Air Susu Ibu Ra ʻah dalam Perspektif Tafsir Ahkam

45 Hanafiyah. 50 Menurut Wahbah az-Zuhaili 51 ada beberapa macam bentuk pengakuan, yaitu sebagai berikut: 1 Menurut Ulama Hanafiyah a Pengakuan dari pihak laki-laki dan wanita yang akan nikah. Apabila keduanya mengaku saudara sepersusuan, maka pengakuan ini menyebabkan mereka tidak boleh menikah dan jika memaksakan diri untuk menikah maka akad nikahnya batal dan pihak wanita tidak wajib menerima mahar َِﺮ ﺴَﻬ ﺴَ ﺒ ﺴَ َِ ﺸَ ء ﺴَ ﺴَ ﺴَ ﺸَﺮ أ ﺴَ ة َ َِ ﺸَ ﺴَ . Jika pengakuan itu dilakukan setelah akad nikah maka keduanya wajib bercerai dan jika tidak mau maka seorang hakim berhak menceraikan mereka secara paksa. Karena akad nikah yang sudah diucapkan menjadi batal dan pihak wanita wajib mendapatkan sedikit bagian mahar yang telah . ﺴَ َِ َ ﺴَ ﺸَﺮأ ﺴَة ﺴَ ﺒ ﺴَ ﺸَ ﺒﻰ ﺴَو ﺴَ ﺴَﻬﺮ ﺒ َِﺜ ﺸَ disebutkan b Pengakuan dari pihak laki-laki. Jika pengakuan ini diucapkan sesudah pernikahan maka wajib bercerai, jika tidak rela maka, hakim berhak menceraikannya dan wanita berhak mendapat sebahagian mahar yang disebutkan ﺒ ﻰ ﺴَ ﺮﻬ ﺒ ﺴَ ﺴَ , jika belum digauli. Namun jika sudah digauli maka ia berhak mendapatkan semua mahar yang diberikan kepadanya serta berhak mendapatkan nafkah dan tempat tinggal selama masa iddah ﺒ ﺪة ﻰ ﺒ ﻰ و ﺒ ﺔ و ﺒ ﻰ ﺴَ ﺮﻬ ﺒ ﺸ . c Pengakuan dinyatakan oleh pihak perempuan. Jika pengakuannya sebelum pernikahan maka tidak boleh melanjutkan pernikahannya. Namun bagi pihak laki-laki boleh melanjutkan pernikahan jika beranggapan pengakuan itu adalah kebohongan, karena hak cerai ada ditangan laki-laki, bukan ditangan perempuan. Jika pengakuan itu dilakukan setelah pernikahan maka pengakuannya tidak berdampak 50 Az-Zuhaili, Al-Fiqh al- Isl mī…, juz 10, h. 7290 51 Ibid. 46 apa-apa dan tidak berpengaruh pada sahnya pernikahan, jika suami laki-laki membenarkan pengakuan tersebut. 2 Menurut Ulama Malikiyah a Hukum ra ʻah bisa ditetapkan dengan pengakuan suami isteri secara berbarengan atau dengan pengakuan kedua orang tua meski setelah akad nikah atau hanya dengan pengakuan isteri jika memang sudah balig dan dinyatakan sebelum akad nikah. Jika ada pengakuan dari pihak-pihak tersebut di atas maka akad nikah dianggap batal. b Jika pengakuannya terjadi sebelum digauli maka wanita tersebut tidak berhak mendapat apa-apa, kecuali jika pengakuan hanya dari pihak laki-laki saja dan dilakukan setelah akad nikah, jika pihak perempuan mengingkari pengakuan laki-laki tersebut maka ia berhak mendapatkan sebagian dari maharnya. c Jika pengakuan terjadi setelah digauli maka perempuan berhak mendapat seluruh mahar yang diberikan kepadanya. Tetapi jika wanita tersebut mengetahui adanya hubungan ra ʻah sebelum digauli dan laki-laki tidak mengetahuinya maka ia hanya mendapat seperempat dinar ﺚ ﺎﺜ ﺜ karena sudah digauli. Namun tidak mendapat nafkah dan tempat tinggal ﻰ و ﺔ ﺎﻬ . d Pengakuan salah satu orang tua anak diterima dalam hal ra ʻah seperti ayah atau ibu dari anaknya mengaku adanya hubungan ra ʻah sebelum akad nikah maka akad nikah tidak boleh dilangsungkan. e Pengakuan yang sudah dinyatakan tidak boleh ditarik kembali, baik orang yang mengaku itu sungguh-sungguh maupun tidak. 3 Menurut Ulama Syafi‘iyah a Syarat sah pengakuan adalah dua orang laki-laki, selain itu tidak dapat diterima pengakuannya. Jika seorang laki- laki berkata, “Hindun adalah putriku atau saudaraku dari ra ʻah” atau seorang perempuan berkata: “laki-laki itu saudaraku”, maka haram baginya untuk 47 menikah dengan laki-laki tersebut, karena keduanya dipegang pengakuannya. b Jika pihak suami mengaku isterinya adalah saudara ra ʻah, namun isteri mengingkarinya maka nikahnya tetap batal dan keduanya harus bercerai dan isteri berhak mendapat mahar penuh ﺒ ﻰ ﺒ ﺮﻬ jika sudah digauli dan pengakuan suami benar, namun jika tidak benar maka isteri mendapat mahar sebagian ﺒ ﺜ ﺒ ﺮﻬ . c Jika pihak perempuan isteri mengaku bahwa laki-laki suami tersebut itu saudara ra ʻah namun suami mengingkarinya maka yang dibenarkan adalah pengakuan suaminya dengan jalan sumpah, jika isterinya dinikahi dengan hati rela. Namun jika tidak dengan kerelaan maka menurut pendapat yang lebih sohih adalah pengambilan keputusan didasarkan pada sumpah isteri. Pada kedua kasus ini pihak perempuan tetap mendapat mahar seperti yang disebutkan jika sudah digauli karena tidak tahu bahwa suaminya itu saudara ra ʻahṬ 4 Menurut Ulama Hanabiyah a Jika suami mengakui bahwa isterinya saudara ra ʻah sebelum digauli maka nikahnya batal, sebagaimana pendapat asy- Syafi’iyah dan jika isteri membenarkannya maka ia tidak berhak mendapat mahar. Namun jika ia beranggapan bahwa pengakuan suaminya itu bohong maka ia mendapat setengah dari mahar. b Jika isteri mengaku bahwa suaminy saudara ra ʻah namun suami mengingkarinya maka pengakuan isteri tidak diterima dalm pembatalan nikah. Jika pengakuan itu dinyatakan sebelum digauli maka ia tidak berhak mendapat mahar karena ia sendiri mengakui bahwa dirinya tidak berhak mendapatkannya. Tetapi jika pengakuannya setelah digauli maka ia juga tidak berhak mendapat mahar, karena dengan begitu ia mengaku bahwa dirinya berzina secara suka rela.