EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA

(Pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

TABRANI MUNIF

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

TABRANI MUNIF

Think Pair Share merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dapat merangsang aktivitas siswa untuk berpikir mandiri. Think Pair Share mempunyai tiga tahapan yaitu think, pair, dan share. Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013?”. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII-A dan VIII-B yang diambil secara purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes hasil belajar siswa di akhir penelitian. Kesimpulan penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share efektif diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... Xiii DAFTAR LAMPIRAN ... Xiv

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teori ... 8

1. Efektivitas Pembelajaran ... 8

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ... 9

3. Hasil Belajar Matematika siswa ... 14

B. Kerangka Pikir ... 16

C.Hipotesis Penelitian ... 18

1. Hipotesis Umum ... 18


(7)

III.METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 19

B. Desain Penelitian ... 20

C. Prosedur Penelitian ... 20

D. Data Penelitian ... 21

E. Teknik Pengumpulan Data ... 21

F. Teknik Analisis Data ... 26

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pembahasan ... 33

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 36

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam upaya mencapai kesejahteraan hidup. Pendidikan di Indonesia menekankan peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berbudi pekerti luhur. Hal ini sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa


(9)

2

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab. Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan, salah satunya bergantung pada kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, tuntutan mendasar yang diperlukan dunia pendidikan adalah peningkatan mutu pembelajaran. Untuk mencapai suatu tujuan, manusia cenderung mencari dan menerapkan suatu pendekatan dan metode yang tepat. Demikian juga dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa tidak hanya sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan. Supaya didapatkan hasil belajar yang lebih baik, maka guru sebagai penyelenggara pelajaran perlu memilih model dan metode pembelajaran yang dapat menciptakan proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Selama ini pembelajaran masih banyak yang berpusat pada guru, salah satunya pada pembelajaran matematika. Pada umumnya guru menjelaskan materi menggunakan metode ekspositori lalu memberikan contoh soal dan memberikan tugas untuk latihan. Pembelajaran tersebut kita kenal dengan pembelajaran konvensional. Guru aktif menyampaikan informasi dan siswa hanya aktif menerima informasi dengan cara mendengarkan dan mencatat sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.

Selain itu, hasil belajar matematika siswa di Lampung yang menerapkan pembelajaran konvensional pada umumnya rendah. Hal ini diperkuat dengan


(10)

3

sampel data hasil belajar matematika siswa yang peneliti ambil dari penelitian Beni (2012) dan Sesmita (2012) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan adalah 7,00. Hasil analisis data Beni (2012) yang melakukan penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Kabupaten Lampung Selatan menunjukkan bahwa secara umum hasil tes matematika semester genap dari 204 siswa, sebanyak 70 siswa atau 34,31% tergolong memiliki hasil belajar yang tinggi (di atas KKM) dan sebanyak 134 siswa atau 65,68% tergolong memiliki hasil belajar yang rendah (di bawah KKM). Hal ini terlihat dari pencapaian KKM yang hanya mencapai 23%. Begitu juga dengan Sesmita (2012) yang melakukan penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Talangpadang Kabupaten Tanggamus, pencapaian KKM hanya mencapai 10%.

Masalah serupa juga terjadi di MTs Muhammadiyah 1 Natar. Hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di MTs Muhammadiyah 1 Natar kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yaitu diketahui bahwa hasil tes mid semester dari 121 siswa sebanyak 21 siswa atau 17,36% tergolong memiliki hasil belajar yang tinggi (di atas KKM) dan sebanyak 101 siswa atau 83,47% tergolong memiliki hasil belajar yang rendah (di bawah KKM). Rendahnya hasil belajar siswa merupakan indikasi tidak tercapainya tujuan pembelajaran.

Menanggapi kondisi seperti yang telah dipaparkan di atas, selayaknya diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tersebut. Salah satu alternatif model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa belajar dalam


(11)

kelompok-4

kelompok kecil yang heterogen, sehingga siswa yang kurang jelas dalam memahami materi pelajaran dapat bertanya atau berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Setiap anggota dalam kelompoknya akan memiliki rasa ketergantungan yang positif karena tugas yang diberikan guru menjadi tanggung jawab bersama.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan pengertian dari Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS itu sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Lie (2004: 57) bahwa, “Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS diharapkan, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)


(12)

5

pada siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan ditinjau dari hasil belajar matematika siswa semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share efektif ditinjau dari hasil belajar Matematika siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Kab. Lampung Selatan semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Kab. Lampung Selatan semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013?”.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat tersebut.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika terutama dalam mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS.


(13)

6

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dan peneliti.

a. Bagi guru diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya menyusun pembelajaran untuk mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

b. Bagi peneliti diharapkan dapat menjadi referensi untuk peneliti yang lain yang akan melakukan penelitian serupa.

E. Ruang lingkup

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1. Efektivitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran dikatakan efektif jika hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. 2. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share adalah pembelajaran dengan

optimalisasi partisipasi siswa. Yaitu siswa diberi kesempatan untuk berpikir (Think) atas pertanyaan atau masalah yang diberikan oleh guru berupa LKS, berpasangan (Pair) dengan teman sebangku untuk berdiskusi, dan berbagi (Share) dengan seluruh kelas atas hasil diskusinya.

3. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran yang dimaksud


(14)

7

yaitu guru yang menyampaikan materi, memberi kesempatan siswa untuk bertanya, latihan soal kemudian pemberian tugas.

4. Hasil belajar yang dimaksud adalah pengetahuan, pemahaman dan penerapan yang dicapai setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran konvensional pada akhir akhir pokok bahasan yang direpresentasikan dengan nilai tes hasil belajar.


(15)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Sutikno (2005: 7) mengungkapkan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan.

Hamalik (2001: 171) mengemukakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Penyediaan kesempatan untuk belajar secara mandiri ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami dan memaknai pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Lebih lanjut, Simanjuntak (1993: 80) mengungkapkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau


(16)

9

dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Tujuan dalam pembelajaran matematika mencakup tujuan kognitif dan afektif. Tujuan kognitif berupa kemampuan siswa dalam menguasai konsep matematika yang direpresentasikan dengan nilai hasil tes yang diberikan, sedangkan aspek afektif dilihat dari aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, yang menjadi indikator keefektifan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada penelitian ini hanya ditinjau dari aspek kognitif hasil belajar matematika siswa yang direpresentasikan dengan nilai hasil tes yang diberikan.

2. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

Menurut Lie (2004:12), sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sistem pembelajaran gotong royong atau pembelajaran

kooperatif”. Dipihak lain Nurhadi (2004:112) mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Slavin (1995:2), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dalam suatu kelompok kecil, saling membantu dalam


(17)

10

memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Menurut Lie (2004:31), terdapat lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan untuk mencapai hasil yang maksimal, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

Dari berbagai pendapat tentang pengertian pembelajaran koperatif di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan optimalisasi partisipasi siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak variasi. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Think Pair Share (TPS). TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985 sebagai salah satu struktur kegiatan cooperative learning. TPS memberikan waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. TPS memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.


(18)

11

Menurut Spencer Kagan dalam Widarti (2007: 13), manfaat TPS adalah sebagai berikut:

1. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan TPS lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.

2. Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan TPS. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.

Anita Lie (2004:57) mengungkapkan: Dengan model pembelajaran kooperatif TPS ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi ini kepada orang lain. Model pembelajaran kooperatif TPS ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik.

Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Frank Lyman dalam Jones (2002 : 1) model pembelajaran kooperatif TPS membantu para siswa untuk mengembangkan pemahaman konsep dan materi pelajaran, mengembangkan kemampuan untuk berbagi informasi dan menarik kesimpulan, serta mengembangkan kemampuan untuk mempertimbangkan nilai-nilai lain dari suatu materi pelajaran.


(19)

12

Fogarty dan Robin (1996:1) memperkuat pendapat Frank Lyman di atas. Mereka menyatakan bahwa Model pembelajaran kooperatif TPS memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :

 Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,

 Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran,

 Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan, dan

 Meningkatkan kemampuan penyimpanan jangka panjang dari isi materi pelajaran.

Menurut Atik (2007:5) menyatakan karakteristik model kooperatif tipe TPS ada 3 langkah utama yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah Think (berpikir secara individu), pair (berpasangan) dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas). Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

Tahap 1 : Think ( berpikir)

Pada tahap think, guru mengajukan suatu pernyataan atau masalah yang dikaitkan dengan pembelajaran, siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu pada tahap ini guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.


(20)

13

Kelebihan dari tahap ini adalah adanya teknik “time” atau waktu berfikir yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah adanya siswa yang berbicara, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

Tahap 2 : Pair (berpasangan)

Tahap kedua ini guru menugasi siswa untuk berpasangan dan diskusikan mengenai apa yang telah mereka pikirkan. Interaksi selama proses ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil yang didapat menjadi lebih baik karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.

Tahap 3 : Share (berbagi)

Pada tahap akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan yang lain atau dengan seluruh kelas. Pada tahap ini akan menjadi lebih efektif apabila guru berkeliling dari pasangan satu kepasangan yang lainnya. Tahap share (berbagi) merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumny, dalam arti bahwa langkah ini menolong semua kelompok untuk menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.


(21)

14

Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan pengertian dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS itu sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Lie (2002: 57) bahwa, TPS adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

3. Hasil Belajar

Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari proses belajar mengajar tersebut. Hasil belajar merupakan hasil yang menggambarkan kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil inilah yang akan menjadi ukuran keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Abdurrahman (2003:37) mengatakan: ”hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2006:3) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan penggal dan puncak proses belajar.


(22)

15

Siswa dikatakan memperoleh hasil belajar yang tinggi jika siswa tersebut memiliki penguasaan yang baik terhadap pelajaran tersebut dan berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman (2003: 38) yang mengemukakan bahwa seorang anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembe-lajaran atau tujuan-tujuan instruksional.

Sardiman (2007:49) mengungkapkan bahwa hasil belajar dikatakan baik jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Hasil belajar itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.

2. Hasil belajar itu merupakan pengetahuan “asli” atau “autentik”.

3. Hasil belajar itu selalu memunculkan pemahaman atau pengertian yang kemudian menimbulkan reaksi atau jawaban yang dapat dipahami dan diterima oleh akal.

4. Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi ditempat hasil belajar itu dicapai, tetapi juga dapat digunakan dalam situasi lain.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu. Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, seperti yang dikemukakan Bloom dalam Dimyati (2006: 26) yang mengategorikan hasil belajar dalam 3 ranah, yaitu:

1. Ranah kognitif, terdiri dalam enam jenis perilaku, yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.

2. Ranah afektif, terdiri dalam lima perilaku, yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup. 3. Ranah psikomotorik, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu : persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas.”


(23)

16

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh siswa dalam aspek kognitif setelah melalui proses belajar dan ditandai oleh skor yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar. Selain itu Hamalik (2001:8), mengemukakan bahwa: “tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis/ budi pekerti, dan sikap”.

Dari beberapa pendapat di atas, diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil tes yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu yang direpresentasikan dengan nilai tes. Dalam penelitian ini, hasil belajar matematika direpresentasikan dengan nilai tes yang diperoleh siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar yang menggambarkan kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran matematika pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar.

B. Kerangka Pikir

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sering dianggap sulit oleh siswa sehingga hasil belajar matematika kurang optimal. Hasil belajar siswa merupakan indikator keberhasilan belajar siswa dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang tinggi menggambarkan bahwa siswa mampu mencapai tujuan belajar dengan sukses sedangkan hasil belajar yang rendah memperlihatkan bahwa siswa belum dapat mencapai pemahaman materi yang diharapkan. Salah satu


(24)

17

penyebab kurang optimalnya hasil belajar matematika adalah penggunaan model pembelajaran.

