PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V SDN 4 TALANG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V SDN 4 TALANG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh :

MASJALEHA SIREGAR

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa masih rendah dan hasil belajar siswa belum mencapai KKM. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Metode yang digunakan dalam Penelitian tindakan kelas ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian kelas yang terdiri dari 2 (dua) siklus.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat di lihat dari peningkatan hasil belajar dari siklus I sampai siklus II. Secara berurutan persentase hasil belajar siswa pada siklus I adalah 72,5% menjadi 89,2% yaitu meningkat 16,7%. Demikian juga dengan aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, secara berurutan persentase aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah 68,10% pada siklus I dan pada siklus II mengalami peningkatan 16,37% menjadi 84,47%.

Kesimpulan penelitian ini adalah hasil belajar matematika dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN 4 Talang Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.


(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V SDN 4 TALANG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Skripsi

Oleh: Masjaleha Siregar

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V SDN 4 TALANG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

DISUSUN OLEH: MASJALEHA SIREGAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Gambar 3.1. Model Siklus Penelitian ... 25 2. Gambar 4.1. Grafik Data Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I dan


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Kooperatif ... 7

2.2 Student Team Achievement Devision (STAD) ... 9

2.3 Landasan Konstruktivisme ... 15

2.4 Model Pembelajaran ... 16

2.5 Hasil Belajar ... 18

2.6 Aktivitas Belajar ... 18

2.7 Pembelajaran Matematika ... 19

2.8 Hepotisis Tindakan ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian ... 24

3.1.1 Subjek Penelitian ... 24

3.2 Model Pembelajaran yang dipilih ... 24

3.3 Prosedur Penelitian ... 24

3.4 Rancangan Tindakan Penelitian ... 25

3.5 Langkah-langkah Penelitian ... 26

3.6 Instrumen Penelitian ... 29

3.7 Tehnik Analisa Data ... 29

3.8 Indikator Keberhasilan PTK ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Sekolah ... 32

4.2 Hasil Penelitian ... 36


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 49 5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel 3.1. Kriteria Nilai Siswa ... 30

2. Tabel 4.1. Keadaan Sarana dan Prasarana Gedung SDN 4 Talang... 33

3. Tabel 4.2. Daftar Nama Guru, Pegawai dan Penjaga SDN 4 Talang ... 33

4. Tabel 4.3. Keadaan Siswa SDN 4 Talang ... 35

5. Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus I ... 38

6. Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus II ... 43

7. Tabel 4.6. Peningkatan Prosentase Hasil Belajar Matematika Siswa dari Siklus I ke Siklus II ... 46


(8)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya : Nama : Masjaleha Siregar

NPM : 0913069061

Program Studi : S-1 PGSD Dalam Jabatan

Judul PTK : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa Kelas V SDN 4 Talang Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

Dengan ini menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini adalah benar hasil pekerjaan saya sendiri, dan bukan tiruan, duplikat, plagiat dari orang lain. Jika kemudian hari terdapat tiruan, duplikat, plagiat dari orang lain, maka saya bersedia diberi sanksi akademik sebagaimana peraturan yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, Januari 2013 Yang Membuat Pernyataan


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Di Kelas V SDN 4 Talang Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. PTK ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan tugas akhir dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unila;

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unila;

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unila; 4. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd. selaku Pembimbing yang telah membimbing

dan memotivasi penulis hingga terselesainya penulisan PTK ini;

5. Bapak Drs. Hi. Sugiman, M.Pd. selaku Pembahas yang senantiasa penulis harapkan masukan dan saran-saranya dalam pembahasan PTK ini;

6. Ibu Hendratati, A.Ma., selaku Kepala SDN 4 Talang Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan arahan dalam pengambilan data penelitian ini;


(10)

7. Rekan-rekan Mahasiswa S-1 PGSD Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unila yang telah memberikan kritik, saran dan kerjasamanya;

8. Kepada semua pihak yang telah memberikan doa serta semangat kepada saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih ada kekurangan, akan tetapi sedikit harapan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis,


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Penguji : Drs. Muncarno, M.Pd ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Hi. Sugiman, M.Pd ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(12)

Judul Tugas Akhir : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa Kelas V SDN 4 Talang Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

Nama Mahasiswa : Masjaleha Siregar

NPM : 0913069061

Program Studi : S-1 PGSD

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd NIP 19510507 198103 1 002

Dosen Pembimbing

Drs. Muncarno, M.Pd


(13)

MOTTO

Berangkat dengan penuh keyakinan

Berjalan dengan penuh keikhlasan

Istiqomah dalam menghadapi cobaan

“Yakin, Ikhlas, Istiqomah”


(14)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh kasih sayang, saya persembahkan skripsi ini kepada :

1. Suami tercinta Huzzah Rambe, S.H yang selama ini memberikan dukungan lahir dan batin sehingga saya bisa menyelesaikan studiku.

