Perbedaan kesempatan berusaha, tingkat pendapatan dan tingkat pengeluaran anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat : studi kasus Credit Union Bima.

(1)

PERBEDAAN KESEMPATAN BERUSAHA, TINGKAT

PENDAPATAN DAN TINGKAT PENGELUARAN ANGGOTA

SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN KREDIT DI

CREDIT UNION BIMA DI KECAMATAN KAYAN HULU,

KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

Studi Kasus CREDIT UNION BIMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun Oleh:

Lensius Putrawinata

NIM: 081324025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang

terlaksana.

(Amsal 19:21)

Skripsi ini aku persembahkan untuk Yesus Kristus yang

memimpin dalam setiap langkah hidupku

Kedua orang tua saya yang selalu mendukung dan

memotivasi saya

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:

Universitas Sanata Dharma

BANYAKLAH RANCANGAN DI HATI MANUSIA, TETAPI KEPUTUSAN TUHAN LAH YANG TERLAKSANA


(5)

MOTTO

Sabar

dalam

mengatasi

kesulitan

dan

bertindak bijaksana dalam mengatasinya

adalah sesuatu yang utama.

Menunggu kesuksesan adalah tindakan sia-sia

yang bodoh.

Jangan tunda sampai besok apa yang bisa

engkau kerjakan hari ini.


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

PERBEDAAN KESEMPATAN BERUSAHA, TINGKAT PENDAPATAN DAN TINGKAT PENGELUARAN ANGGOTA SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN KREDIT DI CREDIT UNION BIMA DI KECAMATAN

KAYAN HULU, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

Lensius Putrawinata

081324025

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kesempatan berusaha, tingkat pendapatan dan tingkat pengeluaran anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Penelitian ini merupakan studi perbandingan yang menguji perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan kredit. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 58 orang anggota dan seluruhnya dijadikan sampel penelitian. Dalam pengambilan data penulis menggunakan data primer sebagai data utama yang diambil menggunakan teknik wawancara dan data sekunder sebagai data pendukung. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Kuadrat (X2).

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat perbedaan yang signifikan kesempatan berusaha anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit. Kesempatan berusaha anggota mengalami peningkatan sesudah menggunakan kredit; (2) tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pendapatan anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit meskipun tingkat pendapatan mengalami sedikit penurunan sesudah menggunakan kredit tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dari keadaan awal; (3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pengeluaran anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit meskipun tingkat pengeluaran mengalami sedikit penurunan sesudah menggunakan kredit tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dari keadaan awal.


(9)

ABSTRACT

DIFFERENCES OF BUSSINESS OPPORTUNITY, INCOME

LEVEL AND OUTCOME LEVEL OF MEMBER BEFORE AND

AFTER USE CREDIT AT CREDIT UNION BIMA IN KAYAN

HULU SUBDISTRICT, SINTANG REGENCY, WEST

KALIMANTAN

LENSIUS PUTRAWINATA

081324025

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2013

This research aims to find out whether there are any differences of bussiness opportunity, income level and outcome level of members before and after use credit at credit union Bima in KayanHulu subdistrict, Sintang Regency, West Kalimantan.

This research is a comparative study that tests the differences of before and after use credit. Total amount of population in this research were 58 people and all of them used to be the samples of the research. Primary and the secondary data werecollected by interview. Data were analyzed by Chi Square test (X2).

The results: (1) there is significant difference of bussiness opportunity before and after use credit. Member's bussiness opportunity increases after use credit; (2) there isn’t significant difference of member's income level before and after use credit. Although income level decreases after use credit, there are no significant differences from the initial state; (3) there is no significant difference of members' outcome level before and after use credit. Although outcome level decreases after use credit, there are no significant differences from the initial state.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PERBEDAANKESEMPATAN BERUSAHA, TINGKAT PENDAPATAN DAN TINGKAT PENGELUARANANGGOTA SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN KREDIT DI CREDIT UNION

BIMA DI KECAMATAN KAYAN HULU, KABUPATEN SINTANG,

KALIMANTAN BARAT” studi kasus Credit Union Bima Di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, program study pendidikan ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku ketua jurusan pendidikan ilmu sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(11)

3. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Kaprodi pendidikan ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik dan saran yang membangun mulai dari perencanaan sampai skripsi selesai.

