Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

TINGKAT KEPATUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DALAM MELAPORKAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN TIMUR O

L E H

NAMA : FADHILLAH AINI PASARIBU NIM : 102600034

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

MenyelesaikanStudiPada Program Studi Diploma III AdministrasiPerpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :

Nama : Fadhillah Aini Pasaribu NIM : 102600034

Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan

Judul : Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Administrasi Perpajakan

Drs. Alwi Hasim Batubara, M.Si Prof. Dr. Badaruddin, M.Si Patar Novery M.P.Htb NIP : 195608311986011001 NIP : 1968052519992031002 NIP 197711222000031001

Dekan


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)M sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Diploma III pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Adapun judul Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah “Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam membayar Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur”. Kiranya laporan ini dapat menjadi masukan atau pun sumber informasi kepada para pembaca, khususnya penulis dapat mengetahui bagaimana peningkatan tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) nya.

Dalam kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis yakni Ayah dan Mama ( H.Muhammad.Arsad Pasaribu dan Hj. Dra.Sakdiana Ritonga) yang telah memberikan banyak semangat, dorongan, nasehat dan juga motivasi hingga saat ini. Terima kasih juga kepada adik-adik penulis yaitu Raja Indhi Pasaribu dan Agus Sina Fikri Pasaribu yang telah memberikan semangatnya juga kepada penulis.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dalam kesempatan ini yaitu kepada antara lain:


(4)

1. Bapak Prof.Dr.Badarudin selaku Dekan FISIP USU, yang juga selaku Dosen Pembimbing dalam menyelesaikan laporan ini.

2. Bapak Dr. Alwi Hashim Batubara,M.Si selaku Ketua Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU.

4. Pegawai-pegawai di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

5. Teman-teman kelas A 2010 dan teman-teman penulis lainnya yang namanya tidak mungkin disebutkan satu persatu telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam laporan ini.

Besar harapan penulis adanya saran dan kritik untuk penulis laporan ini, sehingga untuk kedepannya penulisan ini bisa menjadi lebih baik lagi.

Medan, Juli 2013

Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………...………. …... i

DAFTAR TABEL………...……….. iv

DAFTAR GAMBAR………...………. v

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)……..……. 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)…….. 4

C. Uraian Teoritis ………. 6

D. RuangLingkupPraktekKerjaLapanganMandiri (PKLM)………….. … 10

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………... 11

F. Metode Pengumpulan Data PKLM ………... 12

G.SistematikaPenulisanLaporanPraktekKerjaLapanganMandiri……….. 12

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)……………….……. 14

A. Sejarah SingkatBerdirinya Kantor PelayananPajak Pratama Medan Timur………... 14

B. Gambaran Umum Kantor PelayananPajakPratama Medan Timur………... 16

C. Struktur Organisasi Kantor PelayananPajakPratama Medan Timur… 18 D.Tugas danWewenangMasing-MasingSeksi……… 21

E. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur………... 26


(6)

BAB III GAMBARAN MENGENAI PROSEDUR DAN TATA CARA RESTITUSI KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI (PPN)……… 27

A.Ketentuan…………..………... 27

B. Subjek Dan Objek………..……….………... 29

C. PengukuhanPengusahaKenaPajak………..………... 35

D.SaatTerutangPajakPertambahanNilai………...……… 36

E. TerutangPajakPertambahanNilai………..……….. 38

F. Dasar Pengenaan Pajak……….. 39

G.Cara Perhitungan………... 40

H.MekanismePajakPertambahanNilai………..…….. 41

I. Pelaporan SPT………..………..……… 42

J. FakturPajak………...…..……. 44

BAB IVANALISIS DAN EVALUASI………... 47

A.PengertianKepatuhan………... 47

B. PengusahaKenaPajak (PKP) Yang Memenuhidan Yang Tidak MemenuhiKewajibanMenyampaikan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Timur………... 48

C. MekanismePelaporanSuratPemberitahuanMasaPajakPertambahan Nilai di KantorPelayanan Pajak (KPP) PratamaMedan Timur……… 63 D. Faktor-FaktorPenyebabRendahnya Tingkat Kepatuhan PKP Dalam


(7)

E. Upaya MeningkatkanKepatuhan PKP DalamMelaporkan SPT

OlehPihak KPP Pratama Medan Timur………... 66

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN……….. 68

A.Kesimpulan………... 68

B. Saran………... 69


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur………. 24

Tabel III.1Penerimaan SPT Masa PPN PadaTahunPajak 2012 di Kantor PelayananPajakPratamaMedanTimur………... 44

Tabel IV.1 Penerimaan SPT Masa PPN Januari 2012di KPP Medan Timur... 49

Tabel IV.2 Penerimaan SPT Masa PPN Februari 2012di KPP Medan Timur. 50 Tabel IV.3 Penerimaan SPT Masa PPN Maret 2012di KPP Medan Timur... 51

Tabel IV.4 Penerimaan SPT Masa PPN April 2012di KPP Medan Timur... 52

Tabel IV.5 Penerimaan SPT Masa PPN Mei 2012di KPP Medan Timur... 53

Tabel IV.6 Penerimaan SPT Masa PPN Juni 2012di KPP Medan Timur... 54

Tabel IV.7 Penerimaan SPT Masa PPN Juli 2012di KPP Medan Timur... 55

Tabel IV.8 Penerimaan SPT Masa PPN Agustus 2012di KPP Medan Timur... 56

Tabel IV.9 Penerimaan SPT Masa PPN September 2012di KPP Medan Timur………... 57

Tabel IV.10 Penerimaan SPT Masa PPN Oktober 2012di KPP Medan Timur………... 58

Tabel IV.11 Penerimaan SPT Masa PPN November 2012di KPP Medan Timur……….... 59

Tabel IV.12 Penerimaan SPT Masa PPN Desember 2012di KPP Medan Timur………... 60


(9)

TABEL GRAFIK

Garifik IV.1 PresentasePenerimaanSuratPemberitahuanMasaPajak PertambahanNilai di Kantor PelayananPajakPratama Medan Timur

Tahun 2012……….…… 62 Garifik IV.2 PresentaseJenisSuratPemberitahuanMasaPajak


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 StrukturOrganisasiKantor Pelayanan Pajak Pratama


(11)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Perkembangan perekonomian Indonesia yang berjalan saat ini diikuti pula dengan kebijakan-kebijakan Peraturan di bidang pajak. Oleh karena itu,pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Perencanaan perdagangan bebas (free trade) tahun 2003 membawa konsekuensi pula dalam kebijakan perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat tidak dapat ditolak dan harus menerima keberadaan globalisasi ekonomi serta yang paling penting yaitu mengambil kesempatan yang dapat timbul akibat adanya perubahan ekonomi Internasional (Waluyo,2003:1).

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar berasal dari pajak. Pajak merupakan penerimaaan negara terbesar setelah migas.


(12)

Dimana penerimaan negara dari sektor pajak setiap tahun terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dimana rencana pendapatan negara dari sektor pajak terus mengalami peningkatan. Pendapatan negara dari sektor pajak inilah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan nasional yang sedang berjalan.

Perusahaan merupakan satu organisasi yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi atau distribusi guna memenuhi kebutuhan manusia. Dalam melakukan suatu kegiatan ekonomis tersebut perusahaan pasti ingin memperoleh laba dan atas kegiatan ekonomis tersebut perusahaan diwajibkan memberikan kontribusi kepada negara dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Perusahaan yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan pajak wajib mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),bahwa perusahaan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak wajib memungut,menyetor,dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang (Mulyo Agung,2011:3).

Dari tahun ke tahun Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu sumber penerimaan negara dari sektor pajak. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) salah satu


(13)

dalam mewujudkan pembangunan nasional secara mandiri. Hal ini disebabkan karena penerimaan negara yang bersumber dari tahun ke tahun,yang dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dinilai sebagai pendapatan negara yang potensial dibandingkan dengan penerimaan negara secara internal lainnya,seperti : penerimaan negara bukan pajak,disamping penerimaan negara secara eksternal,yaitu pinjaman luar negeri.