2. Anak-anaku tersayang Hilda Febrina, Abdul Malik, Zahra Rosalina yang selalu mendo’akanku.


(15)

PERSETUJUAN CETAK

Judul Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa Kelas V SDN 4 Talang Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

Nama Mahasiswa : Masjaleha Siregar

NPM : 0913069061

Program Studi : S-1 PGSD

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Program Studi PGSD

Dr. Darsono, M.Pd

NIP 19541016 198003 1 003

Dosen Pembimbing

Drs. Muncarno, M.Pd


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Pendidikan merupakan pengembangan potensi dalam menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pelajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Tujuan dari penyelenggaraan sistem pendidikan nasional akan berpengaruh pada mutu siswa untuk mampu menghadapi tantangan dimasa depan dalam menghadapi globalisasi pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas.

Dalam dunia pendidikan sekarang ini berkembang satu paradigma baru bahwa belajar tidak harus dari guru.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Lie (2002: 5) menyatakan bahwa guru perlu menyusun dan melaksanakan pembelajaan berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut :

1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dikembangkan oleh siswa, 2. Siswa mengembangkan pengetahuan secara aktif,


(17)

2

4. Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa.

Kutipan di atas mengisyaratkan bahwa belajar merupakan proses aktif membangun struktur pengetahuan, sikap, keterampilan baru interaksi antara- siswa dengan sumber belajar, dimana aktifitas belajar dapat bersifat fisik maupun mental.

Didalam belajar diperlukan aktifitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, oleh sebab itulah tidak akan ada belajar apabila tanpa adanya aktifitas. Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna apabila aktifitas yang dilaksanakan saat pembelajaran menarik bagi siswa, oleh sebab itu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menarik (PAIKEM) sangat diperlukan agar tujuan pembelajaran yang dirumuskan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang penulis alami di lapangan, bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah. Hal itu bisa dilihat dari hasil belajar siswa pada pre-tes yang dilakukan peneliti pada mata pelajaran matematika belum memenuhi kretaria ketuntasan minimum. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 5.4, dari 29 siswa yang mengikuti ujian hanya 10 siswa (33%) yang mampu mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Sisanya 19 siswa (67%) belum mampu mencapai KKM yang ditetapkan sekolah.

Faktor penyebab rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika di kelas V SDN 4 Talang, ternyata disebabkan oleh motivasi siswa dalam belajar kurang terbangun.-


(18)

3

Hal ini karena kebiasaan guru yang mengelola kelas masih dengan model konvensional. Kebiasaan guru mengajar dengan metode ceramah sehingga terlalu teoritis, pola-pola yang monoton dan pemberian tugas tanpa pengawasan yang intensif tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk- berekspresi. Hal tersebut mengakibatkan siswa mengalami kejenuhan sehingga kurang termotivasi, hal ini berdampak pada daya serap dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran- matematika sehingga setiap kali diadakan uji kompetensi hasil belajar yang didapat tidak seperti apa yang diharapkan.

Untuk itu diperlukan inovasi pembelajaran semacam strategi atau cara belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Strategi belajar yang mendorong siswa untuk aktif dan kooperatif dalam kebersamaan sehingga mereka memiliki kesempatan untuk berekspresi, saling membantu dan saling mengisi kekurangan masing-masing. Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan sendiri, dan saling mengisi dalam kelompok seperti bermain, maka siswa akan merasa senang, sehingga tumbuhlah minat dan motivasi serta kreativitas untuk belajar, khususnya pembelajaran matematika.

Dari observasi yang penulis alami di atas, upaya yang diperkirakan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menurut Rahayu, (2003: 13), bahwa “STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk mendekatkan pendekatan

kooperatif”. Jadi, inti dari tipe STAD ini adalah bahwa guru menyampaikan


(19)

4

sampai 5 orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Peran guru disini adalah sebagai fasilitator, motivator dan memonitor agar siswa aktif, kreatif selama proses belajar mengajar berlangsung dan siswa- diberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas secara bersama dalam kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran kooferatif tipe STAD- sebagai pendekatan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan topik penelitian “Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika- dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)”.

I.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis akan mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran guru cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional

2. Aktivitas belajar siswa masih rendah 3. Hasil belajar siswa masih rendah

4. Siswa jarang diberi kesempatan untuk mengerjakan tugas secara bersama dalam kelompok.


(20)

5

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan bahwa hasil belajar matematika belum mencapai KKM. Adapun permasalahnya adalah : ”Bagaimanakah aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika di kelas V SDN 4 Talang Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD tTahun Pelajaran 2012/2013?”.

1.4.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran STAD di kelas V SDN 4 Talang Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa

a. Memperoleh kemudahan dalam belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Memperoleh peningkatan dalam prestasi belajar matematika. 2. Guru

a. Memperoleh kemampuan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

b. Memperoleh keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran dengan berbagai metode.


(21)

6

c. Memperoleh pengalaman dalam penelitian. 3. Sekolah

a. Memiliki guru yang terampil dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode yang tepat.

b. Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dalam pengembangan pendidikan.

4. Peneliti

a. Memperoleh pengetahuan tentang bagaimana cara meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

b. Memperoleh pengalaman baru tentang bagaimana menggunakan model-model pembelajaran.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivistis. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dan berbagi dengan temannya. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Seperti dijelaskan oleh Trianto (2007: 41), dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku / ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan semua siswa supaya dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Semua anggota kelompok bertugas mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu antar teman guna mencapai ketuntasan belajar.

