PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV SDN 2 GULAK GALIK TELUK BETUNG UTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
HJ. SRI AMNAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi S1 PGSD Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
(2)
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV SDN 2 GULAK GALIK TELUK BETUNG
UTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN
2013/2014 OLEH HJ. SRI AMNAH
Permasalahan penelitian diawali dari rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Bandar Lampung. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 16 siswa (47%) dari jumlah keseluruhan 34 siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika siswa kelas IV tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IV sebanyak 34 siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru. Pengumpulan data hasil belajar siswa diperoleh melalui soal pre tes dan post tes (evaluasi). Data dianalisis menggunakan teknik presentase dengan membandingkan standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan yaitu
Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 34,33% dan pada siklus II 85,83%. Hasil belajar siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 68 dan pada siklus II meningkat menjadi 85. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum tercapai yaitu 47% dan pada siklus II sudah tercapai dan meningkat menjadi 88%. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR LAMPIRAN ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Rumusan Masalah ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8
2.1 Model Pembelajaran Kooperatif ... 8
2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 9
2.1.2 Keuntungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 10
2.2 Aktivitas Belajar ... 11
2.3 Hasil Belajar... 13
2.4 Belajar dan Pembelajaran ... 15
2.5 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 16
2.5.1 Ruang Lingkup Matematika di Sekolah Dasar ... 18
2.5.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 18
2.6 Kerangka Pikir ... 19
2.7 Penelitian yang Relevan ... 20
BAB III METODE PENELITIAN... 22
3.1Jenis Penelitian ... 22
3.2Setting Penelitian ... 22
3.3Prosedur Penelitian ... 23
3.4Teknik Pengambilan Data ... 26
3.5Teknik Analisis Data ... 26
(7)
a. Perencanaan ... 30
b. Pelaksanaan ... 31
c. Pengamatan ... 33
d. Refleksi ... 38
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II ... 39
a. Perencanaan ... 39
b. Pelaksanaan ... 40
c. Pengamatan ... 42
d. Refleksi ... 44
4.3 Pembahasan... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
5.1 Kesimpulan ... 54
5.2 Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1Data Nilai Formatif Siswa ... 3
3.1Format Analisis Aktivitas Siswa ... 27
4.1Persentase hasil observasi aktivitas siswa siklus I ... 33
4.2Data hasil observasi aktivitas guru mengajar siklus I ... 34
4.3Data hasil tes ketuntasan belajar siswa siklus I ... 38
4.4Persentase hasil observasi aktivitas siswa siklus II ... 42
4.5Data hasil observasi aktivitas guru mengajar siklus II ... 43
4.6Data hasil tes ketuntasan belajar siswa siklus II ... 44
4.7Hasil persentase aktivitas siswa siklus I... 46
4.8Hasil persentase aktivitas siswa siklus II ... 46
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ... 20 2. Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas ... 23
(10)
i
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pemetaan SK/KD siklus I ... 61
2. Silabus siklus I ... 62
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I ... 64
4. Data Hasil Pre Tes Siklus I ... 67
5. Data Hasil Pos Tes Siklus I ... 68
6. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 69
7. Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus I ... 70
8. Soal Evaluasi Siklus I ... 71
9. Kunci Jawaban Siklus I ... 72
10.Pemetaan SK/KD Siklus II ... 75
11.Silabus Siklus II ... 76
12.Rencana Pelakanaan Pembelajaran siklus II ... 78
13.Data Hasil Pre Tes Siklus II ... 81
14.Data Hasil Pos Tes Siklus II ... 82
15.Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 83
16.Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus II ... 84
17.Soal Evaluasi Siklus II ... 85
18.Kunci Jawaban Siklus II ... 86
19.Foto Kegiatan Belajar Mengajar Siklus I ... 89
(11)
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, dan memiliki peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah beserta unsur-unsur yang berkompeten di dalamnya harus benar-benar memperbaiki perkembangan serta kemajuan pendidikan di Indonesia. Dalam upaya pengembangan pendidikan tersebut pemerintah mengeluarkan Kurikulum Nasional 2006 yang mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan kurikulum ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional dalam konteks untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang masih dan akan terus berlangsung. Implikasinya, sejalan dengan adanya usaha penyempurnaan kurikulum tersebut, paradigma pembelajaran matematika pun perlu diperbaiki supaya lebih bermakna dan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan di SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara Bandar Lampung permasalahan terjadi adalah rendahnya hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar matematika siswa lebih rendah lagi pada pokok bahasan operasi hitung bilangan. Berdasarkan hasil pengamatan, faktor
(12)
2
