Tata Cara Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

(1)

TUGAS AKHIR

TATACARA PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

O L E H

NAMA : RIRIN ASTRIYANI NIM : 102600096

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Studi Pada Prodip III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

KATA PENGANTAR………. iv

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PKLM ………. 1

B. TUJUAN DAN MANFAAT ……… 3

C. URAIAN TEORITIS ………... 4

D. RUANG LINGKUP ………. 7

E. METODE PKLM ………... 8

F. METODE PENGUMPULAN DATA ………... 9

G. SISTEMATIKA PENULISAN ……… 10

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia ………. 12

B. Kegiatan KPP Pratama Medan Polonia ……… 13

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia… ………... 14

D. Dekskripsi kerja KPP Pratama Medan Polonia………. …… 15

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK A. Ketentuan Umum……….……… 18

1. Pengertian Pajak ……… 18

2. Fungsi Pajak………... 20


(3)

2.2 Fungsi Regulerend……….. 20

3. Pengertian Wajib Pajak……… ………. 20

4. Subjek dan Objek Pertambahan Nilai. ……….. 21

5. Tarif Pajak Pertambahan Nilai………... 23

B. Nomor Pokok Wajib Pajak……… 23

1. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak………... 23

2. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)……….. 24

3. Syarat-syarat untuk mendapatkan NPWP bagi PKP………. 24

4. Jangka Waktu Pendaftaran NPWP………..……… …….. 24

5. Penghapusan NPWP………... 25

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA A. Tatacara Pendaftaran Dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak……….. 26

1. Tatacara Pendaftaran Dan Pemberian NPWP serta Pelaporan dan Pengukuhan PKP di Kantor Pelayanan Pajak……….. 26

2. Petugas pendaftaran Wajib Pajak selama Komputer tidak berfungsi mempunyai Tugas……… 30

3. Petugas Pendaftaran setelah Komputer berfungsi mempunyai tugas………... 31


(4)

C. Tempat dan Jangka Waktu Pendaftaran Atau Pelaporan Kegiatan Usaha……… 34 D. Jangka Waktu Pendaftaran Atau pelaporan Kegiatan Usaha………... 34 E. Tatacara Pemindahan WP, Penghapusan NPWP, dan Pencabutan

Nomor Pencabutan Nomor Pengukuhan PKP……… 36 F. Tatacara Penghapusan NPWP dan Pencabutan Nomor Pengukuhan PKP……… 37 G. Statistik PKP Yang Terdaftar Pada KPP Pratama Medan Polonia………... 40 H. Kendala para WP Atau PKP Yang Ingin Mendaftarkan

Dirinya Dalam Hal Perpajakan……….. …... 42 I. Cara Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Wajib Pajak Atau Pengusaha

Kena Pajak Dalam Hal Perpajakan……… 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……… 46 B. Saran………... 47

DAFTAR PUSTAKA


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena berkat karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini berjudul “Tata Cara Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.

Dari hati yang tulus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orangtua tercinta, Bapak Supiyono dan Ibu Sumarni serta adik-adikku tersayang, Dwi Wulan Sari dan Ilham Satria yang telah mencurahkan kasih sayangnya untuk mendukung, membesarkan, mendidik, dan memenuhi kebutuhan penulis sejak kecil sampai penulis mengikuti perkuliahan. Berkat doa dan pengorbanan mereka lah adinda dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis pada kesempatan ini ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU 2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku ketua Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Arlina, S.H, M. Hum selaku Sekretaris, Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Bapak Drs. M Husni Thamrin, M.Sp selaku dosen pembimbing saya yang banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini


(6)

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis selama mengikuti perkuliahan

6. Untuk kak Korby yang telah membantu penulis dalam urusan surat menyurat sampai Tugas Akhir ini selesai dan juga kepada seluruh pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

7. Untuk kakak Ijun Muliatun yang selalu setia menemani saya mengurus segala kepentingan pengurusan penelitian ini dan memberikan motivasi, saya ucapkan terimah kasih.

8. Kepada kawan-kawan Administrasi Perpajakan 2010 seperjuanganku Osda Meriana Saragih, Jesiska Delfrina Sitompul, dan Feranita Simbolon.

9. Kepada semua teman magang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yaitu Osda, Jesiska, Hafizah Ulfani, Irma Siregar, Ola, Tasya, Restu, Ali Zamzami, Della, Devi, Sari, Dela dan Ruri.

10.Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi, bahasa maupun cara penulisan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis dapat meningkatkan kemampuan menulis pada masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya

Medan, 4 Juli 2013 Penulis


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Seperti yang kita ketahui bahwa pajak merupakan suatu kewajiban kenegaraan dan pengabdian serta peran aktif setiap warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai keperluan negara berupa pembangunan nasional, yang pelaksanaannya diatur oleh undang undang dengan tujuan mensejahterakan bangsa dan negara, dimana pajak ini telah memberikan prestasi balik yang langsung dirasakan masyarakat. Sehingga di dalam menjalankan program pemerintah diperlukan perhatian khusus bagaimana agar target tersebut dapat tercapai. Aplikasinya bahwa pembangunan nasional dan keperluan negara lainnya tidak akan tercapai jika dana yang digunakan minim atau tidak mencukupi, maka dengan itu pemerintah berupaya mencari solusi bagaimana cara meningkatkan penerimaan negara tersebut sehingga dapat membiayai program pemerintah seperti yang ditargetkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Pajak yang merupakan sumber utama penerimaan negara yang paling dominan sehingga pemerintah berupaya bagaimana agar penerimaan dari pajak tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan meliputi intensifikasi yaitu perbaikan di dalam organisasi itu atau dalam Kantor Pelayanan Pajak itu sendiri diimbangi dengan ekstensifikasi yaitu penambahan wajib pajak atau memperluas objek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu, dimana harus wajib mendaftarkan diri ke Kantor


(8)

(NPWP) bagi wajib pajak orang pribadi atau nomor pengukuhan Pengusaha Kena Pajak bagi wajib pajak badan.