Sebagaimana model-model pembelajaran yang lain, model pembelajaran kooperatif juga memiliki tujuan-tujuan, yaitu: (1) untuk meningkatkan partisipasi siswa, (2) memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, dan (3)-


(23)

8

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Trianto 2009: 58).

Tujuan-tujuan tersebut merupakan upaya memenuhi tuntutan perkembangan masyarakat yang semakin demokratis. Maka pendidikan juga seyogyanya megajarkan proses demokratis secara langsung. Tingkah laku kooperatif dipandang oleh Dewey dan Thelan (Trianto, 2009: 63) sebagai dasar demokrasi, dan sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi.

Supaya pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik, menurut Lungren yang dikutip oleh Ratumanan dalam Trianto (2009: 65) ada unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan kepada siswa, yaitu: (1) siswa harus

memiliki persepsi sama bahwa mereka “tenggelam” atau “berenang” bersama; (2) para siswa memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun temannya dalam kelompok; (3) kesamaan pandangan dalam kelompok tentang tujuan yang mau dicapai; (4) pembagian tugas dan tanggung jawaw dalam kelompok harus seimbang; (5) evaluasi dan penghargaan akan diberikan secara kelompok; (6) siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar; dan (7) siswa juga diminta pertanggungjawaban secara individual mengenai materi yang dipelajari dalam kelompok.

Selain ketujuh unsur dasar tersebut, menurut Bobbi Deporter dkk, (2005: 164) ada lima ketrampilan yang merangsang belajar siswa dan hal ini perlu dipersiapkan pada diri siswa secara bertahap, yaitu ; (1) konsentrasi terfokus;-


(24)

9

(2) cara mencatat; (3) organisasi dan persiapan tes; (4) membaca cepat; (5) teknik mengingat.

Dari uraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa dan mereka saling tergantung dalam struktur pencapaian tugas, tujuan dan penghargaan. Keberhasilan ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok.

2.2.Student Team Achievement Division (STAD)

Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins. Dalam pembelajaran ini Siswa dibagi dalam beberapa- kelompak, tiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen (Depelovment MA Project, 2002: 31), sehingga dalam satu kelompok akan terdapat satu siswa berkemampuan tinggi, dua orang kemampuan sedang dan satu siswa lagi berkemampuan rendah.

Menurut Slavin (1995: 34) dalam Trianto (2009: 68) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Metode pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai ketrampilan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu (1) Presentasi kelas, (2)-


(25)

10

Kegiatan kelompok, (3) Tes, (4) Perhitungan nilai perkembangan individu, dan (5) Pemberian penghargaan kelompok.

Menurut Nurhadi (2004: 116), model pembelajaran STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa didalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual

(tinggi, rendah, dan sedang)”.

Sedangkan menurut Rahayu (2003: 13) bahwa “STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk

mendekatkan pendekatan kooperatif”.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas disimpulkan bahwa STAD ini adalah suatu model pembelajaran dimana guru menyampaikan materi,- kemudian siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas 4 sampai 5 orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.

2.2.1. Komponen dalam pembelajaran kooperatif STAD adalah sebagai berikut:

1. Presentasi kelas

Sebelum menyajikan materi, guru menekankan arti penting tugas kelompok dan untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan dipelajari. Materi pelajaran yang disajikan sesuai dengan yang akan- dipelajari siswa dalam kelompok. Selama kegiatan ini, siswa diberi pertanyaan-pertanyaan dan guru memberi umpan balik terhadap


(26)

jawaban-11

jawaban siswa. Penyajian materi dilakukan dengan menggunakan media, dengan metode ceramah dan diskusi serta tanya jawab. Siswa harus benar-benar memperhatikan materi yang- disajikan, karena akan membantu siswa dalam mengerjakan tes/kuis. Nilai tes/kuis setiap siswa akan menentukan nilai kelompok.

2. Tahap kegiatan kelompok

Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator dan memonitor setiap kegiatan kelompok. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) diberikan kepada setiap kelompok untuk dipelajari, bukan sekedar diisi dan diserahkan kembali. Siswa mengerjakan tugas secara mandiri atau berpasangan, kemudian saling-mencocokan jawaban dan saling memeriksa ketepatan jawaban dengan teman sekelompok. Jika ada anggota yang kurang memahami maka teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan sebelum meminta bantuan kepada guru. Dalam metode- pembelajaran ini siswa belajar secara kelompok yang akan membantu siswa dalam memahami konsep- konsep ekonomi yang sulit,- disamping itu belajar kelompok juga berguna untuk menumbuhkan kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, dan dapat membantu teman yang kurang memahami materi. Dalam Suparno (1996) Pieget juga mengemukakan bahwa lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran seseorang. Dalam perkembangan kognitif yang lebih rendah, pengaruh lingkungan sosial menjadi lebih berperan dengan teman dan berdiskusi bersama berpengaruh- terhadap perkembangan pemikiran anak. Pieget juga mengemukakan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama,-


(27)

12

namun berbeda-beda kecepatannya. Oleh karena itu, guru mengatur kegiatan kelas dalam kelompok kelompok kecil.