Pengusaha Kena Pajak hanya diharuskan membayar kepada negara selisih antara Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dari pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak (Pajak Keluaran) dengan Pajak Pertambahan Nilai yang di bayar kepada penjual Barang Kena Pajak dan atau pemberi Jasa Kena Pajak (Pajak Masukan). Berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Pertambahan Nilai maupun Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut (Mulyo Agung,2011:4-5).

Pajak merupakan topik pembicaraan yang sangat menarik untuk dibahas dan dipelajari oleh siapa saja di dalam meningkatkan penerimaan negara secara internal. Hal ini dikarenakan pemungutan pajak berkaitan erat dengan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM),mahasiswa dihadapkan pada pokok permasalahan secara langsung sesuai dengan kenyataan di lapangan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) berlangsung,yang akan dibahas oleh Penulis. Oleh sebab itu,laporan ini saya beri judul :“Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Dalam Melaporkan Surat


(14)

Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur”.

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Setiap usaha atau kegiatan sudah tentu mempunyai tujuan dan manfaat. Berhasil atau tidaknya tujuan itu tergantung kesungguhan dari pihak yang melaksanakannya. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat baik untuk mahasiswa sendiri,pihak universitas,atau pihak instansi pemerintah yang dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM,antara lain:

1.1.Untuk mengetahui banyaknya jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

1.2.Untuk mengetahui bagaimana cara Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam melaporkan SPTMasa Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.


(15)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah:

2.1.Bagi Mahasiswa

a. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara langsung pada bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dengan Praktik di lapangan.

b. Memberikan pengalaman yang berarti bagi mahasiswa bagaimana bekerja di suatu perusahaan.

c. Menambah ilmu dan wawasan dalam hal Pajak Pertambahan Nilai.

d.Meningkatkan interaksi baik dengan petugas ataupun pegawai pajak maupun dengan Wajib Pajak mengenai Pajak Pertambahan Nilai.

e.Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan dibekali keahlian keterampilan dan pengalaman yang diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

2.2.Bagi Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fisip USU.

b. Memberikan kualitas pada Program kerja jangka pendek.

c.Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.


(16)

e. Membangun citra instansi pemerintah yang baik khususnya citra Direktorat Jenderal Pajak.

2.3.Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Meningkatkan hubungan kerja sama Universitas Sumatera Utara dengan Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

b. Membuka interaksi antar mahasiswa,dosen,dan instansi pemerintah di bangku perkuliahan.

c. Sebagai kewajiban untuk menyumbangkan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa.

d. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta menetapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu, khususnya dibidang perpajakan.

e. Untuk meningkatkan efisiensi kerja dalam penerapan dan pelaksanaan ilmu pengetahuan.

C. Uraian Teoritis

1. Definisi Pajak

Beberapa definisi pajak menurut para ahli:

1.1. Rochmat Soemitrodalam Mardiasmo (2009:1)mengatakan: “ Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat


(17)

dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

1.2. P.J.A.Andriani mengutip dari R.Santoso Brotodiharjo (1991:2) dalam bukunya Waluyo (2003:1),mengatakan: “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi-prestasi kembali,langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.

1.3.N.J.Feldmannmengutip dari Suandy Erly (2008:9) dalam bukunya Waluyo (2003:1) mengatakan: “ Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum),tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluara-pengeluaran umum”.

2. Pengertian Wajib Pajak

Wajib Pajak orang adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 2 UU KUP).


(18)

3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas penyerahan barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari Pajak Pertambahan Nilai. Sesuai dengan namanya, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas nilai tambah (added value) yang timbul pada barang atau jasa tertentu yang dikonsumsi, sehingga kekhawatiran timbul efek pengenaan pajak berganda dapat dihindarkan.

4. Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang.

5. Barang Kena Pajak

Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifatnya atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak maupun barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini. 6. Jasa Kena Pajak

Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atas hak tersedia untuk dipakai,termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan


(19)

barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan,yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini.

7. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah harga jual,penggantian,nilai impor,nilai ekspor,atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

8. Faktur Pajak

Faktur Pajak adalah bukti potogan pajak yang dibuat oleh pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.

9. Pajak Masukan

Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak.

10. Pajak Keluaran

Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak,penyerahan Jasa Kena Pajak,ekspor Barang Kena Pajak Berwujud,ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud,dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak


(20)

11.Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah sebagai sarana Wajib Pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terhutang dan laporan tentang pemenuhan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak dan laporan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam satu Masa Pajak yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.SPT dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. SPT Masa untuk melaporkan pembayaran masa yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

b.SPT Tahunan untuk memberitahukan besarnya pajak yang terhutang dari penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak dalam satu tahun pajak.

12. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah :

a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, selambat-lambatnya dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak.

b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan, selambat-lambatnya tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak.


(21)

D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Penulis ingin mengetahui beberapa masalah berikut :

1.Mengetahui jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2.Mengetahui bagaimana Mekanisme pelaporan SPT Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tahapan persiapan

Pada tahapan ini penulis melakukan berbagai persiapan mulai dari penentuan judul, penentuan tempat PKLM, mencari bahan untuk pembuatan proposal dan juga konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Dalam hal ini penulis mengumpulkan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan seperti Undang-undang dan buku-buku yang berhubungan dengan kepabeanan. 3. Observasi Lapangan

Melakukan peninjauan dan pengamatan yang sesuai dengan data-data yang ada pada instansi bersangkutan mengenai judul dari PKLM ini.


(22)

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data mengenai prosedur penyampaian surat pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai.

5. Analisis dan Evaluasi Data

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam menganalisa dan mengevaluasi data-data yang dikumpulkan.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data mengenai Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis mengumpulkan data dan informasi dengan mengunakan metode sebagai berikut : 1. Studi Pustaka (Library Research)

Pengumpulan data mengenai tata cara pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai melalui bahan-bahan bacaan seperti buku-buku, majalah, surat kabar, dan Undang-undang.

2. Field Research

Mengumpulkan data dengan cara observasi yaitu meninjau langsung ke lapangan dan melakukan interview atau wawancara dengan key person untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai.


(23)

G. Sistematika Penulisan Laporan Prakter Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan PKLM ini, maka penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, Uraian Teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, Struktur Organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain jika dibutuhkan.

BAB III: GAMBARAN DATA PKLM

Pada bab ini membahas segala hal yang berkaitan dengan masalah Tingkat Kepatuhan Kena Pajak Dalam Melaporkan SPTMasa Pajak Pertambahan Nilai Di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

BAB IV: ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini Penulis akan menganalisa data yang diperoleh, kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.


(24)

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A.Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Medan Timur

Menurut data yang diambil dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur,agar

diketahui saja melalui situs

Kantor Pelayanan Pajak berdiri pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya adalah Direktorat Jenderal Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu:

1.Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2.Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3.Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur.


(26)

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat, maka dibuatlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989. Hal itu mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sekaligus mendirikan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat


(27)

Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor PelayananPajak Medan Timur 2. Kantor PelayananPajak Medan Barat 3. Kantor PelayananPajak Medan Kota 4. Kantor PelayananPajak Medan Polonia 5. Kantor PelayananPajak Medan Belawan 6. Kantor PelayananPajak Medan Petisah

Setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2008, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak sebelumnya, yaitu berdasarkan jenis pajak berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang struktur organisasinya berdasarkan fungsi jabatan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada tanggal 27 Mei 2008, berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ.01/2008 tanggal 19 Mei 2008.

B.Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan dan sekarang berpindah alamat di Jalan Suka Mulya Nomor 17A Medan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Repuplik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993


(28)

tanggal 3 Agustus 1993. Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, yaitu:

1. Kecamatan Medan Tembung

Kecamatan Medan Tembung adalah daerah pintu gerbang kota Medan di sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Deli Serdang atau daerah lainnya melalui transportasi darat. Di Kecamatan Medan Tembung ini banyak terdapat jenis usaha industri kecil seperti kerajinan rotan. Disamping itu banyak pula yang bergerak di bidang usaha industri rumah tangga seperti pembuatan sepatu.

