PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

Oleh NGADIMIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD

NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh:

NGADIMIN

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya perolehan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui model kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Kabupaten Lampung Timur. Metode Penelitian dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus-siklus tindakan, yang berlangsung sebanyak 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas belajar dan tes untuk hasil belajar. Teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas. Aktivitas siswa pada siklus 1 52,83% pada siklus II mengalami peningkatan 9,27%. Hasil belajar siswa pada siklus I belum tuntas karena masih di bawah target keberhasilan yaitu 70% dari KKM ≥ 60. Kemudian peneliti melakukan tindakan siklus II. Pada siklus II hasil belajar siswa yang tuntas sebesar 78,26% dan yang tidak tuntas sebesar 21,73%. Maka pada siklus II hasil belajar meningkat sebesar 21,74%. Pada pembelajaran siklus II, sudah memenuhi target ketuntasan yaitu 70% siswa yang memperoleh nilai ≥ 60.

Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif tipe STAD, aktivitas belajar dan hasil belajar.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah. ... 4

C. Rumuasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian. ... 5

E. Manfaat Penelitian. ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif ... 7

B. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD). ... 9

C. Pengertian Belajar. ... 16

D. Aktivitas Belajar. ... 18

E. Hasil Belajar. ... 20

F. Pengertian Matematika. ... 22

G. Tujuan Matematika. ... 24

H. Implementasi Model Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran Matematika di Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur. ... 26


(7)

B. Prosedur Penelitian ... 30

C. Setting Penelitian. ... 35

D. Data dan Sumber Data. ... 35

E. Instrumen Penelitian. ... 36

F. Teknik Analisa Data. ... 37

G. Indikator Keberhasilan Penelitian. ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Negeri 1 Gunung Mas. ... 43

B. Prosedur penelitian ... 43

C. Hasil Penelitian. ... 46

1. Siklus I... 47

2. Siklus II. ... 63

D. Pembahasan . ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. ... 82

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA... 91 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kualifikasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 29

2. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru ... 30

3. Aktivitas Siswa Siklus I ... 53

4. Aktivitas Guru Siklus I ... 54

5. Hasil Belajar Siswa Siklus I. ... 56

6. Aktivitas Siswa Siklus II... 63

7. Kinerja Guru Siklus II. ... 65

8. Hasil Belajar Siswa Siklus II. ... 66

9. Aktivitas Siswa Siklus III. ... 73

10 Kinerja Guru Siklus III. ... 74

11. Hasil Belajar Siswa Siklus III. ... 76

12. Rekapitulasi Aktivitas Siswa. ... 79

13. Rekapitulasi Data Persentase Kinerja Guru. ... 82

14. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa. ... 84


(9)

Gambar Halaman 1. Hubungan Yang Terjadi Antara Kelompok Asal Dan Kelompok Ahli .. 10 2. Siklus Kegiatan PTK ... 41 3. Diagram Kenaikan Rata-rata Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Model

Kooperatif Tipe Jigsaw ... 80 4. Diagram Kenaikan Rata-rata Kinerja Guru dalam Pembelajaran Model

Kooperatif Tipe Jigsaw. ... 82 5. Diagram Rekapitulasi Nilai hasil belajar dalam Pembelajaran Model

Kooperatif Tipe Jigsaw. ... 85 6. Diagram Rekapitulasi Persentase Ketuntasa Hasil Belajar dalam


