Ajaran Tentang Akhirat TESIS SITI HARDIANTI JURUSAN PEMIKIRAN ISLAM

“Apabila suami istri melakukan hubungan badan pada waktu siang hari, maka bagi keduanya diharuskan membayar kifarat untuk menebus dosa yang telah dilakukan, kifater yang di bayar berupa membebaskan budak, apabila tidak mampu maka meberi makan kepada fakir miskin sebanyak 60 orang, apabila tidak mampu maka berpuasalah selama dua bulan berturut- turut”. Dengan hadits di atas, maka jelaslah kiranya budak harus diberi kesempatan untuk menebus kemerdekaannya dengan upah yang diperoleh, budak juga diberlakukan dengan baik sebagaimana manusia lainnya. Dalam agama Islam, sistem perbudakan diterima sebagai sesuatu kenyataan yang ada dalam masyarakat dan hanya dapat diterima untuk sementara. Ajaran mengenai perlakuan baik dan pembebasan budak membawa penghapusan sistim perbudakan dalam Islam.

2. Ajaran Tentang Akhirat

Dalam bukunya The Spirit of Islam di cetak untuk pertama kali di tahun 1891, Sayyid Amir Ali menjelaskan tentang akhirat, bahwa bangsa yang pertama kali menimbulkan kepercayaan pada kehidupan akhirat adalah bangsa Mesir. Agama Yahudi pada mulanya tidak mengakui adanya hidup selain hidup di dunia, namun dengan adanya pekembangan dalam ajaran- ajaran Yahudi yang timbul kemudian baru dijumpai adanya hidup yang kedua. Agama-agama yang datang sebelum Islam pada umumnya menggambarkan bahwa di hidup kedua itu manusia akan memperoleh upah dan balasan dalam bentuk jasmani dan bukan dalam bentuk rohani. 128 Selanjutnya ia menjelaskan bahwa ajaran mengenai akhirat itu amat besar arti dan pengaruhnya dalam mendorong manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat. Lebih lanjut lagi ajaran ini membawa kepada peningkatan moral golongan awam, apabila ganjaran dan balasan di akhirat digambarkan dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh panca indera. 128 Harun Nasution, hlm 148. Sayyid Amir Ali berpendapat, bahwa gagasan hidup akherat itu merupakan fenomena umum manusia. Bangsa yang pertama sekali menimbulkan kepercayaan pada hidup akherat adalah bangsa Mesir. Setelah itu disusul oleh bangsa Yahudi. Demikian seterusnya hingga Islam. Gagasan utama dan terkemuka dalam Islam mengenai hidup dan kehidupan di akherat ini berdasarkan kepercayaan bahwa dalam hidup sesudah mati, tiap makhluk hidup harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia, dan bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan setiap orang akan tergantung kepada caranya ia melaksanakan perintah Penciptanya. Selanjutnya tentang bentuk balasan yang akan diterima di akherat terdapat perbedaan pendapat, apakah dalam bentuk jasmani atau rohani. Namun, menurut Ameer Ali hal itu tidak terlalu pokok. Agama-agama yang datang sebelum Islam pada umumnya menggambarkan bahwa pada hidup kedua itu manusia akan memperoleh upah dan balasan dalam bentuk jasmani. Sementara Amir Ali sendiri cenderung berpendapat bahwa balasan nanti dalam bentuk rohani atau immateri. Pendapatnya ini dikuatkan dengan alasan ayat dan hadits. Pendapat Amir Ali ini sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh para filosof dan sufi. Kalau ternyata dalam alquran mengandung ayat-ayat yang membe-rikan gambaran balasan jasmani, maka itu semata-mata ditujukan kepada masyarakat awam yang mempunyai tingkat pemikiran yang sederhana. Amir Ali kemudian menjelaskan bahwa ajaran tentang akherat ini memiliki manfaat yang besar, yaitu menanamkan prinsip tanggung jawab bagi manusia sehingga mendorong mereka untuk selalu berbuat baik dan menghindari perbuatan jahat. Lebih jauh lagi ajaran ini membawa kepada peningkatan moral masyarakat.

3. Perbudakan