2. Kecamatan Medan Timur

Di Kecamatan Medan Timur ini terdapat Stasiun Kereta Api Medan yang dikenal dengan “Stasiun Besar” sebagai salah satu sarana transportasi darat antar kota dan antar daerah dari dan ke Kota Medan. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri, di Kecamatan Medan Timur ini juga banyak terdapat usaha industri kecil seperti bengkel kenderaan bermotor, bengkel bubut, showroom serta usaha perdagangan dan jasa.

3. Kecamatan Medan Perjuangan

Kecamatan Medan Perjuangan adalah salah satu daerah padat pemukiman di kota Medan. Kecamatan Medan Perjuangan pada umumnya bergerak di sektor perdagangan baik itu perdagangan besar, menengah maupun kecil. Di Kecamatan Medan Perjuangan terdapat industri-industri kecil seperti perabot rumah tangga,


(29)

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi linier adan staf yang berada di bawah seseorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negri Sipil di bawah naungan Kementeri Keungan Republik Indonesia.

Kantor Pelayan Pajak dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan tipe B. Kantor Pelayanan Pajak tipe A merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang tergolong dalam skala besar dan biasanyaa berada di ibukota provinsi sedangkan Kantor Pelayanan Pajak tipe B merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya tidak melebihi dari wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak tipe A dan biasanya berada di kotamadya dan kabupaten. Sehingga, berdasarkan penggolongan tersebut maka KPP Pratama Medan Timur dapat digolongkan sebagai KPP tipe A karena wilayahnya berkedudukan diwilayah di Ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Namun, berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 162/KMK.01/1997 tanggal 10 April 1997 tentang peningkatan KPP tipe B menjadi


(30)

tipe A. Sehingga, adanya surat keputusan tersebut maka KPP tipe B tidak ada di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Sumatera Utara I.

Berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur membawahi satu sub bagian, delapan seksi, satu kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga fungsional (yang berada diluar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak) yakni mempunyai tugas :

1. Sub Bagian Tata Usaha (TU)

2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP) 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi 5. Seksi Pajak Penghasilan Badan

6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan

7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya 8. Seksi Penagihan

9. Seksi Penerimaan dan Keberatan

10. Seksi Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan

Namun, setelah adanya modrenisasi perpajakn pada tahun 2006, KPP Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia No. 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Instansi Vertikal


(31)

Direktorat Jendral Pajak, maka KPP Pratama terbagi menjadi beberapa seksi, antara lain :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I s.d IV 8. Seksi Jabatan Fungsioanal

Wilayah kerja masing-masing seksi pengawasan dan konsultasi (WASKON) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah sebagai berikut :

a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, meliputi Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II, Kelurahan Sidodadi, dan Kelurahan Perintis.

b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, meliputi Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II, Kelurahan Sidorame Barat I dan II, Sidorame Timur, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Pandau Hilir dan Kelurahan Tegal Rejo. c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, meliputi Kelurahan Bandar Selamat, Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur, Kelurahan Indrakasih, Kelurahan Sudirejo, Kelurahan Sudirejo Hilir, Kelurahan Tembung.


(32)

d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, meliputi Kelurahan Durian, Kelurahan Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II, Kelurahan Gang Buntu, Kelurahan Pulo Brayan Bengkel, dan Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru.

D. Tugas dan Wewenang Masing-Masing Seksi

Pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah :

1. Sub Bagian Tata Usaha / Umum, mempunyai tugas :

1.1. Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu menangani urusan Tata Usaha dan Kepegawaian.

1.2. Pelaksanaan Keuangan yang bertugas menangani urusan keuangan.

1.3. Pelaksanan Rumah Tangga yang bertugas menangani urusan dan perlengkapan Rumah Tangga.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas :

2.1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan.

2.2. Perekaman dokumen perpajakan. 2.3. Merekam SSP lembar ke-3.

2.4. Merekam SPT Masa PPN 1111 atau 1111 DM. 2.5. Merekam SPT Masa PPh Pasal 21.


(33)

2.8. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan. 2.9. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan. 2.10. Memberi pelayanan dukungan teknis komputer. 2.11. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing.

2.12. Pelaksanaan i-SISMIOP (Intelligence- Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak) dan SIG (Sistem Informasi Geografis).

2.13. Menyiapkan laporan kinerja.

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi, mempunyai tugas :

3.1. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

3.2. Membimbing/ menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknisperpajakan.

3.3. Melakukan penyusunan profil wajib pajak. 3.4. Menganalisis kinerja wajib pajak.

3.5. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3.6. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi.

3.7. Memberikan usulan pembetulan ketetapan pajak, pengurangan Pajak Bumi dan

Bangunan.

3.8. Melakukan evaluasi banding.


(34)

4.1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak. 4.2. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak. 4.3. Penagihan aktif.

4.4. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak. 4.5. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Ekstensifikasi, mempunyai tugas : 5.1. Melakukan pengamatan potensi perpajakan. 5.2. Pendataan objek dan subjek pajak.

5.3. Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

6. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas :

6.1. Melakukan penyusunan rencana pemerikasaan. 6.2. Pengawasan pelaksanaan aturan pemerikasaan.

6.3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi

pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas :

7.1. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

7.2. Menerima dan meneliti, serta merekam surat permohonan Wajib Pajak dan surat-


(35)

lainnya.

7.4. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas Wajib Pajak.

7.5. Melakukan urusan kearsipan wajib pajak.

Saat ini di KPP Pratama Medan Timur tercacat ada sekitar 83 orang pegawai yang terdaftar. Di bawah ini terdapat rincian mengenai jumlah pegawai di setiap unit pada KPP Pratama Medan Timur.


(36)

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur

No. Unit Jumlah Pegawai (orang)

1. Kepala Kantor 1

2. Sub Bagian Umum 6

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

9

4. Seksi Pelayanan 16

5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4

6. Seksi Penagihan 4

7. Seksi Ekstensifikasi 4

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 6 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7 11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7 12. Kelompok fungsional pemeriksaan pajak 9

Jumlah 81 orang


(37)

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2013

E.Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Kepala Kantor

Kasubbag Umum

Seksi PDI

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI

SEKSI PELAYANAN

SEKSI PEMERIKSAAN DAN KEP.INTERNAL

SEKSI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN SEKSI

PENAGIHAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


(38)

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP.Tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-praktik “good governance” pada instiusi pemerintah secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Visi : Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara.

2. Misi : Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat.


(39)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A.Ketentuan

Sebelum melakukan pembahasan lebih mendalam mengenai Pajak Pertambahan Nilai,maka ada baiknya bila penulis menjelaskan pengertian pajak terlebih dahulu. Pengertian Pajak menurut Rochmat Soemitrodalam bukunya (Mardiasmo, 2008:1) yaitu: “Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan,dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Dari definisi tersebut diatas diambil suatu kesimpulan bahwa pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang beserta peraturan pelaksanaannya. 2. Tidak adanya kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan.

3. Pajak dipungut oleh negara.

4. Pajak digunakan untuk membiayai perekonomian suatu negara. 5. Sebagai alat untuk mengatur kebijakan perekonomian suatu negara.

Jika dalam hal ini pajak mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pendapatan negara (fungsi budgetair) dan sebagai fungsi mengatur (regulerend).


(40)

1. Dasar Hukum

Yang menjadi dasar hukum atas pengenaan maupun pemungutan Pajak Pertambahan Nilai adalah berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM.

Undang- Undang Nomor 42 tahun 2009 ini merupakan perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983. Perubahan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM ini dilakukan untuk menyempurnakan sistem perpajakan Indonesia secara optimal. Penyempurnaan dan pembaharuan terus menerus dilakukan dalam sistem perpajakan Indonesia mengingat adanya perkembangan ekonomi global yang berkembang demikian pesatnya yang telah menyebabkan pula timbulnya persaingan global yang mau tidak mau memaksa untuk melakukan pembaharuan.

1. Karakteristik

2.1.Pajak tidak langsung

Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan menggeser beban pajak kepada pembeli, sesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi hingga ke konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara bertingkat. Pengusaha menggeser beban pajaknya melalui pengkreditan pajak.

