan tunjangan anggota Dewan Komisaris ( Pasal 113 UUPT)

22.Menetapkan pembatasan atau persyratan kewenangan Direksi (Pasal 98 ayat (3) UUPT)

23.Menunjuk pihak di luar direksi dan dewan komisaris Perseroan untuk mewakili Perseroan dalam hal terdapat seluruh anggota direksi dan dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan ( conflict of interest) dengan perseroan (Pasal 99 ayat (2) huruf c UUPT)

24.Menyetujui maksud Direksi untuk mengalihkan kekayaan atau menjadikan jaminan utang kekayaan perseroaan yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) dari kekayaan bersih Perseroaan (Pasal 102 ayat (1) UUPT)

25.Menyetujui atau menolak rencana/maksud Direksi untuk mengajukan permohonan pailit atas Perseroan (Pasal 104 ayat (1) UUPT)21

21


(34)

26.Mencabut atau menguatkan keputusan Dewan Komisaris yang memberhentikan sementara anggota Direksi (Pasal 106 ayat (6) UUPT)

27.Meminta laporan Dewan Komisaris tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau (Pasal 116 huruf c UUPT)

28.Memberikan kewenangkan kepada Dewan Komisaris untuk melakukan tindakan pengurusan Perseroan apabila Direksi tidak ada atau apabila seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan (Pasal 118 ayat (10 UUPT)

29.Mengaangkat Komisaris Independen (Pasal 120 ayat (2) UUPT)

30.Menyetujui rancangan penggabungan yang disusun Direksi dan sebelumnya telah mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris Perseroan (Pasal 123 ayat (3) UUPT)

31. Menyetujui pengambilalihan (Pasal 125 ayat (4) juncto pasal 126 ayat (2) dan pasal 127 ayat 127 (1) UUPT) dan rancangan pengambilaalihan (Pasal 128 ayat (1) UUPT)

32.Menyetujui pembubaran Perseroan (Pasal 142 ayat (1) huruf a UUPT) 33.Menunjukan likuidator (Pasal 142 ayat (3) juncto Pasal 145 ayat (2)

UUPT)

34.Menyetujui laporan pertanggung jawaban likuidator atas likuidasi Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UUPT)22

Sebagai badan hukum, maka pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertnaggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya, Dengan demikian dalam perseroan, pemegang saham hanya

22


(35)

bertanggung jawab sebesar nilai saham yang diambilnya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya. Inilah ciri dari perseroan terbatas. Walaupun demikian, dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggung jawab terbatas tersebut. Dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggung jawab terbatas tersebut, di dalam pasal 3 ayat (2) UUPT, yaitu :

1. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi.

2. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawn hukum yang dilakukan oleh perseroan ; atau

3. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsuing secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup melunasi hutang perseroan23

Pada pokoknya RUPS harus diselenggarakan ditempat perseroan berkedudukan atau tempat-tempat lain sebagaimana dimungkinkan dalam anggaran dasar perseroan, selama sepanjang tempat tersebut masih berada dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam tiap-tiap Rapat Umum Pemegang Saham, yang harus dilaksanakan minimum setahun sekali, setiap lembar saham dalam perseroan dengan nilai nominal terkecil yang ditentukan dalam anggaran dasar, kecuali untuk saham-saham yang diberikan perlakuan khusus, termasuk saham-saham tanpa suara, berhak mewakili/mengeluarkan satu suara dalam rapat. Pelaksanaan suara dari hak ini dalam Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilakukan sendiri oleh pemegang saham atau diwakilkan pada seorang pihak ketiga selaku kuasa pemegang saham, Namun demikian kuasa yang diberikan oleh pemegang saham kepada :

.