Saat ini model pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran matematika adalah pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran konvensional, guru berperan aktif sebagai pemberi informasi di kelas sehingga siswa lebih terbiasa mendapat informasi dari guru. Dalam pembelajaran konvensional tidak ada kesempatan siswa untuk mendapatkan kebebasan berfikir dengan caranya sendiri. Pembelajaran berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa, sehingga tidak ada interaksi antar siswa. Kondisi seperti ini menyebabkan optimalisasi belajar siswa rendah dan siswa tidak mendapat pengalaman belajar, kemudian akan berdampak pula pada rendahnya hasil belajar matematika siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS terdiri dari tiga tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Pada tahap thinking (berpikir berpikir secara individual), siswa berpikir secara mandiri mencoba untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada tahap Pairing (berpasangan dengan teman sebangku), siswa secara berpasangan mendiskusikan hasil pemikiran atau gagasan yang telah mereka kembangkan pada tahap thinking sehingga kemampuan menyelesaikan masalah mereka semakin matang, selain itu tahap ini dapat meminimalisir kesempatan untuk mengandalkan siswa lain sehingga aktivitas belajar siswa yang tidak relevan dalam pembelajaran semakin kecil. Pada tahap Sharing (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas), siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sehingga kemampuan menyelesaikan masalah siswa


(25)

18

menjadi lebih baik. Hal ini dimaksudkan agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan mampu menciptakan suasana belajar aktif sehingga setiap siswa mampu berpikir secara mandiri mencoba untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, setiap siswa mampu mendiskusikan hasil pemikiran atau gagasannya kepada pasangannya. Selanjutnya, siswa mampu mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sehingga kemampuan menyelesaikan masalah siswa menjadi lebih baik. Pada akhirnya, diharapkan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

C. Hipotesis Penelitian

1) Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share efektif ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Kab. Lampung Selatan semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

2) Hipotesis Kerja

Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.


(26)

19

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi Dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap MTs Muhammadiyah 1 Natar Tahun Pelajaran 2012/2013. Kelas VIII pada sekolah ini terdiri dari 4 kelas yaitu VIII-A, VIII-B, VIII-C, dan VIII-D, dengan jumlah siswa 121 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling terhadap kelas VIII, yaitu dengan menghitung rata-rata nilai matematika tiap kelas, setelah itu mengambil dua kelas berdasarkan pertimbangan kemampuan rata-rata yang relatif sama dengan rata-rata nilai semua siswa.

3.1 Tabel Daftar nilai rata-rata mid semester No. Kelas Nilai Rata-rata Siswa

1 VIII A 56,67

2 VIII B 56,33

3 VIII C 55,78

4 VIII D 58,62

Jumlah 56,85

Setelah dilakukan tahapan pengambilan sampel diperoleh kelas VIII-A yang berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model


(27)

20

pembelajaran kooperatif tipe TPS dan kelas VIII-B yang berjumlah 30 siswa sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) menggunakan desain post-test only control design sebagaimana dikemukakan Furchan (1982:353) sebagai berikut:

Tabel 3.2. Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

E X O1

P C O2

Keterangan:

E : Kelas eksperimen

P : Kelas pengendali atau kontrol

X : Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Koopertif tipe TPS

C : Perlakuan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O1 : Skor hasil belajar matematikapada kelas ekperimen

O2 : Skor hasil belajar matematikapada kelas kontrol

Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Orientasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran,

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan untuk kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional, 3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes kemampuan hasil belajar


(28)

21

4. Melakukan validasi instrumen, 5. Melakukan uji coba instrumen, 6. Melakukan perbaikan instrumen,

7. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, 8. Mengadakan post- test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, 9. Menganalisis data,

10. Membuat kesimpulan.

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data nilai hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui tes terhadap kedua sampel yang dilakukan pada akhir pokok bahasan setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran konvensional.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui tes yang diberikan pada akhir materi. Tes ini dilakukan untuk mengetahui nilai hasil belajar matematika siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran konvensional.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang terdiri dari tujuh soal dalam bentuk uraian. Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa setelah mengikuti


(29)

22

2 2

11 1

1 t

i S

S n

n r

pembelajaran. Dalam upaya mendapatkan data yang akurat, maka tes harus memenuhi validitas dan reabilitas tes yang semestinya.

1. Validitas isi

Validitas isi yaitu validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan. Validitas ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah isi dari tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi yang telah dipelajari. Dalam penelitian ini validitas isi digunakan untuk mengetahui isi suatu tes untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. Validitas isi soal tes didasarkan pada penilaian dosen pembimbing dan guru mitra kelas VIII. Hasil dari penilaian dari pembimbing dan guru mitra menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur maka tes tersebut dikategorikan valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang dinilai. Tes yang akan digunakan, terlebih dahulu diuji cobakan diluar sampel tetapi masih di dalam populasi penelitian yaitu pada siswa kelas VIII-C. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes. Untuk menentukan koefisien reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha dalam Sudijono (2008: 208) adalah.


(30)

23

IA

JB

JA

DP

Keterangan :

11

r : Koefisien reliabilitas n : Banyaknya butir soal

2 i

S : Jumlah varians butir 2

t

S : Varians total

Menurut Sudijono, suatu tes dikatakan baik apabila koefisien reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan dari 0,70 ( ≥ 0,70), sehingga dalam penelitian ini kriteria reliabilitas tes yang digunakan adalah lebih dari 0,70. Dari perhitungan dilakukan diperoleh harga r11 untuk instrumen tes hasil belajar sebesar 0,75, sehingga instrumen tes hasil belajar tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

3. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2007: 177), yang dimaksud daya pembeda tes adalah kemampuan tes dalam memisahkan antar subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai. Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Daya pembeda ditentukan dengan rumus :


(31)

24

T T

I

J

TK

Keterangan :

DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA : Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : Skor maksimum butir soal yang diolah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Negatif ≤ DP ≤ 0.10 Sangat Buruk

0.10 ≤ DP ≤ 0.19 Buruk

0.20 ≤ DP ≤ 0.29 Agak baik, perlu revisi

0.30 ≤ DP ≤ 0.49 Baik

DP ≥ 0.50 Sangat Baik

Sudijono (2008: 388) Dari hasil uji coba dan perhitungan daya beda butir tes, menunjukkan bahwa ke 7 butir tes uji coba memiliki daya beda lebih dari 0,3 yaitu berkisar dari 0,33 s.d 0,44. Jadi, daya beda butir tes tergolong baik. Berdasarkan kriteria butir tes yang akan digunakan untuk mengambil data maka semua butir tes uji coba memenuhi kriteria sebagai butir yang layak digunakan untuk mengumpulkan data.

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak terlalu sukar, dan tidak terlalu mudah. Seperti yang dikemukakan Sudijono (2008: 372) untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus :


(32)

25

Keterangan :

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diolah

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal. Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

15 . 0 00

.

0 TK Sangat Sukar

30 . 0 16

.

