10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Imagery
a. Pengertian Imagery
Istilah imagery dan latihan mental telah digunakan secara bergantian oleh para peneliti, psikolog olahraga, pelatih dan atlet untuk
menggambarkan teknik pelatihan mental yang kuat. Holmes dan Collins 2001:1
“menyatakan bahwa dewasa ini sebagian besar praktisi olahraga telah menggunakan teknik latihan imagery yang menggambarkan teknik
latihan mental terstruktur untuk menciptakan suatu kinerja olahraga yang optimal
”. Taylor dan Wilson 2005:2 “menegaskan bahwa kekuatan imagery terletak pada penggunaannya sebagai program terstruktur yang
menggabungkan berupa tulisan dengan audio skrip yang dirancang untuk menangani teknik olahraga tertentu agar atlet dapat meningkat
penampilannya ”.
Guillot Collet 2008:2 “menegaskan bahwa script latihan
imagery merupakan suatu keniscayaan ketika akan melaksanakan program dan isi pelatihan imagery yang keberhasilannya ditentukan oleh instruksi
dan cara pelatih mengkomunikasikannya ”. Menurut Taylor Wilson
2005:2 “sebelum atlet memulai sesi imagery, script dirancang dengan
skenario rinci yang menyoroti pengaturan fisik dalam konteks kompetisi,
11 penampilan khusus, dan bidang-bidang tertentu lainnya yang perlu
ditekankan ”.
Selama berlangsungnya imagery otak berproses dan berfungsi menurut Marks 1993:2
“hasil penelitian telah melaporkan bahwa ketika individu terlibat dalam imagery otaknya menafsirkan gambar yang identik
dengan situasi stimulus yang sebenarnya ”. Imagery sangat bergantung
pada pengalaman yang tersimpan dalam memori, dan perilaku mengalaminya secara internal dengan merekonstruksi peristiwa eksternal
dalam pikiran mereka. “Tujuan dari latihan mental imagery untuk
menghasilkan pengalaman olahraga sehingga atlet merasa seolah-olah benar-benar melakukan olahraga
” Holmes Collins, 2001:2. Menurut Valley Greenleaf 1998:3
“semua indera penting dalam mengalami kejadian apa yang dibayangkan, oleh karena itu untuk membantu
menciptakan sebuah kejadian tertentu, dalam penyusunan imagery harus memasukkan sebanyak mungkin perhatian panca indera
”. Ini menekankan bahwa imagery mental itu harus melibatkan gerakan, pemandangan, suara,
sentuhan, bau, dan rasa emosi, pikiran dan tindakan. Terry Orlick dikutip oleh David Yukleson dalam Singgih D.
Gunarsa: 2004: 103, “imagery merujuk pada proses merasakan yang
sangat intens, seolah-olah perasaan tersebut merupakan keadaan yang sebenarnya
”. “Imagery can be defined as an experience that mimics a real experience, where we are consciously aware of forming and seing an