5. Bapak Y.M.V Mudayen, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.

6. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S., yang telah memberikan segala dukungan dan masukan.

7. Seluruh dosen yang telah membantu penulis selama kuliah maupun dalam mengerjakan skripsi

8. Ibu Titin, yang selalu membantu dalam administrasi dan kelancaran selama perkuliahan.

9. Bapak Sugeng Mulyadi, S.E., selaku General Maneger Credit Union Bima yang telah memberikan ijin kepada saya dalam melakukan penelitian di Credit Union Bima.

10.Bapak Hartono, selaku Manejer Credit Union Bima Cabang Kayan Hulu atas bantuan dan kerjasamanya.

11.Bapak saya Yunus, S.Pd.K., terimakasih atas doa serta kasih sayang serta segala hal yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(12)

xii

12.Ibu saya Magdalena Nyenai, A.Ma.Pd.SD., yang telah memberikan kasih sayang dan semangat serta doa sehingga penulis bisa menjadi seperti sekarang itu semua karena kasih sayang ibu yang selalu menemani setiap saat, dan saya berharap dapat membahagiakan ibu setiap saat.

13.Untuk abang saya Wan Hendrianus, S.Pd., yang telah mendukung saya, semoga sukses dalam karir.

14.Bapak Vicaris Eleser Benyamin, S.Th., yang selalu mendukung dalam doa dan memberikan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi hingga selesai. 15.Ibu Evanglis Putri Nuriah, Yang selalu memberi dukungan, semangat serta doa

sehingga penulis merasakan selalu ada jalan keluar dalam setiap kesulitan dalam menyelesaikan skripsi.

16.Pacar saya Lidiyawati, yang selalu memotivasi, memberi semangat, doa serta kasih sayang sehingga penulis mampu dalam menyelesaikan skripsi.

17.Sahabat saya Amon, yang telah membantu dan mendukung penulis selama dalam menyelesaikan skripsi.

18.Teman-teman kos Kolobendono 10 c, ( Om Theo, Oceph, Yudha, Abang, Dius, Pipit, Sesar, Isag, Petrik, Leo, Gio, Adi, lepi ) terima kasih buat dukungan dan semangat yang kalian berikan.

19.Teman-teman PE 2008 semuanya tetap semangat menatap masa depan yang cerah. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kasih, damai sejahtera selalu menyertai setiap saat.


(13)

(14)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMANJUDUL ... i

HALAMANPERSETUJUANPEMBIMBING ... ii

HALAMANPENGESAHAN ... iii

HALAMANPERSEMBAHAN ... iv

HALAMANMOTTO ... v

PERNYATAANKEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Sejarah Credit Union Bima ... 8

B. Credit Union ... 10

C. Nilai-nilai Credit Union ... 15

D. Peluang Usaha ... 15

E. Tenaga Kerja ... 18


(15)

G. Konsep Pendapatan ... 26

H. Pengertian Tingkat Pengeluaran ... 28

I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengluaran ... 31

J. Hasil Penelitian Terdahulu ... 35

K. Kerangka Berpikir ... 36

L. Hipotesi Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 39

D. Subjek dan Objek Penelitian ... 40

1. Subjek Penelitian ... 40

2. Objek Penelitian ... 40

E. Variabel Penelitian ... 40

1. Kesempatan Berusaha ... 40

2. Tingkat Pendapatan ... 40

3. Tingkat Pengeluaran ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Data Primer ... 41

2. Data Sekunder ... 42

G. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM CREDIT UNION BIMA ... 53

