meninggalkan sisa. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada temperatur ± 40°C sampai diperoleh ekstrak kental,
kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40°C selama ± 24 jam.
3.7.2 Pembuatan Fraksi n-Heksana dan Fraksi Etilasetat
Sebanyak 20 g ekstrak etanol ditambahkan 50 ml aquadest lalu ditambahkan 50 ml n-heksana, dikocok dalam corong pisah dan dibiarkan sampai
memisah, kemudian dipisahkan. Selanjutnya difraksinasi kembali dengan pelarut n-heksana hingga diperoleh fraksi n-heksana yang jernih tidak memberikan
reaksi positif dengan penambahan pereaksi Lieberman-Burchard. Kemudian fraksi air ditambahkan 50 ml etilasetat, dikocok dan dibiarkan memisah. Lapisan
etilasetat dipisahkan dan fraksinasi dilanjutkan sampai diperoleh fraksi etilasetat yang jernih tidak memberikan hasil positif dengan penambahan pereaksi FeCl
3
. Kumpulan hasil fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat masing-masing diuapkan
dengan rotary evaporator pada temperatur ± 40°C sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40°C selama ± 24
jam.
3.8 Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri ini, disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkan didalam oven pada
suhu 170°C selama 1-2 jam. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Jarum ose dan pinset dengan lampu bunsen.
Universitas Sumatera Utara
3.9 Pembuatan Media 3.9.1 Pembuatan Media Nutrient Agar NA
Komposisi : Beef extract 3 g
Peptone 5 g
Agar 15 g
Cara Pembuatan : Sebanyak 23 g nutrient agar NA dimasukkan kedalam erlenmeyer
tambahkan air suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut. Kemudian disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit Difco Laboratories, 1977.
3.9.2 Larutan NaCl 0,9
Komposisi : Natrium Klorida 0,9 g
Air suling ad 100 ml
Cara Pembuatan : Natrium klorida ditimbang sebanyak 0,9 g dilarutkan dengan air suling
steril sedikit demi sedikit sampai 100 ml. Kemudian disterilkan di autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
3.9.3 Suspensi Standar Mc.Farland
Komposisi : Larutan barium klorida 1,175 0,05 ml
Larutan asam sulfat 1 9,95 ml
Cara Pembuatan : Kedua larutan dicampurkan dalam tabung reaksi steril, dikocok sampai
homogen dan ditutup. Apabila kekeruhan hasil suspensi bakteri sama dengan kekeruhan suspensi standar berarti konsentrasi bakteri 10
8
CFUml Colony Forming Unitml Vandepitte dkk, 1991.
Universitas Sumatera Utara
3.10 Pembiakan Bakteri 3.10.1 Pembuatan Stok Kultur
3.10.1.1 Bakteri Staphylococcus aureus
Satu koloni bakteri Staphylococcus aureus diambil dengan menggunakan jarum ose steril lalu ditanamkan pada media nutrient agar NA miring dengan
cara menggores, setelah itu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ±1°C selama 18-24 jam Ditjen POM, 1995.
3.10.1.2 Bakteri Escherichia coli
Satu koloni bakteri Escherichia coli diambil dengan menggunakan jarum ose steril lalu ditanamkan pada media nutrient agar NA miring dengan cara
menggores, setelah itu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ±1°C selama 18- 24 jam Ditjen POM, 1995.
3.10.1.3 Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Satu koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa diambil dengan
menggunakan jarum ose steril lalu ditanamkan pada media nutrient agar NA miring dengan cara menggores, setelah itu diinkubasi dalam inkubator pada suhu
35 ±1°C selama 18-24 jam Ditjen POM, 1995.
3.10.2 Pembuatan Inokulum 3.10.2.1 Bakteri Staphylococcus aureus
Stok kultur bakteri Staphylococcus aureus yang telah tumbuh diambil dengan jarum ose steril lalu disuspensikan kedalam tabung yang berisi 10 ml
larutan NaCl 0,9 diinkubasi selama ±1 jam sampai didapat kekeruhan suspensi bakteri yang sama dengan kekeruhan standar Mc.Farland, ini berarti konsentrasi
suspensi bakteri adalah 10
8
CFUml. Setelah itu dilakukan pengenceran dengan
Universitas Sumatera Utara
memipet 0,1 ml biakan bakteri 10
8
CFUml, dimasukkan kedalam tabung steril yang berisi larutan NaCl 0,9 sebanyak 9,9 ml dan dikocok homogen. Maka
diperoleh suspensi bakteri dengan konsentrasi 10
6
CFUml Ditjen POM, 1995.
3.10.2.2 Bakteri Escherichia coli
Stok kultur bakteri Escherichia coli yang telah tumbuh diambil dengan jarum ose steril lalu disuspensikan kedalam tabung yang berisi 10 ml larutan NaCl
0,9 diinkubasi selama ±1 jam sampai didapat kekeruhan suspensi bakteri yang sama dengan kekeruhan standar Mc.Farland, ini berarti konsentrasi suspensi
bakteri adalah 10
8
CFUml. Setelah itu dilakukan pengenceran dengan memipet 0,1 ml biakan bakteri 10
8
CFUml, dimasukkan kedalam tabung steril yang berisi larutan NaCl 0,9 sebanyak 9,9 ml dan dikocok homogen. Maka diperoleh
suspensi bakteri dengan konsentrasi 10
6
CFUml Ditjen POM, 1995.