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 6

2. Surat keterangan. ... 87

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 94

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 99

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I. ... 104

6. Lembar Ahli 1 Siklus I ... 107

7. Lembar Ahli 2 Siklus II... 109

8. Lembar Ahli 3 Siklus III. ... 111

9. Lembar Ahli 4 Siklus I. ... 103

10.Lembar Ahli I Siklus II. ... 104

11.Lembar Ahli 2 Siklus II... 106

12.Lembar Ahli 3 Siklus II... 108

13.Lembar Ahli 4 Siklus II... 110

14.Lembar Ahli I Siklus III. ... 112

15.Lembar Ahli 2 Siklus II... 114

16.Lembar Ahli 3 Siklus III. ... 116

17.Lembar Kerja Siswa. ... 118

18.Lembar Kerja Siswa. ... 120

19.Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa. ... 124

20.Pembagian Kelompok Ahli. ... 128

21.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran. ... 132

22.Lembar Instrumen Observasi Terhadap Siswa. ... 134

23.Aktivitas Siswa . ... 135

24.Panduan Wawancara Dengan Guru. ... 141


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya. Menurut

Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut

adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Perolehan hasil belajar matematika SD Negeri 1 Gunung Mas di Kelas V masih jauh dari hasil belajar yang diharapkan. Dari hasil pengamatan langsung yang dilakukan terhadap perilaku siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas, masih terlihat siswa yang tidak memperlihatkan penjelasan guru, malas-malasan dalam kegiatan belajar, kurangnya respon siswa terhadap pertanyaan yang diberikan olah guru. Hal ini disebabkan karena siswa merasakan kegiatan pembelajaran yang kurang menarik karena kelas masih didominasi oleh guru sehingga siswa menjadi pasif. Dengan demikian, penulis mencoba melakukan penelitian terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas.

Kurangnya aktivitas belajar matematika siswa dalam proses belajar mengajar telah lama menjadi bahan pikiran setiap guru kelas sekolah dasar, hal ini terlihat bahwa pada umumnya siswa menampakkan sikap yang kurang


(12)

bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam menerima pelajaran. Kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran tersebut akan berpengaruh dalam proses belajar mengajar, karena akan mengakibatkan suasana kelas kurang aktif dan interaksi timbal balik antara guru dan siswa kurang, serta antara siswa dengan siswa tidak terjadi, sehingga siswa cenderung bersikap pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru dan pada akhirnya hasil belajar mereka rendah dan tidak memenuhi standar KKM yang telah ditetapkan,

Dilihat dari data prasurvei, yang dilakukan pada ulangan tengah semester ganjil 2012 diketahui bahwa nilai hasil belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas masih rendah. Diperoleh data bahwa dalam pembelajaran Matematika masih banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh Kelompok Kerja Guru Kecamatan Marga Sekampung, yaitu 60.

Tabel 1.1 Nilai Tes Ulangan Semester Ganjil Mata Pelajaran Matematika Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2012/2013

No Nilai Kriteria Jumlah siswa %

1 2 ≥ 60 < 60 Tuntas Tidak tuntas 6 10 37,5% 62,5 %

Jumlah 16 100

Sumber: Buku Daftar Nilai Ulangan Semester Ganjil Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2012/2013 (berdasarkan KKM)

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa jumlah siswa yang tuntas mencapai 6 siswa (37,5%) dan yang belum tuntas atau belum mencapai KKM sebanyak 10 siswa (62,5%). Aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak menyimak


(13)

materi yang disampaikan oleh guru, serta proses interaksi antara guru dan siswa kurang terlihat.

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, disebabkan karena belum optimal model pembelajaran oleh guru. Karena selama ini pada umumnya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga mata pelajaran matematika menjadi tidak menarik. Belum digunakan model kerja kelompok. Pembelajaran matematika lebih terfokus pada guru, sedangkan siswa hanya menerima penjelasan dari guru adanya. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mencoba dan menemukan sendiri konsep secara langsung. Oleh karena itu guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajaran dengan baik sehingga menyebabkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Kecamatan Marga Sekampung Lampung Timur pada pelajaran Matematika.

Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kretivitas dan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan aktivitas siswa yang meningkat, sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai.