A. Sejarah Berdirinya Credit Union Bima ... 53

B. Visi ... 54

C. Misi ... 55

D. Jenis Pelayanan ... 55

1. Solidaritas ... 55

2. Pinjaman ... 58


(16)

xvi

E. Kewajiban Credit Union dan Struktur Jaringannya ... 61

F. Deskripsi Responden dan Variabel Penelitian ... 64

1. Kesempatan Berusaha ... 64

2. Tingkat Pendapatan ... 65

3. Tingkat Pengeluaran ... 66

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Analisis data ... 67

1. Kesempatan Berusaha ... 67

2. Tingkat Pendapatan Anggota ... 72

3. Tingkat Pengeluaran Anggota ... 78

B. Pembahasan ... 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 91

C. Keterbatasan ... 91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Kisi-kisi Wawancara

Tabel III.2 Perubahan Kesempatan Berusaha Anggota Setelah Menggunakan Kredit di Credit Union Bima

Tabel III.3 Kesempatan Berusaha

Tabel III.4 Perubahan Tingkat Pendapatan Setelah Anggota Menggunkan Kredit di Credit Union Bima

Tabel III.5 Tingkat Pendapatan

Tabel III.6 Perubahan Tingkat Pengeluaran Setelah Anggota Menggunakan Kredit di Credit Union Bima

Tabel III.7 Tingkat Pengeluaran

Tabel V.1 Usaha Anggota Sebelum dan Setelah Menggunakan Kredit di Credit Union Bima

Tabel V.2 Perubahan Kesempatan Berusaha Anggota Setelah Menggunakan

Kredit di Credit Union Bima

Tabel V.3 Perubahan Kesempatan Berusaha

Tabel V.4 Kesempatan Berusaha Anggota Sebelum Menggunakan Kredit

Tabel V.5 Kesempatan Berusaha Anggota Sesudah Menggunakan Kredit

Tabel V.6 Tingkat Pendapatan Anggota Sebelum Menggunakan Kredit Tabel V.7 Tingkat Pendapatan Anggota Sesudah Menggunakan Kredit

Tabel V.8 Perubahan Tingkat Pendapatan Anggota Setelah Menggunakan Kredit di Credit Union Bima

Tabel V.9 Perubahan Tingkat Pendapatan

Tabel V.10 Tingkat Pengeluaran Anggota Sebelum Menggunakan Kredit Tabel V.11 Tingkat Pengeluaran Anggota Sesudah Menggunakan Kredit


(18)

xviii

Tabel V.12 Perubahan Tingkat Pengeluaran Anggota Setelah Menggunakan Kredit di Credit Union Bima


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyoroti keadaan bangsa Indonesia sekarang ini terutama bagi kaum miskin di Indonesia, kehidupan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia berada di bawah standar dunia dengan pendapatan perkapita di bawah satu dolar per hari. Memang tidak dipungkiri ada banyak juga yang berpendapatan lebih dari itu namun jika dibandingkan dengan pendapatan masyarakat Indonesia pada umumnya, mereka hanya sekian persennya dari penduduk Indonesia yang hidup nyaman sebagian besarnya susah. Data dari BPS menunjukan bahwa 12,49% penduduk indonesia indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan (http://www.bps.go). Khusus daerah Kalimantan Barat 8,60% dari sumber yang sama.

Sebagian besar masyarakat Indonesia belum menemukan solusi terbaik bagi menyelesaikan krisis yang multidimensi ini. Apalagi yang mau diharapkan dari pemerintah. Semua hukum, undang-undang, slogan yang indah-indah, semuanya janji yang sangat kecil kemungkinan bisa membantu masyarakat. Pemerintah hanya menumbuhkan iklim investasi skala besar dan menutup mata untuk iklim investasi skala kecil dan mikro. Terbukti dengan makin berkembangnya bank-bank yang mengharapkan kucuran dana dari pemerintah


(20)

sebagai respon terhadap kebutuhan masyarakat namun dalam kenyataannya sulit bagi masyarakat kecil untuk mendapat akses di sana.