3. Tahap hasil tes belajar

Setiap akhir pembelajaran suatu pokok bahasan dilakukan tes secara mandiri untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kemajuan belajar individu. Setiap siswa tidak diijinkan untuk saling membantu satu sama lain selama mengerjakan tes. Setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk mengerjakan materi tes.

4. Tahap perhitungan nilai perkembangan individu

Nilai perkembangan individu bertujuan untuk memberi kesempatan setiap kelompok untuk meraih prestasi maksimal dan melakukan yang terbaik bagi- dirinya berdasarkan prestasi sebelumnya (nilai awal). Setiap siswa diberi nilai awal berdasarkan nilai rata-rata siswa secara- individual pada tes yang telah lalu atau nilai akhir siswa secara individual dari semester sebelumnya.

5. Tahap penghargaan kelompok

Setelah melakukan tes dan perhitungan nilai perkembangan individu dilakukan perhitungan dengan cara menjumlahkan nilai individu setiap anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota.

2.2.2. Langkah-langkah bagaimana mengantar siswa dalam STAD: 1. Persiapan

a. Guru menentukan dan membatasi materi yang akan diberikan. b. Menetapkan siswa dalam kelompok:


(28)

13

b) Menentukan jumlah kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang.

c) Membagi siswa dalam kelompok secara heterogen dalam kemampuannya.

c. Menentukan nilai dasar yang merupakan nilai rata-rata siswa pada tes yang telah lalu, atau nilai akhir siswa secara individual

2. Tahap pembelajaran

a. Guru menyampaikan informasi materi kepada siswa sesuai dengan TIK. b. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,

diikuti dengan langkah dimana siswa dibawah bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan LDS (Lembar Diskusi Siswa) atau tugas.

3. Evaluasi mandiri dan penghargaan kelompok

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa mengerjakan tes atau kuis secara sendiri-sendiri. Setelah selesai guru memberikan skor individu- dan skor tim yang kemudian diumumkan secara tertulis di papan pengumuman. Skor individu didapat dari nilai tes masing-masing siswa.

2.2.3. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif STAD Menurut Ibrahim, dkk (2000: 72) Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

1) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain

2) Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan


(29)

14

4) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain

Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

1) Membutuhkan waktu yang lama

2) Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandaipun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.

3) Tes , Siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuis atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri dan tidak boleh membantu antar anggota kelompok.

Penentuan Skor, Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang diperoleh siswa masukkan dalam daftar skor individual, untuk melihat peningkatan kemampuan individual. Rata-rata skor peningkatan individual merupakan sumbangan bagi kinerja percapaian hasil kelompok. Penghargaan terhadap kelompok, Berdasarkan skor peningkatan individu diperoleh skor- kelompok. Dengan demikian, skor kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor individu.


(30)

15

2.3.Landasan Konstruktivisme

Proses pembelajaran di sekolah adalah usaha membantu si pembelajar untuk mengalami, mengetahui, dan memiliki pengetahuan. Menurut filsafat konstruktivisme pengetahuan itu adalah bentuk (konstruksi) siswa sendiri yang sedang belajar (Paul Suparno dalam Trianto 2009: 18). Bentukan siswa ini terjadi karena pembelajaran mengolah, mencerna, dan akhirnya merumuskan sendiri dalam otaknya. Pengetahuan dibentuk lewat pengalaman indrawi, melihat, menjamah, membau, mendengar dan akhirnya merumuskan dalam pikiran.

Menurut para konstruktivitis, pengetahuan itu dapat dibentuk secara pribadi (personal). Siswa itu sendiri yang membentuknya. Guru berperan sebagai fasilitator atau moderator. Tugasnya adalah merangsang, membantu siswa untuk mau belajar sendiri, dan merumuskan pengertiannya. Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran siswa aktif dan kritis. Sehingga belajarnya bermakna bagi siswa itu sendiri.

Dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar kurang begitu diminati siswa. Untuk itu, dibutuhkan guru yang mampu merancang pembelajaran secara dinamis. Seperti yang ditawarkan dalam Quantum Teaching oleh Bobbi De Porter dan kawan-kawan (2000: 10) dengan

akronim “ TANDUR”, dari kepanjangan:

1. TUMBUHKAN minat denga memuaskan “Apakah Manfaatnya

BagiKu” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar.

2. ALAMI , ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.


(31)

16

3. NAMAI, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah

“masukan”.

4. DEMONSTRASIKAN, sediakan kesempatan atau waktu bagi pelajar

untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu.”

5. ULANGI, tunjukkan kepada pelajar cara-cara mengulangi materi dan

menegaskan , “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini.”

6. RAYAKAN, usahakan agar setiap penyelesaian, partisipasi, dan perolehan ketrampilan dan ilmu pengtahuan mendapat pengakuan dan penghargaan. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan.

Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa pembelajaran matematika harus dirancang sedemikian rupa sehingga siswa secara dinamis dan aktif membentuk kemampuannya sendiri sesuai dengan pengalaman belajarnya. Maka pilihan model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajarn yang sangat tepat untuk mendukung landasan tersebut.