23


(36)

1. Direksi

2. Komisaris, dan/atau 3. Karyawan Perseroan24

RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya. Yangdimaksud dengan RUPS lainnya adalah RUPS yang diadakan selain dari RUPS tahunan., biasa dalam keadaan kegentingan yang memaksa dan diatur dalam anggaran dasar pemegang saham dapat melakukan RUPS luar bisa yang dilakukan pada saat tertentu berdasarkan ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar. RUPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat enam bulan setelah tahun buku terakhir.Dalam hal direksi atau dewan komisaris tidak melakukan panggilan RUPS dalam jangka waktu sebagaimana tersebut diatas, yaitu lima belas hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada pemohon melaukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut. Penetapan Ketua pengadilan negri menolak permohonan dalam hal pemohon tidak dapat membuktikan secara sumir bahwa persyratan telah dipenuhi dan pemohon mempunyai kepentingan yang wajar untuk diselenggarakannya RUPS25

RUPS dalam kedudukan sebagai salah satu organ PT memiliki peran yang sangat penting sejak kelaihiran PT terserbut sehingga bubarnya PT dimana UUPT memberikan begitu banyak hak dan kewenangan kepada lembaga RUPS ini. Namun demikian, adakalanya terjadi suatu keadaan dimana kepentingan PT tidak sejalan dengan kepentingan pemegang saham yang dibuktikan dari tidak terbentuknya kuorum RUPS yang persyaratakan anggaran dasar hingga RUPS yang kedua dan UUPT memberikan jalan keluar dengan “meminjam tangan”

24

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja Op.cit, hlm 79

25


(37)

pengadilan yang menetapkan kuorum RUPS yang ketiga. Kewenangan pengadilan yang akan menetapkan kuorum RUPS yang ketiga. Kewenangan pengadilan ini memperlihatkan bahwa kewenangan RUPS ynag demikian banyak bukanlah merupakan kewenangan yang absolut.26

1. Melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus, fungsi pengawasan (supervisi)

Komisaris merupakan organ dari PT yang tidak kalah pentingnya. Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan kepada direksi dalam menjalankan perseroan. Tepatnya dalam Pasal 1 butir 4 UUPT disebutkan :

“Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi”

Apabila defiinisi Dewan Komisaris tersebut diteliti secara seksama, maka akan terlihat adanya 2 (dua) tugas pokok Dewan Komisaris, yaitu :

2. Memberikan penasihat, fungsi penasihat (advisory)27

Pasal 1 angka 6 UUPT telah menegaskan tugas dewan komisaris yaitu melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggran dasar dan penjabaran dari fungsi pengawasan yang diemban dewan komisaris diatur dalam pasal 108 ayat (1) dan ayat (2) UUPT .

Ayat (1)

“Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi”

Ayat (2)

26

Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Op.cit, hlm 26

27


(38)

“Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk kepentingan Perseroaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan”

Dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan dan memberi nasihat kepada direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat ini dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dangan maksud dan tujuan perseroan. Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih. Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota dewan komisaris todak dapat bertindak sendiri-sendiri tetapi beerdasarkan keputusan dewan komisaris.

Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan atau mengelola dana masyrakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyrakat atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit dua orang anggota dewan komisaris (Pasal 108). Yang dimaksud “untuk kepentingan dan sesuai dengan melakukan tujuan perseroan” adalah bahwa pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Berbeda dari direksi yang memungkinkan setiap anggota direksi bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas direksi, setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas dewan komisaris, kecuali berdasarkan keputusan dewan komisaris.28

Perseroan yang kegiatan usahanya menghimpun dan/atau mengelola dana masyrakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat atau perseroan terbuka memerlukan pengawasan dengan jumlah anggota dewan

28


(39)

komisaris yang lebih besar karena menyangkut kepentingan masyrakat. Yang dapat diangkat menjadi anggota dewan komisaris adalah orang perserorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatannya pernah :

1. Dinyatakan pailit

2. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan pailit ; atau 3. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan

keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Yag dikatakan dimaksud dengan “sektor keuangan” , antara lain, lembaga keuangan bank dan non bank, pasar modal dan sektor ain yang berkaitan dengan penghimpunan dan pengelolaan dana masyrakat.

