Seni Budaya – SMP
| 270 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa
dimensi. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes bukan nilai, atau informasi lain yang releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama
dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri. Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku literatur,
laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru danatau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini. a.
Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio. b.
Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat. c.
Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang
sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya. e.
Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu. f.
Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
g. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
4. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap
lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda,
Seni Budaya – SMP
| 271 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri
dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian. Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa
mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai
yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya
alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk
esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka extended- response
atau jawaban terbatas restricted-response. Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru
untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
Seni Budaya – SMP
| 272 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013
Daftar Pustaka
Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep Dasar, Tahapan Pengembangan dan Contoh.
Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI Coutinho, M., Malouf, D. 1993. Performance Assessment and Children with Disabilities:
Issues and Possibilities . Teaching Exceptional Children, 254, 63–67.
Cumming, J. J., Maxwell, G. S. 1999. Contextualizing Authentic Assessment. Assessment in Education, 62, 177–194.
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses dan Produk Dalam Pembelajaran yang Berbasis Kompetensi Makalah Disampaikan pada In House
Training IHT SMA N 1 Kuta Utara.
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Gatlin, L., Jacob, S. 2002. Standards-Based Digital Portfolios: A Component of Authentic Assessment for Preservice Teachers
. Action in Teacher Education, 234, 28–34. Grisham-Brown, J., Hallam, R., Brookshire, R. 2006. Using Authentic Assessment to
Evidence Childrens Progress Toward Early Learning Standards. Early Childhood Education
Journal, 341, 45–51. Salvia, J., Ysseldyke, J. E. 2004. Assessment in Special and Inclusive Education 9th ed..
New York: Houghton Mifflin. Wiggins, G. 1993. Assessment: Authenticity, Context and Validity. Phi Delta Kappan, 753,
200–214.
Seni Budaya – SMP
| 273 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013
PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA SMP PENDAHULUAN
Sebagai seorang pendidik pasti tidak akan terlepas dengan istilah evaluasi, penilaian, dan pengukuran. Untuk menentukan hasil peserta didikan yang baik maka dibutuhkan alat ukur tes
yang tepat dan handal. Tepat dan handalnya alat ukur itu memerlukan pengetahuan yang baik tentang evaluasi, penilaian, dan pengukuran sehingga pengertian evaluasi, penilaian dan
pengukuran mutlak dibutuhkan oleh pendidik. Secara umum hubungan antara evaluasi, penilaian dan pengukuran menurut Gabel 1993 menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses
pemberian penilaian terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui pengukuran. Evaluasi yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah Evaluation adalah suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai Gronlund, 1985, dalam Djaali dan Pudji M. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh
Wrightstone, dkk 1956 yang mengemukakan bahwa evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik ke arah tujuan atau nilai-nilai yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Evaluasi menurut Suharsimi A. 2004 adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Penilaian assessment diartikan oleh Stiggins 1994 dalam Ana Ratna Wulan sebagai penilaian
proses, kemajuan, dan hasil belajar peserta didik outcomes. Sementara itu assessment atau penilaian diartikan oleh Kumano 2001 sebagai “The process of Collecting data which shows the
development of learning” . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan
istilah yang tepat untuk menilai proses belajar peserta didik. Namun meskipun proses belajar peserta didik merupakan hal penting yang dinilai dalam penilaian, faktor hasil belajar juga tetap
tidak dikesampingkan. Secara umum makna penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil
belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dari pertimbangan tertentu. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk
meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai perkembangan
HO-2.3-1
Seni Budaya – SMP
| 274 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 belajarnya secara optimal. Implikasinya adalah kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara
atau teknik untuk mendidik sesuai dengan prinsip pedagogik. Pengukuran dalam bahasa inggris yang memiliki istilah measurement merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut obyek pengukuran atau obyek ukur. Mengukur pada hakekatnya adalah pemasangan korespondensi
satu-satu antara angka yang diberikan dengan fakta dan diberi angka atau diukur Djaali dan Pudji M., 2008. Menurut Calongesi dalam Djaali dan Pudji M. yang dimaksud dengan pengukuran
measurement adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru
menaksir prestasi peserta didik dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan peserta didik, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan
menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Arikunto dan Jabar 2004 menyatakan pengertian pengukuran measurement sebagai kegiatan
membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif Ana Ratna Wulan Menurut Zainul dan Nasution 2001 pengukuran memiliki dua karakteristik
utama yaitu: 1 penggunaan angka atau skala tertentu; 2 menurut suatu aturan atau formula tertentu.
