5. Berorientasi ke masa depan
Wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan, kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda dari yang ada sekarang.
E. Tenaga Kerja
Usaha memperluas kesempatan kerja dalam rangka mengurangi pengangguran yang ada maupun menyerap tenaga kerja baru merupakan satu
kesatuan usaha di dalam seluruh usaha pembangunan. Oleh karena itu program- program pembangunan di semua sektor mempergunakan perluasan kesempatan
kerja sebagai salah satu sasarannya yang utama, khususnya melalui usaha-usaha kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam
batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif. Tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan menganggur. Jika ada saudara kalian yang sedang mencari pekerjaan, maka ia
termasuk dalam angkatan kerja. Sedangkan golongan bukan angkatan kerja terdiri atas anak sekolah, ibu rumah tangga, dan pensiunan. Golongan bukan angkatan
kerja ini jika mereka mendapatkan pekerjaan maka termasuk angkatan kerja. Sehingga golongan bukan angkatan kerja disebut juga angkatan kerja potensial.
Angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan menganggur. Penduduk yang bekerja adalah penduduk yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan. Adapun pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Pengangguran
merupakan masalah yang sering dihadapi oleh pemerintah. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi
kegiatan produksi. Hal ini berarti jam kerja akan dikurangi, sebagian mesin produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga kerja diberhentikan. Akibatnya
banyak tenaga kerja yang tidak dapat bekerja lagi.
F. Pengertian Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan kepada langganan atas barang dan jasa yang dijual, dan merupakan unsur yang paling penting dalam
sebuah perusahaan, karena pendapatan akan dapat menentukan maju-mundurnya suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha semaksimal
mungkin untuk memperoleh pendapatan yang diharapkannya. Pendapatan pada dasarnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau jasa yang diberikan.
Pendapatan masyarakat yang merata, sebagai suatu sasaran merupakan masalah yang sulit dicapai, namun berkurangnya kesenjangan adalah salah
satu tolok ukur keberhasilan pembangunan. Indikator yang cukup baik untuk mengukur tingkat pemerataan pendapatan masyarakat adalah distribusi
pendapatan masyarakat diantara golongan penduduk golongan pendapatan. Pendapatan masyarakat sangat tergantung dari lapangan usaha, pangkat dan
jabatan pekerjaan, tingkat pendidikan umum, produktivitas, prospek usaha, permodalan dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab perbedaan
tingkat pendapatan penduduk. Indikator distribusi pendapatan yang didekati dengan pengeluaran perkapita akan memberikan petunjuk aspek pemerataan
pendapatan yang telah tercapai. Walaupun hal ini tidak mencerminkan tingkat pendapatan yang sebenarnya namun paling tidak memberikan petunjuk untuk
melihat arah dari perkembangan yang terjadi. Selama ini untuk mendapatkan informasi mengenai pendapatan sebenarnya menemui bermacam kendala
diantaranya: tidak terus terangnya responden memberikan informasi yang sebenarnya, ada yang membesarkan ada pula yang mengecilkan. Selain itu
terkadang menjadi tidak etis pada sebagian orang untuk meminta informasi mengenai pendapatan yang sebenarnya. Sulitnya mendapatkan tingkat
pendapatan yang sebenarnya menjadi alasan penggunaan pendekatan pengeluaran untuk mengetahui distribusi pendapatan masyarakat. Dalam
realitanya tingkat pengeluaran akan berbanding lurus dengan tingkat pendapatan. Semakin besar pendapatan masyarakat maka akan semakin besar
tingkat pengeluaran. Asumsi ini menjadi acuan dalam kajian untuk mengukur distribusi pendapatan masyarakat.
Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan masyarakat, disamping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. Perkembangan
tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendapatan perkapita atau pendapatan rata-rata per penduduk. Peningkatan nilai PDRB nominal yang
mencapai 16,94 persen per tahun selama periode 2000-2008 meningkatkan secara langsung pendapatan per kapita nominal sebesar 16,37 persen per tahun. Apabila
efek kenaikan tingkat harga dihilangkan, peningkatan laju pertumbuhan PDRB rill sebesar 5,01 persen juga meningkatkan secara langsung pendapatan perkapita rill
masyarakat sebesar 4,25 persen per tahun pada periode yang sama. Bila diamati pola perubahannya, peningkatan pendapatan per kapita
nominal ternyata lebih berfluktuasi mengikuti perubahan tingkat harga umum atau inflasi, tetapi laju kenaikan pendapatan per kapita rill meningkat secara konsisten
hingga mencapai 5,90 persen pada tahun 2008 dari 3,12 persen pada tahun 2001. Peningkatan pendapatan per kapita rill menunjukkan dua hal yaitu:
1. peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang melebihi kenaikan
tingkat harga umum. 2.
