MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 4 PENENGAHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

(2)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 4 PENENGAHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

OLEH IDA SUNDARI

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung sebanyak 35 siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru mengajar. Untuk data hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari, maka digunakan soal pre tes dan post tes (evaluasi). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik prosentase dengan membandingkan standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan yaitu

Dari hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 38% dan pada siklus II 78%. Hasil belajar siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 68, dan pada siklus II meningkat menjadi 85. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum tercapai yaitu 55% dan pada siklus II sudah tercapai dan meningkat menjadi 86%

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Kata Kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, aktivitas dan hasil.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Belajar dan Pembelajaran ... 8

2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 8

2.1.2 Aktivitas Belajar ... 9

2.1.3 Hasil Belajar ... 11

2.2 Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar ... 13

2.2.1 Ruang Lingkup PKn di Sekolah Dasar ... 14

2.2.2 Tujuan PKn di Sekolah Dasar ... 16

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 18

2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 20

2.4 Hipotesis Tindakan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN... 22

3.1Jenis Penelitian ... 22

3.2Setting Penelitian ... 22

3.3Prosedur Penelitian ... 23

3.4Teknik Pengambilan Data ... 25

3.5Teknik Analisis Data ... 28

3.6Indikator Keberhasilan ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Gambaran Umum SDN 4 Penengahan Bandar Lampung ... 29

4.2 Hasil Penelitian ... 30

4.2.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 30


(7)

4.2.2 Hasil Penelitian Siklus II ... 39

a. Perencanaan ... 39

b. Pelaksanaan ... 39

c. Pengamatan ... 41

d. Refleksi ... 43

4.3 Pembahasan... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Simpulan ... 52

5.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti mengganti kurikulum, meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, memberi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sebagainya.

Sesuai dengan UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab”.

Dengan memperhatikan isi dari UU No. 20 tahun 2003 tersebut, peneliti berpendapat bahwa tugas seorang guru memang berat, sebab kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang seorang guru atau pendidik tidak berhasil mengembangkan potensi


(9)

peserta didik maka negara itu tidak akan maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas. Sesuai dengan Depdiknas (2005:33) yang

menyatakan bahwa, “Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata

pelajaran penting yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD

1945”.

Namun pada kenyataannya dari hasil pra penelitian yang dilakukan peneliti di SDN 4 Penengahan Bandar Lampung ditemukan permasalahan pada pembelajaran PKn, khususnya dalam materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan Berdasarkan hasil pengamatan faktor kesulitan belajar PKn yang dialami oleh siswa SDN 4 Penengahan Bandar Lampung disebabkan oleh :

a) Hasil belajar siswa rendah.

b) Motivasi siswa ketika belajar PKn masih rendah sehingga siswa malas dan aktivitas belajarnya kurang.

c) Pembelajaran pada materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan masih berpusat pada guru, dan guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

d) Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Meskipun guru memberikan penugasan kepada siswa, namun sebatas mengerjakan latihan soal yang diberikan guru.

e) Siswa kurang dilibatkan secara langsung untuk mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga menyebabkan kurangnya


(10)

penguasaan siswa terhadap konsep dalam materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan

f) Selain itu juga, dalam memberikan materi pembelajaran sistem pemerintahan desa dan kecamatan, guru jarang mengarahkan siswa untuk bekerja dalam kelompok sehingga pembelajaran kurang menarik minat siswa. Padahal kerja dalam kelompok dapat digunakan sebagai titik awal pembelajaran PKn, siswa dapat saling bekerja sama dan membantu dalam memahami materi yang disampaikan guru.

Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung pada materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan yaitu hanya 16 siswa dari 35 siswa yang mencapai kkm (47,1%). Berarti 18 siswa atau 52,9% yang belum mencapai KKM di mana KKM yang ditetapkan adalah 65.

Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu tindakan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan. Salah satu tindakan yang dianggap dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa khususnya pada materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang berbeda-beda. Di mana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan PKn yang dikembangkan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru. Masalah-masalah dalam


(11)

pembelajaran PKn dapat mereka pecahkan bersama teman dalam satu kelompoknya. Siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa lain dalam memahami materi yang mereka terima. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan, karena dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD membantu guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lebih mudah.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa rendah.

2. Motivasi dan aktivitas belajar siswa ketika belajar PKn masih rendah. 3. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. 4. Siswa kurang dilibatkan secara langsung untuk mengembangkan

pengetahuan yang dimilikinya.

5. Dalam memberikan materi pelajaran, guru jarang mengarahkan siswa bekerja dalam kelompok.

6. Guru belum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar


(12)

Lampung tahun ajaran 2013/2014 pada mata pelajaran PKn khususnya pada materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan?

2) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014 pada mata pelajaran PKn khususnya pada materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah :

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar PKn dalam materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn pada materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi siswa


(13)

a) Dapat memberikan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar PKn kepada siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

b) Meningkatkan proses belajar PKn dengan tidak hanya banyak mencatat tetapi lebih ke pemahaman konsep-konsep.

c) Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa dalam memahami materi.

2. Bagi guru

1) Sebagai informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas, menambah pengetahuan guru serta mengembangkan kemampuan dan wawasan guru dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang profesional.

2) Berkreasi untuk memperbaiki citra proses pembelajaran dan hasil belajar PKn SD.

3. Bagi SDN 4 Penengahan Bandar Lampung

1) Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, khususnya di SDN 4 Penengahan.

2) Meningkatkan standar ketuntasan minimal pada mata pelajaran PKn kelas IV, khususnya di SDN 4 Penengahan.

3) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(14)

4. Bagi Peneliti

1) Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan mengerti langkah-langkah metode belajar dalam menyampaikan pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tidak membosankan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar pada dasarnya adalah mengulang, mengingat dan menghapal sesuatu agar dapat diketahui secara lebih mendalam yang didapat dari orang lain maupun atas usaha sendiri. Menurut M. Sobry Sutikno (2010:5) mengemukakan bahwa,

“belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Jika kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang terjatuh dari atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil belajar. Jadi, perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Menurut Sumiati (2009:38) “belajar adalah proses perubahan prilaku

akibat interaksi individu dengan lingkungannya”. Jadi perubahan prilakunya

adalah hasil belajar. Artinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Sejalan dengan hal di atas Ketut Sukardi (2003:15) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman, kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan bersifat temporer.


(16)

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah proses belajar (learning process). Menurut Sumiati (2009:1) mengemukakan bahwa pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa, dan bagaimana, dan seberapa baik tentang pembelajaran. Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran merupakan tantangan yang dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam dunia kependidikan. Banyak upaya yang telah dilakukan, banyak keberhasilan yang telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa yang telah dicapai belum sepenuhnya memberikan hasil yang memuaskan sehingga menuntut pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dan pembelajaran pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting adalah bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.

2.1.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang sangat informal sampai dengan yang sangat formal, dari bahan materi yang sangat sederhana sampai bahan materi yang sangat rumit. Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang alamiah sampai


(17)

proses yang ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya

adalah “kegiatan/keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto (2011:234) menjelaskan

aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. S. Nasution (2009:13) menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar

Menurut Sudirman (2009:67), Faktor yang mempengaruhi belajar pada pokoknya mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi belajar adalah :

1). Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari pelajar atau mahasiswa sendiri. Faktor ini meliputi :

a) Faktor biologis (faktor yang bersifat jasmaniah) b) Faktor psychologis (faktor yang bersifat rohaniah)

2). Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa Faktor ini meliputi :

a) Faktor lingkungan keluarga b) Faktor lingkungan sekolah. c) Faktor lingkungan masyarakat.

Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004:101) menggolongkan aktivitas siswa dalam belajar sebagai berikut :

1) Visual Activities, meliputi kegiatan seperti: membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

2) Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Listening Activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.

