MONITORING PROGRAM PENGEMBANGAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH OLEH BALAI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR SANITASI DAN AIR MINUM PERKOTAAN (PISAMP) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DI SEWON BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2014

(1)

MONITORING PROGRAM PENGEMBANGAN

PENGELOLAAN AIR LIMBAH OLEH BALAI

PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR SANITASI DAN AIR

MINUM PERKOTAAN (PISAMP) DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA DI SEWON BANTUL YOGYAKARTA

TAHUN 2014

Oleh :

Reza Zulvian Rismawanto

20120520020

Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Politik dan Sosial

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2016


(2)

MONITORING PROGRAM PENGEMBANGAN

PENGELOLAAN AIR LIMBAH OLEH BALAI

PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR SANITASI DAN AIR

MINUM PERKOTAAN (PISAMP) DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA DI SEWON BANTUL YOGYAKARTA

TAHUN 2014

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Starata 1

Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Reza Zulvian Rismawanto

20120520020

Ilmu Pemerintahan

Ilmu Politik dan Sosial

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2016


(3)

ii HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

Dengan Judul :

MONITORING PROGRAM PENGEMBANGAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH OLEH BALAI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR SANITASI AIR MINUM

PERKOTAAN (PISAMP) TAHUN 2014 Oleh:

REZA ZULVIAN RISMAWANTO 20120520020

Telah Dipertahankan dan Disahkan Didepan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada :

Hari/Tanggal : Jum’at, 26 Agustus 2016 Tempat : Ruang Ujian IP

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI Ketua

Erni Zuhriyati, S.IP, MA. PENGUJI I

Ane Permatasari, S.IP., MA.

PENGUJI II

Dr. Zuly Qodir, M.Si.

Mengetahui,

KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


(4)

iii

MOTTO

Allah akan meninggikan Orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat

(QS. Al-Mujadalah: 11)

Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman (Albert Einstein)

Tidak ada rencana yang berhasil tanpa keberanian dan usaha (Reza Zulvian)


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur, Skripsi ini saya persembahkan untuk semua pihak yang sudah membantu saya, yaitu :

 Allah SWT Tuhan semesta alam. Maha Penolong, Maha Pemurah, Maha membolak-balikan Hati Hamba-Nya. Terimakasih Ya Allah, Engkau berikan hamba sejauh ini untuk menyelesaikan skripsi ini dengan kelancaran serta kesehatan

 Eyang Putri, Almarhumah Ny. Suradjijem, yang selalu memanjakan saya serta memberikan nasihat dan motivasi untuk menyelesaikan studi saya.

 Kedua Orangtua, Bapak Agus Sudarisman dan Ibu Indar Kusumawati yang selalu mendoakan dan memberikan support di segala hal hingga anaknya dapat menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar sarjana.

 Saudara kakak laki-laki satu-satunya, Riskhi Kusumajaya yang telah membagikan pengalamannya kepada saya

 Sahabat Seperjuang. Amirul, John, dan Novendi, lekas nyusul dan pantang kendor.

 Sahabat Pendekar. Fajar, Fajri, Riko, Rafian, Riza, dan Tara, semoga lekas dewasa dan lekas sembuh

 Orang-orang yang telah memberikan bantuan, support, saran, kritik, bimbingan, semangat, waktu, tenaga, pikiran dengan ikhlas dalam proses pembuatan skripsi ini sampai selesai

Dan seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu karena keterbatasan ingatan dan halaman persembahan. Terimakasaih telah mendukung segala aspek kegiatan saya selama ini


(6)

v

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya dan atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila dikemudian hari terbukti terdapat duplikasi, serta ada pihak lain yang merasa dirugikan dan menuntut, maka saya akan bertanggung jawab serta menerima segala konsekuensi yang menyertainya.

Yogyakarta, Agustus 2016


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbi’alamin, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul’’MONITORING PROGRAM PENGEMBANGAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH OLEH BALAI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR SANITASI DAN AIR MINUM PERKOTAAN (PISAMP) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014 ’’. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta pengikutnya sampai akhir jaman nanti.

Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Skripsi ini ditulis dengan bimbingan, pengarahan, bantuan, do’a,

dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :


(8)

vii 1. Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan kesehatan dalam

proses penulisan skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Ali Muhammad, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 4. Ibu Dr. Titin Purwaningsih, S.IP, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

5. Ibu Erni Zuhriyati S.S., S.Ip, M.Si., Selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan, petunjuk, arahan dan bantuan yang sangat berharga bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Ane Permatasari, S.Ip., M.Si., selaku dosen penguji I yang telah menguji dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Dr Zuly Qodir, M.Si. , selaku dosen penguji II yang telah

menguji dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini. 8. Para aparatur Balai Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum

Perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah banyak membantu dan memberikan informasi yang dibutuhkan penulis guna menyelesaikan skripsi.

9. Semua pihak yang telah membantu menyusun skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat dan memberikan pengetahuan dalam


(9)

viii

pengembangan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Didalam penyelesaian Skripsi ini penulis menyadari keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta literatur yang diperoleh, maka segala macam kritik serta saran yang bersifat membangun penulis terima dengan senang hati.

Dengan memanjatkan do’a kehadirat Allah SWT semoga segala

sumbangan bantuan dan segala kebaikan berbagai pihak yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal sholeh baginya dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin ya Robbal Alaamin.

Wassalamu’alaikum Wb.Wb

Yogyakarta. 7 Maret 2016 Penulis


(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

SINOPSIS ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kerangka Teori ... 7

1. Monitoring ... 7

a. Kesepakatan tentang hasil yang akan dipantau dan dievaluasi ... 9

b. Penilaian kesiapan ... 9

c. Pemilihan Indikator Kunci untuk memantau hasil ... 10

d. Setting Baseline and Gathering Data on Indicator ... 12

e. Ada dimana kita sekarang ... 14

f. Pemantauan Hasil ... 14

g. Menggunakan informasi evaluasi sebagai pendukung Results-Based Management System ... 19

h. Melaporkan temuan ... 20

i. Menggunakan hasil temuan ... 20

j. Menjaga kelangsungan sistem monitoring dan evaluasi di dalam organisasi... 20

F. Definisi Konseptual dan Operasional... 23

1. Definisi Konseptual... 23

2. Definisi Operasional ... 23

G. Metode Penelitian ... 24

1. Jenis Penelitian ... 24

2. Data dan Sumber Data ... 24

3. Unit Analisa Data ... 25

4. Teknik Pengumpulan Data ... 25


(11)

x

BAB II Deskripsi Objek Penelitian ... 28

A. Deskripsi Daerah Penelitian ... 28

1. Kabupaten Sleman ... 28

2. Kota Yogyakarta ... 30

3. Kabupaten Bantul ... 32

B. Profil DPUP-ESDM (Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral) ... 36

C. Profil Balai PISAMP (Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum Perkotaan) ... 40

D. Profil Kartamantul ... 44

E. Deskripsi Air Limbah di Yogyakarta ... 45

F. Pengelolaan Air Limbah di Yogyakarta ... 49

BAB III PEMBAHASAN ... 51

A. Penilaian Kesiapan ... 51

B. Kesepakatan tentang hasil yang akan dipantau dan dievaluasi 62 C. Pemilihan Indikator Kunci untuk memantau hasil ... 65

D. Ada dimana kita sekarang ... 72

E. Perencanaan untuk perbaikan – pemilihan target hasil ... 84

F. Pemantauan Hasil ... 87

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ………. ... 100


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Deskripsi Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sleman . 29

Tabel 2.2 Deskripsi Administrasi dan Luas Wilayah Kota Yogyakarta .... 31

Tabel 2.3 Deskripsi Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Bantul . 41 Tabel 2.4 Kosentrasi limbah B3 di Inlet IPAL Sewon ... 46

Tabel 2.5 Kosentrasi limbah B3 di Outlet IPAL Sewon ... 47

Tabel 3.1 Jumlah Pegawai Berdasarakan Jabatan Struktural ... 60

Tabel 3.2 Jumlah Pegawai Non-Struktural di IPAL dan Perda... 61

Tabel 3.3 Pagu biaya dan kegiatan Balai IPAL dalam Program Pengembangan Pengelolaan Air Limbah ditahun 2013 dan 2014 66 Tabel 3.4 Pengukuran Proses Monitoring ... 70

Tabel 3.5 Realisasi Program Pengembangan Pengelolaan Air Limbah di Tahun 2014 ... 84

Tabel 3.6 Realisasi Kegiatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Limbah di Tahun 2014 ... 74

Tabel 3.7 Realisasi Rehabilitasi/ Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Air Limbah di Tahun 2014. ... 85

Tabel 3.8 Realisasi Pemeliharaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah di Tahun 2014 ... 77

Tabel 3.9 Realisasi Pemantauan Kualitas Air Limbah di Tahun 2014 .... 78


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Identifikasi Outcome dari Permasalahan ... 10

Gambar 1.2 Mengembangkan Data Baseline ... 12

Gambar 1.3 Result- Based Monitoring ... 15

Gambar 1.4 Pencapaian Hasil Dengan Kemitraan ... 16

Gambar 1.5 Teknik Analisa Data ... 27

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul (Kartamantul) ... 35

Gambar 2.2 Bagan Organisasi Balai PISAMP... 43

Gambar 2.3 Skema Pengelolaan Air Limbah IPAL Sewon ... 50

Gambar 3.1 Peninggian Manhole Jaringan ... 68

Gambar 3.2 Perbaikan Jaringan Air Limbah Domestik ... 68

Gambar 3.3 Pemeliharaan atau Pembersihan Saluran Buang ... 68

Gambar 3.4 Peta Jaringan Air Limbah di Tahun 2014 ... 73

Gambar 3.5 Progres Fisik Realisasi Program Pengembangan Pengelolaan Air Limbah di Tahun 2014 ... 87

Gambar 3.6 Identifikasi Tingkat Hasil yang Diharapkan ... 91

Gambar 3.7 Result Based Monitoring dalam Program Pengembangan Pengelolaan Air Limbah di IPAL Sewon... 88

Gambar 3.8 Sludge Acceptance Plant (SAP) HUBER ... 90

Gambar 3.9 Inlet ... 90

Gambar 3.10 Screw Pump ... 90

Gambar 3.11 Penyedot Lumpur Fakultatif ... 91

Gambar 3.12 Vaccum Pump... 91


(14)

xiii

SINOPSIS

Perkembangan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang cukup pesat sangat berpotensi terjadi pencemaran lingkungan yang diakibatkan air limbah domestik yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartement, dan asrama. Di wilayah kota Yogyakarta serta sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan Bantul permasalahan pengelolaan air limbah domestik dilaksanakan oleh balai Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum Perkotaan (PISAMP) dengan membangun IPAL terpusat di Pendowoharjo Sewon Bantul. Dalam menangani masalah air limbah, Balai PISAMP memiliki tanggung jawab membuat laporan pengendalian sebagai proses monitoring Program Pengembangan Pengelolaan Air Limbah yang mereka lakukan guna menjaga agar kegiatan yang di implementasikan sesuai dengan sasaran sehingga kesalahan sedini mungkin dapat di temukan agar dapat melakukan modifikasikan kebijakan apabila mengharuskan itu, sehingga dapat mengurangi resiko kesalahan yang lebih besar.