Memahami berbagai masalah yang muncul di atas, maka peneliti menerapkan solusi pembelajaran yang mana diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Metode pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika ini yaitu model pembelajaran Kooperatif TipeSTAD. Dengan model pembelajaran STAD ini akan lebih mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah matematika serta mendorong siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran,


(14)

sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran matematika. Selanjutnya siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mampu memahami dan dapat saling bekerja sama dengan kelompoknya sehingga ilmu yang didapat lebih banyak dari hasil bertukar fikiran tersebut.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang berjudul

“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu:

1. Aktivitas belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur rendah.

2. Hasil belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur Rendah.

3. Minat belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur kurang.

4. Masih banyak siswa yang beranggapan belajar matematika pelajaran yang menakutkan

5. Guru belum menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.


(15)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menyusun rumusan rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui Model Kooperatif Tipe STAD siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa melalui Model Kooperatif Tipe STAD siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui Model Kooperatif

Tipe STAD siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur. 2. Meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model Kooperatif Tipe

STAD siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas melalui model Kooperatif Tipe STAD dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur, sebagai berikut:

1. Bagi siswa yaitu :

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur.


(16)

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru bahwa model Kooperatif Tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran matematika.

3. Bagi Sekolah yaitu :

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian Visi Sekolah.

4. Bagi Peneliti

menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya model-model Kooperatif Tipe STAD pada mata pelajaran matematika.


(17)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28),

“Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan keterampilan

sosial yang bermuatan akademik”.

Slavin (dalam Isjoni, 2011: 1η) menyatakan bahwa “pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-θ orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.


(18)

Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini (2006: 4)

adalah “hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat

menerima berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan

keterampilan sosial”. Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: ηι)

menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps (dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan masalah. Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.

2. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama. b) Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan

dilakukan evaluasi setelahnya.

c) Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama selama pembelajaran.

d) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok


(19)

Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4) sebagai berikut:

a) Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b) Kelompok dibentuk secara heterogen.

c) Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu

Pada model pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan kerjasama dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan pendapat, dan saling menghargai pendapat teman sekelompoknya.

B. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student

teams achievement divisions). Tipe STAD dikembangkan oleh Robert

Salvin dan teman- temannya di Universitas John Hopkin. STAD merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dalam pelaksanaannya siswa dikelompokkan ke dalam 4- 5 orang tiap kelompoknya. Setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki- laki dan perempuan, berasal dari berbagai, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran. Selanjutnya secara individual setiap minggu atau dua minggu siswa diberi kuis.Hasil kuis diberi skor dan dibandingkan dengan skor dasar untuk menentukan skor peningkatan individu dan skor kelompok. Ada lima komponen utama dalam dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student teams achievement divisions)


(20)

yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai individu dan penghargaan kelompok. Dalam laporan ini penulis mengambil salah satu dari kelima tipe tersebut yaitu kerja kelompok.

Teknik mengajar Student Teams Achievement Divisions (STAD) dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends 1997 : 111).

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Student teams achievement divisions (STAD) didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya


(21)

sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.

Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan

harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang

ditugaskan” (Lie, A. 1994 : 2ι).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran student teams achievement divisions (STAD), terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Menurut Arends (1997: 115-117) Lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: 1) penyajian kelas, 2) belajar kelompok, 3) kuis, 4) skor perkembangan, 5) penghargaan kelompok.


(22)

Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe StudentTeams Achievement Division (STAD).

1. Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.

a) Pembukaan

1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.

2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.

3) Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

b) Pengembangan

1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.

2) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.


(23)

3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.

5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

c) Latihan Terbimbing

1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.

2) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.

3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2. Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.

Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara


(24)

menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan.

Selanjutnya menurut Arends (1997: 118) langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut:

1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.

2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.

3) Bagikan lembar kegiatan siswa.

4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan


(25)

untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.

6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

3. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. 4. Penghargaan Kelompok

Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

C. Pengertian Belajar

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus


(26)

dan respon. Menurut Suryabrata, (1984: 252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Belajar (2002: 12) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Djamarah, Bahri (1999: 21) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Djamarah, Bahri 1999: 22) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.


(27)

Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:

1. Adanya dorongan rasa ingin tahu.

2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya

3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.

4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya. 5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. 6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi

diri.

7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. 8. Untuk mengisi waktu luang.

Menurut analisis penulis, Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.