2.2.Pajak Bertingkat

PPN dikenakan pada setiap jalur produksi maupun distribusi. 2.3.Pajak Konsumsi


(41)

2.4.PPN bersifat netral

Pengenaan PPN didasarkan pada “destination principle” dan hanya dikenakan atas nilai tambahnya saja. PPN di pungut ditempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi.

2.5.Pajak Objektif

PPN hanya dikenakan bila terdapat factor objektif, yaitu : keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenai pajak. PPN akan mendahulukan Objek, baru kemudian mencari subjeknya.

2.6.Tidak Menimbulkan Pajak Berganda

PPN yang dibayar oleh konsumen akhir adalah total nilai tambah yang dikenakan oleh pabrikan dan distributor.

2.7.Sistem Faktur

Setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak harus dibuatkan faktur pajak.

B.Subjek dan Objek

1. Subjek Pajak

Dalam buku “Perpajakan Indonesia” (Waluyo,2006:57-68) secara garis besar yang menjadi Subjek dari Pajak Pertambahan Nilai adalah :

1.1.Pengusaha Kena Pajak


(42)

Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPN

BerdasarkanUndang- Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM. Kegiatan yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak meliputi:

Melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dapat dikenakan PPN,dalam hal ini adalah Pengusaha Kena Pajak dan Pengusaha Kecilyang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. - Mengekspor Barang Kena Pajak yang dapat dikenakan PPN.

- Menyerahkan aktiva yang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan.

- Bentuk kerjasama operasi yang mencakup penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPN.

Yang termasuk dalam Pengusaha Kena Pajak tersebut diatas yakni meliputi: pabrikan/produsen, Pengusaha Real Estate,Importir, Indentor, Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan atau importer, pemegang hak paten dan merk dagang,pemborong/kontraktor/subkontraktor bangunan dan harta tetap lainnya, Pengusaha Jasa yang melakukan Barang Kena Pajak dan Pedagang Eceran. Pedagang eceran tersebut adalah Pengusaha yang dalam kegiatan usaha dan pekerjaannya melakukan usaha perdagangan dengan cara sebagai berikut: - Menyerahkan Barang Kena Pajak melalui suatu tempat penjualan eceran seperti

toko,kios,atau dengan cara penjualan yang dilakukan langsung kepada konsumen akhir,atau dengan cara penjualan yang dilakukan langsung dari rumah ke rumah.


(43)

- Menyediakan Barang Kena Pajak yang diserahkan langsung di tempat penjualan secara eceran.

- Melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului dengan penawaran tertulis,pemesanan tertulis,kontrak dan lelang pada umumnya bersifat tunai,dan pembeli datang ke tempat penjualan tersebut secara langsung dan membawa sendiri Barang Kena Pajak yang dibelinya.

1.2.Bukan Pengusaha Kena Pajak

Bukan pengusaha Kena Pajak merupakan pengusaha kecil yang nilai peredaran brutonya setahun lebih atau dengan Rp.240.000.000 atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran brutonya tidak lebih dari Rp. 120.000.000, akan tetapi apabila pengusaha kecil tersebut mengajukan permohonan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,maka pengusaha kecil tersebut telah sepenuhnya menjadi Pengusaha Kena Pajak,dan wajib memungut,menghitung,menyetor,dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terhutang.

2. Objek Pajak

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:

2.1.Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak.

2.2.Impor Barang Kena Pajak

2.3.Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daeraa Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.


(44)

2.4.Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar pabean di dalam daerah pabean.

2.5.Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

2.6.Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.

2.7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak Pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud / Barang Kena Pajak Tidak Berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

2.8.Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 pasal 1 ayat 1,2 dan 3 tentang PPN dan PPnBM yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak adalah barang-barang berwujud yang menurut sifat dan hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak maupun barang tidak berwujud,yang termasuk barang tidak berwujud adalah hak merek dagang ,hak paten dan hak cipta yang dikenakan PPN.

Sebagaimana didalam Pasal 4A ayat 2 Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM maka jenis-jenis kelompok barang yang tidak dikenakan PPN adalah sebagai berikut:


(45)

1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya.

2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.

3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel,restoran,rumah makan,warung,dan sejenisnya,meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi ditempat maupun tidak,termasuk makanan atau minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering.

4. Uang,emas batangan,dan surat berharga.

Sedangkan yang dimaksud dengan Jasa Kena Pajak sesuai dengan Pasal 1 ayat 5 dan 6 Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai,termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesanan yang dikenakan PPN.

Sebagaimana yang terdapat di dalam pasal 4A ayat 3 Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM maka jenis-jenis kelompok jasa yang tidak dikenakan PPN didasarkan atas kelompok-kelompok jasa sebagai berikut:

1. Jasa pelayanan kesehatan medis 2. Jasa pelayanan sosial


(46)

3. Jasa pengiriman surat dengan perangko 4. Jasa keuangan

5. Jasa asuransi 6. Jasa keagamaan 7. Jasa pendidikan

8. Jasa kesenian dan hiburan

9. Jasa penyinaran dan yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyinaran radio atau televisi,baik yang dilakukan instansi pemerintah atau swasta yang tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial

10. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan luar negeri 11. Jasa tenaga kerja

12. Jasa perhotelan

13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum,meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB),pemberian Izin Usaha Perdagangan,pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

14. Jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir atau pengusaha pada pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran


(47)

16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos 17. Jasa boga atau katering

C.Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana di maksud dalam peraturan perundang-undangan kecuali pengusaha kecil yang batasnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang.

Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena pajak, dan/atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak berwujud diwajibkan:

a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak b. Memungut pajak yang terutang

c. Menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang

d. Melaporkan penghitungan pajak.

Kewajiban diatas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilih


(48)

dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak. Apabila pengusaha kecil memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak, undang-undang ini berlaku sepenuhnya bagi pengusaha kecil tersebut.

D. Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai

Pemungutan PPN/PPnBM menganut prinsip akrual, artinya, terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa kena Pajak meskipun pembayarannya belum diterima.

Terutangnya Pajak terjadi pada saat: 1. Penyerahan Barang Kena Pajak

a. Saat Barang Kena Pajak diserahkan secara langsung kepada pembeli.

b. Saat Barang kena Pajak diserahkan secara langsung kepada penerima barang (untuk pembelian Cuma-Cuma, pemakaian sendiri, penyerahan pusat ke cabang).

c. Saat Barang Kena Pajak diserahkan pada juru kirim/jasa angkutan.

d. Saat harga atas Penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang/penghasilan.

2. Penyerahan Jasa Kena Pajak

a. Saat harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai pitutang/penghasilan.


(49)

d. Saat mulai tersedianya fasilitas/kemdahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian sendiri

Jasa Kena Pajak.

3. Impor Barang Kena Pajak

Saat Barang Kena Pajak tersebut di masukkan ke dalam Daerah Pabean

4. Pemanfaatan Barang Kena pajak Tidak Berwujud/ Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean

Saat yang diketahui terjadi lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa sebagai berikut:

a. Secara nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkannya. b. Dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya

c. Saat harga jual dan/atau penggantian ditagih oleh pihak yang menyerahkannya. d. Harga perolehan dibayar, baik sebagian atau seluruhnya, oleh pihak yang

memanfaatkan.

e. Ditandatanganinya kontrak/perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

5. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud

Saat Barang Kena Pajak dikeluarkan dari Daerah Pabean. 6. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud/ Jasa Kena Pajak

Saat penggantian atasa jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai penghasilan.


(50)

a. Atas Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, saat terutangnya PPN adalah pada saat yang terjadi sebagai berikut :

1) Saat ditandatanganinya akte pembubaran oleh Notaris

2) Saat berakhirnya jika waktu berdirinya perseroan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar (AD) perusahaan

3) Saat tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perseroan dibubarkan 4) Saat diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak

melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau berdsarkan data atau dokumen yang ada

b. Atas kegiatan membangun sendiri, saat terutangnya PPN adalah pada saat mulai dibangunnya bangunan.

c.Atas penyerahan kepada Pemungut PPN :

1) Saat terutangnya PPN adalah pada saat disampaikan tagihan.