Tujuan dari penelitian ini agar mengetahui praktik monitoring yang dilakukan dinas PISAMP dalam Program Pengembangan Air Limbah di Balai IPAL berdasarkan teori Result Based Management Ten Step. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan. Unit analisa dalam penelitian ini adalah Balai PISAMP sebagai pelaksana program

Hasil analisis data yang didapat adalah dalam pengawasan pelaksanaan program pegawai, kegiatan rekanan, pengelolaan air limbah, dan kesehatan lingkungan sudah sangat baik dalam pelaksanaannya. Tetapi, dalam pembiayaan Program Pengembangan Pengelolaan Air Limbah sangatlah boros sebab dana dari tahun 2013-2014 dalam setiap kegiatannya rata-rata naiknya sangat tinggi bahkan ada kegiatan yang kenaikannya sampai lebih dua kali biayanya dari tahun sebelumnya selain itu pencapaian kinerja tampak bagus hingga melebihi prosentase capaian target, hal ini diakibatkan oleh ukuran target yang mudah dan sederhana maka outcome (hasil) dapat berpotensi tidak bertumbuh atau berkembang dengan baik.

Saran yang dapat diberikan antara lain adalah adanya peningkatan target agar outcome (hasil) dapat bertumbuh atau berkembang dengan baik. Selain itu, perlunya efisiensi dalam penganggaran karena peningkatan jumlah anggaran dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan, padahal target yang dicapai dengan biaya yang lebih dikit di tahun 2013 bisa mencapai melebihi target


(15)

xiii

SINOPSIS

Perkembangan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang cukup pesat sangat berpotensi terjadi pencemaran lingkungan yang diakibatkan air limbah domestik yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartement, dan asrama. Di wilayah kota Yogyakarta serta sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan Bantul permasalahan pengelolaan air limbah domestik dilaksanakan oleh balai Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum Perkotaan (PISAMP) dengan membangun IPAL terpusat di Pendowoharjo Sewon Bantul. Dalam menangani masalah air limbah, Balai PISAMP memiliki tanggung jawab membuat laporan pengendalian sebagai proses monitoring Program Pengembangan Pengelolaan Air Limbah yang mereka lakukan guna menjaga agar kegiatan yang di implementasikan sesuai dengan sasaran sehingga kesalahan sedini mungkin dapat di temukan agar dapat melakukan modifikasikan kebijakan apabila mengharuskan itu, sehingga dapat mengurangi resiko kesalahan yang lebih besar.

Tujuan dari penelitian ini agar mengetahui praktik monitoring yang dilakukan dinas PISAMP dalam Program Pengembangan Air Limbah di Balai IPAL berdasarkan teori Result Based Management Ten Step. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan. Unit analisa dalam penelitian ini adalah Balai PISAMP sebagai pelaksana program

Hasil analisis data yang didapat adalah dalam pengawasan pelaksanaan program pegawai, kegiatan rekanan, pengelolaan air limbah, dan kesehatan lingkungan sudah sangat baik dalam pelaksanaannya. Tetapi, dalam pembiayaan Program Pengembangan Pengelolaan Air Limbah sangatlah boros sebab dana dari tahun 2013-2014 dalam setiap kegiatannya rata-rata naiknya sangat tinggi bahkan ada kegiatan yang kenaikannya sampai lebih dua kali biayanya dari tahun sebelumnya selain itu pencapaian kinerja tampak bagus hingga melebihi prosentase capaian target, hal ini diakibatkan oleh ukuran target yang mudah dan sederhana maka outcome (hasil) dapat berpotensi tidak bertumbuh atau berkembang dengan baik.

Saran yang dapat diberikan antara lain adalah adanya peningkatan target agar outcome (hasil) dapat bertumbuh atau berkembang dengan baik. Selain itu, perlunya efisiensi dalam penganggaran karena peningkatan jumlah anggaran dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan, padahal target yang dicapai dengan biaya yang lebih dikit di tahun 2013 bisa mencapai melebihi target


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber industri dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan atau air hujan.1 Menurut Soebagio adapaun efek sampingan dari limbah tersebut dapat berupa:2

1. Membahayakan kesehatan manusia karena dapat merupakan pembawa suatu penyakit (sebagai vehicle).

2. Merugikan segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerugian pada benda/ bangunan maupun tanam-tanaman dan peternakan.

3. Dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di dalam air seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya.

4. Dapat merusak keindahan (aestetika), karena bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap dipandang terutama di daerah hilir sungai yang merupakan daerah rekreasi

Perkembangan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang cukup pesat sangat diperlukan adanya suatu pengendalian untuk mengatasi masalah-masalah baru yang akan timbul akibat kepadatan yang terjadi, salah satunya ancaman

1

Soeparman dan suparmin,2002, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta: Kedokteran EGC, halaman 12

2


(17)

2

sebuah pencemaran lingkungan yang diakibatkan air limbah domestik yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartement, dan asrama. Kualitas sanitasi akibat dari keterbatasan lahan merupakan ancaman utama masyarakat perkotaan sehingga mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh bakteri e-coli.

Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) domestik merupakan usaha pemerintah mewujudkan pemukiman diperkotaan yang sehat sebagai perlindungan kesehatan masyarakat dan upaya pelestarian lingkungan hidup. Di wilayah kota Yogyakarta permasalahan pengelolaan air limbah domestik cukup kompleks, sehingga untuk melindungi dan meningkatkan kualitas air tanah dan air permukaan di Yogyakarta Pemerintah setempat merancang IPAL komunal atau dosmetik yang berlokasi di Desa Pendowoharjo, Sewon, Bantul. IPAL tersebut dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan pembuangan air limbah rumah tangga yang wilayahnya meliputi seluruh Kota Yogyakarta, sebagian wilayah Kabupaten Sleman (5 Kecamatan) dan sebagian wilayah Kabupaten Bantul (3 Kecamatan).3

Biaya penggunaan IPAL terbilang cukup murah, sebab para pengguna IPAL Sewon hanya perlu membayar iuran sebesar Rp. 3.000,- sampai Rp 6.000,- perbulannya, nominal seperti yang telah dijelaskan diatas lebih ekonomis dengan ditambah keuntungan yang didapatkan selain dapat menjaga lingkungan.

3

Keputusan Walikota Nomor 619 Tahun 2007, Tentang Rencana Aksi Daerah Peningkatan Lingkungan Kota Yogyakarta Tahun 2007-2011, halaman 9


(18)

3

Pemerintah Kota Yogyakarta dengan mengamanatkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang menjelaskan bahwa pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas, dalam lingkungan strategis globalisasi, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan khususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republlik Indonesia.

Pembangunan lingkungan hidup telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 diarahkan bahwa lingkungan hidup sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada masyarakat dan Bangsa Indonesia yang merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek dan matranya sesuai dengan Wawasan Nusantara; dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan pancasila sehingga perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.4

Maka dari Surat Keputusan Bersama Bupati Bantul, Sleman dan Walikota Yogyakarta Tahun 1995 Tentang Kerjasama Pembangunan Antar Daerah

4


(19)

4

Dalam Rangka Pelaksanaan Pengelolaan Prasarana Perkotaan diikuti Keputusan Gubernur DIY No.200/KPTS/1997 Tentang Pembentukan Badan Sekretariat Kerjasama Pembangunan Yogyakarta, Sleman dan Bantul diikuti dengan Keputusan Bersama Bupati Bantul, Sleman dan Walikota Yogyakarta Tahun 2001 Tentang Pembentukan dan Perubahan Sekretariat Bersama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan Antar Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta melakukan perjanjian-perjanjian kerjasama di 6 sektor bidang, salah satunya dibidang limbah. Kerjasama antara kabupaten Bantul, Sleman, dan kota Yogyakarta biasa disebut dengan Kartamantul dalam penangannya di bidang IPAL Sewon dikelola oleh Dinas Kimpraswil Propinsi5.

Akan tetapi kini IPAL SEWON dikelola oleh balai PISAMP (Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum Perkotaan) yang merupakan Unit Pengelolaan Teknis dibawah Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUP-ESDM) DIY.

Sementara itu dalam pelaksanaanya berdasarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, yang menjelaskanbahwa pemerintah daerah wajib melakukan pengendalian dan evaluasi yang dilaporkan kepada pemerintah,

5

http://ciptakarya.pu.go.id/msmhp/id-yogya.html, diakses pada tanggal 23 Oktober 2015 jam 14.23 wib


(20)

5

guna mengetahui keberhasilan pemerintahan daerah dalam memanfaatkan hak yang diperoleh daerah dengan capaian keluaran hasil yang telah direncanakan.