4) Writting Activities, seperti: menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5) Drawing Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor Activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model, mereparasi, bermain dan berternak.

7) Mental Activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.


(18)

8) Emotional Activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif.

2.1.3 Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Di antara keduanya itu terdapat suatu interaksi. Kemampuan siswa didapat dari proses belajar mengajar. Namun para siswa juga harus mendapatkan hasil belajar melalui kreativitas mereka tanpa adanya intervensi dari orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu, hasil belajar yang dimaksud di sini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakuan dari pengajar (guru). Seperti yang dikemukakan

oleh Sudjana (2004:22), “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Selanjutnya Sudjana mengemukakan ada tiga macam hasil belajar mengajar, yaitu:


(19)

1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengarahan 3. Sikap dan cita-cita.

Sedangkan menurut Darmansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Cece Rahmat (dalam Zainal Abidin. 2004:1) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan.

Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Harahap (dalam Abidin 2004:2) yaitu : a) Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar

siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b) Untuk mengetahui keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

c) Hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan, pengayaan, atau melanjutkan pada program pengajaran berikutnya.

d) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran.

e) Untuk keprluan supervisi bagi kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten.

f) Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan mengambil berbagai keputusan dalam pengajaran.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkontruksikan pengetahuan itu ke dalam kehidupan sehari-hari.


(20)

2.2 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai.

Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu: 1. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang

mencakup bidang politik, hukum dan moral.

2. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas 2003:4)


(21)

Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa dalam mata pelajaran Kewarganegaraan seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005:33) yang menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektuan, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam pembelajaran PKn.

2.2.1 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar Menurut Arini (2011:2) ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan


(22)

bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara

5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi

6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indone sia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.


(23)

2.2.2 Tujuan Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar (SD)

Tujuan pembelajaran PKn di SD dapat kita lihat di dalam Kurikulum 2013 SD. Mata pelajaran PKn bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapannya juga memuat tujuan khusus PKn SD yaitu: (1) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan bersosialisasi sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari; (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan PKn; (3) mengembangkan kemampuan dasar PKn sebagai bekal belajar lebih lanjut; (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.


(24)

2.3Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antaranggota kelompok selama kegiatan.

Menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning lebih efektif adalah sebagai berikut :

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama”

2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri.


(25)

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.

4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.

5. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Sementara itu, menurut Nur (2001:3) pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antara siswa. Slavin (Marta, 2008:31) menjelaskan bahwa “Pembelajaran kooperatif


(26)

model STAD, murid ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat sampai lima orang murid yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat murid yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya”.

Pendapat yang hampir sama juga di kemukakan oleh Khaeruddin (Usman, 2009:12) bahwa “Dalam STAD, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku”.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 4-5 orang murid yang dibentuk secara heterogen seperti kemampuan akademik yang berbeda, variasi jenis kelamin, ras maupun etnis. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok secara heterogen dengan langkah-langkah dalam pembelajaran koopertif tipe STAD berikut ini :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang. 2. Guru menyajikan materi pelajaran.

3. Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.

4. Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.


(27)

2.3.2 Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Menurut Roestiyah (2001:17), ada beberapa keuntungan dan kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD, antara lain yaitu :

1. Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

a) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

b) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

c) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

d) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

e) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

f) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Model pembelajaran STAD, disamping memiliki kelebihan atau keunggulan juga memiliki kekurangan atau kelemahan. Dess (1991:411) mengemukakan 4 Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:


(28)

1. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid sehingga sulit mencapai target kurikulum.

4. Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat suka bekerja sama.

2.4Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah “apabila di dalam mata pelajaran PKn di kelas IV SDN 4 Penengahan guru menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan memperhatikan langkah-langkahnya secara tepat, maka dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn tahun pelajaran 2013/2014”.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah satu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan satu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Menurut Kurnia Septa (2012) PTK adalah penelitian ilmiah didasarkan pada adanya masalah pembelajaran dan tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah dalam kelas yang diajar. Dengan membuat PTK akan mampu menciptakan formula untuk memperbaiki kualitas hasil belajar siswa. Dengan demikian pendidikan akan lebih baik.

3.2 Setting Penelitian 1) Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 4 Penengahan dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki.

2) Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 4 Penengahan. 3) Waktu penelitian


(30)

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)

Perencanaan Pelaksanaan

Siklus I

Refleksi Observasi

Perencanaan

Siklus II

Pelaksanaan

Refleksi Observasi

dan seterusnya

Gambar 1: Alur pelaksanaan tindakan kelas (Arikunto : 2007)

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan perencanaan ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Menetapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

diterapkan dalam proses belajar mengajar c) Menentukan skenario pembelajaran


(31)

e) Menyusun lembar kerja siswa (LKS)

f) Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan

g) Menyiapkan panduan observasi dan soal-soal tes.

2) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menerapkan kegiatan pembelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun urutan kegiatan sebagai berikut:

a) Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan yaitu apersepsi dan memberikan motivasi

b) Membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 siswa sehingga terbentuk kelompok belajar

c) Guru memberikan penjelasan tentang sistem pemerintahan desa dan kecamatan.

d) Guru menjelaskan bahwa sistem pemerintahan desa dan kecamatan merupakan bagian yang penting bagi suatu daerah.

e) Menjelaskan dan menyampaikan materi sistem pemerintahan dan kecamatan secara rinci.

f) Memberi latihan kepada siswa untuk menyebutkan lembaga pemerintahan desa dan kecamatan.


(32)

h) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, yaitu: kerjasama siswa dalam kelompok, cara menyampaikan jawaban hasil diskusi, lembar kerja siswa, latihan siswa dan tes pada setiap siklus.

3) Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan ijin oleh kepala sekolah untuk memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dengan memberi tandachecklist(√)pada instrument lembar observasi.

4) Refleksi terhadap tindakan

Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti melakukan refleksi yang mencakup analisis dan penilaian. Dari hasil refleksi kemungkinan muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian, sehingga peneliti melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang serta refleksi ulang. Tahapan ini akan dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai permasalahan sudah bisa diatasi dengan siklus, rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

3.4 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu: teknik tes dan teknik non tes. Sumber data penelitian akan diperoleh secara langsung dari respon siswa.


(33)

1) Alat pengumpulan data a) Instrumen observasi

Instrumen observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan instrumen lembar observasi seperti tersebut di atas. b) Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn pada Sistem pemerintahan desa dan kecamatan.

2) Jenis data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. a) Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen tes formatif pada siklus I dan II. Data kuantitatif ini diperoleh dengan menghitung rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa. Hasil tes formatif (tes akhir) dianalisis menggunakan rumus :

̅ ∑

Keterangan :

̅

: nilai rerata kelas

∑ : jumlah semua nilai siswa : banyak siswa

(Arikunto, 2010:264)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:


(34)

Analisis ini dilakukan pada saat refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjutan dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model pembelajaran yang tepat, Agip (2006:41). Adapun kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam % adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kriteria TingkatKeberhasilan Siswa Tingkat Keberhasilan Arti

>80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi

40-59 Sedang

20-39 Rendah

>20 Sangat rendah

(Sumber: Agip, 2006:41) b) Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang diambil dari kegiatan observasi aktivitas. Data observasi untuk mengetahui kesulitan siswa dan guru selama proses pembelajaran. Analisis ini bertujuan untuk mengungkapkan semua prilaku siswa dan guru dalam pembelajaran siklus I dan II. Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus :

Keterangan :

NP : nilai yang dicari atau diharapkan

R :∑

Sm :∑


(35)

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat mulai dari tahap persiapan, proses pembelajaran, hingga kegiatan akhir. Apakah setiap proses kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan analisis data pada PTK adalah analisis terhadap hasil kegiatan pembelajaran. Analisis dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek pembelajaran yang terlibat di dalamnya sudah sesuai dengan kapasitas. (Aunurrahman, dkk. 2009 :9). Analisis data yang dilakukan adalah:

a) Mengambil semua data dari hasil pengamatan siklus 1. Baik data kualitatif maupun data kuantitatif dengan menggunakan rumus:

b) Menganalisis data hasil belajar PKN dengan membuat tabulasi persentase yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

c) Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil pengolahan data dengan indikator keberhasilan antara tes siklus I, siklus II.

3.6 Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKN materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan telah menunjukan peningkatan pada setiap siklusnya. Peneliti menggunakan model pembelajaran tipe STAD ini jika >75 % siswa memperoleh nilai tes formatif KKM (kriteria ketuntasan minimal) 65.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung pada mata pelajaran PKn dalam materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan dapat disimpulkan:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran PKn pada materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 38% menjadi 78%.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran PKn pada materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung. Hal ini sesuai pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan disetiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 68% menjadi 85%, sedangkan ketuntasan belajar meningkat


(37)

dari 55% di siklus I menjadi 86% di siklus II meskipun pada umumnya masih belum mendapat nilai yang sempurna.

5.2 Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara otomatis akan membentuk budaya senang belajar.

2. Kepada guru, untuk senantiasa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran, karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan lebih mudah memahami berbagai materi pelajaran karena dapat menciptakan komunitas belajar (learning comunity) yang pada akhirnya menciptakan kebiasan belajar secara kontinyu.

3. Kepada sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran yang masih belum ada, agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Sekolah juga hendaknya lebih memperhatikan sistem terpadu yang dapat mendukung segala aktivitas belajar terutama terkait dengan kedisiplinan para siswa dan kinerja para pendidik.

4. Kepada peneliti lanjutan, agar dapat meningkatkan profesionalisme dan semangat dalam melakukan penelitian, serta dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam melakukan penelitian serupa.


(38)

Agar model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat lebih dikenal, dipahami dan diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2004. Evaluasi Pengajaran. UNP. Padang,

Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.

Arini. 2011. http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-pendidikan-kewarganegaraan-sdmi/

Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. UNP. Padang. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.

Dess. 1991. http://hayardinblog.blogspot.com/2013/02/kelemahanmodel -pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html

Khaerudin (dalam Usman). 2009. http://hayardin-blog.blogspot.com/ 2013/01/pengertian-model-pembelajaran-stad.html

Nasution. 2009. http://www.duasatu.web.id/2012/07/pengertian-aktivitas-belajar-menurut-para.html

Nur. 2001. http://www.sarjanaku.com/2011/03/ciri-ciri pembelajaran-kooperatif. Html

Nurkencana, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Usaha Nasional. Roestiyah. 2001.

http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad. html

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Septa Kurnia. 2012. http://www.sekolahdasar.net/2012/07/kumpulan-judul-ptk-matematika-sd.html#ixzz2AUw7NQ6U

Slavin (dalam Marta). 2008. http://hayardin-blog.blogspot.com/2013/01/ pengertian-model-pembelajaran-stad.html

Sudirman. 2008. http://makalahpendidikan-sudirman.blogspot.com/2012/08/ aktivitas-belajar.html


(40)

Sukardi Ketut. 2003. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Usaha Nasional. Surabaya.

Sukarmin. 2002. http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html

Sumiati, & Asra. 2009, Metode Pembelajaran.Wacana Prima, Bandung. Sutikno, Sobry M. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. Bandung W.J.S. Poewadarminto. 2011. http://www.bukuhalus.com/2011/74/


(1)

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat mulai dari tahap persiapan, proses pembelajaran, hingga kegiatan akhir. Apakah setiap proses kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan analisis data pada PTK adalah analisis terhadap hasil kegiatan pembelajaran. Analisis dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek pembelajaran yang terlibat di dalamnya sudah sesuai dengan kapasitas. (Aunurrahman, dkk. 2009 :9). Analisis data yang dilakukan adalah:

a) Mengambil semua data dari hasil pengamatan siklus 1. Baik data kualitatif maupun data kuantitatif dengan menggunakan rumus:

b) Menganalisis data hasil belajar PKN dengan membuat tabulasi persentase yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

c) Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil pengolahan data dengan indikator keberhasilan antara tes siklus I, siklus II.

3.6 Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKN materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan telah menunjukan peningkatan pada setiap siklusnya. Peneliti menggunakan model pembelajaran tipe STAD ini jika >75 % siswa memperoleh nilai tes formatif KKM (kriteria ketuntasan minimal) 65.


(2)

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung pada mata pelajaran PKn dalam materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan dapat disimpulkan:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran PKn pada materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 38% menjadi 78%.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran PKn pada materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas IV SDN 4 Penengahan Bandar Lampung. Hal ini sesuai pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan disetiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 68% menjadi 85%, sedangkan ketuntasan belajar meningkat


(3)

dari 55% di siklus I menjadi 86% di siklus II meskipun pada umumnya masih belum mendapat nilai yang sempurna.

5.2 Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara otomatis akan membentuk budaya senang belajar.

2. Kepada guru, untuk senantiasa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran, karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan lebih mudah memahami berbagai materi pelajaran karena dapat menciptakan komunitas belajar (learning comunity) yang pada akhirnya menciptakan kebiasan belajar secara kontinyu.

3. Kepada sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran yang masih belum ada, agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Sekolah juga hendaknya lebih memperhatikan sistem terpadu yang dapat mendukung segala aktivitas belajar terutama terkait dengan kedisiplinan para siswa dan kinerja para pendidik.

4. Kepada peneliti lanjutan, agar dapat meningkatkan profesionalisme dan semangat dalam melakukan penelitian, serta dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam melakukan penelitian serupa.


(4)

54

Agar model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat lebih dikenal, dipahami dan diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2004. Evaluasi Pengajaran. UNP. Padang,

Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.

Arini. 2011. http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-pendidikan-kewarganegaraan-sdmi/

Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. UNP. Padang. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.

Dess. 1991. http://hayardinblog.blogspot.com/2013/02/kelemahanmodel -pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html

Khaerudin (dalam Usman). 2009. http://hayardin-blog.blogspot.com/ 2013/01/pengertian-model-pembelajaran-stad.html

Nasution. 2009. http://www.duasatu.web.id/2012/07/pengertian-aktivitas-belajar-menurut-para.html

Nur. 2001. http://www.sarjanaku.com/2011/03/ciri-ciri pembelajaran-kooperatif. Html

Nurkencana, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Usaha Nasional. Roestiyah. 2001.

http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad. html

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Septa Kurnia. 2012. http://www.sekolahdasar.net/2012/07/kumpulan-judul-ptk-matematika-sd.html#ixzz2AUw7NQ6U

Slavin (dalam Marta). 2008. http://hayardin-blog.blogspot.com/2013/01/ pengertian-model-pembelajaran-stad.html

Sudirman. 2008. http://makalahpendidikan-sudirman.blogspot.com/2012/08/ aktivitas-belajar.html


(6)

Sudjana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdikarya, Bandung

Sukardi Ketut. 2003. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Usaha Nasional. Surabaya.

Sukarmin. 2002. http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html

Sumiati, & Asra. 2009, Metode Pembelajaran.Wacana Prima, Bandung. Sutikno, Sobry M. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. Bandung W.J.S. Poewadarminto. 2011. http://www.bukuhalus.com/2011/74/


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV A SDN 1 KALIAWI TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 10 43

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 METRO SELATAN KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V SDN 4 TALANG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 49

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 1 PRINGSEWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 27 82

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 4 PENENGAHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 40

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS IV SDN PADANG MANIS PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 12 55

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOHETHER (NHT)PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 103

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 38

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD SISWA ELAS IV SDN 2 PASAR BARU KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 2 53