Tatacara Pendaftaran Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

O L E H

NAMA : PUTRI REZKI NANDA NIM : 112600023

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq dan HidayahNya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “TATACARA

PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT”.

Penulisan dan Penyusunan laporan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menamatkan studi pada Program Diploma- III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas akhir ini tidak mungkin terlaksana oleh penulis tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dan dalam kesempatan ini, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah memberikan dukungan, kepercayaan, bantuan dan doa, sehingga laporan PKLM ini dapat terselesaikan. Maka secara khusus penulis menghaturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada :

1. Teristimewa kepada kedua Orangtua, Ibunda dan Papa yang tidak pernah lelah mengasihi, menyayangi, mendoakan, dan membimbing anak- anak nya hingga saat ini.

2. Bapak Prof. Dr. Badarruddin, Msi. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, Msi. selaku Ketua Program Studi Diploma- III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Arlina, S.H. M. Hum, selaku Sekretaris Program Studi Diploma- III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Hatta Ridho, S.sos, M.sp, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan waktu dan pemikiran serta pengertian untuk membantu dan membimbing sehingga penulis bisa menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

6. Bapak Supriadi Cet Tan Gunar selaku Supervisor.

7. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, terkhusus Bang Ijal yang telah membantu penulis dalam segala urusan adminitrasi selama ini.

8. Bapak Muhammad Ali, selaku Kepala Sub Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

9. Buat Abang Yasmi A.C.A, Kedua Adek Kembar Anesha dan Adisha yang selalu memberikan semangat dan doa nya kepada penulis.

10.Buat Kak Liza yang selalu ada kapan pun penulis butuhkan, butuh pulsa hehe 


(4)

12.Buat Sahabat Teman Kawan seperjuangan selama tiga tahun ini , kawan – kawan tax a tax b 2011

13.Dan untuk teman- teman terdekat dan orag- orang yang telah berjasa membantu dan mendukung baik doa , moril dan materil .

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari kekurangan dan kelemahan baik dalam tekik penulisan maupun isi, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangu demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.Akhir kata, penulis mendoakan semoga Allah SWT selalu memberikan magfirahNya kepada kita semua dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2014


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B.Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

C.Uraian Teoritis ... 5

D.Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 10

E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 11

F.Metode Pengumpulan Data ... 13

G.Sistematis Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 14

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM ... 17

A.Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Barat ... 17

B.Strutur Orgaisasi KPP Pratama Medan Barat ... 21

C.Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Barat ... 24

BAB III GAMBARAN DATA PKLM ... 27

A.Pajak Pertambahan Nilai ... 27

B.Nomor Pokok Wajib Pajak ... 36


(6)

E.Tatacara Pemindahan Wajib Pajak ... 56

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ... 57

A.Statistik Pengusaha Kena Pajak yang Terdaftar ... 57

B.Kendala-kendala yang dihadapi Wajib Pajak ... 58

C.Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah untuk Mengatasi Kendala ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A.Kesimpulan ... 60


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel Struktur Organisasi ... 23 Tabel Statistik Pengusaha Kena Pajak ... ...57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Sesuai dengan fungsinya, pajak merupakan sumber dana untuk membiayai pengeluaran rutin negara atau yang sering disebut dengan fungsi budgeter. Kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak sangat diperlukan demi mewujudkan cita-cita pembangunan nasional menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Seperti yang kita ketahui bahwa pajak merupakan suatu kewajiban kenegaraan danpengabdian serta peran aktif setiap warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai keperluan negara berupa pembangunan nasional, yang pelaksanaannya diatur oleh undang-undang dengan tujuan mensejahterakan bangsa dan negara, dimana pajak ini telah memberikan prestasi balik yang langsung dirasakan masyarakat.

Sehingga di dalam menjalankan program pemerintah diperlukan perhatian khusus bagaimana agar target tersebut dapat tercapai. Aplikasinya bahwa pembangunan nasional dan keperluan negara lainnya tidak akan tercapai jika dana yang digunakan minim atau tidak mencukupi, maka dengan itu pemerintah berupaya mencari solusi bagaimana cara meningkatkan penerimaan negara tersebut sehingga dapat membiayai program pemerintah seperti yang ditargetkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).


(9)

Pajak yang merupakan sumber utama penerimaan negara yang paling dominan sehingga pemerintah berupaya bagaimana agar penerimaan dari pajak tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan meliputi intensifikasi yaitu perbaikan di dalam organisasi itu atau dalam Kantor Pelayanan Pajak itu sendiri diimbangi dengan ekstensifikasi yaitu penambahan wajib pajak atau memperluas objek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu, dimana harus wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak dan melaporkan usahanya untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi wajib pajak orang pribadi atau nomor pengukuhan Pengusaha Kena Pajak bagi wajib pajak badan.

Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER – 20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.

Pengusaha Kena Pajak wajib mendaftarkan dan melaporkan usahanya untuk

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang dan memperoleh Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Namun adakalanya wajib pajak khususnya pengusaha yang memenuhi syarat di atas, masih belum memahami dan mengerti bagaimana proses mendaftarkan diri


(10)

dan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak serta bagaimana melaksanakan kewajibannya.

Dalam hal ini terdapat prosedur dan tatacara pendaftaran pengusaha tersebut sehingga tujuan pemungutan pajak yang baik dapat berjalan dengan semestinya.

Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik mengambil topik Laporan Tugas Akhir

dengan judul “ TATACARA PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN

PENGUSAHA KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT”.

B. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah :

1.1 Untuk mengetahui tatacara pendaftaran dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan masalah yang timbul di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

1.2 Untuk mengetahui jumlah pendaftaran dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang mempengaruhi jumlah penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.


