38
C. Klasifikasi Sasaran Ra ʻah
Pada dasarnya sasaran utama ra ʻah adalah anak bayi yang menyusu
pada ibunya. Namun terjadi perluasan sasaran diakibatkan perubahan term-term kata
ra ʻah.
Tabel 6 Sasaran
Ra ʻah
No. Nama dan No. Surah Sasaran ayat
Ra ʻah
1 Al-Baqarah2
a. Petunjuk Allah Swt. kepada para ibu w lid t
agar senantiasa menyusi anak-anaknya secara sempurna yakni selama dua tahun sejak kelahiran
anak. b.
Kewajiban suami memberi makan dan pakaian kepada isteri yang sedang menyusui dengan cara
yang maʻruf.
c. Diperbolehkan menyapih anak sebelum dua
tahun asalkan
dengan kerelaan
dan permusyawarahan suami dan isteri.
d. Adanya kebolehan menyusukan anak kepada
ibuwanita lain. 2
An- Nis ’4
Penyusuan yang menyebabkan ikatan kamahraman, yakni wanita yang menyusui
ﺴَ ﺸَ ﺴَ ﺒ ﺴَ ﺸَﺜ
dan saudara sepersusuan
ﺴَ ﺔ ﺴَ ﺴَﺎ ﺒ
ﺴَﺮ ﺴَ َِ ﺸَ َ ﺸَ ﺴَﻮ
ﺒ َ أ ﺴَ
3 Al-
ajj22 Wanita yang menyusui
َ ﺴَ َِ َ ﺸَﺮ
akan melalaikan anak susuanya
ﺸَ ﺴَ ﺴَ ﺒ ﺴَ ﺸَﺜ
karena dahsyatnya hari 4
Al- Qa a 28
Perintah
ﺴَ ﺸَ ﺴَ ﺒ ﺴَ ﺸَﺜ
menyusui kepada Ibu Musa dan Allah Swt. mencegah Musa menyusu dengan wanita
5 A - al q65
a. Penjaminan hak upah dari suami kepada isteri yang telah dicerai, jika ia sedang menyusukan
anak-anaknya.
39 b. Adanya kebolehan dan sekaligus hak upah bagi
seorang wanita yang menyusukan anak orang lain, asalkan dimusyawarahkan secara baik dan
adil.
Walaupun setiap ayat memiliki sasarannya masing-masing, tetap saja ayat- ayat tersebut memiliki keterkaitan hukum dalam menyelesaikan masalah
ra ʻah dalam kehidupan manusia.
D. Ra ʻah dalam Perspektif Tafsir Ahkam
1. Pengertian Ra ʻah
Ra ʻah berasal dari kata kerja ra aʻah-yar iʻu-ra ʻan artinya menyusu ar-
ra a’ al-walad ummuhu: penyususan anak oleh ibunya.
30
Ibu yang menyusui anak digelar “al-mur iʻa”, sedangkan ibu yang menyusui anak orang lain ibu
susuanẓ disebut “al-mur iʻah” dan anak yang disusui digelarkan “ar-ra īʻ”.
31
Secara bahasa, menurut Jalal ad- D n as-Suyut adalah
َﺷ ﺸَﺮ َِب ﺴَ ﺴَ َِ َِ
ﺻﺼ
ﺐ ﺸَ ﺲَ َِ ﺒﺬى ﺴَو
Artinya: “Istilah Ẓyang menunjukkan pada menghisap payudara dan meminum susu
darinyaẓ”.
Sedangkan pengertian ra ʻah secara istilah adalah
a. Menurut as-Suyuti, ra ʻah adalah istilah yang menunjuk pada
sampainya susu dari seorang wanita atau benda yang dihasilkan dari susu tersebut ke dalam perut atau otaksumsum anak.
33
30
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indnesia Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1999, h. 540-
541, Luis Maʻl f, Al-Munjid fī al-Lugah wa al-A’lam Beirut: D r al-Masyriq, 1986, h. 265
31
Ibid.
32
Jalal ad- D n as-Suyut , Muntaqa al-Yunbu’ fi ma Zada ar-Ra ʻah min al-Furu’
ẒBeirut: D r al-Kutub al-Ilmiyah, t.th., h.418
40 b.
Abd ar-Ra m n al-Jaziry, ra ʻah adalah sampainya susu manusia ke rongga anak yang usianya tidak melewati dua tahun.
34
c. Wahbah az-Zuhaili, secara etimologi ra ʻah adalah menghisap
payudara dan meminum susunya, sedangkan secara terminologi adalah sampainya ASI masuk ke dalam lambung atau otak anak.
35
Ra ʻah menurut jumhur ulama fuqaha adalah segala sesuatu yang sampai ke perut bayi melalui kerongkongan atau melalui jalan lain dengan cara
menghisap atau lainnya.
2. Unsur-Unsur Ra ʻah
a. Anak yang menyusui
Anak adalah amanah yang diberikan Allah Swt. bagi kedua orang tuanya. Sebab itu, ketika anak lahir ke dunia maka tanggung jawab sepenuhnya menjadi
kewajiban orang tua. Hak seorang anak setelah dilahirkan dari rahim ibunya adalah hak memperoleh ASI, kemudian hak mendapat perawatan, nafkah yang
layak, hak waris dan perwalian.