0 TK Sukar

70 . 0 31

.

0 TK Sedang

85 . 0 71

.

0 TK Mudah

00 . 1 86

.

0 TK Sangat Mudah

Sudijono (2008: 372)

Dari hasil uji coba dan perhitungan tingkat kesukaran butir tes terhadap 7 butir tes yang diujicobakan menunjukkan semua butir tes tergolong sedang dengan kisaran tingkat kesukaran dari 0,31 s.d 0,70. Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran butir tes yang akan digunakan untuk mengambil data, tampak bahwa tes yang diperoleh layak digunakan untuk mengumpulkan data.

Dari perhitungan hasil uji tes yang dilampirkan, didapatkan data sebagai berikut: Tabel 3.5. Data Uji Coba Tes Hasil belajar

Test No

Soal Reliabilitas Daya Pembeda

Tingkat Kesukaran uji coba 1 0,75 (Reliabilitas baik)

0,44 (baik) 0,62 (sedang)

2 0,39 (baik) 0,65 (sedang)

3 0,33 (baik) 0,56 (sedang)

4 0,33 (baik) 0,67 (sedang)

5 0,33 (baik) 0,66 (sedang)

6 0,33 (baik) 0,64 (sedang)


(33)

26

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba diatas, seluruh butir soal telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa.

F. Teknik Analisis Data

Hasil belajar siswa dilihat dari nilai tes akhir yang dilakukan pada akhir pokok bahasan. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas varians.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data hasil belajar berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

1. Hipotesis Uji:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

2. Taraf Signifikansi: α = 5% 3. Statistik uji:

Uji menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273):

X2tabel (1-α) (k-3) Keterangan:


(34)

27

Oi : frekuensi observasi Ei : frekuensi harapan k : banyaknya kelas interval

4. Keputusan uji: Tolak H0 jika 1 3 2

k

x

x dengan taraf nyata α = 5%. Dalam hal lainnya H0 diterima.

b) Uji Homogenitas Varians pada populasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data nilai hasil belajar siswa yang diperoleh memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini digunakan uji F (Sudjana, 2005: 273).

1) Uji hipotesis H0 :

2 2 2

1 (variansi homogen) H1 :

2 2 2

1 (variansi tidak homogen) 2) Taraf Signifikansi : α = 5%

3) Statistik uji:

Untuk menguji hipotesis di atas digunakan statistik:

4) Keputusan uji

Terima H0 jika dan tolak H0 jika

, di mana didapat dari daftar distribusi F dengan peluang 1/2α dan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan


(35)

28

c) Uji Hipotesis

Karena data normal dan homogen maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji satu pihak yaitu pihak kanan. Adapun uji-t menurut Sugiyono (2009: 228) sebagai berikut : 1) Hipotesis uji

H0 :

H1 :

: rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran TPS

: rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional.

H0 : , artinya rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS paling tinggi sama dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

H1 : , artinya rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi dari rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2) Taraf signifikansi : = 5 % 3) Statistik uji

2 1 2 1 1 1 n n s x x

t ;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 n n s n s n s


(36)

29

dengan : 1

x = rata-rata sampel ke-1 2

x = rata-rata sampel ke-2

2 1

s = variansi sampel ke-1

2 2

s = variansi sampel ke-2 1

n = ukuran sampel ke-1 2

n = ukuran sampel ke-2

Kriteria Pengujian:

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ), peluang dan taraf kepercayaan 5% terima Ho jika t hitung < t tabel. Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.


(37)

36

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share efektif ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Kabupaten Lampung Selatan semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013 dapat dikemukakan saran sebagai berikut.

1. Kepada guru, hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran koopertif tipe Think Pair Share dalam pembelajaran matematika di kelas. Khusus kepada guru matematika MTs Muhammadiyah 1 Natar disarankan untuk melanjutkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe


(38)

37 Think Pair Share agar terjadi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang optimal hasil belajar matematika siswa semakin tinggi dari sebelumnya.

2. Kepada para peneliti yang akan melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, hendaknya untuk dapat mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian dalam pembelajaran matematika di kelas agar diperoleh hasil yang optimal.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka cipta. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Anita, Lie. 2004. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT.Gransindo.

Beni, Monlila.2012. Pengaruh pembelajaran kooperatf tipa STAD terhadap hasil

belajar matematika siswa. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

BSNP. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Pasal 1 Ayat 1. Depdiknas. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Fogarty dan Robin. (1996). Think/Pair/Share. [online]. Tersedia: www.Broward kl2.fl.us/Ci/Whatsnew/strategies and such/ strategies/thinkpairshare.html [5 Oktober 2012]

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

http://blog.tp.ac.id/penerapan-pembelajaran-kooperatif-model-think-pair-share-untuk-meningkatkan-motivasi-dan-hasil-belajar-biologi#ixzz29WqPPa1M. Diakses 5 Oktober 2012.


(40)

http://orangmajalengka.blogspot.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar.html. Diakses 5 Oktober 2012.

http://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/10/28/faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar/. Diakses 5 Oktober 2012.

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Grasindo. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sesmita, Yulva. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share Ditinjau dari Aktivitas dan Kemampuan Pemecahan Matematis.

(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Allyn and Bacon. Boston.

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Sunarto. 2011. faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar. [on line]. Tersedia : http://sunartombs.wordpress.com/2011/10/10/faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar/. Diakses 5 Oktober 2012.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.


(41)

Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Asa Mandiri. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. University Press. Surabaya.

Widarti, A. (2007). Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Segi Empat Pada Siswa Kelas VII Semester 2. [Online]. Tersedia:


(42)

104

Kelas Eksperimen

A. Identitas

Nama Sekolah : MTs Muhammadiyah 1 Natar Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : VIII / Genap

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2 pertemuan) Pertemuan : 1 dan 2 (Satu dan Dua)

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, dan

bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat kubus dan balok, serta

bagian- bagiannya.