3.10.2.3 Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Stok kultur bakteri Pseudomonas aeruginosa yang telah tumbuh diambil dengan jarum ose steril lalu disuspensikan kedalam tabung yang berisi 10 ml
larutan NaCl 0,9 diinkubasi selama ±1 jam sampai didapat kekeruhan suspensi bakteri yang sama dengan kekeruhan standar Mc.Farland, ini berarti konsentrasi
suspensi bakteri adalah 10
8
CFUml. Setelah itu dilakukan pengenceran dengan memipet 0,1 ml biakan bakteri 10
8
CFUml, dimasukkan kedalam tabung steril yang berisi larutan NaCl 0,9 sebanyak 9,9 ml dan dikocok homogen. Maka
diperoleh suspensi bakteri dengan konsentrasi 10
6
CFUml Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara
3.11 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana dan Etilasetat Dengan Berbagai Konsentrasi
1. Ditimbang sebanyak 5 g ekstrak etanol daun sidaguri dilarutkan dengan
etanol 96 cukupkan hingga 10 ml. Konsentrasi ekstrak etanol adalah 500 mgml. kemudian dibuat pengenceran sampai diperoleh ekstrak etanol
dengan konsentrasi 400 mgml, 300 mgml, 200 mgml, 100 mgml, 90 mgml, 80 mgml, 70 mgml, 60 mgml, 50 mgml, 40 mgml, 30 mgml
dan 20 mgml. 2.
Terhadap fraksi n-heksana dan etilasetat dibuat prosedur yang sama dengan ekstrak etanol, dengan menimbang masing-masing fraksi sebanyak
5 g dan konsentrasi fraksi dilakukan sama dengan konsentrasi ekstrak etanol.
3.12 Pengujian Efek Antibakteri secara In vitro
Media agar steril dicairkan dan ditunggu hingga suhu mencapai ± 45°C. Suspensi bakteri sebanyak 0,1 ml yang telah diukur kekeruhannya kemudian
dimasukkan kedalam cawan petri steril. Kemudian dicampurkan dengan media agar, homogenkan campuran dan dibiarkan memadat. Media dilubangi dengan
pencetak lubang punch hole, lalu dimasukkan ekstrak kedalam lubang dengan berbagai variasi konsentrasi, inkubasi pada suhu 35-37°C selama 18-24 jam. Hasil
pengukuran uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan etilasetat daun sidaguri dapat diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Percobaan ini dilakukan tiga kali Hasil pengukuran hambatan dapat dilihat pada lampiran 9-11 halaman 39-41.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan LIPI Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah
Sida rhombifolia L. suku Malvaceae. Hasil pemeriksaan makroskopik serbuk simplisia daun sidaguri berwarna
hijau kecoklatan, tidak berbau, rasa agak kelat. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia memperlihatkan adanya rambut penutup bentuk bintang,
epidermis dengan stomata, sel parenkim berisi kristal kalsium oksalat, mesofil dengan kristal kalsium oksalat, dan serabut sklerenkim. Hasil pemeriksaan
karakterisasi dari serbuk simplisia daun sidaguri dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Sidaguri No
Parameter Hasil
MMI, 1995
1 Kadar air
7,32 Tidak lebih dari 10
2 Kadar sari larut dalam air
10,75 Tidak kurang dari 7
3 Kadar sari larut dalam etanol
5,26 Tidak kurang dari 3,5
4 Kadar Abu total
6,99 Tidak lebih dari 8
5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam
0,84 Tidak lebih dari 1
Tujuan dilakukan pemeriksaan karakterisasi pada simplisia untuk memenuhi syarat simplisia. Kadar yang diperoleh dari hasil karakterisasi simplisia
tersebut memenuhi syarat sesuai dengan standar Materia Medika Indonesia MMI edisi VI, sehingga simplisia dapat digunakan sebagai bahan penelitian.
Hasil penyarian 500 g serbuk daun Sidaguri dilakukan dengan metode maserasi dan ekstrak kental yang diperoleh adalah 76,253 g. Kemudian dilakukan
Universitas Sumatera Utara
fraksinasi n-heksana dan etilasetat dengan 20 g ekstrak etanol, maka diperoleh ekstrak n-heksana sebanyak 18,685 g, ekstrak etil asetat sebanyak 18,268 g.
Skrining fitokimia serbuk simplisia, ekstrak etanol, ekstrak etilasetat, dan ekstrak n-heksana daun sidaguri dilakukan untuk mengetahui senyawa kimia yang
terdapat pada simplisia tersebut.
Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia, Ekstrak Etanol, Etilasetat,
dan n-Heksana Daun Sidaguri
No Parameter
Daun Sidaguri Serbuk
Simplisia Ekstrak
Etanol Etilasetat n-Heksana
1 Alkaloida
+ +
+ _
2 Flavonoida
+ +
+ _
3 Saponin
+ +
_ _
4 Tannin
+ +
+ _
5 Glikosida
_ _
_ _
6 Antrakinon
_ _
_ _
7 Steroida
Triterpenoida _
_ _
+ Keterangan : + : memberikan hasil; - : tidak memberikan hasil
Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan fraksi etilasetat dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,
Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak akan menghasilkan diameter daerah hambat yang semakin besar. Hal ini
dapat disebabkan semakin banyaknya zat aktif yang terkandung dalam ekstrak maupun fraksi tersebut. Sedangkan pada fraksi n-heksana tidak menunjukkan
aktivitas antibakteri terhadap ketiga bakteri. Hal ini disebabkan karena senyawa nonpolar yaitu steroidtriterpenoid yang tertarik dengan pelarut n-heksana tidak
dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Hasil Diameter Daerah Hambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa Pada Ekstrak Etanol dan Fraksi Etilasetat
Konsentrasi mgml
Diameter daerah hambat pertumbuhan bakteri mm Staphylococcus
aureus Escherichia coli
Pseudomonas aeruginosa
Ekstrak etanol
Fraksi etilasetat
Ekstrak Etanol
Fraksi etilasetat
Ekstrak etanol
Fraksi etilasetat
500 20,99
29,20 23,84
22,12 29,04
27,12 400
19,96 27,79
22,95 20,72
26,95 26,14
300 18,88
26,07 21,07
19,62 24,97
24,65 200
18,16 24,51
19,99 18,46
23,99 23,67
100 16,89
22,08 18,87
17,35 22,02
22,34 90
16,03 20,56
17,95 16,08
18,94 21,25
80 14,88
17,46 16,77
14,84 16,84
19,83 70
13,95 15,33
15,66 13,38
15,65 18,65
60 12,71
13,34 14,85
11,38 12,65
17,72 50
- 12,22
13,26 -
10,14 15,59
40 -
10,06 11,10
- -
- 30
- -
- -
- -
20 -
- -
- -
- Blanko
- -
- -
- -
Keterangan : = hasil rata-rata tiga kali pengujian ; - = tidak ada hambatan
Pada tabel 3 diatas pengujian ekstrak etanol dan fraksi etilasetat dapat memberikan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri yang memuaskan.
Menurut Ditjen POM 1995, diameter daerah hambat antibakteri yang paling efektif terhadap uji antibakteri adalah 14 sampai 16 mm. Hasil uji aktivitas
antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 80 mgml dengan diameter
daerah hambat sebesar 14,88 mm. Bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 60 mgml dengan diameter daerah hambat sebesar 14,85 mm dan bakteri
Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 70 mgml dengan diameter daerah hambat sebesar 15,65 mm. Sedangkan pada fraksi etilasetat dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 70 mgml dengan diameter daerah hambat sebesar 15,33 mm. Bakteri Escherichia coli pada
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi 80 mgml dengan diameter daerah hambat sebesar 14,84 mm dan bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 50 mgml dengan diameter
daerah hambat sebesar 15,59 mm. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fraksi etilasetat daun sidagur i Sida
rhombifolia L. dalam menghambat pertumbuhan bakteri gram positif Staphylococcus aureus lebih baik bila dibandingkan dengan bakteri gram negatif
yaitu Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan pada ekstrak etanol daun sidaguri Sida rhombifolia L. dalam menghambat pertumbuhan
bakteri gram negatif yaitu Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa lebih baik bila dibandingkan bakteri gram positif Staphylococcus aureus. Perbedaan
kepekaan ini disebabkan adanya perbedaan dalam struktur sel, dimana dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks bila dibandingkan terhadap bakteri gram
positif Pelczar, 1986. Konsentrasi hambat minimum KHM ekstrak etanol dan fraksi etilsetat
terhadap ketiga bakteri berbeda-beda. Dimana ekstrak etanol pada bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 40 mgml dengan diameter daerah hambat
sebesar 11,10 mm, bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 50 mgml dengan diameter daerah hambat sebesar 10,14 mm dan bakteri Staphylococcus
aureus pada konsentrasi 60 mgml dengan diameter daerah hambat sebesar 12,71mm. Sedangkan fraksi etilasetat pada bakteri Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 60 mgml dengan diameter daerah hambat sebesar 11,38 mm, bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 50 mgml dengan diameter daerah
hambat sebesar 15,59 mm dan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 40 mgml dengan diameter daerah hambat sebesar 10,06 mm.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh dapat dikatakan bahwa daun sidaguri Sida rhombifolia L. mempunyai kemampuan sebagai antibakteri
terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Hal ini dikarenakan dalam daun sidaguri Sida rhombifolia L.
mengandung senyawa fenol seperti tanin, flavonoida yang mempunyai aktivitas antibakteri Robinson, 1995.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan