Konvensi ENMOD 1976 Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertanggungjawaban Atas Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Perang Berdasarkan Perspektif Hukum Humaniter Internasional T1 312012075 BAB II

17

2.3.1. HHI Tertulis

a. Konvensi ENMOD 1976

The 1976 Convention on the Prohibition of Military or Any Other Hostile Use of Environmental Modification Techniques Berkaca dari Perang Vietnam yang melibatkan Amerika Serikat sebagai salah satu pihak bertikai yang telah menerapkan teknik mengubah lingkungan sebagai salah satu senjata perang, 7 tahun 1976 negara-negara menyetujui sebuah konvensi untuk melindungi lingkungan hidup selama perang, yakni Convention on the Prohibition of Military or Any Other Hostile Use of Environmental Modification Techniques selanjutnya disebut Konvensi ENMOD. 8 Konvensi ENMOD merupakan salah satu instrumen penting HHI yang dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup, dengan melarang modifikasi lingkungan hidup sebagai senjata dalam perang. Negara-negara pihak dalam Konvensi ENMOD menyetujui untuk tidak terlibat dalam modifikasi lingkungan dan menjadikannya sebagai senjata dalam peperangan, yang secar a eksplisit disebutkan dalam Pasal 1 ayat 1 “... not to engage in military or any other hostile use of environmental modification techniques having widespread, long-lasting, or severe effects as the means of destruction, damage or injury to any other State Party .” Kesanggupan negara- negara pihak untuk tidak terlibat, tidak mempersoalkan apakah penggunaan modifikasi lingkungan sebagai senjata ditujukan untuk menyerang atau 7 Liesbeth Lijnzaad and Gerard J. Tanja, “Protection of the Environment in Times of Armed Conflict: The Iraq-Kuwait War ”, 40 NILR 169, 1993, h.186. 8 Konvensi ENMOD diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB pada tahun 1976 dan ditanda-tangani pada 1977. 18 mempertahankan diri, namun selama dalam konteks militer atau persengketaan, 9 maka hal tersebut tidak boleh dilakukan. Berkaitan dengan frasa “modifikasi lingkungan” environmental modification, telah dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 2 Konvensi ENMOD, bahwa: “... refers to any technique for changing – through the deliberate manipulation of natural processess – the dynamics, composition or structure of the Earth, including its biota, lithosphere, hydrosphere, and atmoshpere, or of outer space .” Pemahaman mengenai ketentuan Pasal 2 terlampir dalam Konvensi ENMOD yang menyebutkan dengan menerapkan teknik modifikasi lingkungan, maka dapat menciptakan beberapa fenomena alam, diantaranya: gempa bumi; tsunami; ketidakseimbangan ekologi dalam suatu wilayah; perubahan pola cuaca awan, curah hujan, berbagai jenis angin topan dan badai tornado; perubahan pola iklim, perubahan arus laut, perubahan lapisan ozon, dan perubahan di bagian ionosfer. 10 Lebih lanjut unsur-unsur dalam Pasal 1 dan 2 Konvensi ENMOD mengharuskan dampak yang dihasilkan oleh modifikasi lingkungan adalah meluas widespread, jangka panjang long-lasting, atau dahsyat severe. Ketiga tolak ukur yang digunakan tersebut mengindikasikan bahwa Pasal 1 ayat 1 Konvensi ENMOD menetapkan ambang batas alternatif “atau”, bukan kumulatif “dan”. Definisi mengenai sejauh mana kriteria durasi waktu, batas dan tingkat keparahan, 9 “Military” and “Hostile” bukanlah dua istilah dengan pengertian yang sama atau tumpang tindih. Lihat C.R.Wunsch, The Environmental Modification Treaty, ASILS International Law Jurnal, Vol.4, 1980, h.126. 10 Yoram Dinstein, The Conduct of Hostilities under the Law of International Armed Conflict, Cambridge University Press, United Kingdom, 2004, h.178 Selanjutnya disingkat Yoram Dinstein I mengutip dari Konvensi ENMOD, Laws of Armed Conflict, 1976, h.163-164. 19 dapat ditemukan dalam bagian Penjelasan Konvensi ENMOD the Understandings 11 , sebagai berikut: i. meluas widespread: meliputi area yang luasnya beberapa ratus kilometer persegi; ii. jangka panjang long-lasting: berlangsung selama periode bulan atau sekitar satu musim; iii. dahsyat severe: melibatkan gangguan serius atau signifikan atau berbahaya terhadap kehidupan manusia, sumber daya alam dan ekonomi, atau aset lainnya. Pasal 1 ayat 1 Konvensi ENMOD juga mensyaratkan bahwa teknik modifikasi lingkungan harus digunakan sebagai senjata yang dapat menghancurkan destruction, merusak damage, atau melukai injury. Berkaitan dengan ketentuan ini, Yoram Dinstein berpendapat bahwa ada 3 tiga hal penting yang harus digarisbawahi dalam unsur ini, yakni: 12 1 Tidak semua penggunaan teknik modifikasi lingkungan dalam status militer atau sengketa harus selalu membawa kehancuran, kerusakan, atau cedera. Sebagai contoh, teknik modifikasi lingkungan yang menerapkan penyebaran kabut di atas area militer lawan sama sekali tidak berbahaya, terutama bagi lingkungan hidup. 11 The Understandings bukanlah bagian dari Konvensi ENMOD, tetapi relevan dan penting dalam melakukan interpretasi terhadap Pasal I, II, III, dan VIII. Penjelasan di dalamnya dimasukkan dalam Laporan yang disiapkan oleh Komite Konferensi. Lihat, Yoram Dinstein I, Ibid., h.190. 12 Yoram Distein I, Ibid., h.180. 20 2 Lingkungan bukanlah satu-satunya korban pasti dari teknik modifikasi lingkungan yang dapat membawa kehancuran, kerusakan atau cedera. 3 Kehancuran, kerusakan atau cedera adalah hasil yang secara sengaja dilakukan dengan manipulasi terhadap proses alami. Hasilnya tersebut mungkin jauh melampaui yang dimaksudkan oleh negara yang bertindak, namun selama hal tersebut adalah tindakan yang sengaja, apapun hasilnya negara yang bertindaklah yang bertanggung jawab atasnya. Unsur penting terakhir untuk menilai apakah sebuah tindakan dapat digolongkan sebagai modifikasi lingkungan hidup yang dapat dipertanggungjawabkan dengan dasar Konvensi ENMOD, Pasal 1 ayat 1 Konvensi ENMOD secara jelas menyebutkan bahwa: kehancuran, kerusakan, atau cedera harus ditujukan kepada negara pihak lain to any other state party yang juga menjadi bagian dari konvensi, terlepas dari kedudukannya apakah sebagai pihak yang bertikai atau sebagai negara netral. Hal ini dilakukan untuk mendorong negara-negara melakukan ratifikasi terhadap konvensi. Alasan untuk mendorong ratifikasi konvensi kemudian menerapkan 3 tiga pengecualian mengenai keberlakukan konvensi ENMOD, diantaranya: 13 pertama apabila kerusakan tersebut terjadi pada teritorial negara yang melancarkan serangan negara yang melakukan teknik modifikasi lingkungan sehingga korbannya berasal dari negara tersebut; yang kedua, kerusakan tersebut terjadi di teritorial negara yang bukan menjadi pihak dalam Konvensi ENMOD; dan yang ketiga, 13 Yoram Distein I, Op.Cit., h.180-181. 21 kerusakan tersebut melanda teritorial di luar yuridiksi semua negara, seperti laut lepas, terkecuali jika kerusakan berdampak terhadap kapal milik negara yang menjadi pihak dalam konvensi. Pasal 1 ayat 2 Konv ensi ENMOD menambahkan bahwa: “each State Party to this Convention undertakes not to assist, encourage, or induce any State, group of States or international organiza-tion to engage in activities contrary to the provisions of paragraph 1 of this article .” Ketentuan ini menegaskan bahwa para pihak dalam Konvensi ENMOD tidak hanya memperjanjikan untuk tidak akan terlibat sebagai negara yang bertindak, tetapi juga untuk tidak membantu, mendorong, atau membujuk negara lain dalam hal menjadikan lingkungan sebagai senjata dalam perang, melalui modifikasi atau manipulasi proses alam.