kesulitan belajar matematika pada materi operasi hitung bilangan yang dialami oleh siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara Bandar Lampung disebabkan oleh : (a) Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika ditandai dengan kurang perhatian ketika mengikuti pembelajaran; (b) Motivasi siswa ketika belajar matematika masih rendah sehingga siswa malas dan bosan untuk belajar; (c) Aktivitas belajar masih rendah, diindikasikan dari minimnya menjawab pertanyaan yang diajukan dan minimnya memberikan pendapat ketika diberi kesempatan; (d) Siswa sukar memahami operasi hitung bilangan; (e) Pemaparan konsep tentang operasi hitung bilangan tidak dijelaskan secara rinci; (f) Suasana monoton di dalam kelas membuat siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berbagai model pembelajaran atau metode penyampaian digunakan oleh guru dengan tujuan agar materi operasi hitung bilangan lebih mudah diterima oleh siswa. Namun kendala di atas membuat pembelajaran khususnya materi operasi hitung bilangan menjadi materi yang tidak disukai oleh siswa. Sehingga proses pembelajaran pada materi operasi hitung bilangan menjadi kurang optimal. Hal ini terlihat pada jumlah siswa yang memiliki nilai setara atau melampaui KKM hanya 16 orang (47%) dari 34 siswa. Berarti 53% siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara hasil belajarnya di bawah KKM yang ditentukan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
(13)
Tabel 1.1 Data Nilai Formatif Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SDN 2 Gulak Galik Tahun Pelajaran 2012/2013
No. Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)
1. 10 0 0
2. 9 1 23
3. 8 7 2
4. 7 8 22
5. 6 5 13
6. 5 14 40
Jumlah 35 Siswa 100 %
Sumber: SDN 2 Gulak Galik, 2013
Oleh sebab itu diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi operasi hitung bilangan adalah model pembelajaran kooperative tipe STAD. Pembelajaran kooperative tipe STAD adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antara siswa. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok secara heterogen. Model pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar karena pembelajaran dilakukan secara berkelompok, sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat mencapai atau melebihi target yang diinginkan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
a) Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika.
b) Motivasi siswa ketika belajar matematika masih rendah sehingga siswa malas dan bosan untuk belajar.
(14)
4
c) Aktivitas belajar siswa masih rendah.
d) Siswa sukar memahami operasi hitung bilangan.
e) Pemaparan konsep tentang operasi hitung bilangan tidak dijelaskan secara rinci.
f) Suasana monoton di dalam kelas membuat siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperative tipe STAD pada siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014”. 2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran kooperative tipe STAD pada siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014”.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1) Meningkatkan aktivitas belajar matematika pada materi operasi hitung bilangan melalui model pembelajaran kooperative tipe STAD terhadap
(15)
siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.
2) Meningkatkan hasil belajar matematika pada materi operasi hitung bilangan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Bagi siswa
a) Dapat memberikan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar matematika pada materi operasi hitung bilangan kepada siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.
b) Meningkatkan proses belajar matematika dengan tidak hanya banyak mencatat materi yang disampaikan guru tetapi lebih ke pemahaman konsep-konsep.
c) Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa dalam memahami materi.
(16)
6
2) Bagi guru
a) Sebagai informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas, menambah pengetahuan guru serta mengembangkan kemampuan guru dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang profesional. b) Berkreasi untuk memperbaiki citra proses pengajaran dan hasil belajar
matematika.
3) Bagi SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara Bandar Lampung
a) Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
b) Meningkatkan standar ketuntasan minimal pada mata pelajaran matematika kelas IV.
c) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran yang tidak membosankan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4) Bagi Peneliti
a) Agar lebih memahami dan mengerti langkah-langkah dalam menyampaikan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD agar siswa mengerti dan paham tentang materi yang diajarkan.
b) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran yang tidak membosankan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
(17)
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1) Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika.
2) Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas IV.
3) Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara Bandar Lampung.
4) Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
5) Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan.
(18)
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antaranggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antaranggota kelompok selama kegiatan.
(19)
Menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning lebih efektif adalah sebagai berikut :
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”
2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.
5. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sementara itu, menurut Nur (2001: 3) pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antara siswa. Slavin (Marta, 2008: 31) menjelaskan bahwa “Pembelajaran kooperatif model STAD, murid ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat sampai lima orang murid yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat murid yang berprestasi
(20)
10
tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya”.
Pendapat yang hampir sama juga di kemukakan oleh Khaeruddin (Usman, 2009
:12) bahwa “Dalam STAD, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar
beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku”.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 4-5 orang murid yang dibentuk secara heterogen seperti kemampuan akademik yang berbeda, variasi jenis kelamin, ras maupun etnis.
2.1.2 Keuntungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Roestiyah (2001: 17), ada beberapa keuntungan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD, antara lain yaitu :
1. Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(a) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah; (b)Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah; (c) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi; (d) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya; (e)Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam
(21)
diskusi; (f) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
Berdasarkan teori tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang menekankan kerjasama antarsiswa pada kelompok diskusi, di mana setiap kelompok dibentuk dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Membentuk kelompok yang masing-masing anggota sebanyak 5 siswa; (2) Guru menyajikan materi pelajaran melalui penugasan kepada siswa untuk mempelajari materi dengan bantuan LKS; (3) Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok; (4) Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu; (5) Guru memberikan kesimpulan.
2.2 Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang sangat informal sampai dengan yang sangat formal, dari bahan materi yang sangat sederhana sampai bahan materi yang sangat rumit. Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang alamiah sampai proses yang ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan / keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto (2010:234) menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. S. Nasution (2009:13) menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan
(22)
12
kedua-keduanya harus dihubungkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar
Menurut Sudirman (2009:67), Faktor yang mempengaruhi belajar pada pokoknya mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi belajar adalah :
1). Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari pelajar atau mahasiswa sendiri. Faktor ini meliputi :
a) Faktor biologis (faktor yang bersifat jasmaniah) b) Faktor psychologis (faktor yang bersifat rohaniah)
2). Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa Faktor ini meliputi :
a) Faktor lingkungan keluarga b) Faktor lingkungan sekolah. c) Faktor lingkungan masyarakat.
Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004:101) menggolongkan aktivitas siswa dalam belajar sebagai berikut :
1) Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)
2) Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
3) Listening Activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.
4) Writting Activities, seperti : menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.
5) Drawing Activities, seperti ; menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain dan berternak.
7) Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
8) Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses interaksi belajar (guru dan siswa) untuk mencapai
(23)
tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif. Indikator aktivitas belajar siswa yang dimaksud antara lain: (1) memperhatikan penjelasan guru; (2) berdiskusi dengan anggota kelompok; (3) mengajukan pendapat; (4) menanggapi pendapat teman; (5) bertanya kepada guru; (6) mencatat hasil diskusi kelompok.
2.3 Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Di antara keduanya itu terdapat suatu interaksi. Kemampuan siswa didapat dari proses belajar mengajar. Namun para siswa juga harus mendapatkan hasil belajar melalui kreativitas mereka tanpa adanya intervensi dari orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu, hasil belajar yang dimaksud di sini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakuan dari pengajar (guru). Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2004:22), “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Selanjutnya Sudjana (2004:46) mengemukakan ada tiga macam hasil belajar mengajar, yaitu:
1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengarahan 3. Sikap dan cita-cita.
(24)
14
Sedangkan menurut Darmansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Cece Rahmat (dalam Zainal Abidin. 2004:1) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi yang telah diberikan.
Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Harahap (dalam Abidin 2004:2) yaitu : a) Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b) Untuk mengetahui keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
c) Hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan, pengayaan, atau melanjutkan pada program pengajaran berikutnya.
d) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran.
e) Untuk keprluan supervisi bagi kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten.
f) Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan mengambil berbagai keputusan dalam pengajaran.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkontruksikan pengetahuan itu ke dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan siswa dalam belajar mencerminkan berakhirnya proses pembelajaran yang baik. Hasil belajar dapat dijadikan indikator untuk menentukan keberhasilan siswa. Baik atau
(25)
buruknya hasil belajar siswa diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar siswa pada materi berikutnya.