Menurut Feri Astuti dalam penelitiannya, “Pengawasan di Balai Ipal

Sewon dinilai kurang baik, untuk menuju kriteria baik. Perlu prioritas penanganan yaitu pada pengawasan kesehatan lingkungan dan pengawasan pegawai. Hal ini dikarenakan pengawasan kesehatan lingkungan yang belum dilakukan sesuai dokumen RPL dan pengawasan pegawai belum berjalan

seperti yang di harapkan.”6

Dalam penelitian Feri Astuti masalah pengawasan pegawai di Ipal Sewon pada saat itu disebabkan oleh tidak adanya yang mengisi jabatan kepala Balai, sehingga apabila ada pegawai yang membolos tidak ada yang memberikan nasehat. Sedangkan masalah dalam pengawasan kesehatan lingkungan diakibatkan oleh bau limbah cair yang mencemari udara hingga ada warga yang terganggu oleh bau limbah cair tersebut.

Oleh karena itu sebagai pelaksana kegiatan monitoring yang akan penelti lakukan dengan model Result Based Management (RBM) yang berfokus kepada outcome akan berpengaruh tidak dengan hasil penelitian sebelumnnya yang menemukan pengawasan Balai Ipal Sewon kurang baik.

Balai PISAMP memiliki tanggung jawab membuat laporan pengendalian sebagai proses monitoring Program Pengembangan Pengelolaan Air Limbah yang mereka lakukan guna menjaga agar kegiatan yang di implementasikan sesuai dengan sasaran sehingga kesalahan sedini mungkin dapat di temukan

6

Feri Astuti, 2010, Manajemen Pengelolaan Air Limbah di Balai IPAL Sewon Bantul Tahun 2009, Yogyakarta: FK UGM, halaman 98-99


(21)

6

agar dapat melakukan modifikasikan kebijakan apabila mengharuskan itu, sehingga dapat mengurangi resiko kesalahan yang lebih besar.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan persoalan dalam bentuk pertanyaan:

Bagaimana praktik Monitoring yang dilakukan Balai PISAMP terhadap pogram pengembangan pengelolaan air limbah pada tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Penilitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui praktik monitoring yang dilakukan dinas PISAMP dalam Program Pengembangan Air Limbah di Balai IPAL berdasarkan teori Result Based Management Ten Step

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis sendiri, maupun bagi para pembaca atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.

1. Manfaat akademis

Penelitian ini erat hubungannya dengan mata kuliah jurusan Ilmu Pemerintahan, sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis semua dan semua pihak yang berkepentingan dapat memahaminya


(22)

7

2. Manfaat dalam implementasi atau praktik

Penilitian ini memfokuskan kepada Balai PISAMP di Sewon sebagai obyek penelitian, sehingga diharapkan Balai PISAMP maupun pihak lain yang berkepentingan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

E. Kerangka Teori

Dalam melakukan kebijakan penanganan limbah, pemerintah kota Yogyakarta bersama Kabupaten Sleman dan Bantul melakukan kerjasama berlandaskan dengan Surat Keputusan Bersama Bupati Bantul, Sleman dan Walikota Yogyakarta Tahun 1995 Tentang Kerjasama Pembangunan Antar Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Pengelolaan Prasarana Perkotaan diikuti Keputusan Gubernur DIY No.200/KPTS/1997 Tentang Pembentukan Badan Sekretariat Kerjasama Pembangunan Yogyakarta, Sleman dan Bantul diikuti dengan Keputusan Bersama Bupati Bantul, Sleman dan Walikota Yogyakarta Tahun 2001 Tentang Pembentukan dan Perubahan Sekretariat Bersama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan Antar Kabupaten Bantul. Pengoperasian pengelolaan limbah dilakukakan oleh Balai PISAMP dibawah koordinasasi DPUP-ESDM DIY berdasarkan Peraturan Gubernur DIY Nomor 82 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Gubernur DIY Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis-Dinas dan Unit Pelaksanaan Teknis Lembaga Teknis DIY dan Peraturan Gubernur DIY Nomor 84 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Gubernur DIY Nomor 41 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas


(23)

8

dan Fungsi Dinas Unit Pelaksana Teknis pada Dinas PUP-ESDM.

1. Monitoring

Monitoring secara luas diakui sebagai suatu elemen yang krusial dalam pengelolaan dan implementasi project, program, dan kebijakan baik dalam organisasi sektor privat maupun publik sama seperti halnya dengan

evaluasi. Menurut Hogwood dan Gunn (1989) “monitoring adalah proses

kegiatan pengawasan terhadap implementasi kebijakan yang meliputi keterkaitan antara implementasi dan hasil-hasilnya (outcomes)7.

Menurut OECD (2002) yang mendefiniskan monitoring seperti berikut "Monitoring is a continuous function that uses the systematic collection of data on specified indicators to provide management and the main stakeholders of an ongoing development intervention with indications of the extent of progress and achievement of objectives and progress in thuse of allocated funds”.8

Monitoring adalah suatu fungsi ketika kegiatan berjalan yang digunakan pengumpulan data secara sistematis dengan indikator tertentu untuk diperuntukan kepada manajemen dan pemangku kepentingan melakukan intervensi dalam pembangunan yang sedang berjalan intervensi dengan indikasi tingkat kemajuan dan pencapaian tujuan dan kemajuan dalam kepadadana yang dialokasikan

Sedangkan definisi monitoring menurut Bapenas “suatu sistem

pengumpulan data/informasi secara reguler dan terus-menerus yang dapat menghasilkan indikator-indikator perkembangan dan pencapaian suatu kegiatan program/proyek terhadap tujuan yang

7

http://mip.umy.ac.id/?option=com_phocadownload&view=category&download=17:kebijakan-publik&id=4:semester-ganjil&Itemid=32. Di unduh Tanggal 8 Oktober 2015 jam 2.30 wib

8

Jody Zall Kusek dan Ray C. Rist, 2004, Ten Steps to a Results-Based Monitoring and Evaluation System, Washington, D.C.: The World Bank, halaman 12


(24)

9

indikator tersebut diperuntukkan bagi manajemen dan pemangku

kepentingan (stakeholders) suatu program/proyek yang sedang berjalan”9

. Monitoring erat kaitannya dengan evaluasi, tetapi monitoring berbeda dengan evaluasi, berikut ini Monitoring dalam Ten Steps to a Result-Based Monitoring and Evaluation System (dikenal dengan sebutan Result Based Monitoring/RBM) yang dijelaskan oleh Kusek dan Jody Sal (2004)10

a. Penilaian kesiapan, bagian penting dari readiness assessmentadalah adanya insentif dan kebutuhan untuk mendesain dan membangun sistem RBM. Hal ini terkait dengan pertanyaan mencakup kebutuhan apa yang mendorong dibangunnya sistem RBM dimaksud, apakah hal ini karena dorongan atau tekanan publik, persyaratan donor, ataukah tekanan politik. Siapa yang akan mengawal pengembangan sistem RBM dimaksud? Pemerintah, parlemen, civil society, ataukah donor? Kenapa mereka mau melakukannya? Siapa yang akan mendapatkan manfaat dari keberadaan sistem ini nantinya dan siapa yang akan dirugikan? Dll. Rencana kerja (readiness assessment) juga harus ditetapkan dari awal. Rencana kerja idealnya dapat memuat seluruh informasi terkait apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa

9

Widyanti dan Sumarto, Kumpulan Bahan Latihan Pemantauan dan Evaluasi Program-program penanggulangan Kemiskinan: Modul 2 Sistem Monitoring yang Efektif dalam Strategi

Penanggulangan Kemiskinan,BAPPENAS dan ADB TA 4672 INO, halaman 23

10

Umi Hanik, 2010, Analisis Pengembangan Pola dan Penyelarasan Kebijakan Monitoring dan Evaluasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Untuk Efektifitas Pendanaan Pembangunan Nasional: Studi Kasus Indonesia Paska Kesepakatan Deklarasi Paris, Jakarta: Universitas Indonesia, halaman 97-113


(25)

10

saja yang terlibat, kapan, dimana, dan info lainnya yang dianggap perlu. Selanjutnya adalah penetapan pelaku yang akan dilibatkan. b. Kesepakatan tentang hasil yang akan dipantau dan dievaluasi,

Kusek dalam bukunya memberikan arahan dalam menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menentukan outcome yang salah satu caranya seperti diilustrasikan dalam gambar di bawah.

Gambar 1.1. Identifikasi Outcome dari Permasalahan Sumber: Kusek,2004

Adapun proses dalam mengidentifikasi outcome, adalah mencakup: 1) Identifikasi perwakilan dari tiap-tiap stakeholder; 2) Identifikasi terhadap apa yang menjadi perhatian utama dari kelompok stakeholder tersebut; 3) Terjemahkan masalah menjadi


(26)

11

pernyataan akan kemungkinan perbaikan outcome; 4) Disagregasi untuk menangkap outcome yang dikehendaki; dan 5) Susun rencana untuk menilai bagaimana pemerintah atau organisasi akan mencapai outcome tersebut.

c. Pemilihan Indikator Kunci untuk memantau hasil, Indikator kuantitatif harus dinyatakan dalam angka yang spesifik (jumlah, nilai rata-rata, nilai tengah) atau persentase. Hatry (1999, p.60) menyatakan bahwa indikator outcome senantiasa dinyatakan dalam

jumlah atau persentase (proporsi atau tingkat) terhadap „xx‟.

Program seharusnya mempertimbangkan untuk memasukkan kedua bentuk tersebut. Jumlah yang berhasil (atau gagal) saja belum mampu mengindikasikan tingkat keberhasilan (atau kegagalan) - dari apa yang tidak dicapai. Demikian juga, persen saja belum mengindikasikan ukuran keberhasilan. Dalam menilai signifikansi outcome memerlukan data keduanya baik dalam jumlah maupun persen.

Adapun indikator atau target kualitatif mengindikasikan pelaksanaan assessmentsecara kualitatif, yakni yang sesuai dengan kualitas, derajat, atau tingkat dari sesuatu yang akan diukur. Indikator kualitatif memungkinkan adanya pengukuran terhadap

„derajat, „kualitas‟, atau „tingkat‟ perubahan dari suatu proses,

prilaku, kepercayaan, atau motif dari seseorang (U.N. Population Fund 2000, p.7). Indikator kualitatif juga memungkinkan


(27)

12

pengukuran persepsi. Selain itu indikator kualitatif juga memungkinkan untuk penjelasan dari suatu prilaku, seperti tingkat pemahaman dari peserta yang baru belajar, dll. Meskipun ada aturan khusus tentang data kualitatif, sebenarnya indikator kualitatif lebih banyak membutuhkan waktu untuk mengumpulkan, mengukur, dan memprosesnya khususnya dalam tahap-tahap awal. Lebih jauh indikator kualitatif lebih sulit untuk diverifikasi karena penilaian subyektif akan selalu ada.