Berdasarkan Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 1 mengenai Pajak Pertambahan Nilai disebutkan bahwa pengusaha orang pribadi atau badan sebagaimana dimaksud dalam pasal satu ayat 14 yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang atau mengekspor barang melakukan usaha perdagangan, dan memanfaatkan barang kena pajak tidak terwujud di luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Apabila pengusaha yang dimaksud di atas dikenakan pajak berdasarkan Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2009 mengenai Pajak Pertambahan Nilai dikatakan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib mendaftarkan dan melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang dan memperoleh Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Namun adakalanya wajib pajak khususnya pengusaha yang memenuhi syarat di atas, masih belum memahami dan mengerti bagaimana proses mendaftarkan diri dan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak serta bagaimana melaksanakan kewajibannya. Dalam hal ini terdapat prosedur dan tatacara pendaftaran pengusaha tersebut sehingga tujuan pemungutan pajak yang baik dapat berjalan dengan semestinya.

Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik mengambil topik Laporan Tugas Akhir dengan judul “ TATACARA PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA”.


(9)

B. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah :

1.1 Untuk mengetahui tatacara pendaftaran dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan masalah yang timbul di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

1.2 Untuk mengetahui kuantitas pendaftaran dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang mempengaruhi jumlah penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

PKLM ini tentunya sangat bermanfaat bagi beberapa pihak diantaranya adalah : 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan tentang tatacara pendaftaran dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

b. Dapat mengetahui kuantitas pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang mempengaruhi penerimaan pajak.

c. Dapat mengetahui faktor - faktor kendala para Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak tidak mendaftarkan dirinya di Kantor Pelayanan Pajak.

2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

a. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap instansi, baik berupa saran maupun kritik yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja di lingkungan instansi tersebut.


(10)

b. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

c. Sebagai sarana meningkatkan hubungan baik dan kerjasama dengan pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2.3Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

b. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku di program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. C. URAIAN TEORITIS

1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang tertuang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.

2. Manfaat Pajak

Adapun beberapa manfaat pajak bagi negara adalah :


(11)

Penerimaan pajak dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dalam sisi penerimaan dan di pakai untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

b. Sebagai Alat Pemerataan Pendapatan

Pajak sebagai alat pemerataan pendapatan dilakukan dengan menerapkan tarif pajak lebih tinggi untuk golongon masyarakat yang berpendapatan tinggi. Akan tetapi dengan tarif pajak ini bisa efektif sebagai pemerataan apabila dana yang dikumpulkan dialokasikan betul - betul untuk kepentingan golongan masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yaitu untuk memperbaiki fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu.

3. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai merupakan jumlah antara biaya yang dikeluarkan dalam tingkat laba yang diharapkan dalam suatu proses produksi, maksudnya proses pertambahan nilai timbul karena adanya biaya - biaya yang dikeluarkan mulai dari bahan baku menjadi bahan barang setengah jadi sampai akhirnya menjadi barang jadi yang siap dijual dengan tingkat laba yang diharapkan. Jadi secara logika maka yang menjadi subjek pertambahan nilai ini adalah pengusaha.

4. Pengertian Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.


(12)

5. Pengertian Faktur Pajak

Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak atau bukti pungutan pajak karena impor barang kena pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

6. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai

Pengusaha dianggap sebagai Subjek Pajak. Adapun kategori Pengusaha Kena Pajak yang dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah :

a. Pengusaha yang penghasilan Brutonya tidak kurang atau lebih dari 600 juta pertahun.

b. Pengusaha yang memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak meliputi : eksportir, dan pedagang yang menjual Barang Kena Pajak pada Pengusaha Kena Pajak.

c. Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan dan atau importer serta pemegang hak paten dan merek dagang.

Berdasarkan Pasal 4, Pasal 16C dan Pasal 16D Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2009 diatur bahwa Objek Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

b. Impor Barang Kena Pajak.

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.


(13)

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean f. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.

g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

j. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan. 7. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Tarif PPN di kenal dengan tarif tunggal yaitu sebesar 10% untuk segala jenis Barang Kena Pajak, tetapi untuk meningkatkan persaingan produksi kita di luar Indonesia, maka untuk barang-barang yang akan diekspor dibebaskan dari pemungutan PPN (PPN = 0%).

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam laporan praktek kerja lapangan mandiri ini, maka yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah :

1. Tatacara Pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

2. Masalah - masalah lain yang dihadapi oleh pengusaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak khususnya di seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

3. Jumlah yang mendaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.


(14)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Mandiri maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Mengajukan judul, penentuan judul, pengesahan judul, pembuatan Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri, seminar Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri, perbaikan Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri, persetujuan penentuan Dosen Pembimbing, bimbingan dan konsultasi dengan Dosen Pembimbing, pembuatan surat izin untuk Praktik Kerja Lapangan Mandiri ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data - data yang menyangkut masalah yang akan di bahas melalui buku-buku, majalah, Undang - Undang, keputusan Menteri Keuangan, keputusan Menteri Keuangan, keputusan Direktur Jendral Pajak dan bahan - bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan.

3. Observasi Lapangan

Penulis melaksanakan pengamatan secara langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mengetahui tata cara pendaftaran dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan masalah - masalah lain yang timbul.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data - data yang berhubungan dengan apa yang dikerjakan pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri nantinya yang diperlukan dalam penyusunan laporan akhir dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(15)

Dalam pengumpulan data sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Contoh data primer adalah yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya. 5. Analisis Data dan Informasi

Di sini penulis akan menganalisa data dan mengevaluasi kembali secara deskriftif kualitatif ataupun kuantitatif, sehingga memberikan gambaran secara umum maupun khusus dari objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

F. METODE PENGUMPULAN DATA

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Penulis menggunakan metode :

1. Wawancara (Interview)

Dengan cara melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) mengenai hal - hal yang menjadi objek pembahasan.


(16)

2. Observasi

Dengan melalukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data yang diperlukan untuk pembahasan masalah.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi. G. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam laporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematika. Adapun sistematika yang akan dilakukan dalam penulisan laporan PKLM ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Di dalam Bab ini penulis menguraikan latar belakang, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup, metode PKLM, dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Penulis menerangkan gambaran umum objek atau lokasi PKLM, sejarah singkat, visi dan misi beserta dengan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, khususnya Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP)

BAB III : GAMBARAN DATA PKLM

Pada bab ini penulis nmenguraikan tentang ketentuan umum, tata cara pendaftaran pengukuhan Pengusaha Kena Pajak serta jangka waktu


(17)

pendaftaran atau pelaporan kegiatan usaha, penyesuaian Pengusaha Tidak Kena Pajak.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Bab ini membahas tentang analisis dan evaluasi data yang diperoleh mengenai tata cara pendaftaran pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan intisari dan bersumber dari PKLM.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.