2.4 Belajar dan Pembelajaran
Belajar pada dasarnya adalah mengulang, mengingat dan menghapal sesuatu agar dapat diketahui secara lebih mendalam yang didapat dari orang lain maupun atas usaha sendiri. Menurut M. Sobry Sutikno dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar (2010:5) mengemukakan bahwa, “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Jika kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang terjatuh dari atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil belajar. Jadi, perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Menurut Sumiati (2009:38) dalam bukunya Metode Pembelajaran “belajar adalah proses perubahan prilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya”. Jadi perubahan prilakunya adalah hasil belajar. Artinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Sejalan dengan hal di atas Ketut Sukardi (2003:15) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman, kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan bersifat temporer.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Yang terpenting dalam kegiatan
(26)
16
pembelajaran adalah proses belajar (learning process). Menurut Sumiati (2009:1) mengemukakan bahwa pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa, dan bagaimana, dan seberapa baik tentang pembelajaran. Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran merupakan tantangan yang dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam dunia kependidikan. Banyak upaya yang telah dilakukan, banyak keberhasilan yang telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa yang telah dicapai belum sepenuhnya memberikan hasil yang memuaskan sehingga menuntut pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dan pembelajaran pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting adalah bukan hasil yang diperolehnya tetapi proses yang dijalaninya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.
2.5Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Matematika adalah salah satu dasar penguasaan ilmu dan teknologi, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya. Salah satu ciri utama matematika adalah penggunaan simbol-simbol. Untuk menyatakan sesuatu misalnya menyatakan suatu fakta, konsep operasi ataupun prinsip/aturan. Dengan simbol-simbol yang terkandung didalamnya itu sehingga mampulah matematika bertindak sebagai bahan keilmuan. Penguasaan matematika harus lebih mengarah pada pemahaman
(27)
matematika yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada dua hal yang mendukung arah penguasaan matematika untuk anak didik sekarang ini, yaitu: (1) Matematika diperlukan sebagai alat bantu untuk memahami terjadinya peristiwa-peristiwa alam dan sosial, (2) Matematika telah memiliki semua kegiatan manusia, baik untuk keperluan sehari-hari maupun keperluan profesional (Abdullah,2008).
Belajar matematika merupakan belajar konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahap dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit. Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi pra syarat untuk konsep lain.
Oleh sebab itu, siswa harus diberi kesempatan untuk memahami setiap konsep yang diberikan. Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal yang baru bagi orang yang telah mengetahuinya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan suatu hal yang baru.
(28)
18
2.5.1 Ruang Lingkup Matematika di Sekolah Dasar
Ruang lingkup matematika di Sekolah Dasar meliputi mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) bilangan
2) geometri
3) pengolahan data (Depdiknas, 2006).
Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suatu obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.
2.5.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD)
Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat kita lihat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
(29)
Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari; (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika; (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut; (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
2.6Kerangka Pikir
Matematika merupakan mata pelajaran yang membutuhkan tingkat pemahaman yang tinggi. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif siswa mudah memahami materi yang disampaikan. Jumlah siswa yang terdiri dari kemampuan yang heterogen diharapkan siswa dapat saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe STAD banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Guru hanya sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif di mana siswa dapat merasa nyaman dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, menjadikan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara Bandar Lampung dapat meningkat.
Secara skematis, kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
(30)
20
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
2.7Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh: 1) Asmaria (2012) “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas IV SDN 3 Candimas”. Penelitian yang dilakukan mengalami peningkatan pada aktivitas dan hasil belajarnya dengan menggunakan
Siklus 2 Memanfaatkan model pembelajaran kooperative tipe STAD pada pembelajaran Diduga melalui penggunaan model pembelajaran
kooperative tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi operasi hitung bilangan dengan menggunakan model pembelajaran kooperative tipe STAD KONDISI AKHIR Siklus 1 Memanfaatkan model pembelajaran kooperative tipe STAD pada pembelajaran Menggunakan model pembelajaran kooperative tipe STAD TINDAKAN
Siswa/yang diteliti belum menggunakan model pembelajaran kooperative tipe STAD Guru/peneliti
Belum menggunakan model pembelajaran
tipe STAD KONDISI AWAL
(31)
model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu aktivitas dalam belajar IPA mencapai 79,34% dan hasil belajar siswa mencapai 76,52%.
2) Yulia Prihatsari (2013) “Peningkatan Hasil Belajar Pecahan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Negeri I Duwet Ngawen Klaten.”. Penelitian yang dilakukan mengalami peningkatan pada aktivitas dan hasil belajarnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu aktivitas dalam belajar IPA mencapai 86,67% dan hasil belajar siswa mencapai 83,5%.