Credit union berasal dari dua kata, yakni kata Credit berasal dari kata Credere atau kepercayaan, dan Union yang berasal dari kata Unos yang artinya satu. Jadi Credit Union berarti sekumpulan orang yang saling percaya dan mengikat diri menjadi satu dalam satu wadah. Berdasarkan data pertumbuhan Gerakan Koperasi Kredit di Indonesia pada tahun 2009 anggota koperasi mencapai 1.330.581 orang (www.cucoindo.org)

CU adalah sarana bagi orang yang saling percaya, saling setia untuk membangun kesejahteraan bersama dalam semangat keadilan dan cinta kasih. Modal dasar dimiliki CU adalah modal material, modal social dan modal spiritual. Sedangkan penyangga yang membuat CU berdiri kokoh adalah pendidikan, kesetiakawanan sosial (solidaritas) dan kemandirian. Atas dasar ini, orang-orang miskin, orang-orang yang tertindas bisa mempunyai tempat dan ruang untuk membebaskan dirinya dari ketertindasannya. Namun dengan semakin berkembang pesatnya Credit Union, tentu sedikit banyaknya mempengaruhi kehidupan dalam masyarakat. Dan hal ini yang menjadi ketertarikan tersendiri bagi penulis untuk mengetahui masalah-masalah tersebut.

Masalah pertama yang hendak diteliti oleh peneliti, yaitu, apakah ada perbedaan kesempatan berusaha masyarakat sebelum dan sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima, Khususnya masyarakat Di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang. Di sini peneliti akan melihat apakah dengan pemberian kredit


(21)

kepada anggota Credit Union Bima bisa Membuka peluang usaha bagi para anggota sehingga apakah nantinya kesejahteraan anggota bisa terjamin. Nah hal ini tentunya sangat berkaitan dengan dengan misi Credit Union yaitu meningkatkan kesejahteraan bersama melalui:

1. Pelayanan Keuangan Profesional dan Terjangkau.

2. Pelayanan Pendidikan Keuangan Yang Berkualitas dan Berkesinambungan Kepada Anggota dan Masyarakat.

3. Pelayanan Solideritas Sosial Bermanfaat bagi Anggota dan Masyarakat 4. Pengembangan Jaringan dengan Berbagai Pihak.

Masalah kedua yang akan penulis analisis yaitu mengenai tingkat pendapatan anggota Credit Union Bima khususnya di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sebelum dan sesudah anggota menggunakan kredit di Credit Union. Tingkat pendapatan itu sendiri adalah semua penghasilan yang didapat oleh keluarga baik berupa uang ataupun jasa. Setiap orang berhak untuk mencari nafkah dalam upaya untuk mencukupi kebutuhan hidup sehingga pendapatan dapat mempengaruhi seseorang untuk mengejar apa yang mereka cita-citakan. Untuk masyarakat yang mempunyai penghasilan yang kecil, hasil dari pekerjaannya hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk keluarga yang berpenghasilan menengah mereka lebih terarah kepada pemenuhan kebutuhan pokok yang layak seperti makan, pakaian, perumahan, pendidikan dan lain-lain. Disini penulis mencoba mengkaji mengenai


(22)

perbedaan tingkat pendapatan anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima.

Masalah ketiga yang akan penulis teliti yaitu mengenai tingkat pengeluaran anggota Credit Union Bima di Kecamatan Kayan Hulu. Tingkat pengeluaran itu sendiri merupakan suatu biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk kepetrluan yang ingin mereka penuhi. Pengeluaran itu sendiri dapat mengalami perubahan akibat dari perubahan-perubahan yang mendorong masyarakat misalnya menjadi sifat yang konsumtif (boros), dan tentunya hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk mengetahui baik permasalahan maupun perubahan yang timbul akibat dari penggunaan kredit Credi Union (CU) Khususnya di Kecamatan Kyan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada Perbedaan Kesempatan Berusaha, Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pengeluaran Aggota Credit Union Bima di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sebelum dan sesudah menggunakan Kredit di Credit Union Bima.