2) Kontraktor migas & panas bumi, saat terutangnya PPN adalah pada saat sama dengan penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak.

8. Saat pembayaran yang diterima sebelum penyerahan atau pemanfaatan barang kena pajak/jasa kena pajak

Pajak terutang saat pembayaran dalam hal :


(51)

b. Pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud/jasa kena pajak dari luar daerah pabean.

E.Terutang Pajak Pertambahan Nilai

Tempat Terutang Pajak Pertambahan Nilai

Adapun yang menjadi tempat terutangnya pajak pertambahan nilai adalah : 1. Pengusaha kena pajak yang melakukan :

a. Penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak didalam daerah Pabean. b. Ekspor barang kena pajak berwujud/tidak berwujud/jasa kena pajak.

2. Terutang pajak ditempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain yang ditetapkan dengan peraturan Dirjen Pajak.

3. Dalam hal impor, terutang pajak di tempat Barang Kena Pajak dimasukkan dan dipungut melalui Direktorat Jendral Bea dan Cukai.

4. Orang Pribadi atau Badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.

F. Dasar Pengenaan Pajak

Untuk menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang perlu adanya Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah:


(52)

1. Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor (HPP).

2. Pemberian Cuma-Cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor (HPP).

3. Penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata.

4. Penyerahan penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film.

5. Penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran.

6. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuK diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasir wajar.

7. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antara cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan.

8. Penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli.

9. Penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang.

10. Penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih.


(53)

G.Cara Perhitungan

Sebelum melakukan perhitungan atas besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang maka terlebih dahulu yang harus diketahui adalah Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan tarif pajak yang berlaku.

1. Dasar Pengenaan Pajak

Berdasarkan Pasal 1 ayat 17 Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM yang dimaksud dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah jumlah harga jual,penggantian,nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terhutang.

2. Tarif Pajak

Dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM yang dimaksud dengan tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah sebesar 10% (sepuluh persen) dan dengan Peraturan Pemerintah tarif pajak tersebut dapat diubah menjadi serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen). Namun khusus untuk ekspor Barang Kena Pajak tarif PPN nya adalah 0% (nol persen).

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak maka untuk mencari besar PPN yang terhutang cara perhitungannya adalah:


(54)

H.Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai.

Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai adalah pengusaha kena pajak mengurangkan atau mengkreditkan pajak masukan dalam suatu masa pajak pajak keluaran dalam masa pajak yang sama.

Apabila dalam masa pajak tersebut lebih besar pajak keluaran, maka terjadi pajak kurang bayar, oleh karena itu kelebihan pajak keluaran tersebut harus dibayar ke kas negara. Sebaliknya, jika dalam masa pajak tersebut lebih besar pajak masukan, maka terjadi pajak lebih bayar. Oleh karena itu, kelebihan pajak masukan dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya atau direstitusi.

I. Pelaporan SPT

Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib menghitung dan melaporkan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) yang terutang.

1. Fungsi dan Tujuan

Sebagai sarana bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang sebenarnya terutang dalam hal melaporkan pajak yang terutang menggunakan SPT Masa PPN. Dalam hal pelaporan SPT Masa PPN dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:


(55)

1.1.Secara manual

Penyampaian SPT Masa PPN secara manual dapat dilakukan dengan mengisi Formulir 1111 yang diambil di KPP atau KP2KP, kemudian diisi dengan benar, jelas, dan lengkap. Setelah semua diisi dan tidak lupa ditandatangani atau stempel, SPT Masa PPN diantarkan langsung ke KPP atau mengirim melalui kantor pos atau melalui jasa kurir.

1.2.Secara elektronik

SPT dalam bentuk data elektronik dapat disampaikan melalui e-Filling, yaitu cara penyampaian SPT yang dilakukan secara online yang real-time melalui situs http://www.pajak.go.id atau Penyedia Jasa Aplikasi / Application Service Provider (ASP). Pengusaha Kena Pajak merekam data-data perpajakan yang akan dilaporkan dengan benar dan lengkap. Setelah diisi dengan lengkap dan benar, Pengusaha Kena Pajak mencetak formulir induk SPT Masa PPN 1111 atau 1111DM dan disimpan dalam media komputer (disket, CD, dsb). Pengusaha Kena Pajak melaporkan SPT dengan menggunakan media elektronik ke KPP dengan membawa formulir Induk SPT Masa PPN dan hasil cetakan e-SPT yang telah ditandatangani beserta file data SPT yang tersimpan dalam media komputer. Bagi Pengusaha Kena Pajak yang telah melaporkan SPT Masa PPN akan mendapatkan Bukti Penerimaan Surat (BPS).


(56)

1.3.Batas Waktu Penyampaian SPT Masa PPN

Penyampaian SPT Masa PPN paling lama tanggal 20 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Apabila surat pemberitahuan masa tersebut tidak disampaikan sesuai jangka waktu yang ditentukan, pengusaha kena pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar lima ratus ribu rupiah (Rp500.000).

1.4.Pemenuhan Kewajiban SPT Masa PPN

Selama melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur penulis mendapat data tentang jumlah Pengusaha Kena Pajak yang melaksanakan kewajibannya selama tahun 2012, yaitu sebagai berikut:


(57)

Tabel III.1

Penerimaan SPT Masa PPN Pada Tahun Pajak 2012 Di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

No Bulan Jlh PKP perbulan

SPT Masa

Nihil Kurang bayar Lebih bayar Total SPT Masa PPN

1. Januari 1157 1435 394 151 1980

2. Februari 1184 1455 394 153 2002

3. Maret 1201 1408 407 150 1965

4. April 1221 1414 407 159 1980

5. Mei 1240 1419 405 163 1987

6. Juni 1265 1415 414 166 1995

7. Juli 1281 1426 393 163 1982

8. Agustus 1288 1429 386 159 1974

9. September 1297 1378 389 166 1933

10. Oktober 1324 1348 393 169 1910

11. Nopember 1336 1202 383 157 1742

12. Desember 1342 783 452 79 1314

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012

Dari tabel III.1 bagaimana Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan akan dianalisa pada bab selanjutnya.

J. Faktur Pajak

Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.


(58)

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean Ekspor BKP Berwujud b. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean

c. Ekspor BKP Tidak berwujud dan/atau d. Ekspor JKP

2. Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat pada: a. Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP

b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak

c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan

d. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan 3. Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak meliputi seluruh

penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerimaan Jasa Kena Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan kalender

4. Faktur Pajak harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan

Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat: a. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahan Barang Kena

Pajak atau Jasa Kena Pajak


(59)

c. Jenis Barang atau Jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak

g. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak

h. Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak dan tata cara pembetulan atau penggantian Faktur Pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.


(60)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI A.Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan Wajib Pajak di awali dengan adanya kesadaran PKP mengenai kewajibannya dalam hal perpajakan. Kesadaran adalah faktor yang berasal dari kemauan dan perubahan sikap PKP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan hak pajaknya.

Ada dua macam kepatuhan yaitu:

1. Kepatuhan Formal : Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana PKP memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang perpajakan.

2. Kepatuhan Material : Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana PKP secara substantive / hakekat memenuhi semua ketentuan material perpajakan,yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.

Kepatuhan Material dapat meliputi juga kepatuhan formal,jadi PKP yang memenuhi kepatuhan material dalam mengisi SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai adalah PKP yang mengisi dengan jujur,baik dan benar SPT tersebut sesuai dengan Undang-undang PPN dan menyampaikannya tepat waktu ke Kantor Pelayanan Pajak sebelum batas waktu yang ditentukan.

Kepatuhan dapat diwujudkan misalnya dengan penyuluhan,pelayanan,dan penegakan hukum yang dapat berupa pemeriksaan,penyidikan dan penagihan


(61)

dengan menempatkan PKP sebagai subjek yang dihargai hak-hak dan kewajibannya.

Tingkat kepatuhan PKP yang dimaksud dalam hal ini adalah kepatuhan PKP pajak efektif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kadang PKP memang sengaja menghindari kewajibannya perpajakannya dengan tidak menyampaikan SPT Masa PPN-nya kepada KPP bahkan masih banyak PKP yang melalaikan pajaknya yaitu menolak membayar pajak yang telah di tetapkan dan menolak memenuhi formalitas yang harus di penuhi olehnya.