(28)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah

“kegiatan / keaktifan”. Poewadarminto menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. S. Nasution menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan. belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 7) merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Selanjutnya

Sardiman (1994: 24) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud

pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif.

Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Sardiman (2004: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan ke dalam 8 kelompok.

1. Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca,

memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

2. Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities, seperti : mendengarkan uraian,

percakapan diskusi, musik dan pidato.

4. Writting Activities, seperti : menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.


(29)

5. Drawing Activities, seperti ; menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat

konstruksi, model, mereparasi, bermain dan berternak.

7. Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup

Mengerjakan matematika mengandung makna aktivitas guru mengatur kelas sebaik-baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga siswa dapat belajar metematika. Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri – ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.

Menurut Hamalik (2001: 2κ), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”.

Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sedangkan, Sardiman (2003: 22)

menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri

manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta,


(30)

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Natawijaya dalam Depdiknas (2005 : 31), belajar aktif

adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan

siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan

psikomotor”

E. Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.

Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh


(31)

guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sedangkan menurut Kingsley dalam Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, dan (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989: 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981: 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002: 39)

"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Muhammad, 204: 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi


(32)

perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

F. Pengertian Matematika

Kata "matematika" berasal dari bahasa Yunani Kuno μά μα (máthēma), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi "pengkajian matematika", bahkan demikian juga pada zaman kuno. Kata sifatnya

adalah μα ματ ός (mathēmatikós), berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih jauhnya berarti matematis. Secara khusus, di dalam bahasa Latin ars mathematica, berarti seni matematika. (http://id.wikipedia.org/ wiki/Matematika).

Bentuk jamak sering dipakai di dalam bahasa Inggris, seperti juga di dalam bahasa Perancis les mathématiques (dan jarang digunakan


(33)

sebagai turunan bentuk tunggal la mathématique), merujuk pada bentuk jamak bahasa Latin yang cenderung netral mathematica (Cicero),

berdasarkan bentuk jamak bahasa Yunani τα μα ματ ά (ta

mathēmatiká), yang dipakai Aristoteles, yang terjemahan kasarnya

berarti "segala hal yang matematis". Tetapi, di dalam bahasa Inggris, kata benda mathematics mengambil bentuk tunggal bila dipakai sebagai kata kerja. Di dalam ragam percakapan, matematika kerap kali disingkat sebagai math di Amerika Utara dan maths di tempat lain.

Suatu hasil interaksi manusia dengan lingkungan adalah munculnya konsep matematika. Konsep-konsep matematika merupakan hasil abstraksi ide-ide yang diperoleh manusia dari hasil pengamatan alam semesta. Secara singkat dapat dikatakan bahwa matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis sehingga konsep-konsep matematika saling bertoleransi dan konsep-konsep ini berdasarkan pada konsep-konsep yang telah ada pada ide-ide sebelumnya.

Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu perlu adanya desain khusus untuk mningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika.

“Matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan satu dengan yang lain yang membentuknya, (2). Cara berpikir (way of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3). Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai bahasa (a language)


(34)

dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai pengertian matematika sekolah.” (Reyt.,et al, 199κ :4)

Tidak terdapat definisi matematika yang tunggal dan disepakati oleh semua pakar matematika. Definisi-definisi yang muncul tentang matematika tergantung pada tujuan pembuat definisi itu. Meskipun demikian, dapat terlihat adanya karakteristik matematika yang membedakan dari ilmu pengetahuan yang lain, antara lain:

a. Memiliki objek kajian abstrak b. Bertumpu pada kesepakatan c. Berpola pikir dedukatif

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti e. Memperhatikan semesta pembicaraan f. Kosisten dalam sistemnya.

Struktur matematika tersusun atas pertanyaan atau aksioma, definisi dan pengertian bukan pangkal atau teorema. Memperhatikan kekhasan matematika tersebut maka dalam mempelajari konsep matematika tidak dapat hanya semata-mata menghafal definisi, aksioma dan lain-lain, namn ditekankan kepada kemampuan mencerna, mengolah kembali konsep-konsep matematika ini menjadi alat pengolah atau penyelesaian masalah.