2.4.Model Pembelajaran

Menurut Joyce (dalam Trianto, 2009: 22), Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk- menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Setiap model pembelajaran mengarahkan guru dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur.


(32)

17

Model pengajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasaan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan belajar yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4)- lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kasdi dan Nur dalam Trianto, 2009: 23).

Arends dalam Trianto (2009: 25), menyeleksi enam model pembelajaran yang sering dan praktis dipergunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Namun Arends dan pakar model pembelajaran yang lain berpendapat, bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakna baik, apabila diujicoobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu. Oleh karena itu, beberapa model pembelajaran yang ada perlu diseleksi, model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk pembelajaran pada materi tertentu.

Berdasarkan teori-teori dapat penulis simpulkan bahwa, model Pembelajaran adalah suatu cara mencapai tujuan jangka panjang sehingga murid dengan mudah menerima setiap pelajaran yang disampaikan oleg guru dengan baik, sehingga tujuan yang dicapai akan berhasil dengan baik.


(33)

18

2.5.Hasil Belajar

Keberhasilan dari proses belajar mengajar dapat diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil berarti suatu akibat yang ditimbulkan atau dibuat oleh sutau usaha. Sedangkan belajar adalah berusaha memproleh kepandaian atau ilmu.

Sedangkan Gadne (Slameto, 2003: 61), berpendapat bahwa “belajar

adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan yang menjadi beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapabilitas baru, kapabilitas inilah yang

disebut hasil belajar”. Berarti belajar itu menghasilkan berbagai macam

tingkah laku yang berlainan seperti: pengetahuan, sikap, keterampilan, informasi dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas berbagai hasil belajar.

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh proses atau cara seseorang atau mahluk hidup.

2.6.Aktivitas Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan aktivitas adalah kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam setiap bagian didalam instansi/lembaga/perusahaan.

Pengertian belajar menurut Syah adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang terjadi dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Artinya tindakan belajar benar-benar dilakukan secara khusus dan sengaja bukan karena kebetulan.


(34)

19

Dari 2 (dua) pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan khusus yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.

2.7.Pembelajaran Matematika 2.7.1. Pengertian Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pembelajaran adalah proses atau cara untuk menjadikan seseorang belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan tenaga pendidik dan nara sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Undang-Undang No. 20/2003, Bab I Pasal 1 Ayat 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Dari pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran adalah proses atau cara yang yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh hasil belajar.

2.7.2. Pengertian Matematika

Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematick (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir). Jadi berdasarkan etimologis (Elea Tinggih dalam Erman Suherman, (2003: 16), perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan


(35)

20

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2007: 732), pengertian matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa ciri yang sangat penting dalam matematika adalah disiplin berpikir yang didasarkan pada berpikir logis, konsisten, inovatif dan kreatif.

2.7.3. Fungsi dan Tujuan Matematika

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistik, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.

Tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa untuk memiliki:

1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.

3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis,-


(36)

21

berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.

2.7.4. Pengantar Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD)

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang amat pesat baik materi maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari . Penguasaan matematika secara baik sejak dini perlu ditanamkan sehingga konsep-konsep dasar matematika dapat diterapkan dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memakai konsep dasar matematika maka anak akan memiliki bekal untuk menguak perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang pesat dewasa ini.

Dalam pembelajaran matematika tentunya tidak lepas dari ciri matematika itu sendiri (Depdikbud, 1996), yaitu (1) memiliki objek kejadian yang abstrak dan (2) berpola pikir deduktif dan konsisten. Disamping itu matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

2.7.5. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Tujuan Pembelajaran Matematika di SD (Depdikbud, 1996) adalah:

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.


(37)

22

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

3. Menambah dan mengembangkan keterampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah.

5. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

Menurut BSNP (2006: 417), “Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran, serta

pengolahan data.” Ketiga aspek tersebut kemudian dijabarkan lagi menjadi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diterjemahkan dan diaplikasikan menjadi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Berdasarkan kajian pustaka di atas, apabila dalam pelaksanaan proses belajar khusunya pembelajaran matematika seorang guru harus menguasai betul karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswanya, serta mengetahui metode atau model pembelajaran apa yang cocok dengan mata pelajaran itu sendiri. Dengan demikian tujuan yang akan dicapai dalam setiap pembelajaran dapat dicapai.


(38)

23

2.8.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas maka hipotesis penelitian ini adalah:

“Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN 4 Talang Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung”.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Setting Penelitian

3.1.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas V.A SDN 4 Talang Kecamatan

Teluk Betung Selatan Bandar Lampung, dengan jumlah siswa 29 orang yang

terdiri atas 13 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

3.2.Model Pembelajaran yang dipilih

Dari berbagai macam model pembelajaran kooperatif, peneliti memilih model pembelajaran kooperatif STAD, karena model pembelajaran ini dipandang tepat atau sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Tentu semua itu supaya guru dan siswa merasakan adanya kemudahan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat tercapai secara tuntas.