(11)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

PKLM ini tentunya sangat bermanfaat bagi beberapa pihak diantaranya adalah :

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan tentang tatacara pendaftaran dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

b. Dapat mengetahui kuantitas pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang mempengaruhi penerimaan pajak.

c. Dapat mengetahui faktor - faktor kendala para Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak tidak mendaftarkan dirinya di Kantor Pelayanan Pajak.

2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

a. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap instansi, baik berupa saran maupun kritik yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja di lingkungan instansi tersebut. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.


(12)

2.3Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan dengan instansi pemerintah yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

b. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku di program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

C. URAIAN TEORITIS

1. Definisi Pajak

Beberapa definisi pajak menurut para ahli: 1.1 Prof.Dr.Rochmat Soemitro, SH

Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.(Mardiasmo, 2009:1)

1.2 Prof. Dr. P. J. A. Adriani

Pajak adalah iuran wajib masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum


(13)

(Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. (Waluyo, 2006 : 4)

1.3 S.I Djajadiningrat

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum. (Resmi, Siti. 2009)

Pengertian pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentangketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang tertuang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.


(14)

2. Manfaat Pajak

Adapun beberapa manfaat pajak bagi negara adalah :

a .Sumber Penerimaan Negara

Penerimaan pajak dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN) dalam sisi penerimaan dan di pakai untuk membiayai pengeluaranpemerintah.

b. Sebagai Alat Pemerataan Pendapatan

Pajak sebagai alat pemerataan pendapatan dilakukan dengan menerapkan tarif pajak lebih tinggi untuk golongon masyarakat yang berpendapatan tinggi. Akan tetapi dengan tarif pajak ini bisa efektif sebagai pemerataan apabila dana yangdikumpulkan dialokasikan betul - betul untuk kepentingan golongan masyarakatberpendapatan menengah ke bawah yaitu untuk memperbaiki fasilitas pendidikandan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu.

3. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai merupakan jumlah antara biaya yang dikeluarkan dalamtingkat laba yang diharapkan dalam suatu proses produksi, maksudnya prosespertambahan nilai timbul karena adanya biaya - biaya yang dikeluarkan mulai daribahan baku menjadi bahan barang setengah jadi sampai akhirnya menjadi barang


(15)

jadi yang siap dijual dengan tingkat laba yang diharapkan. Jadi secara logika maka yang menjadi subjek pertambahan nilai ini adalah pengusaha.

4. Pengertian Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

5. Pengertian Faktur Pajak

Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajakyang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak atau bukti pungutan pajak karena impor barang kena pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

6. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai

Pengusaha dianggap sebagai Subjek Pajak. Adapun kategori Pengusaha Kena Pajak yang dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah :

a. Pengusaha yang penghasilan Brutonya tidak kurang atau lebih dari 600 juta


(16)

b. Pengusaha yang memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak meliputi : eksportir, dan

pedagang yang menjual Barang Kena Pajak pada Pengusaha Kena Pajak.

c. Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan dan atau

Importer serta pemegang hak paten dan merek dagang.

Berdasarkan Pasal 4, Pasal 16C dan Pasal 16D Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2009 diatur bahwa Objek Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan olehpengusaha.

b. Impor Barang Kena Pajak.

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan olehpengusaha.

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.


(17)

g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.

h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

j.Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan.

7. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Tarif PPN di kenal dengan tarif tunggal yaitu sebesar 10% untuk segala jenis Barang Kena Pajak, tetapi untuk meningkatkan persaingan produksi kita di luar Indonesia, maka untuk barang-barang yang akan diekspor dibebaskan dari pemungutan PPN (PPN = 0%).

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam laporan praktek kerja lapangan mandiri ini, maka yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah :

1. Tatacara Pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.


(18)

2. Masalah - masalah lain yang dihadapi oleh pengusaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak khususnya di seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

3. Jumlah yang mendaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Mandiri maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1.Tahap Persiapan

Mengajukan judul, penentuan judul, pengesahan judul, pembuatan Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri, seminar Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri, perbaikan Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri, persetujuan penentuan Dosen Pembimbing, bimbingan dan konsultasi dengan Dosen Pembimbing, pembuatan surat izin untuk Praktik Kerja Lapangan Mandiri ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data - data yang menyangkut masalah yang akan di bahas melalui buku-buku, majalah, Undang - Undang, keputusan Menteri Keuangan,


(19)

keputusan Menteri Keuangan, keputusan Direktur Jendral Pajak dan bahan - bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan.

3. Observasi Lapangan

Penulis melaksanakan pengamatan secara langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mengetahui tata cara pendaftaran dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan masalah - masalah lain yang timbul.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data - data yang berhubungan dengan apa yang dikerjakan pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri nantinya yang diperlukan dalam penyusunan laporan akhir dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

Dalam pengumpulan data sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung.

Contoh data primer adalah yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.


(20)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.

5. Analisis Data dan Informasi

Di sini penulis akan menganalisa data dan mengevaluasi kembali secara deskriftif kualitatif ataupun kuantitatif, sehingga memberikan gambaran secara umum maupun khusus dari objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

F. METODE PENGUMPULAN DATA

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Penulis menggunakan metode :

1. Wawancara (Interview)

Dengan cara melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) mengenai hal - hal yang menjadi objek pembahasan.


(21)

2.Observasi

Dengan melalukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data yang diperlukan untuk pembahasan masalah.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam laporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematika. Adapun sistematika yang akan dilakukan dalam penulisan laporan PKLM ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, Uraian Teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.


(22)

BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, Struktur Organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain jika dibutuhkan.