b. Protokol Tambahan I Tahun 1977 Protocol Addition to the Geneva

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertanggungjawaban Atas Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Perang Berdasarkan Perspektif Hukum Humaniter Internasional T1 312012075 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertanggungjawaban Atas Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Perang Berdasarkan Perspektif Hukum Humaniter Internasional T1 312012075 BAB IV

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertanggungjawaban Atas Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Perang Berdasarkan Perspektif Hukum Humaniter Internasional

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jaminan Deposito Atas Kredit Berdokumen dalam Perdagangan Internasional T1 312009015 BAB II

0 1 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perspektif Hukum Nasional Indonesia dan Hukum Internasional Mengenai Kebebasan Beragama T1 312008032 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perspektif Hukum Nasional Indonesia dan Hukum Internasional Mengenai Kebebasan Beragama T1 312008032 BAB II

0 0 44

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perspektif Hukum Nasional Indonesia dan Hukum Internasional Mengenai Kebebasan Beragama T1 312008032 BAB IV

0 0 4

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Perceraian Perkawinan WNA yang Dilangsungkan di Luar Negeri Berdasarkan Hukum Perdata Internasional di Indonesia T1 BAB II

0 0 28

BAB II KEJAHATAN PERANG DAN PENGATURANNYA DALAM HUKUM HUMANITER - PENEMBAKAN PESAWAT MH-17 DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 31

BAB III PENEGAKAN HUKUM ATAS KEJAHATAN PERANG 3.1 Tanggung Jawab atas Kejahatan Perang 3.1.1 Pertanggungjawaban negara - PENEMBAKAN PESAWAT MH-17 DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 21