Cara Mengatasi Problem Kejiwaan yang Dialami Tokoh Utama dalam Novel
Dalam novel Maryam, penggambaran karakter tokoh utama dilakukan dengan teknik diskursif. Pencerita menggambarkan kualitas karakter tokoh secara langsung
dan didukung dengan latar kondisi batin tokoh utama Maryam. Berdasar aspek psikologis, memahami karakter tokoh Maryam dapat
ditangkap melalui pikirannya. Sejak belia Maryam telah memelihara ketakutan. Ia tak mau mengalami apa
yang terjadi pada saudara-saudaranya. Ia ingin menemukan laki-laki yang sejalan, yang membawanya ke pernikahan tanpa halangan…………………….
Ia tak mau lagi menambah malu dan susah pada seluruh keluarganya. Lebih dari itu, ia tak mau dirinya tersakiti Madasari, 2013: 20.
Dari kutipan tersebut tampak bahwa melalui pola pikiran, tokoh Maryam memiliki karakter awal sebagai seseorang yang penakut akan dunia di luar
kepercayaan keluarganya dan cenderung berani melawan masyarakat yang menganggapnya sebagai orang sesat.
Kemunculan Internal division pembelahan batin, ditandai dengan adanya sikap awal tokoh Maryam yang melakukan penolakan terhadap kehidupan sosial
dengan tidak memiliki hubungan terhadap orang-orang di luar kepercayaan Ahmadiyah dan cenderung memiliki ketakutan atas pengingkaran terhadap golongan
kepercayaan Ahmadiyah, berganti menjadi kebimbangan dan keragu-raguan ketika terjadi perubahan pola pikir dan kehadiran tokoh Alam dalam kehidupan baru
Maryam. Hal ini diperjelas pada kutipan berikut. Jauh dari keluarga Ahmadi dan rasa sepi yang menggelayuti membuat
Maryam tak berpikir macam-macam lagi ketika Alam datang. Kadang Maryam berpikir, ia hanya Ahmadi ketika sedang berada di tengah-tengah
pengajian Ahmadi. Di luar itu, ia tak merasa berbeda dari yang lainnya Madasari, 2013: 33.
Perasaan terbebas dari segala keburukan di luar kepercayaan Ahmadiyah, dan pengekangan oleh keluarganya terhadap Maryam, hanya berlangsung sementara.
Maryam mulai meragukan bahwa kehidupan dalam keluarganya menyimpang dan menemukan hal yang seharusnya dipercayai sebagai kebenaran, dengan bertemu
tokoh Alam. Maryam mulai percaya bahwa Alam akan menerimanya tanpa tuntutan. Namun, kepercayaan Maryam mulai goyah kembali bahwa kehidupan yang
ditawarkan Alam tak lebih dari kungkungan lain yang membuatnya tak terbebas dari segala tekanan-tekanan. Hal tersebut ditandai dengan kemunculan tokoh ibu Alam
yang merasa bahwa Maryam adalah kesesatan. Ada rasa gentar saat Maryam bersimpuh di pangkuan ibu Alam. Ada rasa ragu
ketika ia mencium tangan mertuanya itu. Ketika ibu Alam menunduk mendekat ke telinga Maryam, jantung Maryam berd
ebar cepat……………….. ada satu ruang kecil di hati Maryam yang meronta mendengar nasihat-nasihat
itu. Bisikan kecil yang menyanggah dan mengatakan tidak. Hasrat lirih yang ingin melawan semua omongan. Rasa tersinggung dan sakit hati yang halus.
Perasaan ditolak dan tidak diterima apa adanya Madasari, 2013: 111
Dari kutipan tersebut menunjukkan perasaan sesal tokoh Maryam yang mulai merasa bahwa dirinya pun sangat sulit diterima oleh orang lain dan mendapat
tekanan-tekanan lain. Adanya penolakan terhadap tokoh Maryam, membuatnya frustasi.
Ketika persepsi bercampur dengan kesadaran atau setengah kesadaran, dengan kenangan dan perasaan menciptakan karakter yang memilki perkembangan yang
berwarna, hal tersebut merupakan stream of consciousness arus kesadaran. Pada kutipan berikut merupakan contoh arus kesadaran yang terjadi pada tokoh Maryam.
Apa jadinya jika semua orang melihatku begitu lemah dan penakut? Pikir Maryam. Tapi pagi ini ia tak tahan lagi. Kesedihan, kemarahan, ingatan masa
lalu bercampur aduk Madasari, 2013: 232.
Kutipan di atas melukiskan perasaan dan kenangan tokoh Maryam yang bercampur aduk dalam arus kesadarannya dan tokoh Maryam menunjukan tingkah
laku yang ingin terlihat superior. Kesalahan demi kesalahan yang dituduhkan kepada tokoh Maryam semakin
menumbuhkan tekanan, membuatnya semakin frustasi. Maryam mulai melakukan perlawanan terhadap tekanan-tekanan dari ibu Alam. Pertentangan semakin sampai
pada klimaks dan tokoh Alam mencari jalan keluar dengan memilih berpihak terhadap apa yang dipercaya oleh keluarganya dan menceraikan Maryam. Tokoh
Maryam merasa dirinya tidak lagi dihargai. Rasa frustasi dan putus asa membuat Maryam berpikir untuk melarikan diri dari tekanan-tekanan batin dan memicu bunuh
diri. Kepulangan yang hanya menyisakan amarah. Hingga akhirnya ia benar-benar lari, melepaskan diri dari semua yang merintangi Madasari, 2013: 102.
Mentalitas tokoh Maryam belum mencapai kematangan jiwa. Hal ini ditandai
dengan tidak adanya keluasan pandangan, dan kepekaan tokoh Maryam melihat dunia sekeliling. Maryam berada di antara dua dunia yang membuatnya ragu untuk memilih
jalan hidup, merasa dari setiap pilihannya hanya akan menambah tekanan-tekanan hidup. Gunjingan orang-orang semakin meremukkan hatinya dan orang-orang