BAB III : PEMBAHASAN TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana Tata Cara Pendaftaran Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini Penulis akan menganalisa data yang diperoleh, kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.


(23)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.

DAFTAR PUSTAKA


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM/ LOKASI

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A.Sejarah Singkat Lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM )

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak disebut Kantor Inspeksi Pajak.

Kantor Inspeksi Pajak Medan terbagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia No.17 A.

2. Kantor Inspeksi Pajak Selatan yang berlokasi di Jl. Diponegoro No.3 A.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.276/KMK.01/1989

tanggal 25 Maret 1989 tentang organisasi dan tata usaha Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 kantor Inspeksi Pajak Medan Utara di ganti namanya menjdai Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan menteri Keuangan No.443/PMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dan Kantor Pelayanan pajak Pratama Medan Polonia


(25)

yang mulai berlaku sejak 25 Januari 2002. Pada saat itu wilayah kinerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat meliputi :

1. Kecamatan Medan Barat 2. Kecamatan Medan Helvetia 3. Kecamatan Medan Sunggal 4. Kecamatan Medan Petisah

Namun seiring dengan perubahan kinerja di Lingkungan Direktorat

Jenderal Pajak untuk menuju perubahan yang lebih baik, Kecamatan Medan Barat adalah wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Selain itu, Kantor Pelayanan Pajak Pratama terbagi menjadi 9 Kantor Pelayanan Pajak Pratama yaitu:

1. KPP Madya Medan 2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Petisah 4. KPP Pratama Binjai

5. KPP Pratama Medan Belawan 6. KPP Pratama Medan Kota 7. KPP Pratama Medan Timur 8. KPP Pratama Medan Polonia 9. KPP Pratama Lubuk Pakam


(26)

Adapun visi dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat adalah menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumental bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat juga memiliki 5 misi yaitu:

1. Di bidang Fiskal

Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat dan berkelanjutan serta mengelola kekayaan dan utang negara secara hati- hati (prudent ), bertanggung jawab dan transparan.

2. Di bidang ekonomi

Mengatasi masalah- masalah ekonomi serta proaktif senantiasa mengambil peran strategis dalam upaya membangun ekonomi bangsa yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita- citakan konstitusi.

3. Di bidang Politik

Mendorong proses demokrasi fiskal dan ekonomi. 4. Di bidang Sosial Budaya

Mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan modern. 5. Di bidang Kelembagaan

Memperbaharui diri ( self reinventing ) sesuai dengan aspirasi masyarakat dan perkembangan mutakhir teknologi keuangan serta administrasi publik,


(27)

serta pembenahan pembangunan kelembagaan dibidang keuangan yang baik dan kuat yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksana yang rasional dan adil, dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan mempunyai integritas yang tinggi.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan , pelayanan, dan pengawas Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenang berdasarkan perturan perundang- undangan yang berlaku.

Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah sebagai berikut :

1. Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan.

2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

3. Penyuluhan perpajakan.

4. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak. 5. Pelaksanaan ekstensifikasi.

6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.


(28)

9. Pelaksanaan konstultasi perpajakan. 10.Pelaksanaan intensifikasi.

11.Pembetulan ketetapan pajak. 12.Pelaksanaan administrasi Kantor.

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan secara

sistematis mengenai penetapan tugass- tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing- masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar kerja dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang maksimal.Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dipimpin oleh kepala seksi. Struktur organisasi yang ada di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat digambarkan sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan 5. Seksi Pemeriksaan

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I


(29)

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11.Kelompok Jabatan Fungsional.

Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama dapat dilihat pada bagan berikut ini :


(30)

LAMPIRAN I

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA M Kepala Kantor

Rizal Fahmi

Ka. Subbag Umum M. Ali S, ST. Ak, M.B.A

Pelaksana 1. 2. 3. 4. Kasi PDI Timur Smbiring SE Ak 1. 2. 3. 4. 5. Kasi pemeriksaan Hendry D.H sihite

1. 2. 3. 4. 5. Kasi pelayanan Roni purwanto 1. 2. 3. 4. 5. Kasi penagihan Suyamto,S.I.P.M.M 1. 2. 3. 4. 5. Kasi wasko Erwin sianipar 1. 2. 3. 4. 5. Kasi waskon I

Toga manik,S.E.MM 1. 2. 3. 4. 5. Kasi ekstenfikasi Emma marlina,SE,Ak 1. 2. 3. 4. 5. Fungsional pemeriksaan pajak 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. cleaning service 1. 2. 3. 4. 5. Petugas keamanan 1. 2. 3. 4. 5. Fungsional PBB


(31)

C. Deskripsi Tugas

Adapun gambaran tugas dari masing- masing bagian kerja yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah sebagai berrikut :

1. Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan perlengkapan rumah tangga

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI )

Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, serta penyampaian laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan angsuran dan tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan


(32)

penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen- dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta pemeriksaan administrasi perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek pajak daan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Masing- masing mempunyai tugas pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/ himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan , penyusunan profil wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, dan melakukan evaluasi hasil banding.


(33)

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing- masing berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku:

a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian.

b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.

c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.


(34)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI ( PKLM )

A. Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai nomor 8 tahun 1983 sebagaimana telah direvisi dalam Undang- Undang Nomor 42 tahun 2009 yang dimaksud dengan Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur produksi dan distribusi. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapatrt dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c. (Sukardji, 2010:54)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung karena mempunyai tiga unsur terpisah atau terdapat lebih dari satu orang/ badan dalam proses pengenaan PPN, yaitu meliputi :


(35)

1. Penanggungjawab Pajak (Wajib Pajak/ Pengusaha Kena Pajak ), yaitu orang/ badan yang secara hukum (yuridis formil) harus membayar pajak. Pordusen harus melaporkan diri sebagai wajib pajak PPN/ Pengusaha Kena Pajak.