Ketentuan persyratan sebagaimana dimaksud tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan.29

Yang dimaksud dengan “memberi persetujuan” adalah memberikan persetujuan secara tertulis dari dewan komisaris. Yang dimaksud dengan “bantuan” adalah tindakan dewan komisaris mendampingi direksi dalam Dalam anggaran dasar, dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada dewan komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Dalam hal anggaran dasar menetapkan persyratan pemberian persetujuan atau bantuan sebagaimana dimaksud tanpa persetujuan atau bantuan dewan komsaris perbuatan hukum tetap mengikat perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik (Pasal 117).

29


(40)

melakukan perbuatan hukum tertentu. Pemberian persetujuan atau bantuan oleh dewan komisaris kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu yang dimaksud ayat ini bukan merupakan tindakan pengurusan. Yang dimaksud dengan “perbuatan hukum tetap mengikat perseroan” adalah perbuatan hukum yang dilakukan tanpa persetujuan dewan komisaris sesuai dengan ketentuan anggran dasar tetap mengikat tetap mengikat perseroan, kecuali dapat dibuktikan pihak lainnya tidak beritikat baik. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ini dapat mengakibatkan tanggung jawab pribadi anggota direksi sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, dewan komisaris dapat melakukan tindakan kepengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. Dewan komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu yang tertentu melakukan tindakan pengurusan sebagaimana yang dimaksud berlaku ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga (Pasal 118)30

Disamping fungsi pengawasan dan pemberian nasihat yang melekat pada organ perseroan yang bernama dewan komisaris, kepada dewan komisaris juga dapat memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Wewenang tersebut sangat jelas diatur dalam Pasal 117 UUPT yang penulisan kutip sebagai berikut31

1. Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinannya :

“Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberiqan wewenang kepada Dewan Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu”

Dewan komisaris wajib :

30

Jamin Ginting,Oopcit, hal 137

31


(41)

2. Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan tersebut dan perseroan lai; dan

3. Yang Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang tealh dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS (Pasal 116)

Risalah dewan komisaris memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat tersebut. Yang dimaksud dengan “salinannya” adalah salinan risalah rapat dewan komisaris karena asli risalah tesebuut dipelihara direksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 UUPT bahwa setiap perubahan dalam kepemilikan saham wajib juga dilaporkan.

Indonesia yang menganut two-tiermanagement system mengatur lembaga Dewan Komisaris dalam UUPT yang bertugas mengawasi jalannya manajemen (kepengurusan) perusahaan. Selain fungsi pengawasan. Dewan Komisaris juga mengemban kewajiban untuk memberikan nasihat kepada Direksi, memberikan bantuan dan persetujuan terhadap perbuatan-perbuatan hukum tertentu yang akan dijalankan Direksi dan ambil alih perseroan dalam keadaan darurat. UUPT tidak secara langsung mengatur secara spesifik kualifikasi anggota dewan komisaris kecuali anggota dewan komisaris yang bernama Komisaris Independen yang jauh sebelumnya telah diatur dan dilembagakan dalam peraturan pasar modal, kiranya syarat kualifikasi Komisaris Independen yang diatur dalam peraturan pasar modal menjadi acuan dalam melakukan pemilihan (seleksi) anggota dewan komisaris.32

Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili

32


(42)

perseroan, baik dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perseroan terbatas. Dalam Pasal 1 butir 5 UUPT di sebutkan :

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksuda dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar

Dengan demikian, direksi PT adalah : 1. Wakil PT dalam dan diluar pengadilan

2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tujuan PT 3. Wajib membuat daftar pemegang saham33

Tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan oleh direksi, hal ini dijelaskan dalam pasal 92-107 UUPT. Direksi perseroan terdiri atas 1 orang anggota direksi atau lebih. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyrakat atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 orang anggota direksi. Dalam hal ini direksi terdiri atas 2 anggota direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan diantara anggota direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan diantara anggota direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS. Jika tidak ditetapkan RUPS tersebut, pembagian tugas dan wewenang anggota direksi ditetapkan berdasarkan keputusan direksi.34

33

SentosaSembiring Op.cit, hlm. 50

34

Jamin Ginting ,Oopcit, hlm.113

Direksi sebagai organ perseroan yang melakukann pengurusan perseroan memagami dengan jeas kebutuhan pengurusan perseroan. Oleh karena itu, jika RUPS tidak menetapkan pembagian.