Penggunaan indikator proxy juga diperbolehkan jika data yang dikumpulkan terlalu mahal atau tidak feasible.

d. Ada dimana kita sekarang, Tentang bagaimana cara mengembangkan databaseline dapat mengacu pada gambar di bawah

Gambar 1.2. Mengembangkan Data Baseline Sumber: Kusek

Tabel data yang disusun oleh Kusek tersebut akan membantu tim dalam mengembangkan data baseline yang baik. Selain itu Kusek juga mengingatkan akan pentingnya tiga hal dalam mengembangkan data baseline, yakni:


(28)

13

1. Mengidentifikasi sumber data untuk indikator, Sumber data yang digunakan bisa primer atau sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dan harus dipersiapkan pula administrasinya, anggaran, enumerator, alat survey, interview, dan pengamatan langsung. Adapun data sekunder adalah data yang telah dikoleksi oleh lembaga lain. Kusek memberikan catatan penting, yakni disarankan untuk hanya mengumpulkan data yang diperlukan dan yang dipakai. Aturan mainnya adalah data dan informasi baseline yang dikumpulkan hanyalah yang berhubungan langsung dengan performance questions dan indikator yang sudah ditetapkan, sangat tidak disarankan menghabiskan waktu untuk mengumpulkan informasi lainnya (IFAD 2002, Section 5, p. 32).

2. Mendesain dan membandingkan metode pengumpulan data, Jika sumber data telah ditetapkan, lantas bagaimana data tersebut akan dikumpulkan. Keputusan yang diambil hendaknya dapat mempertimbangkan bagaimana memenuhi data yang dibutuhkan dari tiap-tiap sumber, menyiapkan instrumen pengumpulan datanya untuk merekan informasi secara tepat, prosedur yang akan dipakai apakah survey, interview, dll. Seberapa sering waktu yang dibutuhkan untuk mengakses data tertentu, dll


(29)

14

3. Melaksanakan piloting untuk uji coba, Piloting dilakukan untuk mengetahui indikator apa yang dapat dipakai mana yang tidak. Hal ini untuk menghindari kesalahan besar pada saat implementasi nanti. Melalui piloting akan didapatkan informasi

terkait ketiadaan data untuk mengukur indikator „x‟, apakah

terlalu banyak mengeluarkan biaya, menghabiskan waktu, ataukah terlalu kompleks untuk dipenuhi

e. Perencanaan untuk perbaikan – pemilihan target hasil, Target adalah tujuan spesifik yang mengindikasikan jumlah, waktu, dan lokasi dimana akan direalisasikan (IFAD 2002, p. A-11). Kusek memaknai target sebagai batasan kuantitatif dari suatu indikator yang akan dicapai dalam waktu yang telah ditetapkan. Metode untuk menetapkan target adalah dimulai dari data baseline indikator yang ada, dimana diikuti dengan tingkat perbaikan yang diinginkan/ diharapkan dapat dicapai dalam waktu tertentu untuk sampai pada target kinerja. Dengan demikian titik awalnya harus sudah jelas, termasuk resources yang akan melakukan M&E terhadap kemajuan ke depan sebagaimana waktu yang telah ditargetkan.

f. Pemantauan Hasil, Kusek menyatakan bahwa pelaksanaan monitoring mencakup pelacakan terhadap alat dan strategi (yakni input, kegiatan, dan output yang ditemukan dalam rencana kerja tahunan atau multiyear) yang digunakan untuk mencapai outcome


(30)

15

yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat dan strategi tersebut didukung oleh penggunaan alat manajemen termasuk sumber anggaran, staffing, dan rencana kegiatan sebagaimana diilustrasikan dalam gambar di bawah.

Gambar 1.3. Result- Based Monitoring Sumber: Kusek, 2004


(31)

16

Prinsip kunci yang harus diperhatikan dalam membangun sistem monitoring adalah 1) adanya kebutuhan akan informasi tentang hasil dalam proyek, program, dan kebijakan; 2) Informasi yang masuk dalam organisasi secara horizontal dan vertikal (kadangkala masalah politik juga ikut muncul); 3) Permintaan akan informasi harus diidentifikasi di tiap level; dan 4) Tupoksi tiap level harus jelas terkait data apa yang akan dikumpulkan (sumber), kapan (frekuensi), bagaimana (metodologi), siapa yang mengumpulkan, dan untuk siapa data dikumpulkan.

Selain itu untuk menuju optimalnya hasil yang diinginkan, dapat juga dilakukan dengan menjalin kemitraan. Kemitraan bisa dilakukan pada tingkat pemerintah, pusat, daerah, juga dengan lembaga internasional, donor multilateral atau bilateral. Apapun program/kegiatannya, melalui kemitraan harus bekerja dengan sistem yang sama sebagaimana diilustrasikan dalam gambar dibawah.

Gambar 1.4. Pencapaian Hasil Dengan Kemitraan Sumber: Kusek, 2004


(32)

17

Selanjutnya terkait kebutuhan dari tiap sistem RBM yang harus diperhatikan adalah: 1) Ownership, rasa kepemilikan stakeholder terhadap data di tiap level baik nasional, regional, dan lokal adalah penting. Jika ada satu saja dalam satu level yang tidak memiliki kebutuhan terkait misalnya kenapadata butuh dikumpulkan atau kenapa data itu penting, dll maka ke depan berpeluang akan adanya masalah pada quality control; 2) Management, mencakup siapa, bagaimana, dan dimana sistem tersebut akan diatur cukup penting bagi keberlanjutan sistem tersebut. Koleksi data juga berpotensi overlap dengan data yang datang dari lembaga yang berbeda, duplikasi data antara K/L dan BPS, time lags dalam penerimaan data yang akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan, termasuk kemungkinan ketidaktahuan akan data apa saja yang tersedia; 3) Maintenance, pengelolaan dan pemeliharaan sistem M&E mensyaratkan adanya insentif yang layak dan kecukupan pendanaan, SDM, tim teknis, manajer, dan staf untuk penyelenggaraan tugas monitoring. Tanggung jawab individu dan organisasi haruslah dijelaskan, seluruh staf harus paham akan apa yang ingin dicapai oleh organisasi terkait penyelenggaraan monitoring. Termasuk juga untuk pemeliharaan dan modernisasi terhadap sistem dan prosedur yang menggunakan tehnologi; dan 4) Credibility, hal ini menyangkut keberanian untuk menyampaikan data secara baik dan dapat dipercaya, termasuk jika ada temuan negatif atau positif idealnya disampaikan apa adanya.


(33)

18

Terkait kualitas data hasil monitoring, harus dipastikan bahwa data tersebut memenuhi syarat 1) validitas, yakni secara jelas dan langsung mengukur kinerja yang dimaksudkan; 2) reliabel, yakni terkait pendekatan yang stabil dan konsisten dalam ruang maupun waktu; dan 3) timeliness, yakni menyangkut frekuensi seberapa sering data harus dikumpulkan? Seberapa sering data harus dimutakhirkan? dan apakah data yang tersedia cukup mewakili bagi proses pengambilan keputusan?

Hal berikutnya yang juga penting untuk diperhatikan adalah terkait analisis data. Sistem pengumpulan data yang jelas dan rencana analisis diharapkan dapat mencakup unit analisis, prosedur sampling, instrumen yang akan dipakai untuk pengumpulan data, frekwensi pengumpulan data, metode analisis dan interpretasi data, siapa saja yang bertanggung jawab mengumpulkan data, enumerator (jika dibutuhkan), yang bertanggung jawab untuk menganalisa, intrepretasi, dan melaporkan; siapa saja yang membutuhkan data tersebut, prosedur diseminasi, dan tindaklanjut hasil temuan.

Selanjutnya, sebelum dilaksanakan ada baiknya dilakukan ujicoba. Uji coba diperlukan untuk mengetahui apakah sistem pengumpulan data yang telah direncanakan telah tepat. Oleh karena itu perlu diperhatikan catatan-catatan berikut:


(34)

19

 Ujicoba akan memungkinkan adanya perbaikan instrumen atau

prosedur sebelum pengumpulan data sepenuhnya dilaksanakan

 Melewatkan ujicoba akan berakibat buruk karena kemungkinan

adanya kesalahan. Kesalahan akan mengakibatkan manajemen harus mengganti biaya dan waktu yang lebih besar dan kemungkinan turunnya reputasi di mata publik.

 Jika masih ada keraguan terkait bagaimana data akan dikumpulkan

dan bagaimana data tersebut akan nampak, disarankan untuk piloting dengan menggunakan beberapa strategi (jika memungkinkan)

g. Menggunakan informasi evaluasi sebagai pendukung Results-Based Management System, Kusek mengartikan evaluasi sebagai proses penilaian atas perencanaan, pelaksanaan, dan paska pelaksanaan dari suatu intervensi untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak, dan keberlanjutannya. Niatnya adalah untuk menjadikan hasil evaluasi sebagai pelajaran berharga dan menjadi masukan bagi proses pengambilan keputusan. Dengan adanya evaluasi akan membantu manajemen dalam menentukan alokasi resources, membantu memikirkan kembali penyebab dari munculnya masalah dan mengidentifikasi masalah, membantu memutuskan dari beberapa pilihan yang ada, mendukung reformasi sektor publik dan inovasi, membangun konsensus terkait penyebab suatu masalah dan bagaimana mengatasinya, membantu manajemen dalam menjawab pertanyaan.