(23)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan Kesempatan Berusaha Anggota Credit Union Bima di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, sebelum dan sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima?

2. Apakah ada perbedaan Tingkat Pendapatan Anggota Credit Union Bima di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, sebelum dan sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima?

3. Apakah ada perbedaan Tingkat Pengeluaran Anggota Credit Union Bima di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, sebelum dan sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan Kesempatan Berusaha anggota Credit Union Bima sebelum dan sesudah menggunakan kredit.

2. Untuk mengetahui perbedaan Tingkat Pendapatan anggota Credit Union Bima sebelum dan sesudah menggunakan kredit.

3. Untuk mengetahui perbedaan Tingkat Pengeluaran anggota Credit Union Bima sebelum dan sesudah menggunakan kredit.


(24)

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Pemerintah Daerah

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu pertimbangan dan bahan evaluasi untuk membangun Ekonomi Kerakyatan. Selain itu penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan penyerapan tenaga kerja.

2. Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan penelitian selanjutnya tentang perbedaan Kesempatan berusaha masyarakat, tingkat pendapatan dan pengeluaran masyarakat sebelum dan sesudah menggunakan kredit.

F. Definisi Operasional

1. Kesempatan Berusaha

Kesempatan Berusaha adalah peluang untuk menekuni dan mengembangkan usaha tertentu misalnya mengembangkan usaha dagang, perkebunan, pertanian, peternakkan dan sebagainya.


(25)

2. Tingkat Pendapatan

Tingkat Pendapatan yaitu sejumlah uang yang diperoleh anggota Credit Union Bima setelah menekuni pekerjaan tertentu selama satu bulan.

3. Tingkat Pengeluaran

Tingkat Pengeluaran yaitu sejumlah uang yang dikeluarkan oleh anggota Credit Union Bima selama satu bulan.


(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Credit Union

Menurut sejarahnya, CU lahir pertama kali pada pertengahan abad 19 di Jerman yang dilatarbelakangi keprihatinan terhadap kondisi sosial ekonomi yang suram. Lembaga ini digagas seorang walikota Flammersersfield, Jerman Barat, bernama Friedrich Wilhem Raiffeisien. (Munaldus, 2011).

Pada abad ke-19, Jerman dilanda krisis. Para petani tak dapat bekerja dan banyak tanaman tidak menghasilkan. Penduduk pun kelaparan. Situasi ini dimanfaatkan oleh orang-orang berduit. Mereka memberikan pinjaman kepada penduduk dengan bunga yang tinggi. Banyak orang terjerat hutang. Karena tak punya penghasilan dan dibebani bunga yang sangat tinggi, akhirnya mereka tak mampu membayar hutang. Sisa harta benda mereka pun disita oleh lintah darat. Karena kehidupan di desa sangat sulit, banyak orang pergi ke kota.

Tidak lama berselang, terjadi Revolusi Industri. Pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia iambil alih oleh mesin-mesin. Banyak pekerja terkena PHK. Jerman dilanda masalah pengangguran secara besar-besaran. Melihat kondisi ini wali kota Flammersfield prihatin dan ingin menolong kaum miskin. Nama wali kota itu F.W. Raiffeidien. Ia mengundang orang-orang kaya untuk menggalang bantuan. Ia berhasil mengumpulkan uang dan roti, kemudian dibagikan kepada kaum miskin. Ternyata derma tak memecahkan masalah


(27)

kemiskinan. Sebab kemiskinan adalah akibat dari cara berpikir yang keliru. Penggunaan uang tak terkontrol dan tak sedikit penerima derma memboroskan uangnya agar dapat segera minta derma lagi. Akhirnya, para dermawan tak lagi berminat membantu kaum miskin.