(32)
22
BAB III
METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah satu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan satu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Menurut Kurnia Septa (2010) dalam Sekolah Dasar.net PTK adalah penelitian ilmiah didasarkan pada adanya masalah pembelajaran dan tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah dalam kelas yang diajar. Dengan membuat PTK akan mampu menciptakan formula untuk memperbaiki kualitas hasil belajar siswa. Dengan demikian pendidikan akan lebih baik.
1.2 Setting Penelitian 1) Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara Bandar Lampung dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki.
(33)
2) Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Gulak Galik Teluk Betung Utara Bandar Lampung.
3) Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom action research)
Siklus I
Siklus II
Gambar 2 Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas (Arikunto : 2007) Pelaksanaan Perencanaan
Observasi Refleksi
Pelaksanaan Perencanaan
Observasi Refleksi
(34)
24
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan perencanaan ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Menetapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar c) Menentukan skenario pembelajaran
d) Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan e) Menyusun lembar kerja siswa (LKS)
f) Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan
g) Menyiapkan panduan observasi dan soal-soal tes.
2) Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menerapkan kegiatan pembelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun urutan kegiatan sebagai berikut:
a) Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan yaitu apersepsi dan memberikan motivasi
b) Membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 siswa sehingga terbentuk kelompok belajar
(35)
d) Siswa mendiskusikan bersam kelompoknya tentang materi operasi hitung bilangan perkalian.
e) Guru menjelaskan dan menyampaikan materi operasi hitung bilangan secara rinci.
f) Guru memberi latihan kepada siswa untuk menghitung operasi hitung bilangan perkalian dua bilangan.
g) Guru dan siswa melakukan kegiatan refleksi pada setiap akhir kegiatan.
h) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, yaitu: kerjasama siswa dalam kelompok, cara menyampaikan jawaban hasil diskusi, lembar kerja siswa, latihan siswa dan tes pada setiap siklus.
3) Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan ijin oleh kepala sekolah untuk memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dengan memberi tanda checklist (√) pada instrument lembar observasi.
4) Refleksi terhadap tindakan
Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti melakukan refleksi yang mencakup analisis dan penilaian. Dari hasil refleksi kemungkinan muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian, sehingga peneliti melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang serta refleksi ulang. Tahapan ini akan dilakukan secara berulang dan
(36)
26
berkelanjutan sampai permasalahan sudah bisa diatasi dengan siklus, rencana, tindakan, observasi dan refleksi.
3.4Teknik Pengambilan Data
Data penelitian didapat langsung dari responden atau sampel penelitian. Data penelitian ini terdiri dari:
1. Data Kualitatif
Data kualitatif pada penelitian ini berupa data aktivitas siswa diambil melalui lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Data Kuantitatif
Data ini berupa data hasil tes belajar siswa yang meliputi data kognitif yang diperoleh dari pemberian tes pada setiap akhir siklus.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah:
1) Analisis aktivitas siswa
Data aktivitas siswa diambil pada setiap pertemuan dengan menggunakan lembar pengamatan terhadap aktivitas siswa. Data aktivitas siswa yang dimunculkan adalah aktivitas yang relevan dengan keempat aspek kegiatan pembelajaran yang diamati seperti pada tabel di bawah ini:
(37)
Tabel 3.1 Format Analisis Aktivitas Siswa
No. Nama Siswa
Aspek Aktivitas Yang
Diamati Skor Nilai
Aktivitas Kategori A B C D E F
1. 2. 3. 4. 5.
Aktivitas yang diamati:
A. Memperhatikan penjelasan guru B. Mengajukan pendapat
C. Menanggapi pendapat teman
D. Berdiskusi dengan anggota kelompok E. Bertanya kepada guru
F. Mencatat hasil diskusi kelompok Keterangan:
Penjelasan penilaian aktivitas terlampir di lampiran.
Proses analisis untuk data aktivitas siswa adalah sebagai berikut:
a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap aspek aktivitas.
b) Persentase setiap siswa diperoleh dengan rumus:
c) Nilai aktivitas setiap siswa = % aktivitas (dihilangkan %nya) d) Nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:
(38)
28
Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, metode yang digunakan adalah pedoman Memes (2001:36) sebagai berikut: Bila nilai siswa > 75,6 maka dikategorikan aktif. Bila nilai siswa > 59,4 maka dikategorikan cukup aktif. Bila nilai siswa , 59,4 maka dikategorikan kurang aktif.