(35)

20

Selain itu hasil evaluasi yang berkualitas haruslah bebas dari kepentingan politik; relevan, tepat waktu, dan dapat dipahami; memenuhi standar teknis yang ditetapkan seperti desain, tehnik sampling, dll; sudah dikonsultasikan dan dibicarakan dengan para pemangku kepentingan program; ada feedback dan diseminasi; dan value for money.

h. Melaporkan temuan, Yang perlu diperhatikan ketika menyiapkan desain pelaporan adalah terkait siapa saja yang akan menerima laporan tersebut, dalam format apa, kapan, siapa yang akan menyiapkan laporan, dan siapa yang mengirimkan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus terjawab dalam petunjuk pelaporan yang disusun.

i. Menggunakan hasil temuan, Kusek dalam bukunya memberikan petunjuk terkait bagaimana mengembangkan strategi penggunaan informasi M&E, yakni : 1) Susun strategi penggunaan informasi M&E; 2) Susun strategi untuk pemberdayaan media; 3) Tetapkan media mana saja yang akan menjadi partner utama; 4) Kembangan sistem einformation; 5) Susun strategi untuk menjalin hubungan baik dengan stakeholder utamanya dengan civil society; 6) Diseminasi keluar untuk mendapatkan masukan dari kalangan profesional, civil society, lembaga donor, dll

j. Menjaga kelangsungan sistem monitoring dan evaluasi di dalam organisasi, Enam hal utama yang harus diperhatikan pada saat menjalankan sistem M&E yang berkelanjutan antara lain: 1) Demand,


(36)

21

untuk membuatnya konsisten dibutuhkan peraturan dan regulasi yang cukup; 2) Clear roles and responsibility, tugas dan tanggung jawab harus ditetapkan secara jelas, siapa saja yang akan terlibat dalam pengumpulan data, analisis, dan pelaporan, diperlukan manual yang lengkap sebagai acuan bersama; 3) Trustworthy and Credible Information, informasi kinerja harus transparan dan tersedia untuk seluruh pemangku kepentingan yang ada, selain itu hasilnya harus disampaikan apa adanya, baik maupun buruk; 4) Accountability, artinya masalah harus dikenali dan dituntaskan penyelesaiannya; 5) Capacity, keterampilan teknis yang baik dalam koleksi data dan analisis sangat penting bagi berlanjut atau tidaknya sistem, termasuk dalam hal keterampilan manajerial; 6) Incentives, kesuksesan harus diapresiasi dan dihargai, oleh karenanya pemberian insentif menjadi penting.

Dari Teori Ten Step diatas, yang merupakan kegiatan monitoring hanya terdapat di poin 1 sampai 6, sedangkan poin 7 sampai 10 merupakan kegiatan evaluasi. Teori Ten Step menjelaskan kegiatan monitoring serta evaluasi dimana teori ini banyak menjadi acuan organisasi-organisasi international. Teori yang di kemukakan oleh Kusek ini senantiasa memfokuskan kepada outcome, dimana outcome dapat menjelaskan sebuah program atau kegiatan mencapai keberhasilannya. Ada beberapa aktivitas utama yang membutuhkan pemantauan. Setiap proyek/ program/ kebijakan yang menggunakan sumber daya publik untuk mencapai tujuan


(37)

22

peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu dipantau. program atau proyek pemerintah daerah membutuhkan informasi baik dari perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Ada beberapa aktifitas utama dalam proyek/ program/ kebijakan yang perlu informasi pemantauan, yaitu: 1) Status pencapaian tujuan dan objektif, 2). Pelaporan kepada pemerintah, stakeholder dan donor, 3) Pengendalian proyek, program, dan kebijakan, dan 4) Pengalokasian sumber daya. Monitoring suatu kegiatan / proyek / program yang dilakukan oleh pemerintah daerah / SKPD / Satker, dapat dilihat dari 5 tahapan yaitu : 1). Input, 2).activities , 3) output, 4)

outcomes, 5) goals (impact). Input mencakup aspek dana, manusia dan sumber daya lainnya. Aktivitas menyangkut pelaksanaan proyek/program untuk menghasilkan keluaran. Output menyangkut keluaran proyek /program. Outcomes menyangkut dampak /efek antara pada pemanfaat (masyarakat atau stakeholders). Sedangkan impact (goals) menyangkut peningkatan kesejahtraan masyarakat (bersifat jangka panjang). Yang dimaksud dengan hasil adalah pada level 4 dan 5, yaitu pada level

outcomes dan impact/goals. sedangkan yang dimaksud dengan

implementasi yaitu pada level 1, 2 dan 3 (input, aktivitas dan output). Apabila monitoring program /proyek tentang pengembangan pengelolaan air limbah akan menjelaskan inputs (Rp, sumber daya, strategi), aktivitas (apa yang terjadi di tempat), dan output (barang dan jasa yang diproduksi), selain itu pendekatan ini berfokus pada pemantauan bagaimana sebuah


(38)

23

proyek, program, dan kebijakan diimplementasikan. Dan biasanya digunakan untuk menilai kepatuhan terhadap rencana kerja dan anggaran.

F. Definisi Konseptual dan Operasional 1. Definisi Konseptual

Monitoring adalah tindakan melakukan pengendalian ketika program kegiatan sedang berjalan untuk menemukan kesalahan sedini mungkin agar mengurangi resiko yang lebih besar, sehinga dapat di lakukan modifikasi sedini mungkin agar kebijakan sesuai seperti yang direncanakan.

Balai PISAMP (Pengelolaan Infastruktur Sanitasi dan Air Minum Perkotaan) yang merupakan Unit Pengelolaan Teknis dibawah Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUP-ESDM) DIY

2. Definisi Operasional

1) Penilaian kesiapan

2) Kesepakatan tentang hasil yang akan dipantau dan dievaluasi 3) Pemilihan Indikator Kunci untuk memantau hasil

4) Ada dimana kita sekarang

5) Perencanaan untuk perbaikan – pemilihan target hasil 6) Pemantauan Hasil


(39)

24 G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (kualitatif) mengenai peran Balai PISAMP dalam melakukan monitoring kebijakan IPAL di Sewon.

2. Data dan Sumber Data

Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain sebagainya.11

a. Kata-kata dan Tindakan

Kata-kata dan tindakan ini di peroleh memalui resonden pegawai Balai PISAMP, dan masyarakat pengguna fasilitas IPAL Sewon. Kesemuannya itu dilakukan secara sadar, terarah dan bertujuan dalam memperoleh informasi. Terarah karena memang dari berbagai macam informasi yang tersedia tidak semuanya akan digali oleh peneliti. Bertujuan karena peneliti mempunyai seperangkat tujuan yang diharapkan dicapai untuk memecahkan sejumlah masalah penelitian. b. Sumber Tertulis

Walaupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, namun hal itu tidak bisa diabaikan, karena sumber tertulis itu tidak bisa diabaikan, karena sumber tertulis ini dapat dijadikan sebagai penunjang dari hasil penelitian.

11

Lexy Moleong, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, halaman 152


(40)

25

Dalam penelitian ini sumber tertulis yang diambil meliputi: Renstra, Renja, serta laporan kerja Balai PISAMP dan cacatan lain lain yang dianggap berkaitan dengan pelayanan kebijakan IPAL di Sewon. c. Foto

Foto merupakan data deskriptif yang cukup berharga untuk melihat dan menganalisa obyek penelitan

3. Unit Analisa Data

Pada penelitian ini yang menjadi kajian yang akan di analisa untuk mendapatkan informasi dan data yaitu melalui lembaga yang terkait dengan penelitian ini, antara lain :

1) Balai PISAMP

2) Warga Pendowoharjo (sekitar Balai PISAMP)

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur kepada pihak terkait Balai PISAMP dan warga Pendowoharjo sekitar balai PISAMP. Adapun rincian narasumber yang akan diwawancarai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Ibu Yuni

2) Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Drainase dan Sistem Pengelolaan Air Limbah, Bapak Marjono, ST 3) Kepala Seksi Pengendalian Kualitas, Bapak Sarjani, ST 4) Warga Pendowoharjo, Bapak Wawan dan Bapak Khamdani


(41)

26

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yang peneliti gunakan untuk penelitian ini adalah pengumpulan data yang diperoleh dari undang-undang serta peraturan-peraturan Pemerintah

5. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengelompokkan, mengkodekan dan mengkategorikan ke dalam pola dan satuan uraian dasar12. Selanjutnya mengimplementasikan data yang telah tersusun dalam tabel beserta nilai presentasinya secara sistematik sehingga diperoleh hasil ukur yang baik. Dengan demikian analisis data dilakukan melalui tahap-tahap/proses analisa data sebagai berikut :

a. Dimulai dari awal pengumpulan data, mengumpulkan informasi/ data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dilapangan baik primer maupun sekunder.

b. Mengkategorikan/ mengklasifikasikan data berdasarkan kebutuhan peneliti akan data yang dibutuhkan.

- Dari sisi sumber data

- Dari sisi proses implementasi (apa saja tahapannya) c. Reduksi data

Memilih data mana saja yang diperlukan dan data mana saja yang tidak diperlukan. Maka dilakukan klasifikasi/ di sesuaikan

12


(42)

27

d. Keabsahan data

Mencocokkan hasil triangulasi

Gambar 1.5 Teknik Analisa Data

Kemudian setelah tahap/ proses triangulasi selesai, maka data yang sudah di analisa telah dapat di implementasikan/ di imterpretasikan dengan cara pemberian makna/ arti pada data yang telah di analisa dan telah di olah. Misalnya jika ditemukan ketidak sesuaian data artinya apa, ketidak sesuaian yang dimaksud semisal terdapat kekurangan ataupun kesalahan dari kebijakan Balai PISAMP lakukan

Pengumpulan Data

Mengkategorikan Data

Reduksi Data


(43)

28

BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

Daerah penelitian terletak di 3 (tiga) Kabupaten/Kota yaitu bagian utara adalah Kabupaten Sleman, bagian tengah adalah Kota Yogyakarta, serta bagian selatan adalah Kabupaten Bantul, Provinsi D.I Yogyakarta. 1. Kabupaten Sleman

Wilayah administrasi Kabupaten Sleman secara astronomis terletak pada koordinat 07° 15' 03" dan 107° 29' 30" Bujur Timur, 7° 34' 51" dan 7° 47' 30" Lintang Selatan. Bagian utara kabupaten ini merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Merapi di perbatasan dengan Jawa Tengah, salah satu gunung berapi aktif yang paling berbahaya di Pulau Jawa. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur. Di antara sungai-sungai besar yang melintasi kabupaten ini adalah Kali Progo (membatasi kabupaten Sleman dengan Kabupaten Kulon Progo), kali Code, kali Kuning, kali Opak dan Kali Tapus. Dengan Pendapatan Asli Daerah Rp. 52.978.731.000,- (2005) Kabupaten Sleman merupakan kabupaten terkaya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Sleman terletak di bagian utara dari Provinsi D.I Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Sebelah timur : Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah


(44)

29

Sebelah selatan : Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebelah barat : Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa

Tengah

Secara administratif Kabupaten Sleman terbagi 17 kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun. Pembagian wilayah administratif Kabupaten Sleman dapat dilihat pada Tabel 2.1. sebagai berikut.