(35)

Untuk memenuhi kebutuhan akan belajar, masyarakat menyelenggarakan sekolah sebagai tempat pendidikan dan pengajaran. Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku. Pengajaran menunjukan suatu yang mengandung terjadi proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membantu anak menjadi orang dewasa mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang dewasa adalah orang yang tahu akan dirinya apa adanya dan dapat mempergunakan kemampuannya secara penuh.

Matematika diberikan di setiap jenjang pendidikan, tujuan dari pembelajaran matematika ini adalah menanamkan daya nalar. Sedangkan pangkal dari tujuan belajar matematika adalah keterampilan memecahkan masalah. Tujuan pembelajaran matematika menjadi tujuan yang bersifat formal dan material. Tujuan yang bersifat formal lebih menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian. Sedangkan tujuan yang bersifat material lebih menerapkan kepada kemampuan menerapkan matematika dan keterampilan matematika.

Tujuan belajar dikatakan tercapai apabila telah terjadi transfer belajar. Transfer belajar berarti pemindahan hasil belajar dari mata pelajaran yang satu kemata pelajaran yang lain atau ke kehidupan di luar sekolah. Kemampuan mentrasfer ini dapat kita lihat pada saat peserta didik mempraktekkan keterampilannya ke berbagai situasi atau


(36)

masalah. Segala usaha dikerahkan agar peserta didik berhasil menguasai pengetahuandan keterampilan matematika untuk dapat memecahkan masalah-masalah baik di matematika itu sendiri maupun di ilmu yang lain. Bila usaha ini berhasil, dikatakan transfer belajar tercapai. Dengan demikian, transfer belajar berkenaan dengan adanya konsep atau teorema matematika yang telah terorganisasi di dalam pikiran sehingga adanya konsep dan teorema ini dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Dari berbagai pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar Matematika merupakan suatu proses belajar yang dilakukan dengan sadar dan terarah dimana individu belajar dengan tujuan untuk melatih cara berfikir dan bernalar serta melatih kemampuan memecahkan masalah.

H. Implementasi Model Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran Matematika di Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur.

Model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin, dan merupakan tipe pembelajaran Cooperative Learning yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa yang menyajikan informasi akademik kepada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks. Pembelajaran


(37)

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang bersifat heterogen. Komponen utama tipe STAD adalah presentasi kelas, kegiatan kelompok, kuis/test, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok (Asma, 2006: 51).

Berdasarkan keterangan di atas bahwasannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebab dalam proses pembelajarannya STAD menekankan keterlibatan siswa secara aktif, sehingga mendorong siswa untuk mencari dan menemukan jawaban berdasarakan pengalaman yang dialaminya selama proses pembelajaran. Hal inilah yang mendorong munculnya aktivitas belajar yang mandiri serta meningkatkan hasil belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan dan menjadi tujuan dapat dilihat sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

a. Guru mengucapkan salam kepada siswa dan siswa menjawab salam guru

b. Guru membimbing siswa untuk berdo’a bersama sebelum sebelum proses pembelajaran dimulai

c. Apersepsi

d. Guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar dan mengecek kehadiran siswa.


(38)

e. Guru mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara lebih bermakna

2. Kegiatan Inti

a. Siswa memeperhatikan penjelasan guru tentang pengertian pecahan serta contoh-contoh bentuk pecahan yang dijadikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD oleh guru.

b. Siswa diberikan pertanyaan melalui gambar pecahan, dan siswa menjawab pertanyaan dengan menjawab nilai pecahan yang di maksud

c. Siswa bertanya tentang materi yang belum difahaminya d. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil

e. Siswa melakukan diskusi kelompok tentang bentuk pecahan dan nilai pecahan dengan cara mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan baru yang dimilikinya

f. Siswa mengamati serta menyelidiki masalah yang diberikan guru sehingga siswa menemukan jawabannya secara berkelompok g. Siswa mencatat hasil diskusi serta melaporkannya kepada guru. h. Siswa berbagi pengalaman kepada siswa lainnya, atau kelompok

lainnya. 3. Kegiatan akhir

a. Guru bersama-sama siswa melakukan refleksi tentang kegiatan-kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

b. Guru melakukan penilaian secara objektif kepada masing-masing kelompok yang telah melakukan diskusi

c. Guru bertanya tentang kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa.