Penilaian berurusan dengan data kuantitatif dan kualitatif, sedang pengukuran yang hanya bagian penilaian itu selalu berhubungan dengan data kuantitatif. Penilaian memerlukan data kuantitatif
dari pengukuran. Sebaliknya, pengukuran juga sangat terikat pada penilaian khusus yang berkaitan dengan masalah tujuan dan kriteria yang dipergunakan. Penilaian adalah proses
memperoleh dan mempergunakan infomasi untuk membuat pertimbangan yang dipergunakan sebagai dasar pengambilan informasi. Dengan demikian, terdapat tiga komponen penting
penilaian, yaitu informasi, pertimbangan, dan keputusan. Informasi memberikan data-data baik kuantitatif maupun kualitatif yang berguna untuk pembuatan pertimbangan. Pertimbangan
dimungkinkan tepat jika informasi yang diperoleh dan interpretasi terhadapnya juga tepat. PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian autentik tidak dimaksudkan untuk menggantikan penilaian tradisional, khususnya bentuk tes objektif pilihan ganda yang lebih bersifat merespons jawaban yang lazim dipergunakan
dalam ujian-ujian akhir seperti ujian nasional UN dan ulangan umum UU. Ia hadir untuk saling
Seni Budaya – SMP
| 275 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 melengkapi dan menutup kekurangan penilaian objektif. Skor hasil pengukuran penilaian autentik
mencerminkan kompetensi berbagai bentuk kinerja Burhan Nurgiyantoro, 2011 Penilaian autentik mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan demikian, seluruh
tampilan peserta didik dalam rangkaian kegiatan peserta didikan dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil akhir produk saja. Penilaian yang
dilakukan lewat berbagai cara atau model, menyangkut berbagai ranah, serta meliputi proses dan produk ini yang kemudian disebut sebagai penilaian autentik. Autentik dapat berarti dan sekaligus
menjamin objektif, nyata, konkret, benar-benar hasil tampilan peserta didik, serta akurat dan bermakna. Penilaian autentik menekankan kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan
pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui peserta didik, melainkan kinerja
secara nyata dari pengetahuan yang telah dikuasai. Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, kompetensi inti
dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor
dan afektif. Ciri penilaian autentik adalah : •
Memandang penilaian dan peserta didikan secara terpadu •
Mencerminkan masalah dunia nyata bukan hanya dunia sekolah •
Menggunakan berbagai cara dan kriteria •
Holistik kompetensi utuh merefleksikan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, Penerapan penilaian mata pelajaran seni budaya yang merujuk pada penilaian autentik dapat
menggunakan jenis penilaian dengan menganalisa materi. Penilaian dapat menggunakan beberapa intrumen penilaian yaitu: dengan instrumen uji petik kerja, tes unjuk kerja performance, tes
tertulis, penilaian proyek. Dari contoh analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menguasai kompetensi pada Kompetensi Dasar Memperagakan teknik gerak tari kreasi tradisi berdasarkan
level, tempo dan dinamika gerak sesuai iringan. Penilaian hasil belajar pada mata pelajaran seni budaya dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik sedangkan pada aspek kognisi sudah terintegrasi pada penampilan hasil produk.Dalam rangka mengumpulkan informasi tentang
kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara
Seni Budaya – SMP
| 276 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian Kompetensi Inti dan kompetensi
dasar dalam rangka mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Contoh teknik penilaian matapelajaranSeni Budaya :
1. Penilaian Unjuk Kerja
Pengertian penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai
mata pelajaran seni budaya dengan melakukan kegiatan tertentu mulai dari mengamati sampai dengan memodifikasi maupun membuat karya tari. Dalam penilaian pembelajaran tari dapat
menggunakan instrumen tes uji petik kerja 2.
Teknik Penilaian Uji Petik Kerja Teknik Penilaian uji petik kerja dapat dimulai dengan memberikan lembar kerja peserta didik.
Dalam lembar kerja memuat perintahtagihan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik berikut langkah- langkah kerjanya. Dalam bidang seni tari dapat dilakukan dengan
mengapresiasi karya tari. Dalam mengapresiasi peserta didik diminta mengamati sesuai materi yang diberikan saat itu, misalnya mengamati gerak berdasar level, gerak berdasar tempo,
mengamati pola lantai dll. Setelah pengamatan selesai peserta didik diminta membuat laporan dan mempresentasikan hasil kerja mereka. Pada kegiatan apresiasi dapat juga digunakan
untuk menilai sikap dan tahap berikutnya penilaian psikomotor dengan membuat karya
Seni Budaya – SMP
| 277 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 Contoh :
Kompetensi Dasar : Memperagakan teknik gerak tari kreasi tradisi berdasarkan level, tempo dan dinamika gerak sesuai iringan
Instrumen pengamatan sikap : 1 Instrumen penilaian karakter cermat
Nama
: __________________ Kelas
: __________________ Aktivitas Peserta didik
Peserta didik : Mengidentifikasi mencari pengertian teknik gerak tari kreasi tradisi, level, tempo dan
dinamika gerak, melalui sumber internet dan buku di perpustakaan.
Rubrik Petunjuk: Lingkarilah
1 bila aspek karakter belum terlihat BT
2 bila aspek karakter mulai terlihat MT
3 bila aspek karakter mulai berkembang MB
4 bila aspek karakter menjadi kebiasaan MK
Lembar Observasi NO
Aspek-aspek yang dinilai Skor
BT MT
MB MK
1 Mengamati tiap tayangan dengan
tekun
1 2
3 4
2 Mengidentifikasi dengan tekun
1 2
3 4
3 Mencatat semua hasil temuan
1 2
3 4
4 Menemukan minimal 1 pengertian
teknik gerak tari kresi tradisi, level,tempo dan dinamika dari
berbagai sumber belajar
1 2
3 4
Jumlah skor
Skor maksimal : 4 x 4 X 10
16
Seni Budaya – SMP
| 278 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013
2 Instrumen penilaian karakter percaya diri Nama
: __________________ Kelas
: __________________ Aktivitas Peserta didik
1. Mempresentasikan dengan percaya diri pengertian teknik gerak tari kreasi tradisi
berdasarkan level, tempo dan dinamika gerak sesuai dengan hasil indentifikasi peserta didik.
2. Memperagakan percaya diri dua macam gerak tari kreasi tradisi berdasarkan