Raiffeisen tidak putus asa. Ia mengambil cara lain untuk menjawab soal kemiskinan ini. Ia mengumpulkan roti dari pabrik-pabrik roti di Jerman untuk bagi-bagikan kepada para buruh dan petani miskin. Namun usaha ini pun tak menyelesaikan masalah. Hari ini diberi roti, besok sudah habis, begitu seterusnya. Berdasar pengalaman itu, Raiffeisen berkesimpulan: “kesulitan si miskin hanya dapat diatasi oleh si miskin itu sendiri. Si miskin harus mengumpulkan uang secara bersama-sama dan kemudian meminjamkan kepada sesama mereka juga. Pinjaman harus digunakan untuk tujuan yang produktif yang memberikan penghasilan. Jaminan pinjaman adalah watak si peminjam.

Untuk mewujudkan impian tersebut, Raiffeisen bersama kaum buruh dan petani miskin membentuk lembaga bernama Credit Union (CU) artinya, kumpulan orang-orang yang saling percaya. Mereka mencetuskan 3 prinsip utama CU yaitu, azas swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya), azas setia kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota) dan azas pendidikan dan penyadaran (membangun watak adalah yang utama; hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman). (www.cubg.go.id)

CU yang dibangun oleh Raiffeisen, petani miskin dan kaum buruh berkembang pesat di Jerman, bahkan menyebar ke seluruh dunia. Ke Kanada, CU


(28)

dibawa oleh seorang wartawan bernama Alphonse Desjardin pada awal abad ke-20. Ke Amerika Serikat, CU dibawa oleh seorang saudagar kaya bernama Edward Fillene. Suster Mary Gabriella Mulherim membawa CU ke Korea, sementara Pastor Karl Albrecth Karim Arbi, SJ memperkenalkan CU di Indonesia pada tahun 1970-an (Lilik 2011).

B. Credit Union

Credit Union (CU), atau dalam bahasa Indonesianya Koperasi Kredit (Kopdit) adalah Badan usaha milik sekumpulan orang yang saling percaya dan sepakat untuk menabungkan uang bersama untuk dijadikan modal bersama, guna dipinjamkan di antara sesama anggota, dengan bunga yang ringan dan syarat yang mudah, untuk tujuan produktif, kesejahteraan, maupun darurat.

Credit Union ( credere & union dalam bahasa Latin ) Credere yang berarti Kepercayaan dan Union yang berarti Kumpulan, jadi Credit Union adalah kumpulan orang-orang yang saling percaya yang sepakat menabung atau menyimpan dan mengumpulkan uang secara bersama-sama sesuai dengan aturan dan ketentuan yang telah di buat bersama dan selanjutnya di gunakan atau di pinjamkan kepada sesama anggota dengan bunga yang layak dan murah dan sistem angsuran sesuai dengan kesepakatan atau kemampuan masing-masing anggota atau dengan kata lainya yaitu, setelah menyimpan atau menabung dan jika kita perlu kita pinjam dan harus di kembalikan karna itu adalah uang anggota lainnya yang belum perlu atau belum menggunakannya.


(29)

Credit Union membangun manusia dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, pangkat, kedudukan dan strata sosial,di masyarakat, mengapa, Karena semua anggota yang bergabung di Credit Union Bima merupakan asset yang berguna untuk kemajuan Credit Union Bima ( karena Crdit Union Bima ada karena anggota ) dan sama-sama mendapatkan tempat yang sama dalam ber credit union, baik dalam keanggotaan, maupun dalam kepengurusan credit union. (Lilik 2011).

Tujuan pendirian Credit Union

Menurut Munaldus, 2011 ada empat tujuan pendirian Credit Union yaitu:

1. Mendidik anggota menggunakan uang secara bijaksana 2. Mengembangkan sikap hidup berhemat.

3. Memberikan pinjaman tepat, cepat dan layak kepada anggota. 4. Tempat anggota berlangganan dan mengembangbiakan uang.

Tiga pilar Credit Union

Menurut Munaldus, 2011 ada tiga pilar Credit Union yaitu:

1. Pendidikan; dimulai, di kembangkan dan di kontrol oleh pendidikan.

Dalam berbagai kesempatan pendidikan anggota, pendidikan anggota sangat menentukan berkembang atau tidaknya CU. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu mengolah pola pikir anggota.