No. Kecamatan

Jumlah Luas

Wilayah (km2)

%Luas Kabupaten Desa Padukuhan

1 Moyudan 4 65 27,26 4,81

2 Minggir 5 68 27,27 4,74

3 Seyegan 5 67 26,63 4,63

4 Godeam 7 77 26,84 4,67

5 Gamping 5 59 29,25 5,09

6 Mlati 5 74 28,25 4,96

7 Depok 3 58 35,55 6,18

8 Berbah 4 58 22,99 4,00

9 Prambanan 6 68 41,35 7,20

10 Kalasan 4 80 35,84 6,23

11 Ngemplak 5 82 35,71 6,21

12 Ngaglik 6 87 38,52 6,70

13 Sleman 5 83 31,32 5,45

14 Tempel 8 98 32,49 5,65

15 Turi 4 54 43,09 7,50

16 Pakem 5 61 43,84 7,63

17 Cangkringan 5 73 47,99 8,53

Jumlah 86 1.212 574,82

Tabel 2.1. Deskripsi Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sleman Sumber : BPS, 2012

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki desa paling banyak di kabupaten Sleman adalah kecamatan tempel dengan


(45)

30

memiliki 8 desa dan di ikuti dengan jumlah pendukuhan terbanyak mencapai 98 pedukuhan, sedangkan kecamatan depok adalah kecamatan yang paling sedikit dengan 3 desa tetapi jumlah pedukuhan paling sedikit dimiliki oleh kecamatan Turi yang hanya memiliki 54 pedukuhan. Kecamatan terluas di kabupaten Sleman adalah kecamatan cangkringan dengan luas 47,99 km2 atau 8,35% dari luas kabupaten Sleman, sedangkan kecamatan Berbah merupakan kecamatan yang memiliki luas terkecil dengan 22,99 km2 atau 4,00% dari luas kabupaten Sleman.

2. Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta terletak pada koordinat 7o45‟24‟‟ sampai 7o

49‟26‟‟Lintang Selatan dan 10o 24‟19”sampai 110o 28‟53‟‟Bujur Timur. Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code (yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai Gajahwong. Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m dpl.Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase yang tertata rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta. Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya, sehingga batas-batas administrasi sudah tidak terlalu menonjol. Untuk menjaga keberlangsungan pengembangan kawasan ini, dibentuklah sekretariat bersama Kartamantul (Yogyakarta, Sleman, dan Bantul) yang mengurusi semua hal yang berkaitan dengan


(46)

31

kawasan aglomerasi Yogyakarta dan daerah-daerah penyangga (Depok, Mlati, Gamping, Kasihan, Sewon, dan Banguntapan).

Sebelah utara : Kecamatan Mlati dan Kecamatan Depok Sebelah timur : Kecamatan Depok dam Banguntapan

Sebelah selatan : Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon, dan Kecamatan Banguntapan

Sebelah barat : Kecamatan Gamping dan Kecamatan Kasihan Secara administratif Kota Yogyakarta terbagi 14 kecamatan, 45 Desa. Pembagian wilayah administratif Kota Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 4

No. Kecamatan Jumlah

Desa

Luas Wilayah

(km2)

% Luas Kabupaten

1 Mantrijeron 3 2,61 8,22

2 Kraton 3 1,40 4,31

3 Mergangsan 3 2,31 7,11

4 Umbulharjo 7 8,12 24,98

5 Kotagede 3 3,07 9,45

6 Gondokusuman 5 3,97 12,22

7 Danurejan 3 1,10 3,38

8 Pakualaman 2 0,63 1,94

9 Gondomanan 2 1,12 3,45

10 Ngampilan 2 0,82 2,52

11 Wirobrajan 3 1,76 5,42

12 Gedongtengen 2 0,96 2,95

13 Jetis 3 1,72 5,29

14 Tegalrejo 4 2,91 8,95

Jumlah 45 32,50 100

Tabel 2.2. Deskripsi Administrasi dan Luas Wilayah Kota Yogyakarta Sumber : BPS, 2012

Berdasarkan tabel diatas kecamatan yang memiliki desa paling banyak adalah kecamatan umbulharjo dengan 7 jumlah desa sesuai dengan


(47)

32

luas wilayahnya juga yang menjadi wilayah terluas di Kota Yogyakarta dengan luas 8,12 km2 atau 24,98% Kota Yogyakarta, sedangakan yang lainnya rata rata jumlah pedukuhan dan luas wilayah nya hampir sama tidak sebegitu mencolok umbulharjo. Akan tetapi untuk jumlah wilayah terkecil adalah kecamatan Ngampilan dengan luas 0,82 km2 atau 2,52% dari luas Kota Yogyakarta.

3. Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44 04 –08° 00 27 Lintang Selatan dan 110° 12 34 – 110° 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah

Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah Provinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari : Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah). Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %). Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%). Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlaguna, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek. Kabupaten Bantul terletak disebelah selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan


(48)

33 No. Kecamatan

Jumlah Luas

Wilayah (km2)

% Luas Kabupaten Desa Padukuhan

1 Srandakan 2 43 18,32 3,61

2 Sanden 4 62 23,16 4,57

3 Kretek 5 52 26,77 5,28

4 Pundong 3 49 23,68 4,67

5 Bambanglipuro 3 45 22,70 4,48

6 Pandak 4 49 24,30 4,79

7 Bantul 5 50 21,95 4,33

8 Jetis 4 64 24,47 4,83

9 Imogiri 8 72 54,49 10,75

10 Dlingo 6 58 55,87 11,02

11 Pleret 5 47 22,97 4,53

12 Piyungan 3 60 32,54 6,42

13 Banguntapan 8 57 28,48 5,62

14 Sewon 4 63 27,16 5,36

15 Kasihan 4 53 32,38 6,39

16 Pajangan 3 55 33,25 6,56

17 Sedayu 4 54 34,36 6,78

Jumlah 75 933 506,85 100

Tabel 2.3. Deskripsi Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Bantul Sumber : BPS, 2012

Berdasarkan tabel diatas kecamatan yang memiliki desa terbanyak di Kabupaten Bantul terdapat dua Kecamatan yaitu Kecamatan Imogiri dan Banguntapan sebanyak 9 desa, tetapi padukuhan terbanyak ada di Imogiri dengan 72 padukuhan. Sedangkan jumlah desa paling sedikit ada di Kecamatan Srandakan dengan hanya memiliki 2 desa begitupun pula padukuhannya yang hanya memiliki 43 padukuhan menjadikan Srandakan Kecamatan yang memiliki jumlah padukuhan paling sedikit di Kabupaten Bantul, sebab Kecamatan Srandakan merupakan Kecamatan terkecil di Kabupaten Bantul dengan luas 18,32 km2 atau 3,61% dari luas Kabupaten Bantul. Sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Dlingo dengan luas


(49)

34

55,87 km2 atau 11,02 % dari luas Kabupaten Bantul. Berikut ini gambar peta luas Administrasi Wilayah Kartamantul.


(50)

35

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul (Kartamantul) Sumber : Kartamantul


(51)

36 B. Profil DPUP-ESDM (Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi

Sumber Daya Mineral)

Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral terletak di jalan Bumijo No.5, Jetis, D.I. Yogyakarta. Dinas PUP-ESDM sendiri terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) Daerah Istimewa Yogyakarta.

1. Visi

Terwujudnya kualitas layanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang memadai, peningkatan jumlah rumah layak huni, serta pengelolaan energy dan sumber daya mineral yang ramah lingkungan. 2. Misi

a. Mewujudkan integrasi penataan ruang wilayah untuk menjamin kinerja pelayanan infrastruktur dasar.

b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana dalam upaya meningkatkan pelayanan publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, dan perencanaan yang berkualitas.

c. Meningkatkan pengelolaan dan pembinaan bangunan gedung dan rumah negara.


(52)

37

d. Meningkatkan aksesbilitas wilayah dalam mendukung pengembangan kawasan budaya, kawasan pariwisata, kawasan pendidikan dan kawasan pertumbuhan ekonomi.

e. Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara optimal untuk meningkatkan kelestarian fungsi sarana prasarana dan keberlanjutan SDA.

f. Mengurangi resiko daya rusak air.

g. Mendukung peningkatan jumlah rumah layak huni. h. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.

i. Meningkatkan pembinaan dan pengendalian kegiatan energi dan sumber daya mineral yang berkelanjutan.

j. Meningkatkan aksesbilitas masyarakat terhadap energi dan sumber daya mineral.

k. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan konstruksi di daerah.

l. Mengembangkan dan mendayagunakan pelayanan informasi, pengujian kontruksi dan lingkungan.

m. Mendorong sumber daya manusia yang akuntabel dan kompeten, terintergasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance.

3. Fungsi dan Tugas

Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 47 Tahun 2008 menetapkan bahwa dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) Daerah Istimewa Yogyakarta


(53)

38

mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang pekerjaan umum, perumahan, dan energi sumber daya minerak serta kewenangan dekosentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) Daerah Istemewa Yogyakarta mempunyai fungsi:

a. Penyusunan program dan pengendalian di bidang pekerjaan umum, perumahan dan energi sumber daya mineral.

b. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum, perumahan dan energi sumber daya mineral.

c. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya air.

d. Pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan pengairan lintas Kabupaten/ Kota tertentu serta strategis.

e. Pelaksanaan pengaturan, pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengawasan cipta karya.

f. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengawasan cipta karya

g. Pemberian fasilitas dan pengendalian pembiayaan perumahan. h. Pelaksanaan pembinaan perumahan formal, swadya/

i. Pelaksanaan pengembangan kawasan.

j. Pemberian fasilitasi, pengembangan pelaku pembangunan perumahan dan peran serta masyarakat.