2. Penanggung Pajak, yaitu orang/ badan yang membayar pajak (dalam arti ekonomis). Penanggung pajak (pedagang besar) pada setiap melakukan pembelian membayar sejumlah harga beli ditambah dengan PPN.

3. Pemikul Pajak (destinataris), yaitu orang/ badan yang dimaksud oleh ketentuan harus memikul beban pajak. Konsumen sebagai yang dituju undang- undang untuk memikul beban pajak, pajak dibebankan oleh pedagang besar lewat harga jual yang lebih tinggi.

PPN juga tergolong sebagai pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya didasarkan pada objek pajak, baik berupa barang ataupun jasa. PPN pada akhirnya akan menjadi beban konsumen, oleh karena itu beban pajak akan dibebankan kepada semua konsumen, tanpa memandang siapa konsumen yang akan menanggung pajak. PPN merupakan pajak pusat karena merupakan sumber penerimaan bagi APBN ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ).


(36)

2. Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak, misalnya untuk pajak penghasilan adalah orang pribadi atau badan dan untruk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pengusaha Kena Pajak.

Berdasarkan ketentuan dalam pasal 4 Undang- Undang No.7 Tahun 1983, sebagimana telah direvisi dalam Undang- Undang PPN No. 42 Tahun 2009 yang disebut dengan UU PPN dapat diketahui bahwa subjek PPn dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Pengusaha Kena Pajak

Ketentuan yang mengatur bahwa subjek PPN harus Pengusaha Kena Pajak adalah UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 pasal 4 ayat 1 huruf a, huruf c, huruf f, huruf g dan huruf h.

Dari pasal- pasal ini dapat diketahui bahwa :

1. Yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/ atas Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (Pasal 4 ayat 1 huruf a dan huruf c UU PPN).


(37)

2. Yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) Berwujud yang dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak ( Pasal 4 ayat 1 huruf f UU PPN).

3. Yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) dan/ atau Jasa Kena Pajak (JKP) Tidak Terwujud dapat dikenakan PPn adalah pengusaha kena pajak ( Pasal 4 ayat 1 huruf g dan huruf h UU PPN) .

b. Bukan Pengusaha Kena Pajak

Subjek PPN tidak harus Pengusaha Kena Pajak (PKP), tetapi yang bukan Pengusaha Kena Pajak (PKP) pun dapat menjadi Subjek PPN sebagaimana diatur dalam pasal 4 huruf b,d daan e serta pasal 16C UU PPN.

Berdasarkan pasal- pasal ini dapat diketahui bahwa yang dapat dikenakan PPN :

1. Siapa pun yang mengimpor Barang Kena Pajak (BKP).

2. Siapa pun yang memanfaatkan Barang Kena Pajak (BKP) tidak dan/ atau Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar pabean dan didalam daerah pabean.

3. Siapa pun yang membangun sendiri tidaak dalam lingkungan perusahaan dan pekerjaannya.


(38)

3 . Objek Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Pasal 4, Pasal 16C dan Pasal 16D Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009 diatur bahwa Objek Pajak yang dikenakan Pajak Perrtambahan Nilai adalah :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

b. Impor Barang kena Pajak.

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

f. Ekaspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.


(39)

4.Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Dalam Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 1 ayat 23 yang dimaksud faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea daan Cukai.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai dikenal dengan tarif tunggal yaitu sebesar 10% untuk segala jenis Barang Kena Pajak, tetapi untuk meningkatkan persingan produksi kita diluar Indonesia, maka untuk barang- barang yang akan diekspor dibebaskan dari pemungutan PPN (PPN= 0%). Dalam keadaan tertentu, tarif PPN dapat berubah sesuai Peraturan Pemerintah menjadi serendah- rendahnya 5% dan setinggi- tingginya 15%.

Dalam penghitungan PPN terutang, maka pada setiap Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, maka Pengusaha Kena Pajak bersangkutan diwajibkan untuk membuat faktur pajak.

5 . Pengertian Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, malakukan usaha perdagangan, mengimpor barang, mengekspor barang, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.


(40)

Pengusaha dapat berupa orang pribadi atau badan. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi, massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif, dan bentuk usaha tetap (BUT).

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Barang kena pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasrakan Undang- Undang perpajakan, dimana Pengusaha Kena Pajak hanya diharuskan membayar kepada Negara selisih antara Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dari pembeli Barang kena Pajak dan atau penerima Jasa Kena Pajak (Pajak Keluaran) dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar kepada penjual Barang Kena Pajak dan atau pemberi Jasa Kena Pajak (Pajak Masukan ).

6 . Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Dalam Undang- Undang Nomor 42 tahun 2009 menyebutkan bahwa Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak wajib melaporkan usahanya pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau


(41)

tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Kewajiban pelaporan terkait pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan disamping kewajiban mendaftarkan diri, terdapat pula kewajiban melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebelum menyerahkan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) bagi yang memenuhi sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah suarat yang diterbitkan oleh KPP dan KP2KP sebagai pemberitahuan bahwa Pengusaha telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada KPP tertentu yang berisi identitas dan kewajiban perpajakan Pengusaha Kena Pajak.

7 . Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

a. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP) dibidang PPN dan PPnBM.

b. Sebagai identitas Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang bersangkutan.

8 . Hak dan Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Hak Pengusaha Kena Pajak adalah :

a. Pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP b. Restitusi atau kompensasi atas kelebihan PPN.