2) Analisis Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar yang diambil pada setiap akhir siklus pembelajaran seperti pada tabel dibawah ini:
No. Nama Soal Skor %PHB Nilai Kategori 1 2 ...
1. 2.
Jumlah Skor Skor Maksimal Nilai Rata-rata
Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor setiap soal.
b) Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:
c) Nilai hasil belajar siswa adalah nilai hasil belajar siswa per tes = % hasil belajar siswa (dihilangkan persennya).
d) Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:
(39)
Untuk kategori nilai rata-rata hasil belajar siswa, menggunakan Arikunto (2001:245) yaitu: Bila nilai siswa > 66 maka dikategorikan baik. Bila nilai siswa > 55 maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55 maka dikategorikan kurang baik.
3.6 Indikator Keberhasilan
Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung bilangan telah menunjukan peningkatan pada setiap siklusnya. Peneliti menggunakan model pembelajaran tipe STAD ini jika >75 % siswa memperoleh nilai tes formatif KKM (kriteria ketuntasan minimal) ≥ 60.
(40)
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika dalam materi operasi hitung bilangan dapat disimpulkan:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 34,33% menjadi 85,83%.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Bandar Lampung. Hal ini sesuai pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan hasil disetiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 68% menjadi 85%, sedangkan ketuntasan belajar meningkat dari 47% di
(41)
siklus I menjadi 88% di siklus II meskipun pada umumnya masih belum mendapat nilai yang sempurna.
5.2 Saran
1. Siswa perlu diberi latihan lebih insentif untuk dapat menguasai pelajaran matematika dengan lebih baik.
2. Guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
3. Sekolah hendaknya memberikan motivasi bagi guru dalam pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD agar lebih kreatif dan tidak berlaku pada satu model pembelajaran saja.
4. Bagi peneliti berikutnya, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk melakukan penelitian yang berupa bahan perbandingan dengan model pembelajaran lain untuk mengetahui hasil yang efektif serta meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
(42)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2008. Hakikat Pembelajaran Matematika. http://cumanulisaja. blogspot.com/2012/10/hakekat-pembelajaran-matematika-di-sd.html
Abidin, Zainal. 2004. Evaluasi Pengajaran. UNP. Padang
Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. UNP Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Dess. 1991. Kelemahan Model Pembelajaran Tipe STAD. http://hayardin -blog. blogspot.com/2013/02/kelemahan-model -pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html
Khaerudin (dalam Usman). 2009. Pengertian Model Pembelajaran Tipe STAD. http://hayardin-blog.blogspot.com/2013/01/pengertian-model-pembelajaran-stad.html
Marta. 2008. Pengertian Model Pembelajaran Tipe STAD. http://hayardin-blog.blogspot.com/2013/01/pengertian-model-pembelajaran-stad.html Memes, Wayan. 2001. Perbaikan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran FKIP Negeri Singaraja. Departemen Pendidikan Nasional RI. Nasution, S. 2009. Pengertian Aktivitas Belajar. http://www.duasatu.web.
id/2012/07/pengertian-aktifitas-belajar-menurut-para.html
Nur. 2001. Pembelajaran Kooperatif. http://www.sarjanaku. com/2011/03/ciri-ciri-pembelajaran-kooperatif.html
Poewadarminto, WJS. 2010. Definisi Aktivitas Belajar. http://www. bukuhalus. com/2011/74/ definisi-aktivitas-belajar.html
Roestiyah. 2001. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. http://www. sarjanaku. com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html
Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.
(43)
Sudirman. 2009. Aktivitas Belajar. http://makalahpendidikan-sudirman. blogspot. com/2012/ 08/ aktivitas-belajar.html.
Sudjana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdikarya. Bandung.
Sukardi, Ketut. 2003. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Usaha Nasional. Surabaya.
Sukarmin. 2002. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD http://www.sarjanaku. com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html
Sumiati, & Asra. 2009. Metode Pembelajaran.Wacana Prima. Bandung. Sutikno, Sobry M. 2010. Strategi Belajar Mengajar.Refika Aditama. Bandung
(1)
Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, metode yang digunakan adalah pedoman Memes (2001:36) sebagai berikut: Bila nilai siswa > 75,6 maka dikategorikan aktif. Bila nilai siswa > 59,4 maka dikategorikan cukup aktif. Bila nilai siswa , 59,4 maka dikategorikan kurang aktif.