B. Indikator a. Kognitif

1. Menyebutkan unsur-unsur kubus serta bagian-bagiannya.

2. Menghitung diagonal bidang, diagonal ruang dan luas bidang diagonal pada kubus.

3. Menyebutkan unsur-unsur balok serta bagian-bagiannya.

4. Menghitung diagonal bidang, diagonal ruang dan luas bidang diagonal pada balok.

b. Afektif 1. Karakter

a. Teliti b. Kreatif

c. Pantang menyerah d. Rasa ingin tahu

2. KeterampilanSosial a. Bertanya

b. Kerjasama

c. Memberikan ide atau pendapat d. Menjadi pendengar yang baik


(43)

105

C. TujuanPembelajaran a. Kognitif

1. Siswa diberikan masalah tentang unsur-unsur serta bagian-bagian kubus dan balok maka siswa dapat mengidentifikasikan unsur-unsur serta bagian-bagian kubus dan balok.

2. Siswa dapat menghitung diagonal bidang, diagonal ruang dan luas bidang diagonal pada kubus dan balok.

b. Afektif 1. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:

a. Teliti

yaitu cermat, seksama dalam mempelajari materi pembelajaran. b. Kreatif

yaitu mampu mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab suatu permasalahan selama proses pembelajaran maupun di lingkungan sekelilingnya.

c. Pantang menyerah

yaitu tidak mudah putus asa, giat, dan antusias dalam mempelajari suatu konsep di dalam materi pelajaran dan mencari penyelesaian dari suatu permasalahan selama proses pembelajaran maupun di lingkungan sekelilingnya.

d. Rasa ingin tahu

yaitu siswa menyelidiki atau memecahkan masalah dalam proses pembelajaran yang membuatnya penasaran.

2. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menujukan keterampilan sosial:

a. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan

b. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat saling bekerjasama dalam kelompoknya masing-masing dalam menyelesaikan suatu masalah

c. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat

d. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik

D. Materi Pembelajaran : Kubus dan Balok

E. Model Pembelajaran : Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) F. Strategi Pembelajaran : Diskusi kelompok kecil (2 orang)


(44)

106

G. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan pertama (2x40 menit) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru menginformasikan tujuan

pembelajaran.

Ya

10’

2. Guru memotivasi siswa

mempelajari kompetensi ini, guru menyampaikan beberapa hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan kubus.

Rasa ingin tahu Ya

3. Guru memberikan pengarahan tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

Menjadi pendengar yang baik

Ya

Kegiatan Inti (60 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru membagi Lembar Kerja

Siswa (LKS) kepada setiap siswa. *LKS-1 terlampir

Ya

2. Siswa mengerjakan LKS secara mandiri. Guru memperhatikan dan memotivasi siswa. (Think)

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu

Ya 15’

3. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 2 orang (berpasangan), kemudian siswa diminta untuk berdiskusi dan guru membimbing apabila ada pasangan yang mengalami kesulitan. (Pair)

Kerjasama, memberikan ide atau pendapat, pantang menyerah, rasa ingin tahu

Ya 20’

4. Guru memanggil beberapa pasangan untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dan membimbing jalannya diskusi. Kelompok lain menyimak dan memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi. (Share)

Bertanya, memberikan ide atau pendapat, kreatif, menjadi pendengar yang baik.

Ya 15’

5. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan kesimpulan dari setiap kelompok

Rasa ingin tahu, Memberikan ide atau pendapat


(45)

107

KegiatanPenutup (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan pelajaran

Rasa ingin tahu Ya

10’

2. Guru memberikan motivasi belajar dan menginformasikan materi pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari.

Ya

Pertemuan kedua (2x40 menit) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru menginformasikan tujuan

pembelajaran.

Ya

10’

2. Guru memotivasi siswa

mempelajari kompetensi ini, guru menyampaikan beberapa hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan balok.

Rasa ingin tahu Ya

3. Guru memberikan pengarahan tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

Menjadi pendengar yang baik

Ya

Kegiatan Inti (60 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru membagi Lembar Kerja

Siswa (LKS) kepada setiap siswa. *LKS-2 terlampir

- Ya

2. Siswa mengerjakan LKS secara mandiri. Guru memperhatikan dan memotivasi siswa.

(Think)

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu

Ya 15’

3. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 2 orang (berpasangan), kemudian siswa diminta untuk berdiskusi dan guru membimbing apabila ada pasangan yang mengalami kesulitan. (Pair)

Kerjasama, memberikan ide atau pendapat, pantang menyerah, rasa ingin tahu

Ya 20’

4. Guru memanggil beberapa pasangan untuk

mempresentasikan hasil

Bertanya, memberikan ide atau pendapat,


(46)

108

diskusinya dan membimbing jalannya diskusi. Kelompok lain menyimak dan memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi. (Share)

kreatif, menjadi pendengar yang baik.

5. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan kesimpulan dari setiap kelompok

Rasa ingin tahu, Memberikan ide atau pendapat

Ya 10’

KegiatanPenutup (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan pelajaran

Rasa ingin tahu Ya

10’

2. Guru memberikan motivasi belajar dan menginformasikan materi pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari.

Ya

H. Alat/Bahan 1. Spidol. 2. White Board.

3. Model kubus dan balok. I. Sumber Belajar

1. Adinawan, M Cholik. 2008. SeribuPena Matematika Jilid 2 untuk SMP Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

2. Simangunsong, Wilson dan Sukino. 2007. Matematika untuk SMP kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

3. Adinawan, M Cholik. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

4. LKS (Lembar Kerja Siswa). J. Penilaian :

Teknik : Tes

Bentuk Instrumen : Uraian

Instumen : Post-test (terlampir)

Natar, April 2013 Guru Mitra

Imroatun Rofiqoh, S.Pd NBM

Peneliti

Tabrani Munif NPM. 0743021052


(47)

109

Kelas Eksperimen

A. Identitas

Nama Sekolah : MTs Muhammadiyah 1 Natar Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : VIII / Genap

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2 pertemuan) Pertemuan : 3 dan 4 (Tiga dan Empat)

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : Membuat jaring-jaring kubus dan balok.