Kemudian untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat umum, khususnya kepada Wajib Pajak pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 terhitung mulai 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak Medan diubah menjadi 4 kantor yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No. 7 Medan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Diponegoro No. 30 Medan 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No. 17A Medan 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl Binjai No.7


(19)

Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia berdiri pada awal tahun 2002 yang mana merupakan pemisahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang terletak di Jl. Sukamulia Medan.

Dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang organisasi dan tata kerja instansi vertikal Direktorat Jendral Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mencakup wilayah kerja :

1. Kecamatan Medan Maimun 2. Kecamatan Medan Polonia 3. Kecamatan Medan Baru 4. Kecamatan Medan Selayang 5. Kecamatan Medan Tuntungan 6. Kecamatan Medan Johor

B. Kegiatan KPP Pratama Medan Polonia

KPP Pratama Medan Polonia mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan (Pph), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PpnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dalam wilayah wewenangnya. Dalam melalukan tugas sebagaimana yang dimaksud di atas, KPP Pratama Medan Polonia menyelenggarakan fumgsi :

1. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan. Pengamatan potensi perpajakan dan ekstensifikasi Wajib Pajak.


(20)

3. Pengawasan pembayaran Masa Pajak Penghasilan (Pph), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PpnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL).

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing -masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya yaitu untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.

KPP Pratama Medan Polonia menerapkan Struktur Organisasi Lini dan Staff. KPP Pratama Medan Polonia dipimpin oleh seorang Kepala KPP yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I.

KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari 1 (satu) Sub bagian dan 9 (Sembilan) seksi yang masing - masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan Pelaksana. Khusus untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan AR. Struktur Organisasi pada KPP Pratama Medan Polonia adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor 2. Sub Bagian Umum 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON)


(21)

6. Seksi Penagihan 7. Seksi Ekstensifikasi 8. Seksi Pemeriksaan

9. Kelompok Jabatan Fungsional

D. Dekskripsi kerja KPP Pratama Medan Polonia 1. Kepala Kantor

Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang – umdangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan salah satu hal yang sangat penting karena menyangkut hak - hak daripada setiap pegawai. Adapun tugas pokok dari Sub Bagian Umum adalah sebagai berikut :

a. Mengurusi masalah kenaikan pangkat seorang pegawai yang berprestasi baik. b. Mengurusi gaji setiap pegawai.

c. Mengurusi pegawai yang pindah atau mutasi.

d. Mengurusi masalah cuti setiap pegawai sesuai dengan peraturan yang ada. e. Mengatasi hal - hal yang menyangkut hak dari pegawai.

3. Seksi Pelayanan

Memiliki tugas dalam hal penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan


(22)

SPT dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerjasama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Memiliki tugas dalam hal pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON)

Memiliki tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan WP terhadap PPh, PPN, dan pajak lainnnya, memberikan bimbingan/himbauan kepada WP dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil WP, analisis kinerja WP, rekonsiliasi data WP dalam rangka melakukan intensifikasi dan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat empat Seksi WASKON yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah KPP tersebut.

6. Seksi Penagihan

Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

7. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, melakukan ekstensifikasi/pendaftaran terhadap masyarakat yang telah memenuhi


(23)

syarat tetapi belum mendaftar sebagai Wajib Pajak, dan penggalian potensi melalui PPN atau Kegiatan Membangun Sendiri.

8. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan dan perpajakan lainnya. 9. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama Medan Polonia. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.


(24)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK A. Ketentuan Umum

1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 tahun 2007 perubahan Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.

Beberapa pengertian pajak menurut para ahli, diantaranya :

M.J.H.Smeets dalam (Suandy, 2008:9) menyatakan bahwa : “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umumj, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah”.

Soeparman Soemahamidja dalam (Suandy, 2008:9) menyatakan bahwa : “pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolekif dalam mencapai kesejahteraan umum”.

Rochmat Soemitro dalam (Suandy, 2008:10) menyatakan bahwa : “ pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang, yang dapat dipaksakan


(25)

dengan tidak mendapat jasa imbalan, yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Dari pengertian diatas dapat diketahui apa saja yang menjadi unsur pajak, yaitu :

1. Konstribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan, berarti pajak merupakan konstribusi wajib dan rutin dibayarkan setiap bulan/tahun pajak yang telah ditentukan. Berarti pajak bukan merupakan sumbangan atau bantuan lagi tetapi pajak merupakan pembayaran wajib yang dikenakan oleh orang pribadi atau badan.

2. Bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, artinya pajak yang dapat dipaksa apabila telah benar-benar melanggar ketentuan yang berlaku. Pajak juga memiliki dasar hukum yang kuat yaitu Undang-Undang yang apabila tidak dipatuhi akan mendapat sanksi yang tegas. Dengan demikian pengenaan pajak berdasarkan Undang-Undang akan menjamin bagi wajib pajak adanya kepastian hukum dan keadilan. 3. Tidak mendapat imbalan secara langsung atau dengan kata lain kontraprestasinya

tidak secara langsung dirasakan oleh wajib pajak atau badan yang membayarnya, tetapi pajak lebih dirasakan secara universal (semua dapat merasakannya) yaitu pembangunan sarana dan prasarana umum seperti jalan, jembatan dan lain-lain.

4. Digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat maksudnya tujuan pajak adalah sebagai sumber keuangan Negara yang akan digunakan untuk membiayain pengeluaran pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya.


(26)

Sehingga pengalokasian pajak adalah untuk keperluan rakyat. Dalam (Mardiasmo, 2006:1)

Dari beberapa unsur pajak seperti yang telah dijelaskan, pajak juga berperan dalam mencapai target yang direncanakan pemerintah, serta berguna untuk mensukseskan pembangunan nasional secara merata dan memenuhi segala kebutuhan rumah tangga Negara yaitu pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarkat luas.

2. Fungsi Pajak 2.1Fungsi Budgetair

Yaitu pajak merupakan sumber keuangan Negara yang berarti bahwa pemerintah memungut pajak terutama untuk memperoleh uang sebanyak-banyaknya untuk membiayai Negara, baik yang bersifat rutin maupun untuk pembangunan.

