“Apabila suami istri melakukan hubungan badan pada waktu siang hari, maka bagi keduanya diharuskan membayar kifarat untuk menebus dosa
yang telah dilakukan, kifater yang di bayar berupa membebaskan budak, apabila tidak mampu maka meberi makan kepada fakir miskin sebanyak 60
orang, apabila tidak mampu maka berpuasalah selama dua bulan berturut- turut”.
Dengan hadits di atas, maka jelaslah kiranya budak harus diberi kesempatan untuk menebus kemerdekaannya dengan upah yang diperoleh,
budak juga diberlakukan dengan baik sebagaimana manusia lainnya. Dalam agama Islam, sistem perbudakan diterima sebagai sesuatu kenyataan yang ada
dalam masyarakat dan hanya dapat diterima untuk sementara. Ajaran mengenai perlakuan baik dan pembebasan budak membawa penghapusan
sistim perbudakan dalam Islam.
2. Ajaran Tentang Akhirat
Dalam bukunya The Spirit of Islam di cetak untuk pertama kali di tahun 1891, Sayyid Amir Ali menjelaskan tentang akhirat, bahwa bangsa
yang pertama kali menimbulkan kepercayaan pada kehidupan akhirat adalah bangsa Mesir. Agama Yahudi pada mulanya tidak mengakui adanya hidup
selain hidup di dunia, namun dengan adanya pekembangan dalam ajaran- ajaran Yahudi yang timbul kemudian baru dijumpai adanya hidup yang
kedua. Agama-agama yang datang sebelum Islam pada umumnya menggambarkan bahwa di hidup kedua itu manusia akan memperoleh upah
dan balasan dalam bentuk jasmani dan bukan dalam bentuk rohani.
128
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa ajaran mengenai akhirat itu amat besar arti dan pengaruhnya dalam mendorong manusia untuk berbuat baik
dan menjauhi perbuatan jahat. Lebih lanjut lagi ajaran ini membawa kepada peningkatan moral golongan awam, apabila ganjaran dan balasan di akhirat
digambarkan dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh panca indera.
128
Harun Nasution, hlm 148.
Sayyid Amir Ali berpendapat, bahwa gagasan hidup akherat itu merupakan fenomena umum manusia. Bangsa yang pertama sekali
menimbulkan kepercayaan pada hidup akherat adalah bangsa Mesir. Setelah itu disusul oleh bangsa Yahudi. Demikian seterusnya hingga Islam. Gagasan
utama dan terkemuka dalam Islam mengenai hidup dan kehidupan di akherat ini berdasarkan kepercayaan bahwa dalam hidup sesudah mati, tiap makhluk
hidup harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia, dan bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan setiap orang akan tergantung kepada caranya
ia melaksanakan perintah Penciptanya. Selanjutnya tentang bentuk balasan yang akan diterima di akherat
terdapat perbedaan pendapat, apakah dalam bentuk jasmani atau rohani. Namun, menurut Ameer Ali hal itu tidak terlalu pokok. Agama-agama yang
datang sebelum Islam pada umumnya menggambarkan bahwa pada hidup kedua itu manusia akan memperoleh upah dan balasan dalam bentuk jasmani.
Sementara Amir Ali sendiri cenderung berpendapat bahwa balasan nanti dalam bentuk rohani atau immateri. Pendapatnya ini dikuatkan dengan alasan
ayat dan hadits. Pendapat Amir Ali ini sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh para filosof dan sufi. Kalau ternyata dalam alquran
mengandung ayat-ayat yang membe-rikan gambaran balasan jasmani, maka itu semata-mata ditujukan kepada masyarakat awam yang mempunyai tingkat
pemikiran yang sederhana. Amir Ali kemudian menjelaskan bahwa ajaran tentang akherat ini
memiliki manfaat yang besar, yaitu menanamkan prinsip tanggung jawab bagi manusia sehingga mendorong mereka untuk selalu berbuat baik dan
menghindari perbuatan jahat. Lebih jauh lagi ajaran ini membawa kepada peningkatan moral masyarakat.
3. Perbudakan