peningkatan pendapatan rill yang melebihi kenaikan jumlah penduduk. Tingkat pendapatan masyarakat Indonesia pada tahun 2009, menurut
Badan Pusat Statistik BPS sudah semakin baik dibanding tahun 2007. Itu menandakan secara rata-rata masyarakat Indonesia semakin makmur
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Versi BPS pendapatan per kapita masyarakat di seluruh Indonesia termasuk warga negara asing yang tinggal di
Indonesia, pada 2009 adalah Rp 24,3 juta atau US 2.590,1. Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan yang sedang giat-giatnya
dilaksanakan oleh Negara-negara yang sedang berkembang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan riel per kapita, pendapatan ini pada umumnya masih
rendah. Gejala umum yang sering terjadi dalam proses pembangunan di Negara- negara berkembang adalah hasrat konsumsi dari masyarakat yang tinggi sebagai
akibat dari kenaikan pendapatan. Sukirno 2006 pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu
periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain:
1. Pendapatan pribadi, yaitu; semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa
memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara. 2.
Pendapatan disposibel, yaitu; pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap
dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel. 3.
Pendapatan nasional, yaitu; nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.
Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi arah gejala distribusi pendapatan dan pengeluaran di Indonesia; pertama, perolehan faktor produksi, dalam hal ini faktor yang
terpenting adalah tanah. Kedua, perolehan pekerjaan, yaitu perolehan pekerjaan
bagi mereka yang tidak mempunyai tanah yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja penuh. Ketiga, laju produksi pedesaan, dalam hal ini yang
terpenting adalah produksi pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut.
Pendapatan per kapita dapat diartikan pula sebagai penerimaan yang diperoleh rumah tangga yang dapat mereka belanjakan untuk konsumsi yaitu yang
dikeluarkan untuk pembelian barang konsumtif dan jasa-jasa, yang dibutuhkan rumah tangga bagi pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam hal ini pendapatan per
kapita determinan potensi ekonomi yang penting selain luas Negara serta penduduk suatu Negara Todaro, 1998.
Rendahnya pertumbuhan pendapatan per kapita disuatu Negara berarti juga mencerminkan rendahnya pertumbuhan GNP dan ini terjadi pada Negara-
negara yang sedang berkembang. Usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan yang
memadai, menggalakkan program kerja berencana dan yang terakhir transfer pemerintah kepada golongan-golongan masyarakat yang berpendapatan rendah.
Dengan menggunakan pajak yang efektif untuk membiayai transfer tersebut sekaligus untuk mengurangi perbedaan kemakmuran antar anggota masyarakat.
Pendapatan nasional adalah nilai netto dari semua barang dan jasa produk nasional yang diproduksi setiap tahunnya dalam suatu Negara. Pendapatan
nasional dapat ditentukan dengan tiga cara Sukirno, 2006:, yaitu:
1. Cara produksi neto, outputproduk dalam negari dari barang-barang dan jasa-
jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu Negara. Total output ini tidak mencakup nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor.
Untuk mendapatkan produk nasional bruto, produk domestik bruto harus ditambah dengan pendapatan bersih yang diterima dari luar negeri.
2. Cara pendapatan, total pendapatan yang diterima penduduk suatu Negara
sebagai balas jasa dari produksi barang dan jasa yang sedang berlangsung. Pendapatan ini disebut pendapatan faktor, sebab ditambahkan pada faktor-
faktor produksi, dan pembayaran transfer transfer payment tidak dimasukkan dalam perhitungan, seperti tunjangan sakit, tunjangan
pengangguran dimana tidak ada barang atau jasa yang diterima sebagai imbalannya.
3. Cara Pengeluaran, total pengeluaran domestik oleh penduduk suatu Negara
pada konsumen dan investasi barang-barang. Hal ini mencakup pengeluran pada barang dan jasa jadi tidak termasuk barang atau jasa setengah jadi
dan termasuk barang-barang yang tidak terjual dan yang ditambahkan pada persediaan investasi persediaan.
Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumah tangga di pedesaan tidak hanya dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dapat
dikatakan rumah tangga melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan.
Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang
dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan
ditentukan oleh pola produksi pertanian, produksi barang dan jasa non-pertanian di pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di
sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian, produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang
diterapkan. Disektor non-pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume produksi, teknologi dan tingkat harga komoditi Kasryno, 2000.
Pendapatan rumah tangga pertanian ditentukan oleh tingkat upah sebagai penerimaan faktor produksi tenaga kerja. Nilai sewa tanah sebagai penerimaan
dari penguasaan asset produktif lahan pertanian. Dengan demikian tingkat pendapatan rumah tangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan
faktor produksi. Pendapatan rumah petani pinggiran perkotaan juga bersumber dari tiga
kegiatan utama, yaitu kegiatan dalam usaha tani sendiri on-farm, kegiatan pertanian di luar usaha tani sendiri off-farm dan kegiatan di luar sektor pertanian
non-farm. Untuk petani yang berada di pedesaan, pendapatan yang bersumber dari kegiatan on-farm dan off-farm umumnya mencapai lebih dari 90 persen.
G. Konsep Pendapatan