2.2Fungsi Regulerend

Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan dengan tujuan tertentu.

3. Pengertian Wajib Pajak

Setelah kita mengetahui pengertian pajak, dan fungsi pajak, tentu kita ingin lebih mengetahui siapa yang membayar pajak tersebut yaitu orang atau badan yang telah sanggup untuk membayar kewajiban pajak yang telah diatur oleh undang atau yang disebut dengan wajib pajak (WP). Salah satu jenis pajak yang dibayar tersebut adalah Pajak Pertambahan Nilai. Untuk lebih memahami Pajak Pertambahan Nilai lebih baik kita pahami dulu apa yang disebut dengan Pertambahan Nilai tersebut yaitu jumlah antara


(27)

biaya yang dikeluarkan dalam tingkat laba yang diharapkan dalam suatu proses produksi, maksudnya proses pertambahan nilai timbul karena adanya biaya-biaya yang dikeluarkan mulai dari bahan baku menjadi barang setengah jadi sampai akhirnya menjadi barang jadi yang siap dijual dengan tingkat laba yang diharapkan. Jadi secara logika maka yang menjadi subjek pertambahan nilai ini adalah pengusaha.

Berdasarkan Undang-Undang Berdasarkan Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 1 mengenai Pajak Pertambahan Nilai disebutkan bahwa pengusaha orang pribadi atau badan sebagaimana dimaksud dalam pasal satu ayat 14 yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang atau mengekspor barang melakukan usaha perdagangan, dan memanfaatkan barang kena pajak tidak terwujud di luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Apabila pengusaha yang dimaksud di atas dikenakan pajak berdasarkan Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2009 mengenai Pajak Pertambahan Nilai dikatakan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib mendaftarkan dan melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang dan memperoleh Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).

4. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai

Pengusaha dianggap sebagai Subjek Pajak. Adapun kategori Pengusaha Kena Pajak yang dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah :

d. Pengusaha yang penghasilan Brutonya tidak kurang atau lebih dari 600 juta pertahun.


(28)

e. Pengusaha yang memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak meliputi : eksportir, dan pedagang yang menjual Barang Kena Pajak pada Pengusaha Kena Pajak.

f. Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan dan atau importer serta pemegang hak paten dan merek dagang.

Berdasarkan Pasal 4, Pasal 16C dan Pasal 16D Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2009 diatur bahwa Objek Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah:

k. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

l. Impor Barang Kena Pajak.

m. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

n. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

o. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean p. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.

q. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. r. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

s. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.


(29)

5. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Tarif PPN di kenal dengan tarif tunggal yaitu sebesar 10% untuk segala jenis Barang Kena Pajak, tetapi untuk meningkatkan persaingan produksi kita di luar Indonesia, maka untuk barang-barang yang akan diekspor dibebaskan dari pemungutan PPN (PPN=0%). Dalam keadaan tertentu, tarif PPN dapat berubah sesuai Peraturan Pemerintah menjadi serendah-rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15% (Rimsky Judisseni, Perpajakan Edisi revisi, 2001, hal 134).

Didalam penghitungan PPN terhutang, maka pada setiap Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, maka Pengusaha Kena Pajak bersangkutan diwajibkan untuk membuat faktur pajak. Dalam Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 1 ayat 23 yang dimaksud faktur pajak adalah adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak atau bukti pungutan pajak karena impor barang kena pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 1. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai saran dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak sebelum melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Maka setelah Pengusaha Kena Pajak menerima Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut maka dikukuhkanlah pengusaha tersebut sebagai Pengusaha Kena Pajak dan memperoleh Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).


(30)

2. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak berfungsi sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak, oleh karena itu kepada wajib pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain itu Nomor Pokok Wajib Pajak dapat juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, wajib pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.

3. Syarat-syarat untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak bagi Pengusaha Kena Pajak

a. Mengisi surat permohonan atau formulir pendaftaran.

b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia, paspor atau Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurangnya Lurah atau Kepala Desa.

c. Surat Keterangan kegiatan usaha sekurang-kurangnya ditanda tangani Lurah atau Kepala Desa

d. Fotocopy Akte Pendirian Usaha dan Perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukkan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap.

4. Jangka Waktu Pendaftaran NPWP

Jangka Waktu Pendaftaran NPWP adalah 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan dan atau pada akhir tahun pajak apabila penghasilan pada tahun pajak yang bersangkutan melebihi PTKP.


(31)

5. Penghapusan NPWP

Penghapusan NPWP dilakukan apabila :

a. Wajib Pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.

b. Warisan yang belum terbagi (dalam kedudukan sebagai subjek pajak) sudah selesai dibagi.

c. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memenuhi syarat lagi untuk digolongkan sebagai Wajib Pajak.

d. Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

e. Wajib Pajak Badan Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu halkehilangan statusnya sebagai BUT.


(32)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Tatacara Pendaftaran Dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Petugas pendaftaran Wajib Pajak adalah petugas yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Penyuluhan Pajak atau Kepala Kantor Pelayanan Wajib Pajak untuk melayani pendaftaran wajib pajak, Pelaporan Pengusaha Kena Pajak, Perubahan Data Wajib Pajak, Perpindahan Wajib Pajak, Pencabutan Pengusaha Kena Pajak, dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak baik yang diterima secara langsung, melalui pos secara tercatat maupun dari Kantor Penyuluhan Pajak.

1. Tatacara Pendaftaran Dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pelaporan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak. Petugas Pendaftaran Wajib Pajak mempunyai tugas :

1. Menerima formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak (KP.PDIP.4.1-00), berfungsi sebagai formulir pendaftaran yang telah ditandatangani Wajib Pajak atau kuasanya yang sah beserta lampirannnya. 2. Memeriksa kelengkapan formulir Permohonan Pendaftaran dan perubahan

data Wajib Pajak yang terdiri dari :

a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas :


(33)

- Fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing. b. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan

bebas :

- Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Penduduk Indonesia, atau Fotokopi Paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing. - Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang

berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

c. Untuk Wajib Pajak Badan

- Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap.

- Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing. - Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh

instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.


(34)

3. Mengisi kolom-kolom pada formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak (KP.PDIP.4.1-00) yang diisi oleh dinas.

