44 ibu
46
. Jadi, yang dimaksud penyusuan adalah pengisapan ASI langsung kepada ibu.
Berdasarkan keterangan di atas menunjukkan bahwa persoalan ra ʻah
tidak hanya dapat dipandang dari aspek air susu yang dikonsumsi oleh bayi, tetapi juga memperhatikan bagaimana proses yang digunakan dalam
ra ʻah, yaitu langsung atau dengan menggunakan wadah.
3. Pembuktian Ra ʻah
Pembuktian penyusuan ini digunakan untuk menghindari kesimpang siuran dalam menetapkan apakah seorang anak benar-benar disusui oleh seorang
wanita yang bukan ibunya. Ulama fikih menetapkan bahwa alat bukti untuk menetapkan hal ini ada dua, yaitu: iqrar pengakuan dan
syah dat persaksian
a. Pengakuan Iqrar
Ikrar menurut bahasa berarti “ta bīt” Ẓpenetapanẓ atau “al-i‘tir f” pengakuan, dan merupakan bentuk masdar
dari kata “aqarra-yaqirru”.
47
Sedangkan menurut istilah syara’ “ikrar” adalah pengakuan terhadap apa yang didakwahkan. Ikrar merupakan dalil yang terkuat untuk menetapkan dakwaan
pendakwa. Oleh sebab itu, mereka berkata krar adaah raja dari pembuktian dan dinamakan pula kesaksian diri.
48
Syarat dan sahnya ikar adalah berakal, balig, ri a, dan ta arruf bertindak.
49
Maksud pengakuan di sini adalah pengakuan seorang lelaki dan wanita secara bersama-sama atau pengakuan salah satu dari keduanya bahwa adanya
ra ʻah yang mengharamkan antara keduanya, inilah pendapat ulama
46
Ahsin W. Alhafidz, Fikih Kesehatan Jakarta: Amzah, cet-2, 2010, h. 234.
47
Al-Munawwir, Kamus al- Munawwir…, h. 1184
48
Sayyid as- S biq, Fiqh as-Sunnah Kairo: al-Fathu li al-I‘l m al-‘Arab , t.thẓ, juz 3, h.
226
49
Ibid.
45 Hanafiyah.
50
Menurut Wahbah az-Zuhaili
51
ada beberapa macam bentuk pengakuan, yaitu sebagai berikut:
1 Menurut Ulama Hanafiyah
a Pengakuan dari pihak laki-laki dan wanita yang akan nikah. Apabila
keduanya mengaku saudara sepersusuan, maka pengakuan ini menyebabkan mereka tidak boleh menikah dan jika memaksakan diri
untuk menikah maka akad nikahnya batal dan pihak wanita tidak wajib menerima mahar
َِﺮ ﺴَﻬ ﺴَ ﺒ ﺴَ َِ ﺸَ ء ﺴَ ﺴَ
ﺴَ ﺸَﺮ
أ ﺴَ ة َ
َِ ﺸَ ﺴَ
. Jika pengakuan itu
dilakukan setelah akad nikah maka keduanya wajib bercerai dan jika tidak mau maka seorang hakim berhak menceraikan mereka secara
paksa. Karena akad nikah yang sudah diucapkan menjadi batal dan pihak wanita wajib mendapatkan sedikit bagian mahar yang telah
.
ﺴَ َِ َ ﺴَ ﺸَﺮأ ﺴَة ﺴَ ﺒ ﺴَ ﺸَ ﺒﻰ ﺴَو ﺴَ ﺴَﻬﺮ ﺒ َِﺜ ﺸَ
disebutkan b
Pengakuan dari pihak laki-laki. Jika pengakuan ini diucapkan sesudah pernikahan maka wajib bercerai, jika tidak rela maka, hakim berhak
menceraikannya dan wanita berhak mendapat sebahagian mahar yang disebutkan
ﺒ ﻰ
ﺴَ ﺮﻬ ﺒ ﺴَ ﺴَ
, jika belum digauli. Namun jika sudah digauli maka ia berhak mendapatkan semua mahar yang
diberikan kepadanya serta berhak mendapatkan nafkah dan tempat tinggal selama masa iddah
ﺒ ﺪة ﻰ
ﺒ ﻰ
و ﺒ ﺔ و
ﺒ ﻰ
ﺴَ ﺮﻬ ﺒ ﺸ
. c
Pengakuan dinyatakan oleh pihak perempuan. Jika pengakuannya sebelum pernikahan maka tidak boleh melanjutkan pernikahannya.
Namun bagi pihak laki-laki boleh melanjutkan pernikahan jika beranggapan pengakuan itu adalah kebohongan, karena hak cerai ada
ditangan laki-laki, bukan ditangan perempuan. Jika pengakuan itu dilakukan setelah pernikahan maka pengakuannya tidak berdampak
50
Az-Zuhaili, Al-Fiqh al- Isl mī…, juz 10, h. 7290
51
Ibid.