tertutup dan oleh karena itumengadakan ijtihad tidak boleh lagi, bahkan meruapakan dosa. Orang harus tunduk kepada pendapat ulama abad ke-9
Masehi, yang tidak dapat mengetahui kebutuhan abad ke-20. Perubahan kondisi yang dibawa perubahan zaman tidak dipentingkan. Pendapat ulama
yang disusun pada beberapa abad yang lalu diyakini masih dapat dipakai untuk zaman modern sekarang.
Kemajuan ilmu pengetahuan ini dapat dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka kuat berpegang pada ajaran nabi Muhammad dan
berusaha keras untuk melaksanakannya. Eropa di waktu yang bersamaan masih dalam kemunduran intelektual. Kebebasan berpikir belum ada.
Islamlah yang pertama membuka pintu bagi berpikir. Dan inilah membuat umat Islam menjadi promotor ilmu pengetahuan dan peradaban. Ilmu
pengetahuan dan peradaban tidak bisa dipisahkan dari kebebasan berpikir. Setelah kebebasan berpikir menjadi kabur di kalangan umat Islam, mereka
menjadi ketinggalan dalam perlombaan menuju kemajuan.
5. Konsepsi tentang Free Will and Free Act
Dalam uraiannya mengenai pemikiran dan falsafat dalam Islam, Sayyid Amir Ali menjelaskan bahwa jiwa yang terdapat dalam al-
Qur‘an bukanlah jiwa fatalisme, tetapi jiwa kebebasan manusia dalam berbuat. Jiwa
manusia bertanggung jawab atas perbuatannya.
130
Nabi Muhammad, demikian ia menulis lebih lanjut, berkeyakinan bahwa manusia mempunyai
kebebasan dalam menentukan kemauan. Apa yang hendak ditegaskan pemimpin ini sebenarnya ialah bahwa Islam bukan dijiwai oleh paham qada‘
dan qadar atau jabariah, tetapi oleh paham Qadariah, yaitu paham kebebasan
manusia dalam kehendak dan perbuatan free will and free act. Paham qadariah
selanjutnya yang menimbulkan rasionalisme dalam Islam. Paham qadariah
dan rasionalisme, kedua inilah pula yang menimbulkan peradaban Islam zaman klasik.
131
130
Harun nasution, hlm. 108.
131
Ahmad Amin, Islam dari Masa Ke Masa Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1955, hlm. 234.
6. Konsep Ketuhanan
Di kalangan orang Arab penyem-bah berhala, pengertian tentang ketuhanan berbeda-beda menurut orang seorang atau suku. Sebagian orang
mempunyai keyakinan dan kepercayan untuk memuja terhadap segumpal adonan roti, sebuah tongkat atau batu.
132
Penduduk liar gurun pasir tidak membutakan mata terhadap kemungkinan adanya sesuatu kekua-saan yang
tidak kelihatan yang menghalau angin bertiup di atas padang-padang luas atau yang mem-bentuk pemandangan-pemandangan indah yang muncul di depan
mata musafir.
133
Di samping itu, sebagian orang Yahudi belum pernah meninggalkan sama sekali terhadap pemujaan kepada terafim, semacam dewa-dewa keluarga
yang dibuat manusia dan diminta pertimbangannya terhadap masalah yang terkait dengan segala kesempatan atau juga dianggap pelindung rumah
tangga.
134
Banyak orang yang memeluk agama Kristen yang mencari pegangan pada seorang manusia yang disebutnya Tuhan. Masyarakat memuja Yesus
sebagai Tuhan. Sekte Collyridian lebih jauh lagi mengajarkan, bahwa Bunda Maria juga sebagai Tuhan yang harus disembah dan diberi sesajian berupa
kue-kue yang disebut Collyris. Akhirnya Konsili Nicea menetapkan, bahwa di samping Tuhan Bapak, ada dua Tuhan lagi, yaitu Yesus Kristus dan Bunda
Maria.
135
Selanjutnya Sayyid Amir Alimenjelaskan bahwa konsep Keesaan Tuhan yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Islam berdiri paling depan untuk
menghadapi kecende-rungan manusia menyekutukan Tuhan dengan makhluk lain. Berulang kali ayat alquran menegaskan bahwa Tuhan itu Esa, tidak ada
Tuhan selain Allah. Alquran juga menegaskan tentang tanda-tanda Keesaan
132
Sayyid Amir Ali, The Spirit Of Islam, Terj. Oleh H.B Jassin, Op.cit., hlm. 267.
133
Sayyid Amir Ali, The Spirit, hlm. 138-139.
134
Sayyid Amir, The Spirit....., hlm. 140.
135
Ibid., hlm. 140-143.
Tuhan. Kemudian di samping menegaskan tentang keesaan Tuhan,
136
al- Qur‘an juga mengecam orang Yahudi karena menyembah desa-dewa palsu
dan berhala, yaitu terafim, dan karena berlebihan dalam memuliakan Uzair.
Alquran juga mengecam orang Kristen karena memuja Nabi Isa dan ibunya.
137
7. Ijtihad, Semangat Rasional dan Ilmu Pengetahuan