Ada juga PKP yang memberikan ketidakjelasan alamat kepada KPP sehingga SPT yang dikirimkan tidak diterima oleh PKP yang bersangkutan akibatnya PKP merasa tidak mempunyai kewajiban menyampaikan SPT Masa karena tidak menerima SPT tersebut.

Dari data tabel III.1 penulis akan melakukan analisa dan evaluasi yang akan membandingkan Ketentuan Umum Perpajakan tentang Pajak Pertambahan Nilai yang diuraikan pada Bab III dengan kenyataan yang ada di lapangan sehingga penulis dapat melihat dan menilai sampai sejauh mana Ketentuan Umum Perpajakan tentang Pajak Pertambahan Nilai tersebut diterapkan wajib pajak dalam kehidupan sehari-hari.


(62)

B.Pengusaha Kena Pajak (PKP) Yang Memenuhi dan Yang Tidak Memenuhi Kewajiban Menyampaikan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Timur

Dari tabel III.1 penulis akan menganalisa kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan kewajiban menyampaikan SPT Masa PPN sebagai berikut:

1. Masa Pajak Januari 2012

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan Januari 2012 adalah 1.157 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa pajak Januari 2012 adalah seperti di bawah ini:

Tabel IV.1

Penerimaan SPT Masa PPN Januari 2012 di KPP Medan Timur

No. Jenis SPT Masa PPN Nihil

Kurang bayar

Lebih bayar

Jumlah SPT 1.

SPT Masa PPN WP

non-PKP 0 0 0 0

2. SPT Masa PPN 1111 1410 346 150 1906

3. SPT Masa PPN 1111 DM 25 48 1 74

4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0

Jumlah 1435 394 151 1980

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012.

Dari tabel IV.1 di atas kita dapat melihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk bulan Januari 2012 adalah 1980

1157� 100% = 171,13%

Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Januari 2012 dapat dirincikan lagi sebagai berikut:


(63)

SPT Masa PPN Kurang Bayar =394

1157�100% = 34,05% SPT Masa PPN Lebih Bayar =151

1157�100% = 13,05%

Dengan melihat rincian penerimaan SPT Masa PPN Januari 2012 di Tabel IV.1, penerimaan SPT Masa PPN Januari 2012 di KPP Medan Timur adalah sekitar 171,13%. Jumlah ini menunjukkan besarnya kepatuhan Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. 2. Masa Pajak Februari 2012

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan Februari 2012 adalah 1.184 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa pajak Februari 2012 adalah seperti di bawah ini:

Tabel IV.2

Penerimaan SPT Masa PPN Februari 2012 di KPP Medan Timur

No. Jenis SPT Masa PPN Nihil

Kurang

bayar Lebih bayar Jumlah SPT 1.

SPT Masa PPN WP

non-PKP 0 0 0 0

2. SPT Masa PPN 1111 1435 343 152 1930

3. SPT Masa PPN 1111 DM 20 51 1 72

4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0

Jumlah 1455 394 153 2002

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012.

Dari tabel IV.2 di atas kita dapat melihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk bulan Februari 2012 adalah 2002


(64)

Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Februari 2012 dapat dirincikan lagi sebagai berikut:

SPT Masa PPN Nihil =1455

1184�100% = 122,88% SPT Masa PPN Kurang Bayar =394

1184�100% = 33,27% SPT Masa PPN Lebih Bayar =153

1184x100%=12.92%

Setelah melihat rincian Penerimaan SPT Masa PPN Februari 2012 di Tabel IV.2, jumlah penerimaan SPT Masa PPN Februari 2012 mengalami penurunan sebesar 2,05% dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Januari 2012.

3. Masa Pajak Maret 2012

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan Maret 2012 adalah 1.202 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa pajak Maret 2012 adalah seperti di bawah ini:

Tabel IV.3

Penerimaan SPT Masa PPN Maret 2012 di KPP Medan Timur

No. Jenis SPT Masa PPN Nihil

Kurang bayar Lebih bayar Jumlah SPT 1.

SPT Masa PPN WP

non-PKP 0 0 0 0

2. SPT Masa PPN 1111 1386 358 149 1893

3. SPT Masa PPN 1111 DM 20 51 1 72

4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0

Jumlah 1406 409 150 1965

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012.


(65)

Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Maret 2012 dapat dirincikan lagi sebagai berikut:

SPT Masa PPN Nihil =1406

1201�100% = 117,06% SPT Masa PPN Kurang Bayar =409

1201�100% = 34,05% SPT Masa PPN Lebih Bayar =150

1201�100% = 12,48%

Setelah melihat rincian Penerimaan SPT Masa PPN Maret 2012 di Tabel IV.3, jumlah penerimaan SPT Masa PPN Maret 2012 mengalami penurunan sebesar 167,45% dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Februari 2012 yang diakibatkan oleh berkurangnya jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar.

4. Masa Pajak April 2012

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan April 2012 adalah 1.221 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa pajak April 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.4

Penerimaan SPT Masa PPN April 2012 di KPP Medan Timur

No. Jenis SPT Masa PPN Nihil

Kurang bayar Lebih bayar Jumlah SPT 1.

SPT Masa PPN WP

non-PKP 0 0 0 0

2. SPT Masa PPN 1111 1395 357 158 1910

3. SPT Masa PPN 1111 DM 19 50 1 70

4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0

Jumlah 1414 407 159 1980


(66)

Dari tabel IV.4 di atas kita dapat melihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk bulan April 2012 adalah 1980

1221�100% = 162,16%

Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan April 2012 dapat dirincikan lagi sebagai berikut:

SPT Masa PPN Nihil =1414

1221�100% = 118,01% SPT Masa PPN Kurang Bayar =407

1221�100% = 33,34% SPT Masa PPN Lebih Bayar =159

1221�100% = 13,02%

Setelah melihat rincian Penerimaan SPT Masa PPN April 2012 di Tabel IV.4, jumlah penerimaan SPT Masa PPN April 2012 mengalami peningkatan sebesar 160,53% dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Maret 2012.

5. Masa Pajak Mei 2012

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan Mei 2012 adalah 1240 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa pajak Mei 2012 adalah sebagai berikut:


(67)

Tabel IV.5

Penerimaan SPT Masa PPN Mei 2012 di KPP Medan Timur

No. Jenis SPT Masa PPN Nihil

Kurang bayar Lebih bayar Jumlah SPT 1.

SPT Masa PPN WP

non-PKP 0 0 0 0

2. SPT Masa PPN 1111 1399 358 162 1919

3. SPT Masa PPN 1111 DM 20 47 1 68

4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0

Jumlah 1419 405 163 1987

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012.

Dari tabel IV.5 di atas kita dapat melihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk bulan Mei 2012 adalah 1987

1240�100% = 160,24%

Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Mei 2012 dapat dirincikan lagi sebagai berikut:

SPT Masa PPN Nihil =1419

1240�100% = 114,43% SPT Masa PPN Kurang Bayar =405

1240�100% = 32,66% SPT Masa PPN Lebih Bayar =163

1240�100% = 13,14%

Setelah melihat rincian Penerimaan SPT Masa PPN Mei 2012 di Tabel IV.5, jumlah penerimaan SPT Masa PPN Mei 2012mengalami penurunan sebesar 21,84% dari penerimaan SPT Masa PPN bulan April 2012 yang diakibatkan oleh berkurangnya jumlah Surat Pemberitahuan Masa PPN yang dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak.


(68)

6. Masa Pajak Juni 2012

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan Juni 2012 adalah 1.265 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa pajak Juni 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.6

Penerimaan SPT Masa PPN Juni 2012 di KPP Medan Timur

No. Jenis SPT Masa PPN Nihil

Kurang bayar Lebih bayar Jumlah SPT 1.

SPT Masa PPN WP

non-PKP 0 0 0 0

2. SPT Masa PPN 1111 1396 365 165 1926

3. SPT Masa PPN 1111 DM 19 49 1 69

4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0

Jumlah 1415 414 166 1995

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2012.