(43)

Tugas dan wewenang anggota direksi, sudah sewajarnya penetap tersebut dilakukan oleh direksi sendiri (Pasal 92). Yang dapat diangkat menjadi anggota direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatannya pernah :

1. Dinyatakan pailit

2. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit atau\

3. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Yang dimaksud dengan “sektor keuangan”, antara lain, lembaga keuangan, bank dan nonbank, pasar modal dan sektor lain yang berkaitan dengan penghimpunan dan pengelolaan dana masyrakat

Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Tidak ada suatu pembatasan mengenai keanggotaan direksi dalam perseroan. Tidak hanya warga negara Indonesia, melainkan juga warga negara asing yang memenuhi syarat yang ditetapkan (oleh departemen tenaga kerja) dapat menjadi anggota direksi perseroan undang-undang Perseroan Terbatas menisyaratkan bahwa anggota Direksi haruslah orang perseroangan.Ini berarti dalam sistem hukum perseroan Indonesia tidak dikenal adanya pengurusan perseroan oleh badan hukum perseroan lainnya maupun oleh badan usaha lain, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Selanjutnya orang perserorangan tersebut adalah mereka yang cakap untuk bertindak dalam hukum, tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan. 35

Maupun yang menjadi anngota direksi atau komisaris perseroan lain yang pernah dinyatakan bersalah telah menyebabkan pailitnya rsebut dan belum pernah

35


(44)

dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal pengangkatannya. Setiap anggota direksi yang bersalah atau lalai dalam menjalankan kepengurusan perseroan akan bertanggung jawab secara penuh kekayaan. Meskipun masa jabatan keanggotaan masing-masing anggota direksi telah ditentukan dalam anggaran dasar perseroan, namun ketentuan tersebut tidaklah membatasi hak dari Rapat Umum Pemegang Saham untuk setiap saat memberhentikan salah satu atau lebih anggota direksi (Pasal 91) sebelum berakhirnya masa jabatan yang ditentukan dalam anggaran dasar.Selain “pemberhentian permanen” oleh Rapat Umum Pemegang Saham tersebut diatas, Undang-undang perseroan terbatas memungkinkan juga dilakukannya “skorsing” atau “pemberhentian sementara” anggota direksi, baik oleh Rapat Umun Pemegang Saham maupun oleh komisaris perseroan. Pemberitahuan mengenai pemberhentian sementara wajib disampaikan secara tertulis kepada anggota direksi yang bersangkutan. Dalam jangka waktu memberhentikan secara tetap tersebut atau secara formil anggota direksi tersebut.36

Direksi mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan hal anggota direksi terdiri atas lebih satu orang, yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Kewenangan direksi untuk mewakili perseroan sebagaimana dimaksud adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, anggaran dasar atau keputusan RUPS sebagaimana dimaksud tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang dan/atau anggaran dasar perseroan (Pasal 98)37

Undang-undang ini pada dasarnya menganut sistem perwakilan kolegial yang berarti tiap-tiap anggota direksi berwenang mewakili perseroan. Namun,

36

Jamin Ginting ,Oopcit, hlm. 123Ibid

37


(45)

untuk kepentingan perseroan, anggaran dasar dapat menentukan bahwa perseroan diwakili oleh anggota direksi tertentu.. Yang dimaksud “tidak boleh bertentangan dengan undang-undang”, misalnya, RUPS tidak berwenang memutuskan bahwa direksi didalam mengagumkan atau mengalihkan sebagaian besar aset perseroan cukup dengan persetujuan dewan komisaris atau persetujuan RUPS dengan kuorum kurang dari tiga perempat. Yang dimaksud “tidak boleh bertentangan dengan anggaran dasar”, misalnya, anggaran dasar menentukan bahwa untuk peminjaman uang diatas Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) direksi harus mendapatkan persetujuan dari dewan komisaris. Anggota direksi tidak berwenang mewakilili perseroan apabila :

1. Terjadi perkara dipengadilan antara perseroan dan anggota direksi yang bersangkutan

2. Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan

Dalam direksi tidak berwenang mewakili perseroan tersebut, yang berhak mewakili perseroan adalah :

1. Anggota direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.

2. Dewan komisaris dalam hal seluruh anggota direksi mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.

3. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota direksi mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan (Pasal 99)38

Direksi wajib :

1. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah rapat direksi. Daftar pemegang saham dan daftar khusus sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50. Risalah RUPS dan

3838


(46)

risalah rapat direksi memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam setiap rapat.