3.3.Prosedur Penelitian

1. Menetapkan jumlah siklus yang dilaksanakan.

2. Menetapkan kelas yang telah dijadikan objek penelitian, yaitu kelas V SDN 4 Talang Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung

3. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar penelitian. 4. Menyusun perangkat pembelajaran, yang meliputi:


(40)

25

1) Merancang alat observasi siswa dalam kegiatan pembelajaran; 2) Rencana perbaikan pembelajaran;

3) Lembar kerja siswa (LKS).

Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui (Suharjono : 2006) yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. gambarkan prosedur tindakan terdapat dalam gambar 3.1.

Siklus I

Gambar 3.1. Model siklus penelitian (Suhardjono,2006).

3.4.Rancangan Tindakan Penelitian

Rencana tindakan penelitian yang diterapkan antara lain adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan jumlah siklus yaitu telah dilaksanakan dua siklus. Permasalahan Perencanaan

tindakan I

Pelaksanaan tindakan I

Refleksi I Pengamatan/ pengumpulan data I

Perencanaan tindakan II

Refleksi II

Pelaksanaan tindakan II Pengamatan/ pengumpulan data Dilanjutkan ke siklus selanjutnya Permasalahan baru hasil refleksi Apabila permasalahan belum terselesaikan


(41)

26

b. Menetapkan kelas yang telah dijadikan objek penelitian, yaitu kelas V.A

SDN 4 Talang Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung.

c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar penelitian. d. Menyusun perangkat pembelajaran, yang meliputi :

1) Merancang alat observasi siswa dalam kegiatan pembelajaran; 2) Rencana perbaikan pembelajaran;

3) Lembar kerja siswa (LKS).

3.5.Langkah-langkah penelitian

Langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yang diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus I

1) Perencanaan

a) Menentukan pokok bahasan, b) Membuat rencana pembelajaran,

c) Menyiapkan instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan lembar kerja siswa.

2) Pelaksanaan

a) Mengadakan pre-test pada awal kegiatan

Guru mengajukan beberapa pertayaan kepada siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran ( terlampir pada halaman ) c) Guru menyampaikan materi pembelajaran

d) Siswa ditugaskan untuk berdiskusi dengan teman sebangku (terlampir pada halaman )


(42)

27

e) Mengadakan tanya jawab

f) Membimbing siswa merangkum materi g) Membimbing siswa membuat kesimpulan

h) Memberikan tes dan tindak lanjut ( terlampir pada halaman ) 3) Observasi

Pengamatan dilakukan selama tahap pelaksanaan pemebalajaran berlangsung. Pengamatan yang dilakukan adalah tentang aktivitas siswa siswa dalam pembelajaran dan mencatat kelebihan dan kekurangan mengenai jalannya kegitan pembelajaran dalam instrumen kegiatan siswa sebagai bahan dalam refleksi.

4) Refleksi

Refleksi dilakukan untuk merancang perbaikan dalam pembelajaran. Hasil refleksi ini akan dijadikan sebagai bahan perbaikan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

1) Perencanaan

Kegiatan perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus I. Apa yang menjadi kelemahan pada kegiatan siklus I, diupayakan untuk tidak terjadi lagi pada siklus II. Adapun rincian kegiatan pada tahap perencanaan yaitu:

a) Menentukan pokok bahasan,

b) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran,

c) Menyiapkan instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan lembar kerja siswa.


(43)

28

2) Pelaksanaan

a) Mengadakan pre-test pada awal kegiatan

Guru bertanya kepada siswa untuk mengetahui pengetahuan dasar siswa terhadap materi.

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran

c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok @5 siswa d) Guru menyampaikan materi pembelajaran

e) Memberikan tugas diskusi kepada kelompok (terlampir pada halaman ) f) Mengadakan tanya jawab

g) Membimbing siswa membuat kesimpulan

h) Memberikan tes dan tindak lanjut ( terlampir pada halaman ) 3) Observasi

Selama tahap pelaksanaan pembelajaran siklus II berlangsung, juga diadakan pengamatan/observasi mengenai aktivitas siswa. Pengamatan ini dilakukan- menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan mencatatat kekurangan mengenai jalannya kegiatan belajar mengajar sebagai bahan diskusi dalam refleksi.

4) Refleksi

Refleksi dilakukan dengan membandingkan hasil observasi pada siklus I dan II Bahan diskusinya adalah temuan-temuan selama pelaksanaan pembelajaran, baik itu kelebihan maupun kelemahannya. Temuan-temuan- tersebut dianalisis untuk mendapatkan gambaran secara umum dari penelitian ini, sehingga akan didapatkan kesimpulan apakah model pembelajaran-


(44)

29

kooperatif dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jika belum berhasil maka di lanjutkan ke siklus III.

3.6.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan penulis dalam menilai proses pembelajaran adalah berupa soal-soal tertulis yang diberikan pada akhir pembelajaran. Soal-soal tersebut berkaitan dengan materi pada saat pembelajaran dilaksanakan.