(30)

PIKIRAN TINDAKAN KEBIASAAN

NASIB WATAK

Artinya, jika ingin mengubah nasib, kita harus mulai dengan mengubah pola pikir, Tindakan, Kebiasaan, watak, Sehingga peran pendidikan sangan diperlukan dalam hal ini.

2. Solidaritas atau setia kawan, anda susah CU bantu, CU susah anda bantu ( kaitan dengan simpan & pinjam di kopdit atau Credit Union Bima ).

Credit Union tidak sekedar menghimpun simpanan dan memberikan pinjaman kepada anggotanya, namun yang paling utama adalah bagaimana setiap anggota credit union memperhatikan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri dan saling melayani. Hal ini secara nyata diwujudkan anggota credit union yang menyimpan/menabung secara teratur, dan mengangsur pinjamannya secara tertib sehingga anggota-anggota lain juga memperoleh bantuan (pinjaman) bila membutuhkan. “Anda Sulit Saya Bantu, Saya Sulit Anda Bantu”

3. Dari oleh dan untuk anggota ( swadaya anggota kopdit / CU dlm hal modal lembaga )

Credit Union sedapat mungkin membiayai dirinya sendiri. Agar hal tersebut dapat terwujud para anggota harus berusaha agar lembaganya semakin besar


(31)

dan sehat. Caranya adalah menabung ke credit union secara teratur dan sebanyak banyaknya serta menghindari agar tidak menabung ke lembaga keuangan lain. Mengapa begitu? Karena credit union adalah milik anggota sendiri, sedangkan di lembaga keuangan lain pemiliknya adalah sebagian orang, sedangkan penabung hanya sebagai nasabah.

Ketiga pilar tersebut diatas sangatlah penting bagi gerakan credit union dan bagi kemajuannya, dan ketiga pilar tersebut harus di pahami oleh anggota sebagai pemilik Credit Union.

Menurut Munaldus, 2011 ada sepuluh prinsip Credit Union yaitu: 1. Keanggota terbuka dan sukarela

Bagi semua orang yang bersedia menerima tanggung jawab keanggotannya tanpa membedakan jenis kelamin, ras, politik, maupun agama.

2. Tidak diskriminatif.

Credit Union tidak membedakan anggota dari suku, kebangsaan, jenis kelamin, agama, maupun politik.

3. Pendidikan yang terus menerus.

4. Bagi seluruh anggota, pengurus, pengawas dan manajemen serta masyarakat luas tentang ekonomi, social, dan demokrasi dan prinsip kerja sama dan saling membantu dalam credit union, termasuk pengelolaan keuangan, hidup hemat, dan penggunaan pinjaman secara bijaksana.


(32)

5. Pelayanan kepada anggota.

Ditujukan untuk meningkatkan ekonom seluruh anggotanya dengan mempertahankan azas dari, oleh, dan untuk anggota.

6. Distribusi kepada anggota.

Mendorong sikap hemat dengan cara menabung dan penyediaan pinjaman serta pelayanan lainnya. Surplus yang diperoleh dibagikan kepada seluruh anggota sebanding dengan transaksinya sebagai balas jasa saham dan balas jasa pinjaman. Balas jasa yang diberikan kepada anggota harus sebanding dengan besarnya modal saham yang dimilikinya dan partisipasinya dalam mengembangkan usaha credit union.

7. Menjaga kestabilan keuangan.

Untuk membangun kekuatan financial, termasuk pembentukan cadangan yang memadai dan internal control yang memastikan pelayanan yang berkesinambungan kepada seluruh anggota

8. Pengawasan secara demokratis.

Mempunyai hak yang sama (satu anggota satu suara) dan berperan dalam pengambilan keputusan tanpa dipengaruhi jumlah sahamnya.