B. Indikator c. Kognitif

Membuat jaring-jaring kubus dan balok. d. Afektif

3. Karakter e. Teliti f. Kreatif

g. Pantang menyerah h. Rasa ingin tahu

4. KeterampilanSosial e. Bertanya

f. Kerjasama

g. Memberikan ide atau pendapat h. Menjadi pendengar yang baik C. TujuanPembelajaran

c. Kognitif

Siswa dapat membuat jaring-jaring kubus dan balok. d. Afektif

3. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:


(48)

110

e. Teliti

yaitu cermat, seksama dalam mempelajari materi pembelajaran. f. Kreatif

yaitu mampu mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab suatu permasalahan selama proses pembelajaran maupun di lingkungan sekelilingnya.

g. Pantang menyerah

yaitu tidak mudah putus asa, giat, dan antusias dalam mempelajari suatu konsep di dalam materi pelajaran dan mencari penyelesaian dari suatu permasalahan selama proses pembelajaran maupun di lingkungan sekelilingnya.

h. Rasa ingin tahu

yaitu siswa menyelidiki atau memecahkan masalah dalam proses pembelajaran yang membuatnya penasaran.

4. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menujukan keterampilan sosial:

e. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan

f. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat saling bekerjasama dalam kelompoknya masing-masing dalam menyelesaikan suatu masalah

g. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat

h. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik

D. Materi Pembelajaran : Kubus dan Balok

E. Model Pembelajaran : Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) F. Strategi Pembelajaran : Diskusi kelompok kecil (2 orang) G. Langkah-LangkahPembelajaran

Pertemuan pertama (2x40 menit) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru menginformasikan tujuan

pembelajaran.

Ya

10’

2. Guru memotivasi siswa

mempelajari kompetensi ini, guru menyampaikan beberapa hal yang


(49)

111

ada dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan kubus dan jaring-jaringnya.

3. Guru memberikan pengarahan tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

Menjadi pendengar yang baik

Ya

Kegiatan Inti (60 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru membagi Lembar Kerja

Siswa (LKS) kepada setiap siswa. *LKS-3 terlampir

Ya

2. Siswa mengerjakan LKS secara mandiri. Guru memperhatikan dan memotivasi siswa. (Think)

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu

Ya 15’

3. Guru meminta siswa untuk berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua orang siswa (berpasangan), kemudian siswa diminta untuk berdiskusi dan guru membimbing apabila ada

pasangan yang mengalami kesulitan. (Pair)

Kerjasama, memberikan ide atau pendapat, pantang menyerah, rasa ingin tahu

Ya 20’

4. Guru memanggil beberapa pasangan untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dan membimbing jalannya diskusi. Kelompok lain menyimak dan memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi. (Share)

Bertanya, memberikan ide atau pendapat, kreatif, menjadi pendengar yang baik.

Ya 15’

5. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan kesimpulan dari setiap kelompok

Rasa ingin tahu, Memberikan ide atau pendapat

Ya 10’

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan pelajaran

Rasa ingin tahu Ya

10’

2. Guru memberikan motivasi belajar dan menginformasikan materi pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari.


(50)

112

Pertemuan kedua (2x40 menit) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru menginformasikan tujuan

pembelajaran.

Ya

10’

2. Guru memotivasi siswa

mempelajari kompetensi ini, guru menyampaikan beberapa hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan balok dan jaring-jaringnya.

Rasa ingin tahu Ya

3. Guru memberikan pengarahan tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

Menjadi pendengar yang baik

Ya

Kegiatan Inti (60 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru membagi Lembar Kerja

Siswa (LKS) kepada setiap siswa. *LKS-4 terlampir

Ya

2. Siswa mengerjakan LKS secara mandiri. Guru memperhatikan dan memotivasi siswa. (Think)

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu

Ya 15’

3. Guru meminta siswa untuk berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua orang siswa (berpasangan), kemudian siswa diminta untuk berdiskusi dan guru membimbing apabila ada

pasangan yang mengalami kesulitan. (Pair)

Kerjasama, memberikan ide atau pendapat, pantang menyerah, rasa ingin tahu

Ya 20’

4. Guru memanggil beberapa pasangan untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dan membimbing jalannya diskusi. Kelompok lain menyimak dan memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi. (Share)

Bertanya, memberikan ide atau pendapat, kreatif, menjadi pendengar yang baik.

Ya 15’

5. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan kesimpulan dari setiap kelompok

Rasa ingin tahu, Memberikan ide atau pendapat


(51)

113

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan pelajaran

Rasa ingin tahu Ya

10’

2. Guru memberikan motivasi belajar dan menginformasikan materi pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari.

Ya

H. Alat/Bahan 1. Spidol. 2. White Board. 3. Gunting

4. Model kubus dan balok. I. Sumber Belajar

1. Adinawan, M Cholik. 2008. SeribuPena Matematika Jilid 2 untuk SMP Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

2. Simangunsong, Wilson dan Sukino. 2007. Matematika untuk SMP kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

3. Adinawan, M Cholik. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

4. LKS (Lembar Kerja Siswa) J. Penilaian :

Teknik : Tes

Bentuk Instrumen : Uraian

Instumen : Post-test (terlampir)

Natar, April 2013 Guru Mitra

Imroatun Rofiqoh, S.Pd NBM

Peneliti

Tabrani Munif NPM. 0743021052


(52)

114

Kelas Eksperimen

A. Identitas

Nama Sekolah : MTs Muhammadiyah 1 Natar Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : VIII / Genap

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2 pertemuan) Pertemuan : 5 dan 6 (Lima dan Enam)

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar : Menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok.

B. Indikator 1.Kognitif

1. Menentukan rumus luas permukaan dan volume kubus. 2. Menghitung luas permukaan dan volume kubus.

3. Menentukan rumus luas permukaan dan volume balok. 4. Menghitung luas permukaan dan volume balok.

2. Afektif

1. Karakter a. Teliti b.Kreatif

c. Pantang menyerah d.Rasa ingin tahu

2. KeterampilanSosial a. Bertanya

b. Kerjasama

c. Memberikan ide atau pendapat d. Menjadi pendengar yang baik C. TujuanPembelajaran


(53)

115

1. Siswa dapat menemukan rumus luas permukaan dan volume kubus dengan bantuan alat peraga.

2. Siswa dapat menghitung luas permukaan dan volume kubus. 3. Siswa dapat menemukan rumus luas permukaan dan volume balok

dengan bantuan alat peraga.