4. Meneliti administrasi Kantor Pelayanan Pajak untuk mengetahui apakah Wajib Pajak sudah terdaftar atau belum.

5. Merekam data Wajib Pajak dari formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan data Wajib Pajak sesuai dengan tatacara yang telah ditentukan. Mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LAPD) serta Menyerahkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada Wajib Pajak, setelah ditandatangani oleh petugas.

6. Dalam hal Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak :

a. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar dan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak kepada Wajib Pajak paling lama pada kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

b. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar dan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak kepada Wajib Pajak paling lama pada kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

7. Dalam hal Wajib Pajak selain mendaftarkan diri juga melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak :

a. Mencetak Surat Pembuktian Tugas Alamat Pengusaha Kena Pajak, selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani


(35)

b. Menerima dan Merekam Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat pada komputer

c. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak. Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani, dalam hal alamat Wajib Pajak terbukti benar.

d. Mencetak Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan Pengusaha Kena Pajak, selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani, dalam hal alamat Wajib Pajak terbukti benar.

e. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar, Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan Kartu Nomor Wajib Pajak atau Surat penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan Pengusaha Kena Pajak paling lama 3 hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak diterima secara lengkap.

8. Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diberikan di formulir Permohonan pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak, selanjutnya membuat berkas sementara Wajib Pajak yang berisi dokumen pendaftaran Wajib Pajak dan surat lainnya untuk diteruskan ke Sub Seksi Ketetapan dan Arsip (Tapsip)


(36)

9. Mengirimkan daftar nominatif penambahan dan perubahan data Wajib Pajak suatu bulan ke Kantor Penyuluhan Pajak tempat tinggal atau tempat kedudukan dan atau kegiatan usaha Wajib Pajak paling lambattanggal 10 bulan berikutnya.

2. Petugas pendaftaran Wajib Pajak selama Komputer tidak berfungsi mempunyai Tugas :

a. Menerima formulir permohonan pendaftaran yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya yang sah beserta lampirannya.

b. Memeriksa kelengkapan formulir permohonan pendaftaran c. Mengisi kolom-kolom pada formulir pendaftaran.

d. Membuat Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) secara manual dan menyerahkan Bukti Penerimaan Surat kepada Wajib Pajak.

e. Dalam hal Wajib Pajak mendaftarkan dirinya Untuk Mendapatkan NPWP :

- Membuat bukti pendaftaran Wajib Pajak rangkap dua diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani

- Menyampaikan bukti pendaftaran Wajib Pajak lembar pertama kepada Wajib Pajak paling lama pada hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

f. Dalam hal Wajib Pajak selain mendaftarkan diri juga melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak :

- Membuat surat tugas pembuktian alamat Pengusaha Kena pajak selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani


(37)

- Membuat bukti pendaftaran Wajib Pajak dan bukti pelaporan Pengusaha Kena Pajak selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani dalam hal alamat Wajib Pajak terbukti benar.

- Membuat surat penolakan pendaftaran Wajib Pajak dan pelaporan Pengusaha Kena Pajak diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani dalam hal alamat tidak benar.

- Menyampaikan bukti pendaftaran Wajib Pajak dan bukti pelaporan Pengusaha Kena Pajak atau surat penolakan pendaftaran dan pelaporan kepada Wajib Pajak paling lama tiga hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak diterima secara lengkap.

g. Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak pada formulir pendaftaran Wajib Pajak, selanjutnya membuat berkas sementara Wajib Pajak yang berisi dokumen pendaftaran Wajib Pajak dan surat-surat lainnya.

3. Petugas Pendaftaran setelah Komputer berfungsi mempunyai tugas :

a. Merekam Data Wajib Pajak dari formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak dan Berita Hasil Acara Hasil Pembuktian Alamat, sesuai dengan tatacara yang telah ditentukan.

b. Mencetak Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Keterangan Terdaftar, dan surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani.


(38)

c. Menyampaikan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Keterangan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak paling lama pada hari kerja berikutnya setelah komputer berfungsi.

d. Meneruskan berkas sementara Wajib Pajak yang berisikan dokumen pendaftaran Wajib Pajak dan surat lainnya ke Sub Seksi Ketetapan dan Arsip.

B. Tatacara Pendaftaran Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Adapun Tatacara pendaftaran dan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pelaporan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah:

1. Wajib Pajak atau orang pribadi yang diberi kuasa khusus yang mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau Pengusaha yang melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan formulir pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak.

2. Berdasarkan formulir pendaftaran, Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar dan atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

3. Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama pada hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

4. Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak paling lama 3 (tiga) hari kerja berikutnya setelah pelaporan beserta persyaratannya diterima secara lengkap.


(39)

5. Dalam hal Wajib Pajak melakukan pendaftaran sekaligus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Keterangan Terdaftar, dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diterbitkan secara bersamaan paling lama 3 (tiga) hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

Bentuk dan Formulir yang digunakan :

1. KP.PDIP.4.1-00 (Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak) 2. KP.PDIP.4.2-00 (Surat Keterangan Terdaftar)

3. KP.PDIP.4.3-00 (Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak) 4. KP.PDIP.4.4-00 (Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak)

5. KP.PDIP.4.5-00 (Bukti Pendaftaran Wajib Pajak) 6. KP.PDIP.4.6-00 (Surat Tugas Pembuktian Alamat) 7. KP.PDIP.4.7-00 (Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat)

8. KP.PDIP.4.8-00 (Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan Pengusaha Kena Pajak

9. KP.PDIP.4.9-00 (Bukti Pelaporan Pengusaha Kena Pajak)


(40)

C. Tempat dan Jangka Waktu Pendaftaran Atau Pelaporan Kegiatan Usaha a. Tempat Pendaftaran Atau Pelaporan Kegiatan Usaha

1. Tempat pendaftaran Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan tempat pelaporan kegiatan usaha Pengusaha untuk memperoleh Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan dan atau Pengusaha yang bersangkutan.

2. Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak berada dalam dua atau lebih wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, Direktur Jendral Pajak Menetapkan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak.

D. Jangka Waktu Pendaftaran Atau pelaporan Kegiatan Usaha Pasal 2

1. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 8.

2. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, apabila sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lambat pada akhir bulan berikutnya.