2. Membuat dokumen laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksdu dalam Undang-undang tentang dokumen perusahaan.

3. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b dan dokumen perseroan lainnya. Yang dimaksud dengan “dokumen perseroan lainnya”, antara lain risalah rapat dewan komisaris dan perizinan perseroan.

Anggota direksi wajib melporkan kepada perseroan mengenai saham yang dimilliki anggota direkisi yang bersangkutan dan/atau keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus. Anggota direksi yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dan menimbulkan kerugian bagi perseroan.

Direksi wajib memninta persetujuan RUPS untuk39 1. Mengalihkan kekayaan perseroan atau

:

2. Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan

Yang merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroaan dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.

Yang dimaksud dengan “kekayaan perseroan” adalah semua barang, baik bergerak maupun tidak bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud maupun tidak berwujud milik perseroan Yang dimaksud dengan “dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak” adalah satu transaksi atau lebih yang secara kumulatif mengakibatkan dilampauinya ambnag 50%. Penilaian lebih dari 50% kekayaan bersih didasarkan pada nilai buku sesuai neraca yang terakhir disahkan RUPS. Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada

39


(47)

satu orang karyawan pewseroan atau lebih, atau kepada orang lain untuk dan atas nama perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa (Pasal 103).

Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan jika yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya dengan tidak bertanggung jawab dan tidak beritikad baik. Dalam hal direksi terdiri atas dua anggota direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi. Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian perseroan apabila dapat membuktikan :

1. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya

2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan

3. Tidak mempunyai benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian dan ;

4. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. Yang dimaksud dengan “mengambil tindakan untuk mencegah timbul dan berlanjutnya kerugian” termasuk juga langkah-langkah untuk memperoleh informasi mengenai tindakan pengurusan yang dapat mengakibatkan kerugian, antara lain, melalui forum rapat direksi40

Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit satu persepuluh bagian bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi karena kesalahan atau kelalaianya menimbulkan kerugian pada perseroan. Ketentuan anggota direksi tidak dapat diminta pertanggungjawaban tersebut, tidak

.

40


(48)

mengurangi hak anggota direksi lain dan/atau anggota dewan komisaris untuk mengajukan gugatan ata nama perseroan (Pasal 97). Dalam hal tindakan direski merugikan perseroan, pemegang saham yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapka ketentuan undang-undang perseroan terbatas , dapat mewakili perseroan untuk melakukan tuntutan atau gugatan terhadap direksi melalui pengadilan. Saat ini di dunia hukum perusahaan yang ada teori yang disebut dengan teori Business Judgement Rule suatu doktrin yang menetapkan bahwa direksi suatu perusahaan tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari suatu tindakan pengambilan keputusan apabila tindakan direksi tersebut didasari itikad baik dan sifat hati-hati.

Dengan prinsip ini, direksi mendapatkan perlindungan sehingga tidak perlu memperoleh justifikasi dari pemegang saham atau pengadilan atas keputusan mereka dalam pengelolaan perusahaan. Business Judgement Rule pada pokoknya megasumsikan bahwa dalam membuat suatu keputusan bisnis, direksi dari suatu perusahaan bertindak atas dasar informasi yang dimilikinya beritikad baik dan dengan keyakinan bahwa tindakan yang diambil adalah semata-mata untuk kepentingan perusahaan.41

