Proses Handling Impor LCL pada PT. Indotrans Armada Buana.

commit to user

C. Pembahasan

1. Proses Handling Impor LCL pada PT. Indotrans Armada Buana.

Kegiatan impor pada umumnya dapat di laksanakan dengan adanya izin dari Bea cukai atas barang yang akan di impor. Dengan izin tersebut seseorang atau perusahaan dapat melaksanakan kegiatan impor barang. Setiap jenis barang yang di impor memiliki izin yang berbeda, izin untuk impor tersebut merupakan sebuah aturan dari pemerintah untuk membatasi kegiatan impor guna melindungi produk dalam negeri. Serta untuk menentukan kebijakan dari pemerintah tentang kegiatan serta aturan impor. Impor yang dilakukan oleh PT. Indotrans Armada Buana berbeda dengan impor yang di lakukan oleh perusahaan freight forwarder lainnya. Dikarenakan PT. Indotrans Armada Buana merupakan freight forwarder murni, dalam arti tidak seperti EMKL yang mengurusi kelengkapan impor seperti dokumentasi baik FCL maupun LCL termasuk konsolidasi barang. Impor barang Full Container Load FCL biasanya bisa di tangani sendiri oleh perusahaan, sedangkan untuk barang yang statusnya Less container load LCL, PT. Indotrans Armada Buana berhubungan dengan perusahaan yang menangani konsolidasi barang PT. Mentari Freight Service. Kegiatan impor dengan barang yang statusnya LCL diperlukan konsolidasi. Konsolidasi barang tersebut dilakukan oleh PT. Mentari Freight Service yang ditunjuk oleh PT. Indotrans Armada Buana, hal ini commit to user dikarenakan PT. Indotrans Armada Buana tidak memiliki gudang untuk melakukan kegiatan konsolidasi. Proses handling impor LCL yang di lakukan oleh PT. Indotrans Armada Buana merupakan sebuah kerjasama antara freight forwarder dalam negeri dengan freight forwarder yang berada di luar negeri. Freight forwarder di luar negeri meminta kepada freight forwarder yang berada di dalam negeri untuk menghandle atau mengurusi segala permasalahan yang timbul dalam kegiatan impor seperti mengurus permasalahan kepabeanan, izin impor, pajak dan masalah administrasi terkait proses impor yang dilakukan. Dokumen merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan impor, karena untuk mengatasi segala permasalahan yang timbul dalam kegiatan impor tersebut tergantung kepada dokumen MBL yang dikirimkan oleh freight forwarder yang berada di luar negeri. Serta dokumen MBL adalah sebagai acuan bagi perusahaan dalam proses receiving barang impor dan digunakan untuk pembuatan House Bill of Lading HBL . Dalam proses penanganan kegiatan impor di tangani langsung oleh PT. Indotrans Armada Buana. Akan tetapi dalam penanganan barang yang statusnya LCL PT. Indotrans Armada Buana berhubungan dengan pihak- pihak lain yang bertugas membantu dalam proses receiving barang impor. pihak lain tersebut antara lain adalah konsolidator, shipping line dan pihak pelabuhan. Adapun proses handling impor untuk barang yang statusnya commit to user Less Container Load LCL yang di lakukan oleh PT. Indotrans Armada Buana adalah sebagai berikut : GAMBAR 3.2 PROSEDUR HANDLING IMPOR LCL SHIPPING LINE YANGMING DAEJIN .CO.ltd FORWARDER LN PT. MENTARI KONSOLIDATOR PELABUHAN GUDANG PT. INDOTRANS ARMADA BUANA FORAWRDER DN CV. INDAH BERSAMAMU CONSIGNEE 3 5 4 6 1 2 commit to user Dari gambar diatas akan terlihat jelas bagaimana proses handling impor untuk barang yang statusnya LCL pada PT. Indotrans Armada Buana adalah sebagai berikut : 1. PT. Indotrans Armada Buana menerima dokumen dari freight forwarder di luar negeri, PT. Indotrans Armada Buana mengecek Master Bill of Lading MBL, apakah di kolom Consingee tertera nama freight forwarder. Dan pada dokumen House Bill of Lading HBL tertera nama consignee CV. Indah Bersamamu serta freight forwarder harus membedakan antara MBL dengan HBL. Setelah itu lihat No MBL, dan tanyakan tentang Estimated Time Arrival ETA atau tanggal perkiraaan tiba di semarang kepada PT. Mentari Freight Service serta nama vesselnya. 2. PT. Indotrans Armada Buana membuat NOA Notice of Arrival atau pemberitahuan kedatangan kapal kepada CV. Indah Bersamamu dengan catatan : untuk data yang mengacu pada HBL karena CV. Indah Bersamamu hanya memegang HBL. Dan PT. Indotrans Armada Buana akan mengirim NOA ke CV. Indah Bersamamu dengan fax. 3. NOA dikirimkan dan PT. Indotrans Armada Buana meminta Inward Manifest dan flat file kepada PT. Mentari Freight Service, dan melakukan pengecekan dengan CV. Indah Bersamamu apakah data yang dikirim di Inward Manifest commit to user seperti yang tertera pada flat file. Lalu cocokan apakah data antara HBL dan MBL sudah sesuai atau belum. Lihat di HBL apakah term pembayarannya freight prepaid atau freight collect. Jika collect dilihat berapa ocean freightnya, dan kemudian didiskusikan kepada CV. Indah Bersamamu 4. PT. Indotrans Armada Buana akan meminta ke MCC transport Shiping line Proforma NOA, ketika kapal hampir sampai informasikan kepada CV. Indah Bersamamu bahwa barangya akan datang. 5. PT. Indotrans Armada Buana mengecek ke CV. Indah Bersamamu apakah NOA yang dikirim lewat Fax sudah diterima, dan menanyakan apakah ada revisi dokumen. Bila ada maka PT. Indotrans Armada Buana segera lakukan revisi dan segera membuat tagihan letter of invoice atau debit note. 6. PT. Indotrans Armada Buana akan memuat Pengantar DO dengan mengacu pada MBL, baik no MBL hingga detailnya, CV. Indah Bersamamu mengambil dokumen yang di perlukan dan membayar tagihan. Setelah pembayaran selesai CV. Indah Bersamamu mengurus pengeluaran barang di pelabuhan. Dari kegiatan impor yang di lakukan oleh PT. Indotrans Armada Buana, terdapat fungsi ke agenan dari freight forwarder itu sendiri. Fungsi keagenan itu dapat di lihat dari ditunjuknya PT. Indotrans Armada Buana sebagai penerima barang atau Consignee. Hal ini terjadi pada saat commit to user pengiriman barang yang statusnya LCL, lain halnya dengan barang yang statusnya FCL nama consignee biasanya di isi dengan nama asli perusahaan pemilik barang. Dalam kegiatan impor yang status barangnya LCL pada Master Bill of Lading MBL nama consignee yang di gunakan biasanya adalah nama freight forwarder yang di tunjuk oleh agennya yang berada di luar negeri dalam kasus ini PT. Indotrans Armada Buana sebagai consignee. Di karenakan dalam kegiatan impor barang yang statusnya LCL tidak hanya terdapat satu nama consignee dalam satu container. PT. Indotrans Armada Buana juga di tunjuk sebagai pihak notify party yang di tunjuk oleh agennya yang berada di luar negeri, selain mendapatkan fee dari kegiatan tersebut dari agennya, perusahaan juga mendapatkan keuntungan dari pengurusan dokumen.

2. Biaya yang timbul dari kegiatan impor LCL pada PT. Indotrans