c Spirochaeta, yaitu juga merupakan bakteri spiral, tetapi bedanya bakteri ini
memiliki spiri yang bersifat fleksibel mampu melenturkan dan melekukkan tubuhnya sambil bergerak.
2.1.1 Uraian Staphylococcus aureus
Staphylococcus merupakan kokus gram positif, aerobik atau anaerobik fakultatif. Nama ini berasal dari Yunani staphyle yang berarti setandan anggur.
Staphylococcus aureus ditemuka n sebagai flora normal pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka.
Sistematika Staphylococcus aureus Dwidjoseputro, 1988
Divisi : Protophyta
Klas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococcaceae
Marga : Staphylococcus
Jenis : Staphylococcus aureus
Morfologi Staphylococcus aureus
a. Cirri – ciri bakteri Staphylococcus aureus
Sel berbentuk bola dengan diameter rata – rata 0,7 – 1,2 µm tersusun dalam kelompok – kelompok. Pada biakan cair ditemukan dalam bentuk
berpasangan, rantai pendek dan kokus yang tunggal. Kokus muda bersifat gram positif. Bakteri Staphylococcus aureus tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
b. Biakan Bakteri Staphylococcus aureus
Bakteri ini tumbuh baik pada suhu 37°C. Pertumbuhan terbaik dan khas adalah pada suasana aerob, bersifat anaerob fakultatif dan pH optimum untuk
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan adalah 7,4. Bakteri ini berbentuk bulat, cembung, dan mengkilap. Warna khas adalah kuning keemasan.
Uraian Escherichia coli Sistematika Escherchia coli Dwidjoseputro, 1988
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
Marga : Escherichia
Jenis : Escherichia coli
Escherichia coli disebut juga Bacterium coli. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif aerobik atau anaerobik fakultatif, lebarnya 0,4 – 0, 7 µ m,
panjang 1 – 4 µ m yang mempunyai cirri – cirri : batang lurus, bergerak dengan flagel atau tidak bergerak. Escherichia coli tumbuh sangat baik pada temperatur
37°C, tetapi dia dapat tumbuh pada temperature 8 - 46°C Pelczar,1988. Escherichia coli biasanya hidup pada tinja dan terdapat dalam saluran
cerna. Bakteri ini menyebabkan masalah kesehatan pada manusia seperti diare, dan masalah pencernaan lainnya Anonim
c
a. Nutrisi
, 2009.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Semua mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur – unsur dasar tersebut adalah karbon, nitrogen, sulfur,
zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Kekurangan sumber nutrisi ini dapat
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian Gamman, 1992.
b. Temperatur
Bakteri sangat peka terhadap suhu atau temperatur dan daya tahannya tidak sama untuk semua spesies. Bakteri dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukan,diantaranya : a.
Psikrofil, mikroorganisme yang suka dingin dapat tumbuh baik pada suhu di bawah 20°C. kisaran suhu optimumnya adalah 10 - 20°C.
b. Mesofil, mikroorganisme yang suka pada suhu sedang memiliki suhu
pertumbuhan optimal antara 20 - 45°C. c.
Termofil, mikroorganisme yang suka pada suhu tinggi dapat tumbuh baik pada suhu di atas 45°C. Suhu optimumnya antara 50 - 60°C
Gamman, 1992. c.
Waktu Laju pertumbuhan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi
pertumbuhannya. Pada kondisi optimal bakteri memperbanyak diri dengan pembelahan biner setiap 20 menit sekali. Kurva pertumbuhan bakteri merupakan
gambaran pertumbuhan secara bertahap sejak awal hingga terhenti mengadakan kegiatan. Ada 4 fase pertumbuhan bakteri, diantaranya :
Fase Lambat lag phase : Fase yang terjadi antara beberapa jam tergantung pada umur dal sel inokulum, spesies, dan lingkungannya.
Waktu pada fase lag ini dibutuhkan untuk kegiatan metabolisme dalam penyesuaian diri dengan kondisi pertumbuhan dalam lingkungan yang
baru.
Universitas Sumatera Utara
Fase Log Log phase : Setelah beradaptasi terhadap kondisi baru, sel – sel ini akan tumbuh dan membelah diri secara eksponensial sampai jumlah
maksimum yang dapat dibantu oleh kondisi lingkungan yang dicapai Fase Tetap Stationary phase : populasi bakteri jarang dapat tetap
tumbuh secara eksponensial dengan kecepatan tinggi untuk jangka waktu yang lama. Setelah 48 jam, pertumbuhan eksponensial satu sel bakteri
dengan waktu 20 menit akan menghasilkan sebesar 2,2 x 10
31
gr. Pertumbuhan populasi mikroorganisme biasanya dibatasi oleh habisnya
nutrisi yang tersedia, akibatnya kecepatan pertumbuhan menurun dan pertumbuhan akhirnya terhenti dan pada titik ini dikatakan sebagai fase
tetap stationary phase . Komposisi sel – sel pada fase ini berbeda dibandingkan dengan sel – sel saat fase eksponensial dan umumnya lebih
tahan terhadap perubahan panas, dingin maupun radiasi. Fase Menurun death phase : Sel – sel pada fase tetap, akhirnya akan
mati bila tidak di pindahkan ke media segar yang lainnya. Sebagaimana pertumbuhan, kematian sel juga secara eksponensial dan karenannya
dalam bentuk logaritmis, fase menurun atau kematian ini merupakan penurunan secara garis lurus yang digambarkan oleh jumlah sel – sel yang
hidup terhadap waktu. Kecepatan kematian berbeda – beda tergantung dari lingkungan dan spesies mikroorganisme Waluyo, 2004.
d. Oksigen
Oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri dapat dibedakan menjadi 4 kelompok berdasarkan kebutuhan oksigen selama
pertumbuhan,antara lain :
Universitas Sumatera Utara
Aerob yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen di dalam pertumbuhannya.
Anaerob yaitu bakteri yang tidak membutuhkan oksigen di dalam pertumbuhannya, bahkan oksigen ini dapat menjadi racun bagi bakteri
tersebut. Anaerob fakultatif yaitu bakteri yang dapat hidup tumbuh dengan atau
tanpa adanya oksigen. Mikroaerofilik yaitu bakteri yang memerlukan hanya sedikit oksigen
dalam pertumbuhannya. e.
pH Pertumbuhan bakteri juga memerlukan pH tertentu, namun umumnya
bakteri memiliki jarak pH yaitu sekitar pH 6,5 – 7,5 atau pada pH netral Waluyo, 2004.
f. Tekanan Osmosis
Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium yang isotonis terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri ditempatkan dalam suatu larutan hipertonis
terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis yaitu terlepasnya sitoplasma dalam membran sel. Sebaliknya bila bakteri ditempatkan dalam suatu
larutan hipotonis maka dapat menyebabkan pecahnya sel bakteri karena masuknya cairan kedalam sel Dwidjoseputro, 1988.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental. Metode penelitian ini meliputi pengumpulan sampel, pengolahan sampel, karakterisasi
simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak etanol dengan cara maserasi kemudian difraksinasi berturut-turut dengan pelarut n-heksana dan etilasetat, diuji
aktivitas antibakteri secara in vitro dengan metode difusi agar menggunakan pencetak lubang punch hole. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi Fakultas Farmasi dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara.
3.1 Alat-alat