(39)

Tabel 2.1 Format Pengamatan Aktivitas Siswa No Nama

Siswa

Aktivitas Siswa J

m l

Ke t

1 2 3 4 5

a b c a b c a b c a b c a b c 1 AM

2 AD 3 BD 4 CA 5 CD 6 DW 7 FN 8 GH 9 GN 10 GM 11 HI 12 HM 13 JK 14 JL 15 KM 16 KW

Keterangan :

1. Memperhatikan guru menerangkan a. Amat baik

2. Mencatat materi yang sedang diajarkan b. Baik

3. Berdiskusi dalam kelompok c.

Cukup

4. Menjawab pertanyaan guru

5. Mempresentasikan hasil diskusi keseluruh kelas

I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis sebagai

berikut: “Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model Kooperatif Tipe STAD dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input

kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

B. Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2006: 3) mengemukakan “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama”. Jadi PTK bisa dikatakan suatu tindakan yang disengaja

untuk mendapatkan kegiatan belajar mengajar dengan hasil yang maksimal yang berfokus pada kegiatan pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas juga harus adanya hubungan atau kerjasama antara peneliti dengan guru baik dalam pembelajaran maupun dalam menghadapi permasalahan yang nyata di kelas. Dalam hal ini Arikunto


(41)

(2006:63) mengemukakan “Kerjasama (kolaborasi) antar guru dengan

peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui kerjasama, mereka secara bersama menggali dan mengkaji permasalahan yang dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah.

Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah: 1) Penetapan fokus permasalahan, 2) Perencanaan tindakan, 3) Pelaksanaan tindakan, 4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi), 5) Refleksi (analisis, dan interpretasi), dan 6) Perencanaan tindak lanjut.

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut:


(42)

Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Adlan, 2011: 19)

Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua, dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai

Permasalahan Perencanaan Tindakan - I

Pelaksanaan Tindakan - I

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - I SIKLUS - I

Permasalahan baru, hasil

Refleksi

Refleksi - I

Perencanaan Tindakan - II

Pelaksanaan Tindakan - II

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - II SIKLUS - II

Refleksi - I Permasalahan

baru, hasil Refleksi

SIKLUS - II

Bila Permasalahan Belum Terselesaikan

Refleksi - II

Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya


(43)

berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan perbaikan rencana dalam setiap siklus.

a. Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.

3) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai

5) Menentukan skenario pembelajaran dengan metode pemberian tugas. 6) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan. 7) Menyusun lembar kerja siswa

8) Mengembangkan format evaluasi

9) Mengembangkan format observasi pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

a) Sebelum materi diberikan, guru menginformasikan materi yang akan dipelajari. Untuk memotivasi siswa dalam menerima pembelajaran yang baru.


(44)

c) Bagian topik permasalahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian topik yang kedua demikian seterusnya dengan berupa soal latihan.

d) Siswa membaca dan mengerjakan bagian mereka masing-masing. Siswa saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

e) Setelah selesai, siswa kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing untuk menjelaskan hasil kelompoknya mendiskusikannya sekelas f) Guru memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang telah

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.

c. Tahap Observasi

1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan pengamatan terhadap penelitian tindakan kelas ketika pembelajaran berlangsung.

2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah disediakan.

d. Tahap Refleksi

Pada kegiatan ini peneliti menentukan, mengidentifikasikan permasalahan yang ditemukan. Dari hasil refleksi guru merencanakan siklus selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan pada pembelajaran siklus sebelumnya.