3.7.Tehnik Analisis Data

Analisis digunakan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat mulai dari tahap persiapan, proses, sampai dengan hasil penelitian, dan dilakukan untuk mempersiapkan apakah semua aspek pembelajaran yang terlibat di dalamnya sudah sesuai dengan kapasitasnya. Data-data yang diperoleh dengan cara observasi, dan tes tertulis, lalu dilakukan analisis sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan dengan hasil- yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Analisis data yang digunakan dalam PTK ini adalah analisis data secara kuantatif.

a. Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I, siklus II. Data kuantitatif didapat dengan menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan dengan rumus sebagai berikut:


(45)

30

Keterangan:

: nilai rata-rata kelas : jumlah semua nilai siswa N : banyak siswa

(Arikunto, 2010: 264)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes formatif merupakan gambaran mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Data ini berbentuk nilai-nilai hasil evaluasi tes tertulis dengan bentuk pilihan ganda. Kriteria nilai yang diperoleh siswa dapat dilihat berdasarkan pedoman pada Tabel 3.4.

Tabel 3.1: Kriteria Nilai Siswa

No. Rentang Nilai Kriteria

1 85 – 100 Sangat Baik

2 70 – 84 Baik

3 55 – 69 Cukup Baik

4 40 – 54 Kurang


(46)

31

Berdasarkan Tabel 3.1. siswa memiliki nilai sangat kurang jika rentang nilainya 00 – 39, nilai kurang jika rentang nilainya 40 – 54, nilai cukup baik jika rentang nilainya 55 – 69, Siswa memiliki nilai baik jika rentang nilainya 70 – 84, nilai sangat baik jika rentang nilainya 85 – 100.

b. Kualitatif

Data kualitatif ini diperoleh dari data non tes yaitu observasi dan angket. Data observasi mengetahui kesulitan siswa dan guru selama proses pembelajaran matematika berlangsung melalui model pembelajaran tipe STAD. Data tersebut juga digunakan untuk menentukan hasil angket. Analisis dan pendeskripsian data non tes ini bertujuan untuk mengungkapkan semua prilaku siswa dan guru- selama proses pembelajaran dari siklus 1 dan siklus 2. Nilai aktivitas siswa itu dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

N : nilai yang dicari/diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa

3.8.Indikator keberhasilan PTK

Indikator keberhasilan merupakan ciri-ciri keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian. Adapun indikator keberhasilan penelitian ini dikatakan berhasil jika ketuntasan belajar siswa minimal 80% dari jumlah siswa kelas V.A SDN 4

Talang Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung dan memperoleh nilai tes di

atas KKM (60) dalam pembelajaran matematika dengan menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan, refleksi atas pengembangan pembelajaran pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat dan penggunaan KPK dan FPB dalam upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada mata pelajaran matematika di kelas V.A SDN 4 Talang Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada peningkatan aktivitas belajar siswa. Rata-rata aktivitas belajar siswa yang dikehendaki pada siklus I ini adalah 68,10%. Sedangkan pada siklus II rata-rata skor dari aktivitas siswa yang dikehendaki meningkat 13,37% dari siklus I yaitu di peroleh 81,47%. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD sudah aktif.

2. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada peningkatan hasil belajar matematika siswa. Pada siklus I di peroleh nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40. Rata-rata nilai siswa 62 dengan 21 orang siswa mencapai KKM dan 8 siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Secara klasikal nilai rata-rata siswa sudah-


(48)

50

mencapai ketuntasan belajar namun masih belum maksimal mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini.

Sedangkan pada siklus II hasil belajar matematika siswa diperoleh nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50 dengan rata-rata kelas 76. Siswa yang sudah mencapai KKM ada 26 orang atau 89,7%, ini berarti sudah melampaui batas KKM yang ditentukan. Sedangkan siswa yang belum mencapai KKM ada 3 orang atau 10,3%, hal ini dimungkinkan ada faktor lain yang mempengaruhinya.

5.2.Saran

Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya, maka oenulis mengajukan saran sebagai berikut :

1. Kepada siswa agar lebih meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, kerjasama dalam kelompok dan kemampuan menghitung bilangan bulat serta kemampuan penggunanan KPK dan FPB.

2. Kepada guru gunakan berbagai media, metode dan model pembelajaran yang menarik dalam setiap pembelajaran untuk memotivasi siswa dalam belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama hasil belajar matematika.

3. Kepada sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

4. Kepada peneliti untuk dapat meningkatkan profesionalisme dan mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian serupa lebih lanjut.


(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada tanggal 21 Juli 1966, sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Baginda Orang Kaya (alm) dan Ibu Tiomas Harahap (alm).

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Purbasinimba, Sumatera Utara selesai pada tahun 1980, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 2 Guung Tua, Sumatera Utara selesai pada tahun 1983, Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di SPG Negeri 1 Medan Sumatera Utara selesai pada tahun 1986.

Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi S-1 PGSD Dalam Jabatan, Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.


(1)

29

kooperatif dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jika belum berhasil maka di lanjutkan ke siklus III.

3.6.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan penulis dalam menilai proses pembelajaran adalah berupa soal-soal tertulis yang diberikan pada akhir pembelajaran. Soal-soal tersebut berkaitan dengan materi pada saat pembelajaran dilaksanakan.

