1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penumpukan sampah yang disebabkan oleh bertambahnya populasi manusia semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.Limbah atau
sampah merupakan material sisa yang tidak di inginkan setelah berakhirnya suatu proses atau kegiatan Wardana, 2007. Terdapat dua jenis sampah yaitu sampah
organik dan anorganik. Sampah menjadi masalah yang sangat penting di bidang kesehatan karena sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat membawa dampak
buruk pada kondisi kesehatan manusia dan juga lingkungan sekitar. Tumpukan sampah yang dibiarkan akan mendatangkan banyak penyakit yang berasal dari
serangga atau hewan yang hidup di dalam sampah tersebut. Ditengah kepadatan penduduk dan banyaknya aktifitas masyarakat yang
menghasilkan sampah, penanganan yang dilakukan terhadap sampah masih kurang maksimal. Sampah yang tidak mendapatkan penanganan serius dapat mengakibatkan
pencemaran , baik polusi udara, air maupun tanah yang akan berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Bersih atau kotornya lingkungan sangat dipengaruhi oleh
manusia yang berada di lingkungan itu Dwiyatmo, 2007. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukannya penelitian yang
dapat merubah sampah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Salah satunya yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan sampah khususnya sampah organik yang dapat
di olah menjadi bahan baku pupuk kompos sehingga dapat mengurangi pembuangan sampah dan dapat membantu penyediaan pupuk untuk petani. Sebenarnya
permasalahan sampah bisa dikurangi jika penanganannya dimulai dari rumah ke rumah dengan cara mengolahnya menjadi kompos.
Sampah organik yang dikomposkan dan digunakan pada lahan pertanian perlu adanya pengawasan dan pengaturan tertentu. Namun apabila kompos tersebut
diproduksi dan diedarkan secara luas untuk dijual, maka diperlukan suatu regulasi agar kompos yang diperjualbelikan tersebut memenuhi standar mutu yang dapat
diterima. Upaya perlindungan terhadap petani perlu dilaksanakan melalui uji kualitas pupuk organik di laboratorium. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
pemalsuan pupuk serta menjamin mutu pupuk sesuai dengan Standar Nasional Indonesia Tantri P.T.N dkk, 2016.
Salah satu tempat yang banyak menghasilkan sampah khususnya sampah organik adalah pasar, dan salah satu pasar penyumbang sampah organik yang juga
berada di daerah pertanian sayur-sayuran adalah pasar sayur Baturiti yang terletak di desa Baturiti, kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan. Pasar sayur Baturiti
merupakan pasar yang baru-baru ini diresmikan oleh pemerintah setempat sebagai pasar sayur khusus di Baturiti.
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada sekretariat Dinas Kebersihan dan Pertamanan DKP Kabupaten Tabanan, diperkirakan volume sampah yang
dihasilkan oleh pasar sayur Baturiti ini selama sebulan mencapai 30m
3
. Sampah yang dihasilkan oleh pasar sayur Baturiti ini di tampung oleh satu Tempat Pembuangan
Sementara TPS yang memiliki volume tampung 6m
3
, dan sampah ini di angkut 6 hari sekali oleh petugas DKP Kabupaten Tabanan. Pengangkutan dilakukan oleh
petugas DKP Kabupaten Tabanan dan sampah dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir TPA Kerambitan, Tabanan yang memiliki jarak yang lumayan jauh dari
Pasar Sayur Baturiti.
Permasalahan mengenai banyaknya produksi sampah yang dihasilkan di Pasar Sayur Baturiti dan juga jarak dengan TPA yang sangat jauh menjadi
permasalahan yang perlu dipertimbangkan. Adanya pengolahan sampah sayur di Pasar Sayur Baturiti untuk dijadikan pupuk kompos menjadi solusi yang dapat
digunakan untuk dapat mengatasi permasalahan mengenai penumpukan sampah yang ada di Pasar Sayur Baturiti dan juga dapat mengurangi umur pemakaian TPA karena
volume sampah yang dibuang ke TPA dapat dikurangi. Pengelolaan sampah yang hanya mengandalkan proses kumpul, angkut lalu buang masih menyisakan masalah
yaitu pada keterbatasan pengadaan lahan untuk TPA Mulyati, Dewi Shofi dkk, 2011.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mr. Koji Takakura yang merupakan peniliti dari Jepang. Pada awalnya Mr. Takakura melakukan
penelitian di Surabaya untuk mencari sistem pengolahan sampah organik yang cocok selama kurang lebih setahun. Proses pengomposan dengan keranjang takakura
merupakan proses pengomposan aerob, dimana udara dibutuhkan sebagai asupan penting dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang menguraikan sampah
menjadi kompos Kurniati W, 2013. Dengan volume sampah yang dihasilkan oleh pasar sayur Baturiti yang
lumayan banyak dan 95 dari sampah yang dihasilkan adalah sampah organik akan sangat memungkinkan untuk di lakukan pengelolaan sampah tersebut untuk dapat di
jadikan pupuk kompos sekaligus dapat membantu petani sayur di daerah tersebut didalam pemenuhan kebutuhan pupuk untuk tanaman mereka. Ada banyak metode
yang dapat dilakukan dalam pengolahan sampah sayur untuk dijadikan pupuk kompos salah satunya adalah pegomposan dengan keranjang takakura. Teknik
pengomposan keranjang takakura telah banyak digunakan oleh rumah tangga di
berbagai kota-kota besar di Indonesia Rezagama, 2015.Namun sebelum pupuk kompos hasil olahan sampah sayur ini dipergunakan ada baiknya agar pupuk kompos
ini di uji kandungannya dan di bandingkan dengan standar persyaratan teknis minimal pupuk organic padat menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomer 70 tahun
2011 yang ada. Ada beberapa parameter yang diuji untuk mengetahui kualitas pupuk kompos yang dihasilkan.
1.2 Rumusan Masalah