Direksi tidak berwenang mengajukan permohonan pailit atas perseroan sendiri kepada pengadilan niaga sebelum memperolah persetujuan RUPS, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Permohonan pengajuan kepailitan dilakukan pada pengadilan niaga. Dalam hal kepailitan terjadi kepailitan dilakukan pada pengadilan niaga. Dalam hal kepailitan terjadi kepailitan terhadap perseroan karena kesalahan dan kelalaian direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban dalam kepailitan tersebut, setiap anggota direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh

41


(49)

kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Tanggung jawab tersebut berlaku yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Tanggung jawab tersebut berlaku juga bagi anggota direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota direksi dalam jangka waktu lima tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. Anggota direksi tidak bertanggung jawab atas kepailitan perseroan apa bila dapat membuktikan:

a. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan

d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan42

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan (PT) yang dalam menjalankan perannya tersebut semata-mata untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan kegiatan usaha Perseroan. Direksi merupakan satu-satunta organ PT yang mewakili Perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan. Tugas dan tanggung jawab melakukan pengurusan sehari-hari Perseroan (PT) untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan tersebut, Dalam sistem common law dikenal dengan prinsip fiduciary duties. Jadi, seorang direktur memiliki hubungan fidusia dengan atau kepada perseroan untuk bertindak dengan itikad baik (bonafide) untuk kemanfaatan atau keuntungan perseroan. Apabila anggota direksi terbukti bersalah atau lalai menjalankan tugasnya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab tersebut yang menyebabkan Perseroan (PT) menderita kerugian, maka

4242


(50)

anggota Direksi tersebut wajib memikul tanggung jawab penuh secar a pribadi atas kerugian yang diderita perseroaan.

C. TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)

DAN DASAR HUKUMNYA

Bahwa dalam menajalankan aktivitas bisnis yang sehat, dibutuhkan suatu norma yang dapat dijadikan panduan bagi pelaku bisnis yang sehat, dibutuhkan suatu norma yang dpat dijadikan panduan bagi pelaku bisnis. Panduan tersebut dikenal dengan etika bisnis. Hanya saja, jika digantungkan pada etika bisnis semata, daya memaksa nya masih terbatas diantara para pelaku bisnis. Jika terjadi pelanggaran sulit memaksa agar dipatuhi. Dalam suasana seperti ini, dirasa perl adanya daya memaksa agar dipatuhi. Dalam suasana seperti ini, dirasakan perlu adanya daya pemaksa dari luar komunias pebisnis kepada pelanggar norma-norma dalam berbisnis.43

Sebagaimana yang dikemukakan A.Sony Keraf dan Robert Haryono Imam (1995). Prinsip-prinsip etika bisnis tidak akan memadai, kalau hanya dibiarkan menjadi sekedar imabauan moral belaka. Yang palinh mendapat tempat utama sebagai prinsip etika bisnis adalah keadilan, baik dalam penegertian

nonmalefiecence (tidak berbuar jaha atau tidak melangagr hak orang lain. Tanggung jawab sosial adalah salah satu dari prinsip keadilan. Oleh karena itu, negara berhak menuntut agar pelaku bisnis tidak merugikan pihak lain, termasuk pihak ketiga berupa masyrakat atau negara, Konsekuensi nya, sejauh pelaku bisnis tertentu merugikan pihak tertentu, negara wajib menindaknya.Ditengah kuatnya arus globalisasi, juga membawa implikasi dalam menjalankan kegiatan berbisnis. Implikasi yang cukup mencolok adalah adanya tuntutan agar dalam menjalankan bisnis harus mengacu pada tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate

43


(51)

Governance). Dalam kaitan ini, yakni perlunya kepastian hukum, transparansi dan akuntabilitas. Oleh karena itu, tindakan monopoli, oligipoli dan kemungkinan terjadinya persainagan usaha tiak sehat harus dicegah sedini mungkin.44

Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan materi yang baru diatur dalam ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas ini. Latar belakang dimasukannya ketentuan tersebut adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban sosial perseroan terhadap lingkungan dan keadaan masyrakat disekitar tempat usaha perseroan. Ketentuan ini tidak bersifat keadaan tertentu yang peraturan pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Selain itu, ketentuan ini juga bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai denganlingkungan, nilai, norma dan budaya masyrakat setempat.45

Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Berdasarkan pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.46

44

SentosaSembiring Op.cit, hlm 220

45

Jamin Ginting,Op.cit, hlm 93

46


(52)

Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan ketentuan yang baru diatur dalam ketentuan undang-undang ini. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang sering disebut Corporate Social Responsibility (CSR). Kesadaran pentingnya melakukan CSR merupakan trend global seiiring dengan semakin maraknya kepedulian mengutamakan stakeholders. Persoalan CSR ini juga tidak terlepas dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG), yang menerapkan prinsip fairness, transparency dan accountability. Prinsip accountability penekanannya yang signifikan diberikan pada kepentingan stakeholders

perusahaan. Perusahaan harus memperhatikan kepentingan dari stakeholders, menciptakan nilai tambah (value added) dari produk atau jasa bagi stakeholders

dan memelihara nilai tambahnya yang diciptakan. Gagasan CSR diharapkan bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan tanggung jawab yang berpihak pada

singel bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan (financial) saja, tetapi juga perusahaan memerhatikan dampak sosial dan lingkungan (triple bottom line).47

Undang-Undang Perseroan Terbatas yang berlaku pada masa sekarang ini membawa satu hal yang sama sekali baru yang sebelumnya, belum diatur dalam undang-undang perseroan terbatas yang lama, yaitu tanggung jawab sosial dan lingkungan atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) yang diatur dalam pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas 40 Tahun 2007 48

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

.

Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas

47

Cornelius Simanjuntak Cornelius dan Natalie Mulia, Op.cit, hlm 96

48


(1)

(2)

(3)

RESUME WAWANCARA DENGAN

PT. BANK XXX MEDAN

1. T : Bagaimana tanggapan pihak PT. Bank XXX Medan terhadap pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan?

J : Suatu Tanggung Jawab Sosial Perusahaan itu dananya diambil dari laba, dan tidak semua laba perusahaan itu besar atau untung oleh karena itu tidak semua perusahaan bisa melakukan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan komitmen perushaan.

2. T : Bagaimana prosedur pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di PT, Bank XXX Medan ?

J : Divisi yang mengurus Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ada di pusat (Jakarta) yaitu Divisi Corporate Comunity Responsibility (CCR). Yang mengurusi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yaitu, Bina

Lingkungan dan Program Kemitraan. Program Kemitraan sejak dulu

sudah ada sedangkan Program Bina Lingkungan dulu namanya Corporate

Social Responsibility (CSR). Dari awal Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan merupakan kewenangan penuh pihak Bank XXX Pusat untuk mengatur arahaan, anggaran dan programnya, namun dua tahun belakangan ini PT.Bank XXX diberi kewenangan untuk mengatur sendiri atau mengkreasikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan untuk wilayah Medan dan Aceh.

3. T : Bagaimana dengan anggaran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ?

J : Tanggung Jawab Sosial Perusahaan diambil dari laba seluruh Bank XXX seluruh Indonesia diberikan dari Bank XXX Pusat di Jakarta. Setelah itu dibagikan pada setiap kantor wilyah yang ada di Indonesia. 4. T : Bagaimana dengan pengawasan secara internal ?

J : Secara internal ada dua yaitu, Quality Assurance (QA) yaitu satuan pengawas yang ada disetiap cabang dan kantor wilayah. Satuan Pengawas Internal (SPI) yang berasal dari Jakarta yang melakukan


(4)

pengawasan pada periode tertentu baik tahunan ataupun setiap enam bulan sekali.

5. T : Bagaimana dengan pengawasan masyarakat dan pemerintah ? J : Sejauh ini pengawasan dari pemerintah belum ada sama sekali yang berarti namun pengawasan dari pemerintah hanya sekedar mempertanyakan saja apakah PT.Bank XXX Medan sudah melaksanakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Begitu juga dengan masyarakat ataupun LSM masih sangat minim hanya menanyakan apakah PT.Bank XXX Medan sudah melakukan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

6. T : Bagaimana kewenangan PT. Bank XXX Medan dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ?

J : Sejak 2013 kewenangan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan merupakan kewenangan yang terbagi menjadi dua yaitu kewengan PT. Bank XXX pusat di Jakarta dan PT.Bank XXX Medan. Sebelumnya kewenangan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan menjadi kewengan penuh PT.Bank XXX pusat di Jakarta. PT. Bank XXX Medan diberikan kewengan untuk membuat kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan wewenang untuk melakukan pengawasan serta perizinan. Apabila ada suatu cabang Bank XXX di wilayah Medan Aceh ingin melakukan suatu Tanggung Jawab Sosial Perusahaan harus meminta persetujuan pihak PT.Bank XXX Medan hal itu dikarenakan mereka tidak punya kewenangan dan anggaran hal itu berlaku untuk bencana yang masih dalam ruang lingkup bencana daerah, objek yang dibantu serta berapa biaya yang dibutuhkan .Dan dalam hal ini PT.Bank XXX Medan yang memberikan izin pada cabang di Medan dan Aceh utuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

7. T : Apa bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan oleh PT. Bank XXX Medan ?

J : Bentuk Bina Lingkungan untuk 2015 meliputi, Bencana alam, pendidikan (sarana dan prasarana), rumah ibadah, pengentasan


(5)

kemiskinan, pelestarian lingkungan, sarana dan prasarana, kesehatan. Program Kemitraan yaitu berupa pemberian kredit untuk pengusaha menegah.

8. T : Dengan keluarnya ISO 2600 tentang Corporate Social Responsibility apakah Bank XXX sudah mendaftarkannya ?

J : Sejauh ini pihak Bank XXX belum mendaftarkan

9. T : Sejauh ini Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang dilakukan pihak PT. Bank XXX Medan terdapat dua jenis yaitu, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan , apa perbedaannya ?

J : Perbedaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan hanya di masalah pembukuan dan bentuknya. Program Kemitraan anggarannya diambil dari biaya oprasional perusahaan dan bentuknya adalah berupa pemberian pinjaman kredit untuk pengusaha kelas menengah. Sedangkan Bina Lingkungan anggarannya diambil dari laba Bank XXX dan bentuk kegiatannya lebih kepada bantuan sekitar.

10.T : Pada PT. Bank XXX Medan apakah ada bagian tertentu yang mengurusi terkait Tanggung Jawab Sosial Perusahaan?

J : Secara internal PT.Bank XXX Medan mempunyai suatu unit yang salah satu tugasnya mengurusi tentang Tanggung Jawab Sosial Perushaan


(6)

Struktur PT. Bank XXX

PT. Bank XXX Pusat

Jakarta

PT. Bank XXX

Kantor Wilayah

PT. Bank XXX

Cabang

PT. Bank XXX

Cabang Pembantu


Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Terhadap Masyarakat Di Lingkungan Perusahaan (Studi Pada PT. Inalum Asahan)

20 335 133

Analisis Yuridis Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan (Corporate Social Responsibility – CSR) Berdasarkan Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Terhadap Putusan MK RI NO. 53/PUU-VI/2008)

0 54 155

Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh PT. Lafarge Cement Indonesia Terhadap Masyarakat Lhoknga Provinsi Aceh

10 126 163

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Kesejahteraan Karyawan Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Medan.

1 58 88

Corporate Social Responsibility (CSR) Yang Dilakukan Bank Sumut Kepada Masyarakat Sekitarnya (Studi Pada PT. Bank Sumut, Kantor Pusat Jalan Imam Bonjol No. 18 Medan)

2 52 161

Efektivitas Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Kepada Perusahaan BUMN

6 57 101

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Pt. Perkebunan Nusantara Iiidalam Pemberdayaan Umkm Kabupaten Asahan (Studi Pada Program Kemitraan Pt. Perkebunan Nusantara Iiidistrik Asahan)

4 63 140

Corporate Social Responsibility PRODUK

0 0 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS - Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh Bank Bumn(Studi Pada Pt.Bank Xxx Medan)

0 1 40

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh Bank Bumn(Studi Pada Pt.Bank Xxx Medan)

0 0 12