Dari tabel IV.6 dapat dilihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk bulan Juni 2012 adalah 1995

1265�100% = 157,70%

Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Juni 2012 dapat dirincikan lagi sebagai berikut:

SPT Masa PPN Nihil =1415

1265�100% = 111,85% SPT Masa PPN Kurang Bayar =414

1265�100% = 32,72% SPT Masa PPN Lebih Bayar =166


(69)

Setelah melihat rincian Penerimaan SPT Masa PPN Juni 2012 di Tabel IV.6, jumlah penerimaan SPT Masa PPN Juni 2012 mengalami penurunan sebesar 2,54% dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Mei 2012.

7. Masa Pajak Juli 2012

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan Juli 2012 adalah 1.281 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa pajak Juli 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.7

Penerimaan SPT Masa PPN Juli 2012 di KPP Medan Timur

No. Jenis SPT Masa PPN Nihil

Kurang bayar Lebih bayar Jumlah SPT 1.

SPT Masa PPN WP

non-PKP 0 0 0 0

2. SPT Masa PPN 1111 1405 345 162 1912

3. SPT Masa PPN 1111 DM 21 48 1 70

4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0

Jumlah 1426 393 163 1982

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012.

Dari tabel IV.7 dapat dilihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk bulan Juli 2012 adalah 1982

1281�100% = 154,72%

Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Juli 2012 dapat dirincikan lagi sebagai berikut:

SPT Masa PPN Nihil =.1426

1281�100% = 111,31% SPT Masa PPN Kurang Bayar =393


(70)

SPT Masa PPN Lebih Bayar =163

1281�100% = 12,72%

Setelah melihat rincian Penerimaan SPT Masa PPN Juli 2012 di Tabel IV.7, jumlah penerimaan SPT Masa PPN Juli 2012 mengalami penurunan sebesar 2,98% dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Juni 2012.

8. Masa Pajak Agustus 2012

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan Agustus 2012 adalah 1.288 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa pajak Agustus 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.8

Penerimaan SPT Masa PPN Agustus 2012 di KPP Medan Timur

No. Jenis SPT Masa PPN Nihil

Kurang bayar Lebih bayar Jumlah SPT 1.

SPT Masa PPN WP

non-PKP 0 0 0 0

2. SPT Masa PPN 1111 1410 338 158 1906

3. SPT Masa PPN 1111 DM 19 48 1 68

4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0

Jumlah 1429 386 159 1974

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012.

Dari tabel IV.8 dapat dilihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk bulan Agustus 2012 adalah 1974

1288�100% = 153,26%

Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Agustus 2012 dapat dirincikan lagi sebagai berikut:

SPT Masa PPN Nihil =1429


(71)

SPT Masa PPN Lebih Bayar =159

1288�100% = 12,34%

Setelah melihat rincian Penerimaan SPT Masa PPN Agustus 2012 di Tabel IV.8, jumlah penerimaan SPT Masa PPN Agustus 2012 mengalami peningkatan sebesar 1,46% dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Juli 2012

9. Masa Pajak September 2012

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan September 2012 adalah 1.297 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa pajak September 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.9

Penerimaan SPT Masa PPN September 2012 di KPP Medan Timur

No. Jenis SPT Masa PPN Nihil

Kurang bayar Lebih bayar Jumlah SPT

1. SPT Masa PPN WP non-PKP 0 0 0 0

2. SPT Masa PPN 1111 1359 342 165 1866

3. SPT Masa PPN 1111 DM 19 47 1 67

4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0

Jumlah 1378 389 166 1933

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012.

Dari tabel IV.9 dapat dilihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk bulan September 2012 adalah 1933

1297�100% = 149,03%

Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan September 2012 dapat dirincikan lagi sebagai berikut:

SPT Masa PPN Nihil =1378

1297�100% = 106,24% SPT Masa PPN Kurang Bayar =389


(72)

SPT Masa PPN Lebih Bayar =166

1297�100% = 12,79%

Setelah melihat rincian Penerimaan SPT Masa PPN September 2012 di Tabel IV.9, jumlah penerimaan SPT Masa PPN September 2012 mengalami penurunan sebesar 4,23% dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Agustus 2012.

10. Masa Pajak Oktober 2012

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan Oktober 2012 adalah 1.324 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa pajak Oktober 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.10

Penerimaan SPT Masa PPN Oktober 2012 di KPP Medan Timur

No. Jenis SPT Masa PPN Nihil

Kurang bayar Lebih bayar Jumlah SPT

1. SPT Masa PPN WP non-PKP 0 0 0 0

2. SPT Masa PPN 1111 1325 347 169 1841

3. SPT Masa PPN 1111 DM 23 46 0 69

4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0

Jumlah 1348 393 169 1910

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012

Dari tabel IV.10 dapat dilihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk bulan Oktober 2012 adalah 1910

1324�100% = 144,25%

Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Oktober 2012 dapat dirincikan lagi sebagai berikut:

SPT Masa PPN Nihil =1348

1324�100% = 101,81% 393


(73)

SPT Masa PPN Lebih Bayar =169

1324�100% = 12,76%

Setelah melihat rincian Penerimaan SPT Masa PPN Oktober 2012 di Tabel IV.10, jumlah penerimaan SPT Masa PPN Oktober 201mengalami penurunan sebesar 4,78% dari penerimaan SPT Masa PPN bulan September 2012.

11. Masa Pajak November 2012

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan November 2012 adalah 1.336 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa pajak November 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.11

Penerimaan SPT Masa PPN November 2012 di KPP Medan Timur

No. Jenis SPT Masa PPN Nihil

Kurang bayar Lebih bayar Jumlah SPT

1. SPT Masa PPN WP non-PKP 0 0 0 0

2. SPT Masa PPN 1111 1183 346 157 1686

3. SPT Masa PPN 1111 DM 19 37 0 56

4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0

Jumlah 1202 383 157 1742

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012.

Dari tabel IV.11 dapat dilihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk bulan November 2012 adalah1742

1336�100% = 130,38%

Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan November 2012 dapat dirincikan lagi sebagai berikut:

SPT Masa PPN Nihil =1202

1336�100% = 89,97% SPT Masa PPN Kurang Bayar =383


(74)

SPT Masa PPN Lebih Bayar =157

1336�100% = 11,75%

Setelah melihat rincian Penerimaan SPT Masa PPN November 2012 di Tabel IV.11, jumlah penerimaan SPT Masa PPN November 2012 mengalami penurunan sebesar 13,87% dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Oktober 2012.

12. Masa Pajak Desember 2012

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada bulan Desember 2012 adalah 1.342 PKP, dan dari jumlah tersebut yang melaporkan pajaknya pada masa pajak Desember 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.12

Penerimaan SPT Masa PPN Desember 2012 di KPP Medan Timur

No. Jenis SPT Masa PPN Nihil

Kurang bayar Lebih bayar Jumlah SPT

1. SPT Masa PPN WP non-PKP 0 0 0 0

2. SPT Masa PPN 1111 774 425 79 1278

3. SPT Masa PPN 1111 DM 9 27 0 36

4. SPT Masa PPN Jasa 0 0 0 0

Jumlah 783 452 79 1314

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2012.

Dari tabel IV.12 dapat dilihat jumlah penerimaan SPT Masa PPN untuk bulan Desember 2012 adalah 1314

1342�100% = 97,91%

Dari penerimaan SPT Masa PPN bulan Desember 2012 dapat dirincikan lagi sebagai berikut:

SPT Masa PPN Nihil =783

1342�100% = 58,34% 452


(75)

SPT Masa PPN Lebih Bayar = 79

1342�100% = 5,88%

Setelah melihat rincian Penerimaan SPT Masa PPN Desember 2012 di Tabel IV.12, jumlah penerimaan SPT Masa PPN Desember 2012 mengalami peningkatan sebesar 45,88% dari penerimaan SPT Masa PPN bulan November 2012.