2) Analisis Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar yang diambil pada setiap akhir siklus pembelajaran seperti pada tabel dibawah ini:
No. Nama Soal Skor %PHB Nilai Kategori
1 2 ...
1. 2.
Jumlah Skor Skor Maksimal Nilai Rata-rata
Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor setiap soal.
b) Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:
c) Nilai hasil belajar siswa adalah nilai hasil belajar siswa per tes = % hasil belajar siswa (dihilangkan persennya).
d) Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:
(2)
29
Untuk kategori nilai rata-rata hasil belajar siswa, menggunakan Arikunto (2001:245) yaitu: Bila nilai siswa > 66 maka dikategorikan baik. Bila nilai siswa > 55 maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55 maka dikategorikan kurang baik.
3.6 Indikator Keberhasilan
Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung bilangan telah menunjukan peningkatan pada setiap siklusnya. Peneliti menggunakan model pembelajaran tipe STAD ini jika >75 % siswa memperoleh nilai tes formatif KKM (kriteria ketuntasan minimal) ≥ 60.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika dalam materi operasi hitung bilangan dapat disimpulkan:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 34,33% menjadi 85,83%.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas IV SDN 2 Gulak Galik Bandar Lampung. Hal ini sesuai pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan hasil disetiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 68% menjadi 85%, sedangkan ketuntasan belajar meningkat dari 47% di
(4)
55
siklus I menjadi 88% di siklus II meskipun pada umumnya masih belum mendapat nilai yang sempurna.
5.2 Saran
1. Siswa perlu diberi latihan lebih insentif untuk dapat menguasai pelajaran matematika dengan lebih baik.
2. Guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
3. Sekolah hendaknya memberikan motivasi bagi guru dalam pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD agar lebih kreatif dan tidak berlaku pada satu model pembelajaran saja.
4. Bagi peneliti berikutnya, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk melakukan penelitian yang berupa bahan perbandingan dengan model pembelajaran lain untuk mengetahui hasil yang efektif serta meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2008. Hakikat Pembelajaran Matematika. http://cumanulisaja. blogspot.com/2012/10/hakekat-pembelajaran-matematika-di-sd.html
Abidin, Zainal. 2004. Evaluasi Pengajaran. UNP. Padang
Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. UNP Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Dess. 1991. Kelemahan Model Pembelajaran Tipe STAD. http://hayardin -blog. blogspot.com/2013/02/kelemahan-model -pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html
Khaerudin (dalam Usman). 2009. Pengertian Model Pembelajaran Tipe STAD. http://hayardin-blog.blogspot.com/2013/01/pengertian-model-pembelajaran-stad.html
Marta. 2008. Pengertian Model Pembelajaran Tipe STAD. http://hayardin-blog.blogspot.com/2013/01/pengertian-model-pembelajaran-stad.html Memes, Wayan. 2001. Perbaikan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran FKIP Negeri Singaraja. Departemen Pendidikan Nasional RI. Nasution, S. 2009. Pengertian Aktivitas Belajar. http://www.duasatu.web.
id/2012/07/pengertian-aktifitas-belajar-menurut-para.html
Nur. 2001. Pembelajaran Kooperatif. http://www.sarjanaku. com/2011/03/ciri-ciri-pembelajaran-kooperatif.html
Poewadarminto, WJS. 2010. Definisi Aktivitas Belajar. http://www. bukuhalus. com/2011/74/ definisi-aktivitas-belajar.html
Roestiyah. 2001. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. http://www. sarjanaku. com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html
Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.
(6)
Septa, Kurnia. 2010. Jenis Penelitian. http://www.sekolahdasar.net/2012/ 07/kumpulan-judul-ptk-matematika-sd.html.
Sudirman. 2009. Aktivitas Belajar. http://makalahpendidikan-sudirman. blogspot. com/2012/ 08/ aktivitas-belajar.html.
Sudjana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdikarya. Bandung.
Sukardi, Ketut. 2003. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Usaha Nasional. Surabaya.
Sukarmin. 2002. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD http://www.sarjanaku. com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html
Sumiati, & Asra. 2009. Metode Pembelajaran.Wacana Prima. Bandung. Sutikno, Sobry M. 2010. Strategi Belajar Mengajar.Refika Aditama. Bandung