Gangguan Suasana-perasaan Problem Kejiwaan Tokoh Utama Maryam dalam Novel Maryam Karya

normal apabila hal itu terjadi secara berlebihan dan tidak sesuai dengan kondisi atau keadaan yang sedang terjadi. Tokoh Maryam memiliki rasa takut yang berlebihan terhadap pengasingan yang dilakukan oleh keluarganya. Ketakutan yang berlebih tersebut menyebabkan perilaku abnormal. Ketakutan yang muncul secara berlebihan merangsang timbulnya kepanikan dan kecemasan yang berlebihan. Hal ini ditandai dengan pola pikir yang negatif tokoh Maryam pada kutipan; pikirannya mulai menerawang. Membayangkan bapaknya akan berkata keras, langsung mengusirnya begitu Maryam terlihat masuk ke halaman Madasari, 2013: 44. Kutipan berikut ini menunjukkan trauma yang dialami tokoh Maryam akan peristiwa yang pernah terjadi pada dirinya, memicu kecemasan dan ketakutan akut. Mata Maryam terpejam sebentar, terbuka, lalu terpejam lagi. Tubuhnya berbolak-balik ke kiri dan ke kanan. Berusaha mencari satu alasan untuk bisa menerima Umar. Tak ada. Ia tak mau buru-buru, lalu terperangkap dalam penyesalan panjang seperti sebelumnya Madasari, 2013: 154. Kutipan di atas melukiskan tokoh Maryam dalam keadaan tertekan dan kebingungan. Maryam mengalami hal yang sangat serius dan menyakitkan. Maryam merasa putus asa setelah kejadian yang dialaminya dalam lingkungan keluarga Alam yang terus menekan dirinya melalui kekerasan verbal dan pengasingan. Hal tersebut, menjadikan Maryam merasa dirinya tidak berharga lagi, ia merasa gelisah, terpukul, dan depresi. Salah satu tekanan batin tokoh utama Maryam disebabkan kecemasan pada tingkat trauma. Maryam merasakan kecemansan dan ketakutan yang tidak wajar, hal ini mengakibatkan pola pikir negatif lebih mendominasi. Pola pikir negatif menimbulkan distress, hal ini ditunjukkan pada frasa “penyesalan panjang seperti sebelumnya ”. Rasa ketakutan yang terjadi pada Maryam menyebabkan rasa kecemasan yang berlebih . Ia cemas bahwa dirinya akan disakiti lagi dan merasakan penyesalan yang begitu menekan batinnya. Tokoh utama Maryam berasaha menghindari ketakutannya dengan melakukan penolakan terhadap keinginan orangtuanya yang ingin menikahkan Maryam dengan orang yang memiliki kepercayaan Ahmadiyah. Kutipan berikut ini menunjukkan ketidakwajaran jika dibandingkan dengan perilaku orang normal pada umumnya. Apa yang diharapkan orang yang terbuang pada sebuah kepulangan? Ucapan maaf, ungkapan kerinduan, atau tangis haru kebahagiaan?................................ Tidak semuanya bagi Maryam ia pulang tanpa membawa harapan. Ia bahkan tak punya bayangan apa yang akan dijumpainya di kampung halaman. Ia tak berpikir apakah kedatangannya masih ada yang menantikan, atau malah akan menghidupkan kembali sisa amarah Madasari, 2013: 13 Data tersebut menunjukkan bahwa tokoh maryam mengalami respons emosional negatif seperti rasa bersalah, kekhawatiran, dan menyertai kecemasan. Kecemasan yang dialami oleh Maryam bukan tanpa alasan. Kecemasan sering dialami Maryam ketika ia masih berada dalam lingkungan keluarganya, kecemasan- kecemasan yang timbul berupa pengasingan oleh keluarganya bila mengingkari kepercayaan Ahmadiyah. Ketakutan-ketakutan telah ditanam pada Maryam sejak usia dini oleh kedua orangtua, hal ini dilakukan agar kemudian hari Maryam tidak melenceng dari garis kepercayaan, yang telah turun-temurun dalam silsilah keluarganya. Namun, Maryam lebih memilih keluar dari jalur keluarganya, menjauhi segala ketakutan-ketakutan yang lahir dari intervensi lingkungan sosio-budaya. Kepercayaan Maryam bahwa keluar dari Ahmadiyah merupakan jalan yang benar tidak memiliki nilai positif dalam lingkungan keluarga Alam. Tokoh utama Maryam dianggap sebagai dalang dari setiap kesialan yang menimpa kehidupan keluarga Alam. Hal itulah yang menyebabkan tokoh utama Maryam mengalami depresi, cemas dan ketakutan berkelanjutan. Ketakutan dan kecemasan dalam arus kesadaran tokoh utama Maryam menjadi perilaku abnormal. Fobia sosial salah satu bentuk gangguan kecemasan terdiagnosis pada tokoh utama Maryam karya Okky Madasari. Fobia sosial merupakan efek dari kecemasan yang berlangsung lama dan terus menerus. Fobia sosial yang terdiagnosis pada tokoh Maryam meliputi kecenderungan sikap yang minder, takut dan cemas akan penolakan. Maryam merasa tidak percaya diri karena merasa kepribadiannya berbeda dengan orang-orang di kampung halamannya. Tatapan pemuda-pemuda pemandu turis, lalu lalang wisatawan asing, bangunan baru yang dulu tak ada, menggenapi perasaan gamang dalam dirinya Madasari, 2013: 14. Fobia sosial merupakan gangguan kecemasan yang terjadi pada seseorang ketika ia berada di tengah-tengah golongan masyarakat atau tempat yang ramai dikunjungi orang asing. Depresi yang menyangkut perasaan asing di suatu tempat dan tidak berguna menimbulkan perasaan cemas pada diri tokoh utama Maryam. Maryam merasa cemas bila orang-orang memandangnya dan membicarakan kepercayaannya