(42)

Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah :

a. Pengusaha yang telah wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak atau Pengusaha Kecil yang memilih menjdai Pengusaha Kena Pajak seperti tersebut diatas berkewajiban untuk :

1. Melaporkan usahanya (mendaftarkan perusahaannya) untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

2. Memungut PPN/PPnBM yang terutang.

3. Menyetor PPN/PPnBM yang terutang (yang dibayar).

4. Melaporkan PPN/PPnBM yang terutang (menyampaikan SPT Masa PPN/PPnBM).

b. Pengusaha kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak tidak wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi boleh memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak atau tidak. Dengan demikian, atas penyerahan Barang kena Pajak/Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kecil tidak dikenakan PPN, kecuali jika Pengusaha Kecil tersebut memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

c. Apabila sampai dengan satu bulan dalam satu tahun buku, peredaran bruto (omzet) Pengusaha telah melewati batasan Pengusaha Kecil, Pengusaha tersebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak, selambat- lambatnya akhir bulan berikutnya.


(43)

d. Apabila dalam satu tahun buku peredaran bruto Pengusaha Kena Pajak tidak melebihi batasan Pengusaha Kecil, maka Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pencabutan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 1. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak sebelum melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.Maka setelah Pengusaha Kena Pajak menerima Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut maka dikukuhkanlah pengusaha tersebut sabagai Pengusaha Kena Pajak dan memperoleh Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).

2. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak berfungsi sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak, oleh karena itu kepada wajib pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak.Selain itu Nomor Pokok Wajib Pajak dapat juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, wajib pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.


(44)

3. Syarat- syarat untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak bagi Pengusaha Kena Pajak

a. Mengisi surat permohonan atau formulir pendaftaran.

b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia, paspor atau Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurangnya Lurah atau Kepala Desa.

c. Surat Keterangan kegiatan usaha sekurang- kurangnya ditandatangani Lurah atau Kepala Desa.

d. Fotocopy Akta Pendirian Usaha dan Perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukkan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap.

4. Jangka Waktu Pendaftaran NPWP

Jangka waktu pendaftaran NPWP adalah 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan dan atau pada akhir tahun pajak apabila penghasilan pada tahun pajak yang bersangkutan melebihi PTKP.

5. Penghapusan NPWP

Penghapusan NPWP dilakukan apabila :

a. Wajib Pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.

b. Warisan yang belum terbagi (dalam kedudukan sebagai subjek pajak) sudah selesai dibagi.

c. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memenuhi syarat lagi untuk digolongkan sebagai Wajib Pajak.


(45)

d. Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.

e. Wajib Pajak Badan Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagi BUT.

C. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak

Pasal 2

(1) Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha Wajib Pajak, dan kepada Wajib Pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

(2) Tempat tinggal atau tempat kedudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tempat tinggal atau tempat kedudukan menurut keadaan yang sebenarnya.

(3) Wajib Pajak yang wajib mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena:


(46)

2) menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta; atau

3) memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta,

yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak;

b. Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena:

1) hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;

2) menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta; atau

3) memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta,

yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

c. Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi;


(47)

pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint Operation); dan

e. Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(4) Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, selain wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, juga wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.

(5) Wanita kawin yang tidak menghendaki untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya dan anak yang belum dewasa, harus melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak suami atau kepala keluarga.

(6) Wajib Pajak orang pribadi selain Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat memilih untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

Pasal 3

(1) Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah penghasilan Wajib Pajak tersebut pada suatu


(48)

bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak.

(2) Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lambat 1 (satu) bulan setelah saat usaha, atau pekerjaan bebas nyata-nyata mulai dilakukan.

(3) Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (3) huruf c dan huruf d, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lambat 1 (satu) bulan setelah saat pendirian.

(4) Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf e, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lambat sebelum melakukan pemotongan dan/atau pemungutan pajak.

Pasal 4

(1) Wajib Pajak yang diwajibkan untuk mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (6), wajib mengajukan permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dengan menggunakan Formulir Pendaftaran Wajib Pajak.

(2) Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara elektronik dengan mengisi Formulir Pendaftaran Wajib Pajak pada Aplikasi e-Registration yang tersedia pada laman Direktorat Jenderal Pajak di www.pajak.go.id .


(49)

(3) Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah disampaikan oleh Wajib Pajak melalui Aplikasi e-Registration dianggap telah ditandatangani secara elektronik atau digital dan mempunyai kekuatan hukum. (4) Wajib Pajak yang telah menyampaikan Formulir Pendaftaran Wajib Pajak melalui

Aplikasi e-Registration sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mengirimkan dokumen yang disyaratkan ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.

(5) Pengiriman dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan dengan cara mengunggah (upload) salinan digital (softcopy) dokumen melalui Aplikasi e-Registration atau mengirimkan dengan menggunakan Surat Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani.

(6) Apabila dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) belum diterima KPP dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah penyampaian permohonan pendaftaran secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (3), permohonan tersebut dianggap tidak diajukan.

(7) Apabila dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah diterima secara lengkap, KPP menerbitkan Bukti Penerimaan Surat secara elektronik.


(50)

Pasal 5

(1) Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat mengajukan permohonan pendaftaran secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), permohonan pendaftaran dilakukan dengan menyampaikan permohonan secara tertulis.

(2) Permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib Pajak.

(3) Wajib Pajak yang telah mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melengkapi formulir pendaftaran tersebut dengan dokumen yang disyaratkan.

(4) Permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.

(5) Penyampaian permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan:

a. secara langsung; b. melalui pos; atau

c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.

(6) Terhadap penyampaian permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4), KPP atau KP2KP memberikan Bukti Penerimaan Surat apabila permohonan dinyatakan telah diterima secara lengkap.