36
Seorang anak yang berhak menyusui adalah bayi yang berusia dua tahun ke bawah karena dalam usia inilah susu ibu sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Ibnu Ka r berpendapat Jika penyusuan anak setelah dua tahun mungkin dapat membahayakan tubuh atau pikiran anak.
Sebagaimana diceritakan dari ‘Alamah dikatakan bahwa dia melihat seorang ibu menyusui anaknya setelah dua tahun, maka ‘Alqamah berkata: “Kamu jangan
menyusuinya”.
37
Sebagaimana Firman Allah Swt. pada Q.S. Al-Baqarah2: 233
33
As- Suyut , Muntaqa al-Yunbu’ṬṬṬ, h.418
34
Abd ar- Ra m n al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘ala Mażhab al-Arbaʻah ẒBeirut: D r Ibn
Hazm, 2001, h. 947
35
Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al- Isl mī wa Adillatuh Beirut: Dar al-Fikr, 1997 , juz 10,
h. 56
h. 248
36
Mu afah Ahmad Zarqa, Al-Fiqh al-Islam fi aubih al-Jadīd ẒBeirut: D r al-Fikr, t.th.,
37
‘Am d ad-D n Ab al-Żid ’ Ism ʻ l bin Ka r ad-Dimasyq , Tafsīr al-Qur’ n al-‘A īm ẒKairo: Muassasah Qur ubah, t.thẓ, juz 2, h. 373
Nama lengkapnya adalah Ism ‘ l bin ‘Amr al-Qurasy bin Ka r al-Ba r ad-Damsyq ‘Am d ad-D n Ab al-Żad ’. Lahir pada tahun 705 H dan meninggal 774 H. Ia adalah serang ahli
Fikih, Hadis, sejarah dan Tafsir. Kitab Tafsir yang dikarangnya adalah Tafsīr al-Qur’ n al-‘A īmṬ
Kitab tafsir ini telah menjadi rujukan umat Islam dan paling terkenal di antara sekian banyak tafsir bi al-
ma’ ur. Ia menafsirkan kalamullah dengan Hadis dan A ar, mencantumkan Jarh wa Ta‘dīl,
41
ﺴَﺎ ﺳَ ﺴَ ﺸَ َِ
ﺴَ ﺸَﻮ ﺴَ ﺸَ
َِ
[dua tahun penuhsempurna], hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
akibat hukum susuan terhadap anak setelah umur dua tahun.
38
b. Wanita yang menyusu
Penyusuan oleh ibu sangat dianjurkan dalam Islam, karena terdapat penjelasannya dalam Alquran, baik ibu yang masih menjadi seorang isteri maupun
yang sudah dicerai. Penyusuan menjadi hak dan tuntutan bagi ibu, akan tetapi persusuan bisa juga dilakukan oleh wanita lain selain ibunya. Seperti yang
dijelaskan dalam Q.S. A - al q65: 6
ﺸَ ﺴَﺮ
ى أ َ َ َِ ﺴَ َـ
ﺸَﺮ ﺴَ ﺸَ ﺴَ ﺸَﺮ
َ ﺴَﺎ ﺴَـ ﺸَن ﺴَوﺐ َِ
[jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan anak itu
untuknya]. Ayat ini memberikan hukum untuk memberikan upah kepada ibu yang menyusui anak ibu lain.
Penyusuan sangat bermanfaat untuk anak. Seorang ibu boleh tidak menyusui anaknya jika dalam keadaan darurat. Dianjurkannya seorang ibu
menyusui anaknya karena susu ibu lebih baik bagi bayi dan kasih sayang ibu terhadap anak sangat dalam. Karena penyusuan merupakan hak anak dan juga
menjadi hak ibu, jika dikaitkan dengan upah susuan. Maka dari itu seorang ibu tidak boleh dipaksa untuk menyusui anaknya. Para ulama sepakat bahwa
menyusui anak itu hukumnya wajib bagi seorang ibu dalam tiga hal, yaitu: 1
Anak itu tidak menerima susu selain dari ibu kandungnya. 2
Tidak menemukan ibu lain yang bisa menyusui anak tersebut. 3
Ayah dan anak tidak memiliki harta untuk membayar wanita ibu lain untuk menyusui anak tersebut.
mentarjih sebagian pendapat dan menetapkan kelemahan dan kesahihan riyawat Hadis. Di dalam kitab tafsir ini juga tercantum hukum Fikih yang diselingi dengan perdebatan dari berbagai
mazhab dengan dalil masing- masing. Menurut Muhammad Rasyid Ri , Tafsīr al-Qur’ n al-
‘A īm merupakan kitab tafsir yang menjelaskan makna-makna ayat dan hukum-hukumnya serta tidak memfkuskan pembahasannya pada persoalan I’rab dan Balagah, menolak penjelasan
isra’illiyat. Mann ʻ Khal l al-Qa n, Mab i fī ʻUlūm al-Qur’ n Kairo: Maktabah Wahbah, t.th, h. 374
38
Ab ‘Abd Allah Muhammad bin A mad bin Ab Bakr al-Qur ub , Al-J mi‘ Lia k m al- Qur’ n wa al-Mubayyan lim ja ammanahu min as-Sunnah wa i al-Furq n Beirut: Muassasah
al- Risal h, 1427 H2006 Mẓ, juz 4, h. 116. A - ōb n , Raw iʻ al-Bay n …, juz 2, h. 346.