4. Siswa dapat menghitung luas permukaan dan volume balok. 2.Afektif

1. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:

a. Teliti

yaitu cermat, seksama dalam mempelajari materi pembelajaran. b. Kreatif

yaitu mampu mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab suatu permasalahan selama proses pembelajaran maupun di lingkungan sekelilingnya.

c. Pantang menyerah

yaitu tidak mudah putus asa, giat, dan antusias dalam mempelajari suatu konsep di dalam materi pelajaran dan mencari penyelesaian dari suatu permasalahan selama proses pembelajaran maupun di lingkungan sekelilingnya.

d. Rasa ingin tahu

yaitu siswa menyelidiki atau memecahkan masalah dalam proses pembelajaran yang membuatnya penasaran.

2. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menujukan keterampilan sosial:

a. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan

b. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat saling bekerjasama dalam kelompoknya masing-masing dalam menyelesaikan suatu masalah

c. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat

d. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik

D. Materi Pembelajaran : Kubus dan Balok

E. Model Pembelajaran : Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) F. Strategi pembelajaran : Diskusi kelompok kecil (2 orang)


(54)

116

G. Langkah-LangkahPembelajaran Pertemuan pertama (2x40 menit) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru menginformasikan tujuan

pembelajaran.

Ya

10’

2. Guru memotivasi siswa

mempelajari kompetensi ini, guru menyampaikan beberapa hal yang terkait dengan luas permukaan dan volume kubus.

Rasa ingin tahu Ya

3. Guru memberikan pengarahan tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

Menjadi pendengar yang baik

Ya

Kegiatan Inti (60 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru membagi Lembar Kerja

Siswa (LKS) kepada setiap siswa. *LKS-5 terlampir

Ya

2. Siswa mengerjakan LKS secara mandiri. Guru memperhatikan dan memotivasi siswa. (Think)

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu

Ya 15’

3. Guru meminta siswa untuk berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua orang siswa (berpasangan), kemudian siswa diminta untuk berdiskusi dan guru membimbing apabila ada

pasangan yang mengalami kesulitan. (Pair)

Kerjasama, memberikan ide atau pendapat, pantang menyerah, rasa ingin tahu

Ya 20’

4. Guru memanggil beberapa pasangan untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dan membimbing jalannya diskusi. Kelompok lain menyimak dan memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi. (Share)

Bertanya, memberikan ide atau pendapat, kreatif, menjadi pendengar yang baik.

Ya 15’

5. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan kesimpulan dari setiap kelompok

Rasa ingin tahu, Memberikan ide atau pendapat


(55)

117

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan pelajaran

Rasa ingin tahu Ya

10’

2. Guru memberikan motivasi belajar dan menginformasikan materi pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari.

Ya

Pertemuan kedua (2x40 menit) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru menginformasikan tujuan

pembelajaran.

Ya

10’

2. Guru memotivasi siswa

mempelajari kompetensi ini, guru menyampaikan beberapa hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan luas

permukaan dan volume balok.

Rasa ingin tahu Ya

3. Guru memberikan pengarahan tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

Menjadi pendengar yang baik

Ya

Kegiatan Inti (60 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlak-sanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru membagi Lembar Kerja

Siswa (LKS) kepada setiap siswa. *LKS-6 terlampir

Ya

2. Siswa mengerjakan LKS secara mandiri. Guru memperhatikan dan memotivasi siswa. (Think)

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu

Ya 15’

3. Guru meminta siswa untuk berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua orang siswa (berpasangan), kemudian siswa diminta untuk berdiskusi dan guru membimbing apabila ada

pasangan yang mengalami kesulitan. (Pair)

Kerjasama, memberikan ide atau pendapat, pantang menyerah, rasa ingin tahu

Ya 20’

4. Guru memanggil beberapa pasangan untuk

Bertanya, memberikan ide


(56)

118

mempresentasikan hasil diskusinya dan membimbing jalannya diskusi. Kelompok lain menyimak dan memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi. (Share)

atau pendapat, kreatif, menjadi pendengar yang baik.

5. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan kesimpulan dari setiap kelompok

Rasa ingin tahu, Memberikan ide atau pendapat

Ya 10’

KegiatanPenutup (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan pelajaran

Rasa ingin tahu Ya

10’

2. Guru memberikan motivasi belajar dan menginformasikan materi pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari.

Ya

Pertemuan pertama (2x40 menit) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru menginformasikan tujuan

pembelajaran.

Ya

10’

2. Guru memotivasi siswa

mempelajari kompetensi ini, guru menyampaikan beberapa hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan kubus.

Rasa ingin tahu Ya

3. Guru memberikan pengarahan tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

Menjadi pendengar yang baik

Ya

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan pelajaran

Rasa ingin tahu Ya

10’

2. Guru memberikan motivasi belajar dan menginformasikan materi pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari.


(57)

119

H. Alat dan Bahan 1. Spidol. 2. White Board.

3. Model kubus dan balok. I. Sumber Belajar

1. Adinawan, M Cholik. 2008. SeribuPena Matematika Jilid 2 untuk SMP Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

2. Simangunsong, Wilson dan Sukino. 2007. Matematika untuk SMP kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

3. Adinawan, M Cholik. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

4. LKS (Lembar Kerja Siswa) J. Penilaian :

Teknik : Tes

Bentuk Instrumen : Uraian

Instumen : Post-test (terlampir)

Natar, April 2013 Guru Mitra

Imroatun Rofiqoh, S.Pd NBM

Peneliti

Tabrani Munif NPM. 0743021052


(58)

120

Kelas Kontrol

A. Identitas

Nama Sekolah : MTs Muhammadiyah 1 Natar Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : VIII / Genap

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2 pertemuan) Pertemuan : 1 dan 2 (Satu dan Dua)

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, serta bagian- bagiannya.

B. Indikator a. Kognitif

1. Menyebutkan unsur-unsur kubus serta bagian-bagiannya.

2. Menghitung diagonal bidang, diagonal ruang dan luas bidang diagonal pada kubus.

3. Menyebutkan unsur-unsur balok serta bagian-bagiannya.

4. Menghitung diagonal bidang, diagonal ruang dan luas bidang diagonal pada balok.

b. Afektif 1.Karakter

a. Teliti b. Kreatif

c. Pantang menyerah d. Rasa ingin tahu

2.KeterampilanSosial a. Bertanya

b. Kerjasama

c. Memberikan ide atau pendapat d. Menjadi pendengar yang baik C. Tujuan Pembelajaran


(59)

121

1. Siswa diberikan masalah tentang unsur-unsur serta bagian-bagian kubus dan balok maka siswa dapat mengidentifikasikan unsur-unsur serta bagian-bagian kubus dan balok.