(45)

C. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran 2012/2013 dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2013. 2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Gunung Mas Jalan Desa Gunung Mas Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

3. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V Semester SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2012/2013, Kelas V, dengan jumlah siswa 16 orang, yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.

D. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang berbentuk skor (angka), yang terurai sebagai berikut:

1. Dokumen catatan lapangan

Adalah dokumen catatan tentang kejadian-kejadian pada saat penelitian tindakan kelas berlangsung.

2. Aktivitas belajar siswa.

Sumber data aktivitas belajar siswa adalah untuk menilai keaktipan siswa dalam proses belajar, yang meliputi:


(46)

a. Kemampuan menyelesaikan tugas b. Kemampuan bertanya kepada guru c. Keaktipan menyelesaikan tugas d. Bekerjasama dengan teman e. memperhatikan petunjuk guru

f. Kemampuan memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis

3. Hasil belajar siswa, sesuai dengan materi yang dibahas setiap siklus.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi, perangkat tes, dan catatan lapangan.

1. Lembar observasi dibuat oleh guru yang digunakan untuk menilai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, lembar observasi aktivitas yang mencakup:

a. Memperhatikan penjelasan guru

b. Bertanya atau menjawab pertanyaan guru

c. Berdiskusi antara siswa dengan siswa dalam kelompok d. Mengerjakan LKS

e. Menanggapi hasil presentasi kelompok lain

2. Perangkat tes dilakukan dengan cara tertulis yang berbentuk uraian yang diberikan setiap akhir siklus.

3. Catatan lapangan berupa lembar pengayaan yang dibuat oleh guru dengan mengumpulkan seluruh data berdasarkan observasi dan tes untuk


(47)

mengetahui setiap tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran

F. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis hasil akhir dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas : data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dan pendapat siswa mengenai penerapan model STAD dengan menggunakan lembar observasi. Data tersebut diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran (Modifikasi dari Kunandar 2010 : 296).

Dengan rumus data kualitatif :

PA = 100% N

AS

x

Ket :

PA : Persentase siswa yang aktif

∑AS : Jumlah siswa yang aktif N : Banyaknya siswa yang hadir

2. Analisis untuk data kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kualitas hasil belajar. Penelit menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh niali rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus :


(48)

Keterangan :

x = nilai rata-rata

∑x = jumlah semua nilai hasil

∑N = jumlah siswa

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

P = x100%

siswa banyaknya

belajar tuntas yang siswa banyaknya

G. Indikator Keberhasilan

Apabila 75% siswa telah memahami tentang materi tentang penjumlahkan dan pengurangkan bilangan bulat, dan 75% siswa mendapatkan nilai KKM > 60 melalui model Kooperatif Tipe STAD, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.

N x x


(49)

H. Jadwal Penelitian

Jadwal Pelaksanaan Penelitian penelilitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

N o

Jenis Kegiatan Bulan

Nopember Desember Januari Pebruari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan

Proposal a. Pengajuan Judul b. Pengajuan Proposal c. Seminar Proposal

2 Pelaksanaan Siklus

I a. Perencanaan Tindakan b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

c. Analisis dan

Refleksi

3 Pelaksanaan Siklus

II a. Perencanaan Tindakan b. Pelaksanaan tindakan dan observasi

c. Analisis dan

refleksi

4 Penyusunan hasil

penelitian a. Menyusun daftar hasil penelitian b. Menyelenggara kan seminar daftar hasil penelitian

5 Penggandaan dan


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas V semester genap SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V semester genap SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2012/2013. Terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar matematika siswa dari 56,52% menjadi 78,26%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:


(51)

1. Agar hasil belajar matematika untuk pokok bahasan mengubah bentuk pecahan lebih meningkat maka disarankan bagi guru untuk menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan mengoptimalkan aktivitas siswa. 2. Bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas kiranya dapat lebih aktif

dalam proses pembelajaran karena dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran akan membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diberikan guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(52)

Aidin Adlan 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus. Dita Kurnia

Abu Ahmadi dan Widodo Supriono. 2004. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Anas Sudijono. 1994. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Bahrul Hayat. 2010. MutuPendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar; Rineka Cipta.