(51)

(7) Terhadap penyampaian permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang diterima secara tidak lengkap berlaku ketentuan:

a. dalam hal permohonan disampaikan secara langsung, permohonan dikembalikan kepada Wajib Pajak; atau

b. dalam hal permohonan disampaikan melalui pos atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir, KPP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai ketidaklengkapan tersebut.

Pasal 6

(1) Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) dan Pasal 5 ayat (3) meliputi:

a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a berupa:

1) fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia; atau

2) fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing.

b. Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b berupa:


(52)

fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing; dan

2) dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

c. Untuk Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf c berupa:

1) fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap;

2) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan

3) dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

d. Untuk Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf d berupa:


(53)

operasi (Joint Operation);

2) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

3) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan

4) dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

e. Untuk Bendahara sebagai Wajib Pajak pemotong dan/atau pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf e berupa:

1) surat penunjukan sebagai Bendahara; dan 2) Kartu Tanda Penduduk.

f. Untuk Wajib Pajak dengan status cabang dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu berupa:

1) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak pusat atau induk; 2) surat keterangan sebagai cabang untuk Wajib Pajak Badan; dan


(54)

berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

(2) Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi adalah wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, dan wanita kawin yang memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara terpisah, permohonan juga harus dilampiri dengan:

a. fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak suami; b. fotokopi Kartu Keluarga; dan

c. fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat pernyataan menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami.

Pasal 7

(1) Terhadap permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak yang telah diberikan Bukti Penerimaan Surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (7) dan Pasal 5 ayat (6), KPP atau KP2KP menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan.


(55)

(2) Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar disampaikan kepada Wajib Pajak melalui pos tercatat.

Pasal 8

(1) Dalam hal Wajib Pajak yang diwajibkan untuk mendaftarkan diri, tidak melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, KPP dapat menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.

(2) Penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan atau hasil Verifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang mengatur mengenai tata cara Pemeriksaan atau tata cara Verifikasi.

(3) Pemeriksaan atau Verifikasi dalam rangka penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan data dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh Direktorat Jenderal Pajak. (4) Tanggal terdaftar yang tercantum dalam Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan

Surat Keterangan Terdaftar yang diterbitkan secara jabatan sesuai dengan tanggal penerbitan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar.


(56)

D.Tata Cara Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pasal 15

Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang melakukan penyerahan yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha kena pajak.

Pasal 16

(1) Wajib Pajak sebagai Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 wajib melaporkan usahanya dan mengajukan permohonan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan menggunakan Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

(2) Permohonan pengukuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara elektronik dengan mengisi Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak pada Aplikasi e-Registration yang tersedia pada laman Direktorat Jenderal Pajak di

(3) Permohonan pengukuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah disampaikan oleh Wajib Pajak melalui Aplikasi e-Registration dianggap telah ditandatangani secara elektronik atau digital dan mempunyai kekuatan hukum.


(57)

(4) Wajib Pajak yang telah menyampaikan Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak melalui Aplikasi e-Registration sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mengirimkan dokumen yang disyaratkan ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak. (5) Pengiriman dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dapat dilakukan dengan cara mengunggah (upload) salinan digital (softcopy) dokumen melalui Aplikasi e-Registration atau mengirimkannya dengan menggunakan Surat Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani.

(6) Apabila dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) belum diterima KPP dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah penyampaian permohonan pengukuhan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (3), permohonan tersebut dianggap tidak diajukan.

(7) Apabila dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah diterima secara lengkap, KPP menerbitkan Bukti Penerimaan Surat secara elektronik.

Pasal 17

(1) Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat mengajukan permohonan pengukuhan secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2), permohonan pengukuhan dapat dilakukan dengan menyampaikan permohonan secara tertulis.


(58)

(2) Permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengisi dan menandatangani Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

(3) Wajib Pajak yang telah mengisi dan menandatangani Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melengkapi formulir pengukuhan tersebut dengan dokumen yang disyaratkan.

(4) Permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal, tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.

(5) Penyampaian permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan:

a. secara langsung; b. melalui pos; atau

c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.

(6) Terhadap penyampaian permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4), KPP atau KP2KP memberikan Bukti Penerimaan Surat apabila permohonan dinyatakan telah diterima secara lengkap.

(7) Terhadap penyampaian permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang diterima secara tidak lengkap berlaku ketentuan:


(59)

a. dalam hal permohonan disampaikan secara langsung, permohonan dikembalikan kepada Wajib Pajak; atau

b. dalam hal permohonan disampaikan melalui pos atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir, KPP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai ketidaklengkapan tersebut.

Pasal18

Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) dan Pasal 17 ayat (3), meliputi:

a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi:

1) fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi Warga Negara Asing, yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;

2) dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan

3) surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.


(60)

1) fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap, yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang; 2) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi

paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing;

3) dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan

4) surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

c. Untuk Wajib Pajak badan bentuk kerja sama operasi (Joint Operation):

1) fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akta Pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang; 2) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk

kerja sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

3) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor dalam hal penanggung jawab adalah orang Warga Negara Asing; 4) dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang;


(61)

5) surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Wajib Pajak badan dalam negeri maupun Wajib Pajak badan asing.

Pasal 19

(1) Terhadap permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang telah diberikan Bukti Penerimaan Surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (7) atau Pasal 17 ayat (6), KPP atau KP2KP harus memberikan keputusan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan.