(54)

39

k. Pemberian fasilitasi, pembinaan, perlindungan dan pengembangan energi dan sumberdaya mineral.

l. Pengelolaan kelistrikan, energi baru, terbarukan, minyak dan gas serta bahan bakar lainnya lingkup urusan pemerintah daerah provinsi.

m. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengawasan tata ruang.

n. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengawasan tata ruang.

o. Pemberian fasilitasi bidang pekerjaan umum dan perumahan serta energi sumberdaya mineral Kabupaten/ Kota.

p. Pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja di bidang pekerjaan umum perumahan energi dan sumber daya mineral

q. Pelaksanaan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum, perumahan dan energi sumber daya mineral.

r. Pelaksanaan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum, perumahan dan energi sumber daya mineral.

s. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan.

t. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan fungsi dan tugsnya.


(55)

40 C. Profil Balai PISAMP (Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum

Perkotaan)

Balai Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon berada di Jalan Bantul KM. 8, Dusun Cepit, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. IPAL Sewon merupakan satu-satunya IPAL terpusat yang dimiliki oleh D.I.Yogyakarta yang bertugas menyelenggarakan pelayanan pengelolaan air limbah domestik meliputi 3 daerah Kota dan Kabupaten di D.I. Yogyakarta yakni Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul.

Awal berdirinya IPAL Sewon pada tahun 1994-1995 di lokasi Dusun Cepit, Kelurahan Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul diatas lahan seluas 6,7 Ha yang berasal dari dana hibah pemerintah Jepang melalui Departemen Pekerjaan Umum senilai Rp 59 milyar. Wilayah IPAL Sewon adalah Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) yang lazimnya disebut Kartamantul, yaitu hampir seluruh Kota Yogyakarta, sebagian wilayah Kabupaten Sleman (4 Kecamatan: Mlati, Depok, Gamping, dan Ngaglik), dan sebagian wilayah Kabupaten Bantul (3 Kecamatan: Kasihan, Sewon, dan Banguntapan. Meskipun dibawah koordinasi dari dinas DPUP ESDM, Balai PISAMP tetap memiliki keterkaitan dengan instansi lain, seperti Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta, Bappeda Kabupaten/ Kota, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan, Keindahan, dan Pemakaman (DKKP), Dinas Kimpraswilhub, dan Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan.


(56)

41

IPAL Sewon direncanakan untuk mengolah produksi limbah rumah tangga dari 125.000 jiwa atau dengan pelayanan Sambungan Rumah sebanyak 25.000 SR dengan kapasitas volume air masuk 15.500 m3/ hari dan BOD IN 332 mg/liter yang merupakan proyeksi pelayanan sampai dengan tahun 2017.

Secara garis besar keberadaan IPAL Sewon memiliki manfaat perlindungan terhadap badan-badan air dari pencemaran rumah tangga, peningkatan dan estetika lingkungan, pemanfaatan hasil IPAL berupa pupuk organik dari lumpur air limbah, selain itu IPAL Sewon juga dapat menjadi tempat sarana pariwisata yang berbasis edukasi.

Mulai per satu Januari 2015 Balai IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Sewon berubah menjadi Balai PISAMP (Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum Perkotaan) yang merupakan Unit Pengelolaan Teknis dibawah Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUP-ESDM) DIY Bidang Cipta Karya.

1. Kelembagaan Berdasarkan:

a. Peraturan Gubernur DIY Nomor: 82 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Gubernur DIY Nomor: 36 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah DIY.

b. Peraturan Gubernur DIY Nomor: 84 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur DIY Nomor: 41 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas dan Unit Pelaksana Teknis pada Dinas PUP-ESDM.


(57)

42

2. Fungsi dan Tugas a. Tugas

Menyelenggarakan pengelolaan jaringan drainase, sistem pengolahan air limbah permukiman, dan pengelolaan sampah di tempat pengolahan dan pemrosesan akhir dan pengelolaan sistem jaringan air minum lintas Kabupaten/ Kota.

b. Fungsi

1) Pengelolaan jaringan drainase yang bermuara kesungai induk. 2) Pengelolaan sistem pengolahan air limbah permukiman.

3) Pengelolaan sampah ditempat pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.

4) Pengendalian kualitas lingkungan selama proses pengolahan air limbah permukiman dan pengolahan sampah.

5) Pengendalian kualitas residu hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman.


(58)

43

3. Bagan Organiasi

Gambar 2.2. Bagan Organisasi Balai PISAMP Sumber: Buku Panduan BALAI PISAMP 4. Program Kegiatan

Adapun penanganan program yang dilakukan oleh Balai PISAMP selaku pelaksana penanganan air limbah di Daerah Istimewa Yogyakrta pada tahun 2014 yaitu, Program Pengemban Pengelolaan Air Limbah. Adapun kegiatan dari program tersebut, antara lain:

a. Penyediaan prasarana dan sarana air limbah

b. Rehabilitasi/ pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah c. Pemeliharaan instalasi pengelolahan air limbah

d. Pemantauan kualitas air dan lingkungan sistem jaringan air limbah e. Penguatan kelembagaan pengelolaan limbah

Kepala Balai

Seksi Operasi dan Pemeliharaan Jaringan

Drainase dan Sistem Pengelolaan Air Limbah

Seksi Operasi dan Pemeliharaan Tempat

Pengelolaan dan Pemrosesan Akhir

Sampah

Seksi Operasi dan Pemeliharaan Sistem

Jaringan Air Minum Kelompok Jabatan


(59)

44 D. Profil Kartamantul

Tidak adanya wadah yang mengintegrasikan pengelolaan prasarana perkottan, telah mendorong tiga pemerintah daerah yakni Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul yang wilayahnya membentuk Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta, membentuk suatu wadah koordinasi. Untuk memecahkan situasi tersebut, maka telah dibentuk Sekretariat Bersama (Joint Secretariat of Kartamantul) sebagai suatu metode untuk mengoptimalkan keterpaduan pengelolaan prasaran dan sarana perkotaan wilayah perbatasan. Sekber Kartamantul terletak di Gedung Eks Dinas Pariwisata Propinsi DIY Lantai 1, Komplek Kepatihan Danurejan, Jalan Maliboro 14, Yogyakarta. Kartamantul sendiri merupakan kependekan dari Yogyakarta Sleman dan Bantul.

1. Visi

Menjadi lembaga yang menjembatani terwujudnya kerjasama yang setara, adil, partisipatif, transparan dan demokratis, untuk mewujudkan perkotaan yang nyaman, indah dan sehat yang didukung oleh sarana-prasarana dan pelayanan yang memadai, kesadaran dan peran serta masyrakat.

2. Misi

a. Melakukan negosiasi untuk mendapatkan hasil yang adil. b. Melakukan mediasi penyelesaian permasalahan.

c. Melakukan koordinasi manajemen dan implementasi. d. Melakukan fasilitasi proses pengambilan keputusan.


(60)

45

e. Membangun jaringan kerja yang kuat. f. Memberikan inisiasi perubahan. g. Memberikan rekomendasi kebijakan. 3. Sektor Kerjasama

a. Transportasi b. Persampahan c. Air limbah d. Jalan e. Air bersih f. Drainase

E. Deskripsi Air Limbah di Yogyakarta

Kualitas air tanah di Kabupaten Sleman banyak yang tercemar bakteri e-coli. Berdasar pemeriksaan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, dari 5.270 air sumur milik warga, sebanyak 2.699 air sumur atau 51,21% tercemar bakteri e-coli.13 Data dari Dinas Kesehatan setempat sudah ada 75 persen sumur yang tercemar, menurut Suyana Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogayakarta tingginya pencemaran bakteri e-coli ini karena septik tank pembuangan limbah Buang Air Besar (BAB) warga belum standar. Sebagian septik tank juga sudah memiliki usia terlalu tua dan ditambah manajemen pengelolaan septik tank yang belum baik.14 Permasalahan air bersih yang diakibatkan limbah dosmetik lazimnya dialami oleh masyarakat yang tinggal

13

http://www.harianjogja.com/baca/2013/11/09/pencemaran-air-sumur-duh-51-sumur-di-sleman-tercemar-bakteri-e-coli-463935. Diakses pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 13.38

14

http://krjogja.com/liputan-khusus/khusus/1539/pencemaran-air-di-yogyakarta-meluas.kr, Diaskes pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 13.37


(61)

46

di daerah permukiman yang padat. Di Yogyakarta sendiri kawasan padat tersebut sudah di kelompokan dalam Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) yang meliputi sebagian Kabupaten Sleman dan Bantul serta Kota Yogyakarta.