E. Mulyasa. 2009. Kurikulum yang Disempurnakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Edi Kusnadi. 2005. Metodologi Penelitian Aplikasi Praktis, Jakarta :Ramayana Press.

Gatot Muhsetyo. 2008. Pembelajaran Matematika SD, Jakarta: Universitas Terbuka.

H.M Sukardi, 2009 Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara.

Ign.Masidjo. 2007. Penelitian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, Yogyakarta: kanisus.

Iqbal Hasan. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara.

Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara,.

Mulyono Abdurahman. 2002. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Nanang Hanifah dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung : PT. Refika Aditama.

Nasution. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru, Jakarta: PT. grafindo Persada.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Gerfindo Persada.

Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.


(53)

Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Jakarta: Kencana Prenada Group.


(1)

Keterangan :

x = nilai rata-rata

∑x = jumlah semua nilai hasil ∑N = jumlah siswa

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

P = x100%

siswa banyaknya

belajar tuntas yang siswa banyaknya

G. Indikator Keberhasilan

Apabila 75% siswa telah memahami tentang materi tentang penjumlahkan dan pengurangkan bilangan bulat, dan 75% siswa mendapatkan nilai KKM > 60 melalui model Kooperatif Tipe STAD, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.

N x x


(2)

39

H. Jadwal Penelitian

Jadwal Pelaksanaan Penelitian penelilitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

N o

Jenis Kegiatan Bulan

Nopember Desember Januari Pebruari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan

Proposal a. Pengajuan

Judul b. Pengajuan

Proposal c. Seminar Proposal 2 Pelaksanaan Siklus

I

a. Perencanaan Tindakan b. Pelaksanaan

Tindakan dan Observasi c. Analisis dan

Refleksi 3 Pelaksanaan Siklus

II

a. Perencanaan Tindakan b. Pelaksanaan

tindakan dan observasi c. Analisis dan

refleksi 4 Penyusunan hasil

penelitian a. Menyusun

daftar hasil penelitian b. Menyelenggara

kan seminar daftar hasil penelitian 5 Penggandaan dan


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas V semester genap SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V semester genap SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2012/2013. Terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar matematika siswa dari 56,52% menjadi 78,26%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:


(4)

80

1. Agar hasil belajar matematika untuk pokok bahasan mengubah bentuk pecahan lebih meningkat maka disarankan bagi guru untuk menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan mengoptimalkan aktivitas siswa. 2. Bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas kiranya dapat lebih aktif

dalam proses pembelajaran karena dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran akan membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diberikan guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(5)

Aidin Adlan 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus. Dita Kurnia

Abu Ahmadi dan Widodo Supriono. 2004. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Anas Sudijono. 1994. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Bahrul Hayat. 2010. Mutu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar; Rineka Cipta.

E. Mulyasa. 2009. Kurikulum yang Disempurnakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Edi Kusnadi. 2005. Metodologi Penelitian Aplikasi Praktis, Jakarta :Ramayana Press.

Gatot Muhsetyo. 2008. Pembelajaran Matematika SD, Jakarta: Universitas Terbuka.

H.M Sukardi, 2009 Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara.

Ign.Masidjo. 2007. Penelitian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, Yogyakarta: kanisus.

Iqbal Hasan. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara.

Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara,.

Mulyono Abdurahman. 2002. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Nanang Hanifah dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung : PT. Refika Aditama.

Nasution. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru, Jakarta: PT. grafindo Persada.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Gerfindo Persada.

Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo. W. Gulo. 2003. Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Grafindo.

Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Jakarta: Kencana Prenada Group.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG SULAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS V B SDN 1 SURABAYA KECAMATAN KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 54

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION SISWA KELAS V SDN 1 SUMBERAGUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 58

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 76

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 1 PRINGSEWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 27 82

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 66

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 51

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BATU BADAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 53