(41)

3. Wajib Pajak orang pribadi selain yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) yang memerlukan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

4. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak bagi yang memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

5. Wajib Pajak sebagai Pengusaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir denga

a. Memilh sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

b. Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha Kecil, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir masa pajak berikutnya.

6. Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) huruf b diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.


(42)

E. Tatacara Pemindahan Wajib Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Nomor Pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

1. Tatacara Pemindahan Wajib Pajak

Adapun Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per - 20/PJ/2013 pasal 37 dilaksanakan sebagai berikut:

a. Wajib Pajak yang bersangkutan harus telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Baru yang dibuktikan dengan telah diterimanya surat Pemberitahuan telah terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Baru.

b. Kantor Pelayanan Pajak Lama harus mengisi berkas Wajib Pajak berikut uraian singkat mengenai hal-hal yang dianggap perlu kepda Kantor Pelayanan Pajak Baru yang isinya antara lain :

a. Jumlah tunggakan pajak yang masih harus ditagih.

b. Tindakan penagihan yang telah dilaksanakan atas tunggakan pajak.

c. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau keberatan Wajib Pajak yang belum diselesaikan.


(43)

F. Tatacara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Adapun tatacara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 adalah sebagai berikut :

1. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan terhadap Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

2. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan:

a. atas permohonan Wajib Pajak atau b. secara jabatan.

3. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak atas permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan dilakukan berdasarkan hasil Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), apabila penghapusan tersebut dilakukan terhadap:

a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.

b. Wajib Pajak bendahara pemerintah yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak karena yang bersangkutan sudah tidak lagi melakukan pembayaran.

c. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

d. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) Nomor Pokok Wajib Pajak untuk menentukan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dapat


(44)

digunakan sebagai sarana administratif dalam pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan.

e. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai yang telah diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak melalui pemberi kerja/bendahara pemerintah dan penghasilan netonya tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak. f. Wajib Pajak badan kantor perwakilan perusahaan asing yang tidak

mempunyai kewajiban Pajak Penghasilan badan dan telah menghentikan kegiatan usahanya.

g. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi.

h. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan serta tidak ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya.

i. Wanita kawin yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak berbeda dengan Nomor Pokok Wajib Pajak suami dan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan suami.

j. Anak belum dewasa yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak k. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan


(45)

l. Wajib Pajak badan tertentu selain perseroan terbatas dengan status tidak aktif (non efektif) yang tidak mempunyai kewajiban Pajak Penghasilan dan secara nyata tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha.

4. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak terhadap Wajib Pajak selain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan.

Dalam hal Wajib Pajak pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (1) sampai (3), Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari tata usaha Kantor Pelayanan Pajak baru melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Kantor Pelayanan Pajak Baru menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar dan/atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah tembusan Surat Pindah Surat Pencabutan Surat Keterangan Terdaftar, dan/atau Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diterima.

2. Kantor Pelayanan Pajak Baru mengirimkan tembusan Surat Keterangan Terdaftar dan/atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah penerbitan ke Kantor Pelayanan Pajak Lama.

3. Tanggal pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Baru adalah sesuai dengan tanggal pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Lama.


(46)

G. Statistik Pengusaha Kena Pajak Yang Terdaftar Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dari per 1 Januari 2009 sampai dengan Juni 2013, dapat kita lihat tabel berikut :

Jenis Pajak

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia (Tahun) 2009 2010 2011 2012 S.d Juni 2013

Bidang Industri 224 232 239 42 43

Bidang Perdagangan 2538 2847 3121 163 205 Bidang Jasa 2339 2411 2467 1368 1560

Orang Pribadi 668 696 703 162 169

Badan 4433 4794 5124 1411 1639

Jumlah 5101 4794 5827 1573 1808

Sumber : Seksi TUP 2013

Dari Tabel diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa :

- Pada jenis pajak bidang industri, Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengalami penurunan sebesar -0,80%


(47)

- Pada jenis pajak di bidang perdagangan Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengalami penurunan sebesar -0,91%

- Pada jenis pajak di bidang jasa Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengalami penurunan sebesar -0,33%

Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengalami peningkatan. Tetapi pada tahun 2012 jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengalami penurunan. Sementara itu, pada tahun 2013 jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar mengalami peningkatan kembali jika dibandingkan dengan tahun 2012. Ini tidak sebanding dengan jumlah pengusaha yang begitu banyak di Kota Medan. Hal ini disebabkan bukan hanya dari faktor pengusaha saja namun juga dari pihak fiskus. Mengenai hambatan atau kendala yang mempengaruhi hal tersebut di atas penulis jabarkan pada abgian berikutnya.

NB : Rumus% = Jumlah s.d Juni 2013 – Jumlah Tahun 2009 x 100% Jumlah Tahun 2009


(48)

H. Kendala para Wajib Pajak Atau Pengusaha Kena Pajak Yang Ingin Mendaftarkan Dirinya Dalam Hal Perpajakan

1. Rendahnya Tingkat Pengetahuan Pengusaha Kena Pajak tentang Perpajakan

Rendahnya pengetahuan perpajakan merupakan suatu kendala tersendiri yang membutuhkan perhatian khusus. Perlawanan pasif (perlawanan yang tidak disengaja) merupakan produk dari ketidaktahuan Pengusaha terhadap pengetahuan perpajakan. Pengusaha secara tidak sadar sudah melakukan suatu perlawanan dalam bentuk tidak membayar pajak. Dalam perlawanan pasif ini tidak terlihat adanya unsur kesengajaan dari pengusaha menghindari pembayaran pajak apalagi menghambatnya. Mereka hanya tidak tahu tentang untuk apa, bagaimana, kapan, dan pada siapa pajak harus dibayarkan.

Bentuk perlawanan pasif ini sangat jauh berbeda dengan bentuk perlawanan aktif (sengaja) yang justru dilakukan oleh mereka yang sudah mengetahui peraturan dan permainan pajak dengan baik. Perlawanan aktif adalah suatu bentuk perlawanan yang beresiko tinggi karena dalam perlawanan ini jelas-jelas pelakunya menghindar dari kewajiban perpajakan dan bahkan melalaikan serta bermain di dalamnya.