Berikut ini merupakan kondisi air limbah yang ada di kota Yogyakarta dan sebagian dari daerah Kabupaten Sleman dan Bantul kondisinya sangat beragam dan dapat di ketahui dari hasil uji kosentrasi limbah yang dilakukan balai PISAMP secara berkala. Berikut ini adalah hasil pengujian limbah yang masuk yang ada di IPAL Sewon

Hasil Pengujian Inlet Balai PISAMP

No Parameter Satuan Hasil

Uji Metode Uji

Kadar Maksimum 1 ph* - 7,1 SNI 06-6989.11-2004 6,0 - 9,0 2 Daya Hantar

Listrik

552 SNI 06-6989.1-2005 1.5625

3 BOD mg/l 29,9 SNI 6989.72: 2009 50 4 COD* mg/l 65,8 SNI 6989.2: 2009 125 5 Residu

Tersuspensi

mg/l

67 SNI 06-6989.3-2004 200 6 Residu Terlarut mg/l 260 SNI 06-6989.27-2005 2000 7 Besi mg/l 0,33 SNI 6989.4: 2009 5 8 Kekeruhan Skala

NTU 1,38 SNI 06-6989.25-2005 (-) 9 Klorida* mg/l 30,9 SNI 6989.19: 2009 (-) 10 Nitrat mg/l 0,3 SNI 06-2480-1991 20 11 Nitrit* mg/l 1,35 SNI 06-6989.9-2004 1 12 DO mg/l 0,8 SNI 06-6989.14-2004 (-) 13 Detergent mg/l 0,6 SNI 06-6989.51-2005 5 14 Nilai Permaganat mg/l 25,7 SNI 06-6989.22-2005 (-) 15 Minyak dan

Lemak

mg/l

6 SNI 06-6989.10-2004 5 16 Bakteri Total Koli JPT/

100ml

2,1

x103 Metode MPN 5000 Tabel 2.4. Kosentrasi limbah B3 di Inlet IPAL Sewon


(1)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SKPD DPUP-ESDM Tahun 2014 III- 82 No Sasaran Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi

(%) 2 Meningkatnya kualitas pemanfaatan

ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang

1.419.282.000 1.138.776.000 80,24

3 Meningkatnya efektifitas pengendalian pemanfaatan ruang melalui penetapan Peraturan Zonasi, Perijinan, pemberian insentif serta pengenaan sanksi

1.829.309.500 1.635.254.500 89,39

4 Meningkatnya ketersediaan

infrastruktur air minum yang memadai baik aspek kuantitas dan kualitas

11.800.000.000 11.360.678.780 96,28

5 Meningkatnya ketersediaan infrastruktur limbah yang memadai

6.001.395.000 5.604.215.050 93,38 6 Meningkatnya ketersediaan

infrastruktur persampahan yang memadai

1.710.000.000 1.462.512.000 85,53

7 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar pendukung

aksesibilitas kawasan perkotaan

19.497.240.000 18.420.127.990 94,48

8 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar pendukung

aksesbilitas kawasan perdesaan

15.700.0000.000 14.220.722.850 90,58

9 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar pendukung

aksesbilitas Kawasan Agropolitan, Minapolitan dan Desa Potensi

4.300.000.000 3.343.280.700 77,75

10 Berkurangnya jumlah titik genangan air akibat kurang optimalnya drainase di wilayah perkotaan

4.705.552.000 4.360.821.500 92,67

11 Meningkatnya fungsi pengelolaan Bangunan Gedung dan Lingkungan sesuai peraturan yang berlaku

501.062.500 485.876.100 96,97

12 Meningkatnya penyelenggaraan jalan provinsi dalam kondisi mantap

152.576.324.429 148.793.630.991 97,52

13 Meningkatnya penyediaan aksesbilitas bagi kawasan strategis dan kawasan strategis baru

27.646.308.595 23.087.156.828 83,51

14 Meningkatnya layanan jaringan irigasi dan rawa

30.475.105.697 28.178.727.088 92,46 15 Meningkatnya ketersediaan air baku 22.517.335.000 20.180.584.382 89,62


(2)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SKPD DPUP-ESDM Tahun 2014 III- 83 No Sasaran Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi

(%) 16 Meningkatnya kualitas pengendalian

banjir

2.600.000.000 2.332.410.660 89,71

17 Meningkatnya kualitas lingkungan pada permukiman yang padat dan kumuh

3.600.000.000 3.225.775.700 89,60 18 Meningkatnya pemberdayaan

masyarakat pada lingkungan permukiman bagi terwujudnya komunitas yang sehat

11.706.500.000 11.278.145.500 96,43

19 Meningkatnya kualitas perumahan dan lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif

10.326.000.000 10.018.343.031 97,02

20 Terwujudnya optimalisasi pengelolaan air tanah

3.700.000.000 3.587.710.550 96,97 21 Terwujudnya Pengembangan kegiatan

pengolahan dan pemurnian pertambangan

1.039.600.000 1.017.377.500 97,86

22 Terwujudnya penguatan kelembagaan dan efisiensi pemanfaatan energi

600.000.000 595.153.930 99,19

23 Meningkatnya akses ketersediaan energi listrik

4.178.100.000 3.861.032.000 92,41 24 Terwujudnya pengembangan dan

pemanfaatan energi baru terbarukan untuk listrik dan bahan bakar

2.982.000.000 2.749.063150 92,19

25 Terwujudnya penyediaan infrastruktur distribusi dan pasokan bahan bakar

607.500.000 563.546.200 92,76

26 Meningkatnya pencapaian pelaku, proses, dan produk konstruksi yg berkualitas

1.037.707.000 1.017.394.475 98,04

27 Meningkatnya arus informasi dan rujukan teknis teknologi pembangunan bidang PUPESDM

879.994.925 874.696.950 99,40

28 Meningkatnya pencapaian perolehan hasil uji/Sertifikat hasil uji dalam rangka pelayanan yang memenuhi standar

3.146.249.850 2.610.265.375 82,96

Jumlah 348.532.566.496 327.290.131.780 93,91% Belanja Langsung Pendukung 10.493.543.125 9.768.369.551 93,09% Total Belanja Langsung 359.026.109.621 337.058.501.331 93,88%


(3)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SKPD DPUP-ESDM Tahun 2014 III- 84 Penghargaan

Pada Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2014, Pemerintah Daerah DIY telah berhasil meraih prestasi di tingkat nasional yaitu:

1. Peringkat Terbaik Kesatu Kategori Provinsi Sub Bidang Pembinaan Jasa Konstruksi.

2. Peringkat Terbaik Ketiga Kategori Provinsi Sub Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

Melalui pembinaan teknis terhadap pekerja konstruksi dan petugas Operasional dan Pemeliharaan jaringan irigasi dan rawa, telah diperoleh beberapa penghargaan tingkat nasional yaitu :

1. Pemenang I Lomba Pekerja Konstruksi Bidang Juru Ukur; 2. Pemenang I Lomba Pekerja Konstruksi Bidang Listrik;

3. Pemenang I Lomba Pekerja Konstruksi Bidang Mandor Pelaksanaan Pekerjaan Jalan;

4. Pemenang II Lomba Pekerja Konstruksi Bidang Listrik;

5. Pemenang II Lomba Pekerja Konstruksi Bidang Operator Excavator;

6. Pemenang II Lomba Pekerja Konstruksi Bidang Mandor Pelaksanaan Pekerjaan Gedung;

7. Pemenang III Lomba Pekerja Konstruksi Bidang Mador Pelaksanaan Pekerjaan Jalan;

8. Pemenang III Lomba Pekerja Konstruksi Bidang Batu;

9. Pemenang III Lomba Pemilihan Petugas Operasi dan P emeliharaan Jaringan Irigasi dan Rawa Teladan.

PERMASALAHAN DAN SOLUSI Permasalahan

1. Alih fungsi lahan pertanian masih terus terjadi, dikhawatirkan keberlanjutan prasarana sumber daya air yang telah dibangun menjadi tidak efisien karena kemanfaatan yang tidak optimal.

2. Keterbatasan kemampuan pemerintah kabupaten/kota dalam

melaksanakan tanggung jawab dan kewenangannya dalam pembangunan infrastruktur dasar bagi permukiman.


(4)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SKPD DPUP-ESDM Tahun 2014 III- 85 3. Pelaksanaan pembebasan lahan untuk pengembangan kawasan strategis

terkendala kesepakatan harga tanah dengan masyarakat sehingga tidak sesuai jadwal pelaksanaan pengadaan/pembebasan lahan .

Solusi

1. Mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota segera menetapkan lokasi lahan sawah yang berkelanjutan, dengan memberikan insentif yang memadai bagi para pemilik lahan.

2. Advokasi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur dasar permukiman sesuai dengan kewenangannya.

3. Meningkatkan komunikasi dan mediasi dengan masyarakat untuk mencapai kesepakatan harga tanah dan redesain jadwal pelaksanaan pengadaan/pembebasan lahan untuk infrastruktur.


(5)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SKPD DPUP-ESDM Tahun 2014 IV-1 BAB IV

PENUTUP

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SKPD Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) Daerah Istimewa Yogyakarta disusun berdasarkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun Anggaran 2014, serta Penetapan Kinerja Tahun 2014 sebagai pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi yang merupakan wujud pertanggungjawaban dalam pencapaian misi dan tujuan instansi serta dalam rangka perwujudan good governance.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran tingkat pencapaian sasaran maupun tujuan instansi sebagai jabaran dari visi, misi dan strategi instansi yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap 28 (dua puluh delapan) sasaran, ditetapkan indikator kinerja sasaran sebanyak 29 (dua puluh sembilan) indikator.

Penyelenggaraan kegiatan di Dinas PUP-ESDM DIY pada Tahun Anggaran 2014 merupakan tahun ke 2 (dua) dari Rencana strategis Dinas PUP-ESDM DIY Tahun 2012-2017. Keberhasilan yang dicapai berkat kerja sama dan partisipasi semua pihak dan diharapkan dapat dipertahankan serta ditingkatkan. Sementara itu, untuk target-target yang belum tercapai perlu diantisipasi dan didukung oleh berbagai pihak.

Hasil laporan kinerja Dinas PUP-ESDM DIY tahun 2013 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Keberhasilan capaian kinerja sasaran yang dicerminkan dari capaian indikator kinerjasasaran ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain sumber daya manusia, anggaran, dan sarana prasarana.

2. Dari analisis 28 (dua puluh delapan) sasaran, terdapat 29 (dua puluh sembilan) indikator kinerja yang dipilih sebagai tolok ukur. Pada tahun 2014,


(6)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SKPD DPUP-ESDM Tahun 2014 IV-2 29 (dua puluh sembilan) indikator yang telah memenuhi target yang ditetapkan atau sebesar 100 % dari total indikator.

3. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan peningkatan kualitas penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah SKPD dirumuskan saran-saran sebagai berikut:

1) Perlu dilakukan upaya-upaya untuk peningkatan kapasitas SDM tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta kemampuan teknis dalam menyusun dokumen-dokumen kinerja untuk mempercepat terwujudnya pemerintahan yang akuntabel;

2) Perlu adanya kebijakan yang mewadahi penerapan SAKIP di instansi pemerintah agar tercipta kejelasan arah dalam penerapan SAKIP yang baik dan benar di jajaran instansi pemerintah, serta meningkatkan kualitas pelaksanaan monitoring dan evaluasi capaian Penetapan Kinerja (PK).

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2014 ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan, penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang, penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang, serta penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.