Dari analisis di atas dapat dihitung, secara rata-rata, selama tahun 2012 PKP yang menyampaikan SPT Masa PPN nya adalah sebagai berikut:

171,13%+169,08%+163,61%+162,16%+160,24%+157,70%+

154,72%+153,26%+149,03%+144,25%+130,38%+97,91%

12

= 1723,71

%

Berdasarkan angka rata – rata tersebut dapat diketahui bahwa penerimaan SPT Masa PPN selama tahun 2012 adalah sebesar 1723,719% dari PKP terdaftar. Dengan perkataan lain PKP yang tidak melaporkan SPT Masa PPN selama tahun 2010 adalah 723,71%. Rincian penerimaan SPT Masa PPN selama tahun 2012 menurut jenis SPT Masa PPN:

SPT Masa PPN Nihil selama tahun 2012:

124,02%+122,88%+117,06%+118,01%+114,43%+111,85%+

111,31%+110,94%+106,24%+101,81%+89,97%+58,34%

12

=

107,23%

SPT Masa PPN Kurang Bayar selama tahun 2012:

34,05%+33,27%+34,05%+33,34%+32,66%+32,72%+

30,67%+29,96%+29,99%+29,68%+28,66%+33,68%

12

=

31,89%


(1)

beserta petunjuk pengisiannya di Kantor Pelayanan Pajak, harus dilakukan dengan lengkap, benar dan ditandatangani oleh pengurus atau direksi untuk Wajib Pajak Badan, Wajib Pajak yang namanya tercantum dalam Kartu NPWP dan SK PKP bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan dalam hal ditandatangani oleh pihak lain selain tersebut diatas maka harus dilampiri Surat Kuasa Khusus (per masa pajak dengan menyebut bulan yang bersagkutan). disampaikan langsung kekantor Pelayanan kekantor penyuluhan pajak setempat paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Pengusaha Kena Pajak wajib menerbitkan faktur setiap penyerahan dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, serta saat Pengusaha Kena Pajak menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

13. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Kepatuhan PKP dalam Melaporkan SPT Masa PPN

1. Masih rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya untuk melaporkan SPT Masa PPN-nya.

Seperti yang dilihat data dari penerimaan Surat Pemberitahuan dari tahun ke tahun semakin menurun hal ini dikarenakan masih banyaknya Pengusaha Kena Pajak yang belum melaporkan SPT-nya dikarenakan kurangnya kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai PKP dalam memenuhi kewajibannya sebagai pengusaha.


(2)

2. Masih terdapat PKP yang tidak jujur dalam melaporkan SPT Masanya.

Pengusaha yang sudah terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak masih banyak yang tidak jujur melaporkan SPT Masanya. Mereka tidak mau membayar pajak atau membayar pajaknya tapi pajaknya tidak sesuai dari penghasilan yang sebenarnya disebabkan rendahnya pengawasan pemerintah dan sanksi atau denda yang dikenakan terhadap PKP yang tidak patuh masih sangat kecil.

3. Minimnya pemahaman PKP terkait dengan kewajiban perpajakannya yaitu melaporkan SPT Masanya.

Pengetahuan masyarakat tentang pajak sangat minim. Banyak diantara mereka yang tidak tahu sama sekali tentang pengertian pajak, fungsi, dan manfaatnya. Ketidaktahuan mereka karena tidak adanya informasi yang jelas dan terpogram yang disampaikan oleh pemerintah. Akibat ketidaktahuan mereka tentang informasi yang benar tentang pajak, mengakibatkan tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak menjadi rendah.

14. Upaya Meningkatkan Kepatuhan PKP dalam Melaporkan SPT oleh Pihak KPP Pratama Medan Timur

1. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat selaku wajib pajak agar lebih mengetahui,memahami dan mengerti mengenai pelaporan SPT Masa dan fasilitas yang ada dalam perpajakan

Direktorat Jenderal Pajak dapat memberikan penyuluhan bagi masyarakat yang tidak memahami,mengerti mengenai pelaporan SPT Masa. Contohnya:


(3)

melakukan sesnsus penduduk nasional,dropbox,pojok pajak,Tax Go to School,registrasi ulang PKP,sosialisasi melalui media cetak maupun secara formal dan informal,dll.

2. Meningkatkan citra Good Governance

Hal ini dimaksud yang dapat menimbulkan adanya rasa saling percaya antara pemerintah dan masyarakat wajib pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak akan menjadi sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu kewajiban. Dengan demikian tercipta pola hubungan antara negara dan masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban yang dilandasi dengan rasa saling percaya.

3. Melakukan pemeriksaan dan pendataan ulang secara maksimal dalam penerimaan SPT Masa PPN sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menerapkan sanksi dengan tegas kepada PKP yang tidak melaporkan SPT Masa PPN

Masih banyaknya PKP yang tidak jujur maupun belum melaporkan dirinya sebagai Pengusaha Kena Pajak,untuk itu pihak Direktorat Jenderal Pajak perlu melakukan pemeriksaan ataupun pendataan ulang dalam penerimaannya maupun yang sudah terdaftar sebagai PKP agar diberikan Surat Himbauan untuk melaporkan SPT-nya dan dapat memberikan sanksi yang tegas bagi yang terlambat ataupun yang tidak melaporkan SPT-nya sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang tertulis pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kepatuhan PKP di awali dengan adanya kesadaran PKP mengenai kewajibannya dalam hal perpajakan. Kesadaran adalah faktor yang berasal dari kemauan dan perubahan sikap PKP dalam memenuhi perpajakannya dan hak pajaknya.

2. Kurangnya kesadaran PKP dalam memenuhi kewajiban perpajakan sehingga pelaporan SPT Masanya mengalami penurunan,yaitu bisa dilihat dalam

penerimaan SPT tahun 2012 hanya sebesar 1723,21% dan sisanya 723,21% tidak melaporkan SPT Masa PPN.

3. Dalam upaya untuk meningkatkan kepatuhan PKP yaitu dengan cara mengeluarkan Surat Himbauan,diterbitkannya Surat Teguran dan Surat Tagihan Pajak yang terutang.


(5)

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis ingin memberikan saran kepada Bapak/Ibu di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang nantinya dapat menjadi masukan yang kiranya dapat membangun,antara lain:

1. Pentingnya pendekatan kepada wajib pajak khususnya yang mempunyai penghasilan agar sadar dalam menjalankan kewajibannya yaitu membayar pajak. 2. Peningkatan sosialisasi kepada masyarakat lebih gencar.

3. Kepatuhan dalam melaporkan Surat Pemberitahuan yaitu dengan melakukan penyuluhan,pelayanan,dan penegakan hukum yang dapat berupa pemeriksaan,penyidikan,dan penagihan dengan menempatkan PKP yang dihargai hak-hak dan kewajibannya.

4. Memberikan palayanan kepada PKP yang dilakukan dengan cara memudahkan memberikan informasi pelayanan dan kemudahan pelayanan melalui pembentukan e-sistem,menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-filling) yaitu online dan real time,kemudahan informasi seperti pelayanan penyidikan kotak pos dan website,konseling (wajib pajak yang dipanggil) karena terindikasi melaporkan SPT secara tidak benar.

5. Dapat memberikan sanksi yang tegas bagi Pengusaha Kena Pajak yang terlambat atau tidak melaporkan Surat Pemberitahuan Masa-nya. Adapun sanksi bagi PKP yang tidak patuh yaitu dikenakan sanksi administrasi berupadenda sesuai dengan peraturan yang berlaku.Tujuan dilakukannya sanksi ialah agar PKP dapat bertanggung jawab dalam melaksanakan kewajibannya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Mulyo, 2011, Perpajakan Indonesia seri PPN dan PPnBM teori aplikasi edisi Ketiga, Jakarta: Salemba Empat.

Mardiasmo, 2009, Perpajakan Edisi Revisi 2009, Yogyakarta: ANDI.

Sukarji, Untung, 1999, Pajak Pertambahan Nilai:Buku Panduan Kursus PajakBrevet A,B, dan C,Jakarta:Karya Mandiri.

Waluyo & Ilyas,B.Wirawan,2003, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007. TentangKetentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-undang Republik Indonesia No. 42 Tahun 2009. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.8 Tahun 1983, Tentang Pajak Pertambahan NilaiBarang

Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Dari Internet