Jika dilihat dari sanksi yang akan diterapkan atas kedua bentuk perlawanan diatas, perlawanan pasif merupakan perlawanan yang paling sulit untuk dikenai sanksi karena mereka betul-betul tidak sengaja dalam melakukan pelanggaran. Sedangkan perlawanan aktif, jika ketahuan, dapat dikenai sanksi yang berat. Adapun bentuk perlawanan pajak yang ada, semuanya sama-sama merugikan Negara.


(49)

2. Rendahnya Kerjasama Antara Pengusaha Kena Pajak dengan Fiskus

Dalam Hal komunikasi dan informasi anatara Pengusaha Kena Pajak dengan fiskus menyebabkan terhambatnya pengurusan administrasi perpajakan, ini terlihat apabila Pengusaha Kena Pajak melakukan pengurusan-pengurusan dalam hal administrasi perpajakan selalu saja memiliki kendala-kendala :

- Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi surat-surat sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam hal administrasi perpajakan.

- Pengusaha Kena Pajak menggunakan perantara yang tidak ditunjuk secara sah oleh hukum atau dengan kata lain tidak dilengkapi dengan surat kuasa dari Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan. Kejanggalan inilah yang banyak ditemui dalam hal kepengurusan perpajakan yang mengakibatkan terhambatnya kelancaran tugas-tugas dari aparat pajak.

Dalam hal pelaksanaan administrasi perpajakan dan juga melayani jumlah Pengusaha Kena Pajak yang begitu banyak, disamping itu agar berjalannya tertib administrasi dengan baik dan lancar, maka dirasakannya sangat kurangnya tenaga pegawai yang jumlahnya sangat minim untuk melayani para wajib pajak atau Pengusaha Kena Pajak sehingga secara otomatis volume kerja semakin meningkat.


(50)

I. Cara Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Wajib Pajak Atau Pengusaha Kena Pajak Dalam Hal Perpajakan

Pemerintah sebagai fiskus merencanakan dan menggodok Undang-Undang Perpajakan atas dasar prinsip perpajakan yang seadil-adilnya, yang memiliki nilai dan manfaat bagi masyarakat dan negara. Dalam melaksanakan tugasnya melakukan rancangan Undang-Undang Perpajakan, pemerintah harus membuat peraturan sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti masyarakat, maka secara otomatis akan timbulnya suatu bentuk perlawanan pajak yang cara, bentuk dan dalihnya bisa bermacam-macam.

Pemerintah memberikan pengertian kepada masyarakat, memberikan bimbingan dan penyuluhan serta menerbitkan buku-buku peraturan, prosedur dan perhitungan pajak. Selain itu juga diadakannya seminar perpajakan dengan mengundang pakar dalam bidang ini yang nantinya para masyarakat dapat mengerti dan sadar akan pentingnya pajak bagi pembangunan negara. Tetapi sangat disayangkan bahwa produk seminar sejenis ini biasanya sangat mahal sekali, sehingga hanya bisa dijangkau oleh kalangan tertentu saja. Jika kita lihat kembali dari suatu pungutan pajak, sebenarnya penyebaran informasi pajak harus seluas-luasnya dan dengan biaya yang semurah-murahnya, karena tujuan utama dari penyebaran informasi pajak adalah untuk memberikan pengertian pada masyarakat luas, sehingga pada akhirnya masyarakat sadar untuk berpartisipasi aktif dalam membayar pajak. Yang perlu ditekankan disini adalah jangan sampai ada kesan bahwa perpajakan adalah sesuatu yang eksklusif dan mahal, melainkan bahwa perpajakan adalah suatu kewajiban moral yang harus dipenuhi dengan kesadaran yang tinggi, baik oleh pelaksana perpajakan (fiskus) maupun masyarakat yang membayar pajak demi pembangunan bangsa dan negara yang adil dan sejahtera.


(51)

Kebijaksanaan lain yang dapat ditempuh dalam menyebarkan infomasi perpajakan adalah mengadakan dan memperbanyak buku panduan perpajakan bagi masyarakat. Cara ini sebenarnya dapat dikatakan cara termurah dan efisien, karena sebagian buku panduan ini diberikan secara gratis atau kalaupun dijual harganya masih terjangkau oleh masyarakat banyak.


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dibahas dalam laporan tugas akhir ini tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pengusaha itu ada yang berbentuk orang pribadi dan ada yang berbentuk badan. Dan juga pengusaha yang dikenakan pajak, jenis usahanya terbagi tiga yaitu jenis usaha dibidang industry, jenis usaha dibidang perdagangan, dan jenis usaha dibidang jasa.

2. Pengusaha Kena Pajak yang telah mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dari tahun 2009 sampai dengan Juni 2013 berjumlah 1808 pengusaha yaitu sudah termasuk semua bentuk dan jenis usaha.

3. Setelah Pengusaha Kena Pajak mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak dan mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak maka barulah pengusaha tersebut dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan mendapatkan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).


(53)

B. Saran

Pada bagian akhir dan sekaligus penutup dari tulisan ini, penulis ingin memberikan saran-saran yaitu :

1. Bagi para tenaga kerja atau pegawai di Kantor Pelayanan Pajak tetap ramah dan sabar dalam menghadapi para Wajib Pajak yang ingin mengurus kegiatan administrasi perpajakannya. Karena mereka masih banyak yang belum mengerti tentang perpajakan dan juga kalau misalnya Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang ingin bertanya kepada pegawai tidak canggung lagi sehingga kegiatan perpajakan akan berjlan dengan lancar.

2. Dalm hal peningkatan Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak agar diupayakan lagi agar semakin meningkat dengan cara ekstensifikasi yaitu penambahan wajib pajak atau memperluas objek pajak dengan berbasis pada Undang-Undang Perpajakan dan intensifikasi yaitu perbaikan dari organisasi itu sendiri untuk itu perlu penambahan tenaga pelaksana agar pelayanan pajak dapat dilaksanakn dengan baik.

3. Penyuluhan dibidang perpajakan agar lebih ditingkatkan lagi, untuk mendukung roda perekonomian demi terciptanya masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

4. Dengan memperbanyak buku panduan perpajakan bagi masyarakat dengan harga yang tidak terlalu mahal agar bisa terjangkau oleh masyarakat dan diusahakan agar bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh para pembacanya.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ismawan, Indra, 2000, Memahami Reformasi Perpajakan, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Judisseno, Rimsky, 2001, Perpajakan edisi Revisi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Rusjdi, Muhammad, 2003, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT. Index,

Sukardi, Untung, 2010, Pajak Pertambahan Nilai, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor : PER - 20/PJ/2013 Tentang Tatacara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.