(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah KPP atau KP2KP melakukan Verifikasi dalam rangka pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. (3) Dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengabulkan

permohonan Wajib Pajak, KPP atau KP2KP menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

(4) Dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mengabulkan permohonan Wajib Pajak, KPP atau KP2KP menerbitkan Surat Penolakan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

(5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan KPP atau KP2KP tidak memberi suatu keputusan, permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dianggap dikabulkan.

(6) Dalam hal permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), KPP atau KP2KP harus menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha


(62)

Kena Pajak dengan tanggal pengukuhan adalah hari kerja ke-5 (lima) setelah tanggal Bukti Penerimaan Surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 20

(1) Dalam hal Pengusaha yang diwajibkan untuk melaporkan usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 tidak melaksanakan kewajiban melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, KPP dapat mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

(2) Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan atau hasil Verifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang mengatur mengenai tata cara Pemeriksaan atau tata cara Verifikasi.

(3) Pemeriksaan atau Verifikasi dalam rangka Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan data dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh Direktorat Jenderal Pajak. (4) Tanggal penerbitan yang tercantum dalam Surat Pengukuhan Pengusaha Kena

Pajak yang diterbitkan secara jabatan adalah sesuai dengan tanggal penerbitan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.


(63)

E .Tatacara pemindahan Wajib Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

1.Tatacara pemindahan Wajib Pajak

Adapun Pemindahan Wajib Pajak sebgaimana dimaksud dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per – 20/PJ/2013 pasal 37 dilaksanakan sebagai berikut :

a. Wajib Pajak yang bersangkutan harus telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Baru yang dibuktikan dengan telah diterimanya surat Pemberitahuan telah terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Baru.

b. Kantor Pelayanan Pajak Lama harus mengisi berkas Wajib Pajak berikut uraian singkat mengenai hal- hal yang dianggap perlu kepada Kantor Pelayanan Pajak Baru yang isinya antara lain :

1) Jumlah tunggakan pajak yang masih harus ditagih.

2) Tindakan penagihan yang telah dilaksanakan atas tunggakan pajak.

3) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau keberatan Wajib Pajak yang belum diselesaikan.


(64)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Statistik Pengusaha Kena Pajak yang Terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang Terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dari Tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel 1:

Daftar PKP di KPP Pratama Medan Barat

Tahun Orang Pribadi Badan Jumlah

2010 181 367 548

2011 188 417 605

2012 199 493 692

2013 206 578 784

2014 215 595 810

989 2450 3439

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1. Orang Pribadi

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 sebanyak 181 orang yang terdaftar sebagai PKP. Dan selanjutnya pada tahun 2011 terdapat sebanyak 188 orang PKP terdaftar, kemudian pada tahun 2012 ada sebanyak


(65)

199 orang yang terdaftar,dan 2013 ada sebanyak 206 orang terdaftar,sampai pada 2014 terdapat 215 orang PKP terdaftar,disini terlihat dari tahun ketahun terdapat kenaikan jumlah orang pribadi yang terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

2. Badan

Berdasarkan tabel diatas, dapat lihat bahwa pada tahun 2010 sebanyak 367 orang yang terdaftar sebagai PKP, di tahun 2011 terdapat 417 orang terdaftar sebagai PKP, selanjutnya 2012 terdapat 493 orang terdaftar sebagai PKP, kemudian di tahun 2013 terdapat 578 orang terdaftar sebagai PKP,dan 2014 terdapat 595 orang terdaftar sebagai PKP. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat terdapat kenaikan .

B. Kendala- kendala yang dihadapi Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang ingin Mendaftarkan Dirinya dalam Hal Perpajakan

1. Rendahnya tingkat pengetahuan Pengusaha Kena Pajak tentang Perpajakan.

2. Sulitnya Pengusaha Kena Pajak dalam memahami Undang- Undang yang sering berubah dalam perpajakan.

3. Kurangnya kerja sama antara Pengusaha Kena Pajak dengan Fiskus.


(66)

Pengusaha Kena Pajak melakukan pengurusan- pengurusan dalam hal administrasi perpajakan selalu saja memiliki kendala- kendala :

a. Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi surat- surat sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam hal administrasi perpajakan.

b. Pengusaha Kena Pajak menggunakan perantara yang tidak ditunjuk secara sah oleh hukum atau dengan kata lain tidak dilengkapi oleh surat kuasa dari Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan. Kejanggalan inilah yang banyak ditemui dalam hal kepengurusan perpajakan yang mengakibatkan terhambatnya kelancaran tugas- tugas dari aparat perpajakan.

C. Upaya- upaya yang Dilakukan Pemerintah untuk Mengatasi Kendala – kendala yang Dihadapi oleh Pengusaha Kena Pajak

a. Pemerintah telah mencoba menyederhanakan membuat peraturan yang mudah dimengerti oleh Pengusaha.

b. Direktorat Jenderal Pajak secara aktif memberikan pelatihan bagi fiskus agar pengusaha daapat menjalin kerja sama yang baik dengan fiskus.

c. Hal lain yang dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah menyebarkan informasi perpajakan yaitu meningkatkan sosialisasi dan memperbanyak buku- buku panduan perpajakan.


(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian- uraian yang telah dibahas dalam laporan tugas akhir ini tentang Tatacara Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Dalam hal Tatacara Pendaftarab dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ini ternyata masih belum berjalan dengan baik, karena kebanyakan masyarakat belum memahami tatacara pendaftaran dan penngukuhan pengusaha kena pajak tersebut.

Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pengetahuan pengusaha tentang perpajakan dan terlalu banyak syarat- syarat yang harus dilengkapi oleh pengusaha kena pajak.

2. Berdasarkan tabel 1 bahwa Pengusaha Kena Pajak yang mendaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat semakin bertambah.