2. Siswa dapat menghitung diagonal bidang, diagonal ruang dan luas bidang diagonal pada kubus dan balok..

b. Afektif 1. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:

a.Teliti

yaitu cermat, seksama dalam mempelajari materi pembelajaran. b. Kreatif

yaitu mampu mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab suatu permasalahan selama proses pembelajaran maupun di lingkungan sekelilingnya.

c. Pantang menyerah

yaitu tidak mudah putus asa, giat, dan antusias dalam mempelajari suatu konsep di dalam materi pelajaran dan mencari penyelesaian dari suatu permasalahan selama proses pembelajaran maupun di lingkungan sekelilingnya.

d. Rasa ingin tahu

yaitu siswa menyelidiki atau memecahkan masalah dalam proses pembelajaran yang membuatnya penasaran.

2. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menujukan keterampilan sosial:

a. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan

b. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat saling beker-jasama dalam kelompoknya masing-masing dalam menyelesaikan suatu masalah

c. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat

d. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat menjadi pen-dengar yang baik

D. Materi Pembelajaran : Kubus dan Balok E. Model Pembelajaran : Konvensional


(60)

122

G. Langkah-LangkahPembelajaran Pertemuan Pertama (2x40 menit) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru memberikan

motivasi dan apersepsi yaitu memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengaitkan materi dengan pengetahuan awal siswa

Rasa ingin tahu Ya

10’

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

Ya

Kegiatan Inti (60 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Siswa memperhatikan

guru menjelaskan materi tentang kubus. Kegiatan ini diikuti dengan tanya jawab.

Rasa ingin tahu, pantang menyerah, kreatif, bertanya

Ya 25’

2. Guru mengkondisikan siswa dalam kelompok- yang terdiri dari 5-6 orang

Ya

5’

3. Guru memberikan latihan yang terdapat di LKS.

Ya 4. Siswa dalam

kelompoknya

mendiskusikan latihan pada LKS yang diberikan oleh guru.

Guru memotivasi siswa dalam kelompok.

Teliti, kreatif, pantang menyerah,

Rasa ingin tahu

Ya 15’

5. Guru memanggil

beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya sedangkan kelompok lain menyimak dan memberikan

tanggapan.

Bertanya, memberikan ide atau pendapat, pantang menyerah, menjadi pendengar yang baik

Ya 15’

6. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan

kesimpulan dari setiap

Bertanya, Rasa ingin tahu, Memberikan ide atau pendapat


(61)

123

kelompok

7. Guru memberikan penghargaan (aplus) dan reward terhadap

keberhasilan kelompok

Ya

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru memberikan tugas

yang akan dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya.

Ya

10’

2. Guru menginformasikan materi pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari.

Ya

Pertemuan Kedua (2x40 menit) Kegiatan Pendahuluan (5 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru memberikan

motivasi dan apersepsi yaitu memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengaitkan materi dengan pengetahuan awal siswa

Rasa ingin tahu Ya 10’

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

Ya

Kegiatan Inti (60 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Siswa memperhatikan

guru menjelaskan materi tentang balok. Kegiatan ini diikuti dengan tanya jawab.

Rasa ingin tahu, pantang menyerah, kreatif, bertanya

Ya

25’ 2. Guru mengkondisikan

siswa dalam kelompok- yang terdiri dari 5-6 orang

Ya

5’

3. Guru memberikan latihan yang terdapat di LKS.

Ya 4. Siswa dalam

kelompok-nya mendiskusikan latihan pada LKS yang diberikan oleh guru.

Teliti, kreatif, pantang menyerah,

Rasa ingin tahu


(62)

124

Guru memotivasi siswa dalam kelompok. 5. Guru memanggil

beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya sedangkan kelompok lain menyimak dan memberikan

tanggapan.

Bertanya, memberikan ide atau pendapat, pantang menyerah, menjadi pendengar yang baik

Ya 10’

6. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan

kesimpulan dari setiap kelompok

Bertanya, Rasa ingin tahu, Memberikan ide atau pendapat

Ya 10’

7. Guru memberikan penghargaan (aplus) dan reward terhadap

keberhasilan kelompok

Ya

KegiatanPenutup (10 menit)

No Kegiatan

Karakter/Kete-rampilan Sosial

Keterlaksanaan (Ya/Tidak)

Alokasi Waktu 1. Guru memberikan tugas

yang akan dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya.

Menjadi pendengar yang baik

Ya

10’

2. Guru menginformasikan materi pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari.

Menjadi pendengar yang baik

Ya

H. Alat dan Bahan a. Spidol

b. White Board I. Sumber Belajar

1. Adinawan, M Cholik. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

2. Adinawan, M Cholik. 2008. SeribuPena Matematika Jilid 2 untuk SMP Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

3. Simangunsong, Wilson dan Sukino. 2007. Matematika untuk SMP kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

4. LKS (Lembar Kerja Siswa). J. Penilaian :


(63)

125

Bentuk Instrumen : Uraian

Instumen : Post-test (terlampir)

Natar, April 2013 Guru Mitra

Imroatun Rofiqoh, S.Pd NBM

Peneliti

Tabrani Munif NPM. 0743021052


(64)

126

Kelas Kontrol

A. Identitas

Nama Sekolah : MTs Muhammadiyah 1 Natar Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : VIII / Genap

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2 pertemuan) Pertemuan : 3 dan 4 (Tiga dan Empat)

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : Membuat jaring-jaring kubus dan balok.

B. Indikator a. Kognitif

Membuat jaring-jaring kubus dan balok. b. Afektif

1.Karakter a. Teliti b. Kreatif

c. Pantang menyerah d. Rasa ingin tahu

2. KeterampilanSosial a. Bertanya

b. Kerjasama

c. Memberikan ide atau pendapat d. Menjadi pendengar yang baik C. TujuanPembelajaran

a. Kognitif

Siswa dapat membuat jaring-jaring kubus dan balok. b. Afektif

1. Karakter


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 49

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 20 55

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/201

0 4 54

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 29 Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 4 57

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP N 1 Ambarawa Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 31

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 60

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 14 48

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 130

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TIPE GI DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Banyak Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 137