(1)

2. Rendahnya Kerjasama Antara Pengusaha Kena Pajak dengan Fiskus

Dalam Hal komunikasi dan informasi anatara Pengusaha Kena Pajak dengan fiskus menyebabkan terhambatnya pengurusan administrasi perpajakan, ini terlihat apabila Pengusaha Kena Pajak melakukan pengurusan-pengurusan dalam hal administrasi perpajakan selalu saja memiliki kendala-kendala :

- Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi surat-surat sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam hal administrasi perpajakan.

- Pengusaha Kena Pajak menggunakan perantara yang tidak ditunjuk secara sah oleh hukum atau dengan kata lain tidak dilengkapi dengan surat kuasa dari Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan. Kejanggalan inilah yang banyak ditemui dalam hal kepengurusan perpajakan yang mengakibatkan terhambatnya kelancaran tugas-tugas dari aparat pajak.

Dalam hal pelaksanaan administrasi perpajakan dan juga melayani jumlah Pengusaha Kena Pajak yang begitu banyak, disamping itu agar berjalannya tertib administrasi dengan baik dan lancar, maka dirasakannya sangat kurangnya tenaga pegawai yang jumlahnya sangat minim untuk melayani para wajib pajak atau Pengusaha Kena Pajak sehingga secara otomatis volume kerja semakin meningkat.


(2)

I. Cara Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Wajib Pajak Atau Pengusaha Kena Pajak Dalam Hal Perpajakan

Pemerintah sebagai fiskus merencanakan dan menggodok Undang-Undang Perpajakan atas dasar prinsip perpajakan yang seadil-adilnya, yang memiliki nilai dan manfaat bagi masyarakat dan negara. Dalam melaksanakan tugasnya melakukan rancangan Undang-Undang Perpajakan, pemerintah harus membuat peraturan sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti masyarakat, maka secara otomatis akan timbulnya suatu bentuk perlawanan pajak yang cara, bentuk dan dalihnya bisa bermacam-macam.

Pemerintah memberikan pengertian kepada masyarakat, memberikan bimbingan dan penyuluhan serta menerbitkan buku-buku peraturan, prosedur dan perhitungan pajak. Selain itu juga diadakannya seminar perpajakan dengan mengundang pakar dalam bidang ini yang nantinya para masyarakat dapat mengerti dan sadar akan pentingnya pajak bagi pembangunan negara. Tetapi sangat disayangkan bahwa produk seminar sejenis ini biasanya sangat mahal sekali, sehingga hanya bisa dijangkau oleh kalangan tertentu saja. Jika kita lihat kembali dari suatu pungutan pajak, sebenarnya penyebaran informasi pajak harus seluas-luasnya dan dengan biaya yang semurah-murahnya, karena tujuan utama dari penyebaran informasi pajak adalah untuk memberikan pengertian pada masyarakat luas, sehingga pada akhirnya masyarakat sadar untuk berpartisipasi aktif dalam membayar pajak. Yang perlu ditekankan disini adalah jangan sampai ada kesan bahwa perpajakan adalah sesuatu yang eksklusif dan mahal, melainkan bahwa perpajakan adalah suatu kewajiban moral yang harus dipenuhi dengan kesadaran yang tinggi, baik oleh pelaksana perpajakan (fiskus) maupun masyarakat yang membayar pajak demi pembangunan bangsa dan negara yang adil dan sejahtera.


(3)

Kebijaksanaan lain yang dapat ditempuh dalam menyebarkan infomasi perpajakan adalah mengadakan dan memperbanyak buku panduan perpajakan bagi masyarakat. Cara ini sebenarnya dapat dikatakan cara termurah dan efisien, karena sebagian buku panduan ini diberikan secara gratis atau kalaupun dijual harganya masih terjangkau oleh masyarakat banyak.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dibahas dalam laporan tugas akhir ini tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pengusaha itu ada yang berbentuk orang pribadi dan ada yang berbentuk badan. Dan juga pengusaha yang dikenakan pajak, jenis usahanya terbagi tiga yaitu jenis usaha dibidang industry, jenis usaha dibidang perdagangan, dan jenis usaha dibidang jasa.

2. Pengusaha Kena Pajak yang telah mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dari tahun 2009 sampai dengan Juni 2013 berjumlah 1808 pengusaha yaitu sudah termasuk semua bentuk dan jenis usaha.

3. Setelah Pengusaha Kena Pajak mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak dan mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak maka barulah pengusaha tersebut dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan mendapatkan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).


(5)

B. Saran

Pada bagian akhir dan sekaligus penutup dari tulisan ini, penulis ingin memberikan saran-saran yaitu :

1. Bagi para tenaga kerja atau pegawai di Kantor Pelayanan Pajak tetap ramah dan sabar dalam menghadapi para Wajib Pajak yang ingin mengurus kegiatan administrasi perpajakannya. Karena mereka masih banyak yang belum mengerti tentang perpajakan dan juga kalau misalnya Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang ingin bertanya kepada pegawai tidak canggung lagi sehingga kegiatan perpajakan akan berjlan dengan lancar.

2. Dalm hal peningkatan Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak agar diupayakan lagi agar semakin meningkat dengan cara ekstensifikasi yaitu penambahan wajib pajak atau memperluas objek pajak dengan berbasis pada Undang-Undang Perpajakan dan intensifikasi yaitu perbaikan dari organisasi itu sendiri untuk itu perlu penambahan tenaga pelaksana agar pelayanan pajak dapat dilaksanakn dengan baik.

3. Penyuluhan dibidang perpajakan agar lebih ditingkatkan lagi, untuk mendukung roda perekonomian demi terciptanya masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

4. Dengan memperbanyak buku panduan perpajakan bagi masyarakat dengan harga yang tidak terlalu mahal agar bisa terjangkau oleh masyarakat dan diusahakan agar bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh para pembacanya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ismawan, Indra, 2000, Memahami Reformasi Perpajakan, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Judisseno, Rimsky, 2001, Perpajakan edisi Revisi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Rusjdi, Muhammad, 2003, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT. Index,

Sukardi, Untung, 2010, Pajak Pertambahan Nilai, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor : PER - 20/PJ/2013 Tentang Tatacara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.