(68)

B. SARAN

Adapun saran yang dapat penulis berikan pada bagian akhir dan sekaligus penutup tulisan ini adalah :

1. Dalam hal mengupayakan peningkatan jumlah Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak sebaiknya dilakukan dengan cara Ekstensifikasi yaitu penambahan wajib pajak atau memperluas objek pajak dengan berbasis pada Undang- Undang Perpajakan dan Intensifikasi yaitu perbaikan dari organisasi itu sendiri untuk itu perlu penambahan tenaga pelaksana agar pelayanan pajak dapat dilaksanakan dengan baik.

2. Untuk mengatasi kurangnya kesadaran Pengusaha Kena Pajak dalam membayar pajak perlu ditingkatkan sosialisasi kepada seluruh pengusaha dan masyarakat dan mengadakan penyuluhan perpajakan serta seminar- seminar tentang perpajakan agar mendukung roda perekonomian demi terciptanya masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan dan cita- cita bangsa dan negara.

3. Memperbanyak buku- buku panduan perpajakan bagi masyarakat yang mudah dimengerti dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. (2009). Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: CV Andi Offset. Resmi, Siti. (2009). Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi Kelima, Salemba Empat,

Jakarta

Sihaloho, Cyrus, 2003, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PTRajaGrafindo Persada, Jakarta.

Waluyo, & Ilyas, B. W. (2006). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Peraturan undang- Undang :

Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan Tata Cara

Perpajakan

Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER – 20/PJ/2013 tentang Tata Cara

Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.


(70)

(1)

199 orang yang terdaftar,dan 2013 ada sebanyak 206 orang terdaftar,sampai pada 2014 terdapat 215 orang PKP terdaftar,disini terlihat dari tahun ketahun terdapat kenaikan jumlah orang pribadi yang terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

2. Badan

Berdasarkan tabel diatas, dapat lihat bahwa pada tahun 2010 sebanyak 367 orang yang terdaftar sebagai PKP, di tahun 2011 terdapat 417 orang terdaftar sebagai PKP, selanjutnya 2012 terdapat 493 orang terdaftar sebagai PKP, kemudian di tahun 2013 terdapat 578 orang terdaftar sebagai PKP,dan 2014 terdapat 595 orang terdaftar sebagai PKP. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat terdapat kenaikan .

B. Kendala- kendala yang dihadapi Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang ingin Mendaftarkan Dirinya dalam Hal Perpajakan

1. Rendahnya tingkat pengetahuan Pengusaha Kena Pajak tentang Perpajakan.

2. Sulitnya Pengusaha Kena Pajak dalam memahami Undang- Undang yang sering berubah dalam perpajakan.


(2)

Pengusaha Kena Pajak melakukan pengurusan- pengurusan dalam hal administrasi perpajakan selalu saja memiliki kendala- kendala :

a. Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi surat- surat sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam hal administrasi perpajakan.

b. Pengusaha Kena Pajak menggunakan perantara yang tidak ditunjuk secara sah oleh hukum atau dengan kata lain tidak dilengkapi oleh surat kuasa dari Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan. Kejanggalan inilah yang banyak ditemui dalam hal kepengurusan perpajakan yang mengakibatkan terhambatnya kelancaran tugas- tugas dari aparat perpajakan.

C. Upaya- upaya yang Dilakukan Pemerintah untuk Mengatasi Kendala – kendala yang Dihadapi oleh Pengusaha Kena Pajak

a. Pemerintah telah mencoba menyederhanakan membuat peraturan yang mudah dimengerti oleh Pengusaha.

b. Direktorat Jenderal Pajak secara aktif memberikan pelatihan bagi fiskus agar pengusaha daapat menjalin kerja sama yang baik dengan fiskus.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian- uraian yang telah dibahas dalam laporan tugas akhir ini tentang Tatacara Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Dalam hal Tatacara Pendaftarab dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ini ternyata masih belum berjalan dengan baik, karena kebanyakan masyarakat belum memahami tatacara pendaftaran dan penngukuhan pengusaha kena pajak tersebut.

Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pengetahuan pengusaha tentang perpajakan dan terlalu banyak syarat- syarat yang harus dilengkapi oleh pengusaha kena pajak.

2. Berdasarkan tabel 1 bahwa Pengusaha Kena Pajak yang mendaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat semakin bertambah.


(4)

B. SARAN

Adapun saran yang dapat penulis berikan pada bagian akhir dan sekaligus penutup tulisan ini adalah :

1. Dalam hal mengupayakan peningkatan jumlah Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak sebaiknya dilakukan dengan cara Ekstensifikasi yaitu penambahan wajib pajak atau memperluas objek pajak dengan berbasis pada Undang- Undang Perpajakan dan Intensifikasi yaitu perbaikan dari organisasi itu sendiri untuk itu perlu penambahan tenaga pelaksana agar pelayanan pajak dapat dilaksanakan dengan baik.

2. Untuk mengatasi kurangnya kesadaran Pengusaha Kena Pajak dalam membayar pajak perlu ditingkatkan sosialisasi kepada seluruh pengusaha dan masyarakat dan mengadakan penyuluhan perpajakan serta seminar- seminar tentang perpajakan agar mendukung roda perekonomian demi terciptanya masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan dan cita- cita bangsa dan negara.

3. Memperbanyak buku- buku panduan perpajakan bagi masyarakat yang mudah dimengerti dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. (2009). Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: CV Andi Offset. Resmi, Siti. (2009). Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi Kelima, Salemba Empat,

Jakarta

Sihaloho, Cyrus, 2003, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PTRajaGrafindo Persada, Jakarta.

Waluyo, & Ilyas, B. W. (2006). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Peraturan undang- Undang :

Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan

Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER – 20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.


(6)