3.7.Tehnik Analisis Data

Analisis digunakan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat mulai dari tahap persiapan, proses, sampai dengan hasil penelitian, dan dilakukan untuk mempersiapkan apakah semua aspek pembelajaran yang terlibat di dalamnya sudah sesuai dengan kapasitasnya. Data-data yang diperoleh dengan cara observasi, dan tes tertulis, lalu dilakukan analisis sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan dengan hasil- yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Analisis data yang digunakan dalam PTK ini adalah analisis data secara kuantatif.

a. Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I, siklus II. Data kuantitatif didapat dengan menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan dengan rumus sebagai berikut:


(2)

Keterangan:

: nilai rata-rata kelas : jumlah semua nilai siswa N : banyak siswa

(Arikunto, 2010: 264)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes formatif merupakan gambaran mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Data ini berbentuk nilai-nilai hasil evaluasi tes tertulis dengan bentuk pilihan ganda. Kriteria nilai yang diperoleh siswa dapat dilihat berdasarkan pedoman pada Tabel 3.4.

Tabel 3.1: Kriteria Nilai Siswa

No. Rentang Nilai Kriteria

1 85 – 100 Sangat Baik

2 70 – 84 Baik

3 55 – 69 Cukup Baik

4 40 – 54 Kurang


(3)

31

Berdasarkan Tabel 3.1. siswa memiliki nilai sangat kurang jika rentang nilainya 00 – 39, nilai kurang jika rentang nilainya 40 – 54, nilai cukup baik jika rentang nilainya 55 – 69, Siswa memiliki nilai baik jika rentang nilainya 70 – 84, nilai sangat baik jika rentang nilainya 85 – 100.

b. Kualitatif

Data kualitatif ini diperoleh dari data non tes yaitu observasi dan angket. Data observasi mengetahui kesulitan siswa dan guru selama proses pembelajaran matematika berlangsung melalui model pembelajaran tipe STAD. Data tersebut juga digunakan untuk menentukan hasil angket. Analisis dan pendeskripsian data non tes ini bertujuan untuk mengungkapkan semua prilaku siswa dan guru- selama proses pembelajaran dari siklus 1 dan siklus 2. Nilai aktivitas siswa itu dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

N : nilai yang dicari/diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa

3.8.Indikator keberhasilan PTK

Indikator keberhasilan merupakan ciri-ciri keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian. Adapun indikator keberhasilan penelitian ini dikatakan berhasil jika ketuntasan belajar siswa minimal 80% dari jumlah siswa kelas V.A SDN 4 Talang Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung dan memperoleh nilai tes di atas KKM (60) dalam pembelajaran matematika dengan menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan, refleksi atas pengembangan pembelajaran pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat dan penggunaan KPK dan FPB dalam upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada mata pelajaran matematika di kelas V.A SDN 4 Talang Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada peningkatan aktivitas belajar siswa. Rata-rata aktivitas belajar siswa yang dikehendaki pada siklus I ini adalah 68,10%. Sedangkan pada siklus II rata-rata skor dari aktivitas siswa yang dikehendaki meningkat 13,37% dari siklus I yaitu di peroleh 81,47%. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD sudah aktif.

2. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada peningkatan hasil belajar matematika siswa. Pada siklus I di peroleh nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40. Rata-rata nilai siswa 62 dengan 21 orang siswa mencapai KKM dan 8 siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Secara klasikal nilai rata-rata siswa sudah-


(5)

50

mencapai ketuntasan belajar namun masih belum maksimal mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini.

Sedangkan pada siklus II hasil belajar matematika siswa diperoleh nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50 dengan rata-rata kelas 76. Siswa yang sudah mencapai KKM ada 26 orang atau 89,7%, ini berarti sudah melampaui batas KKM yang ditentukan. Sedangkan siswa yang belum mencapai KKM ada 3 orang atau 10,3%, hal ini dimungkinkan ada faktor lain yang mempengaruhinya.

5.2.Saran

Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya, maka oenulis mengajukan saran sebagai berikut :

1. Kepada siswa agar lebih meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, kerjasama dalam kelompok dan kemampuan menghitung bilangan bulat serta kemampuan penggunanan KPK dan FPB.

2. Kepada guru gunakan berbagai media, metode dan model pembelajaran yang menarik dalam setiap pembelajaran untuk memotivasi siswa dalam belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama hasil belajar matematika.

3. Kepada sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

4. Kepada peneliti untuk dapat meningkatkan profesionalisme dan mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian serupa lebih lanjut.


(6)

Penulis lahir di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada tanggal 21 Juli 1966, sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Baginda Orang Kaya (alm) dan Ibu Tiomas Harahap (alm).

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Purbasinimba, Sumatera Utara selesai pada tahun 1980, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 2 Guung Tua, Sumatera Utara selesai pada tahun 1983, Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di SPG Negeri 1 Medan Sumatera Utara selesai pada tahun 1986.

Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi S-1 PGSD Dalam Jabatan, Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV SDN 2 GULAK GALIK TELUK BETUNG UTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 43

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN 3 TALANG TELUK BETUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V SDN 4 TALANG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 49

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SDN 5 CIPADANG KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS V B SDN 1 SURABAYA KECAMATAN KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 54

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 53

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 4 PENENGAHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 40

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 38

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SDN 3 TALANG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 70