9. Kerjasama antara credit union dalam gerakan credit union dunia.

Pada tingkat lokal, nasional, dan internasional dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada anggota.

10. Tanggungjawab sosial.


(33)

C. Nilai-nilai Credit Union

Menurut Munaldus, 2011 tujuh nilai yang diterangkan dalam Credit Union yaitu:

1. Menolong diri Sendiri.

2. Bertanggungjawab kepada diri sendiri. 3. Demokratis.

4. Swadaya (Dari, Oleh dan Untuk Anggota) 5. Solidaritas (Setia Kawan)

6. Kesetaraan. 7. Keadilan

D. Peluang Usaha

Saat ini tiap orang terus-menerus mencari kesempatan untuk memulai suatu bisnis, baik berskala besar maupun bisnis kecil. Banyak pengusaha mengatakan bahwa menjalankan usaha sendiri akan lebih aman daripada menjadi seorang karyawan yang dapat saja kehilangan pekerjaan suatu saat. Mereka juga beranggapan bahwa dengan memiliki usaha sendiri akan lebih cepat menghasilkan uang dan menjadi kaya. Jadi, walaupun banyak orang yang beranggapan bahwa memulai usaha sendiri memiliki resiko yang besar, namun sebagian orang beranggapan sebaliknya, karena merasa lebih bebas untuk mengatur usahanya sendiri. Pada waktu mereka memulai suatu bisnis, mereka bertindak sebagai seorang wirausaha yang sukses. Seorang pengusaha memiliki tanggung jawab


(34)

tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga pelanggan mereka, pemasok atau suplier, dan rekan bisnis. (Hermanto, 2011)

Kewirausahaan (Suryana, 2003) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan inovatif nilai hakiki penting dari wirausaha

adalah:

1. Percaya diri

Merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis dan banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya.

2. Berorientasi tugas dan hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah dan semangat berprestasi.


(35)

3. Keberanian mengambil risiko

Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Pada situasi ini ada dua alternatif yang harus dipilih yaitu alternatif yang mengangung risiko dan alternatif yang konservatif . Pilihan terhadap risiko tergantung pada :

a. Daya tarik setiap alternative b. Kesediaan untuk rugi

c. Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal

Selanjutnya kemampuan untuk mengambil risiko tergantung dari : a. Keyakinan pada diri sendiri

b. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan

c. Kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realities

4. Kempemimpinan

Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Dan selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai.


(36)

5. Berorientasi ke masa depan

Wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan, kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang ada sekarang.

E. Tenaga Kerja

Usaha memperluas kesempatan kerja dalam rangka mengurangi pengangguran yang ada maupun menyerap tenaga kerja baru merupakan satu kesatuan usaha di dalam seluruh usaha pembangunan. Oleh karena itu program-program pembangunan di semua sektor mempergunakan perluasan kesempatan kerja sebagai salah satu sasarannya yang utama, khususnya melalui usaha-usaha kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif. Tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan menganggur. Jika ada saudara kalian yang sedang mencari pekerjaan, maka ia termasuk dalam angkatan kerja. Sedangkan golongan bukan angkatan kerja terdiri atas anak sekolah, ibu rumah tangga, dan pensiunan. Golongan bukan angkatan kerja ini jika mereka mendapatkan pekerjaan maka termasuk angkatan kerja. Sehingga golongan bukan angkatan kerja disebut juga angkatan kerja potensial.


(37)

Angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan menganggur. Penduduk yang bekerja adalah penduduk yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan. Adapun pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Pengangguran merupakan masalah yang sering dihadapi oleh pemerintah. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan produksi. Hal ini berarti jam kerja akan dikurangi, sebagian mesin produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga kerja diberhentikan. Akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak dapat bekerja lagi.

F. Pengertian Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan kepada langganan atas barang dan jasa yang dijual, dan merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah perusahaan, karena pendapatan akan dapat menentukan maju-mundurnya suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh pendapatan yang diharapkannya. Pendapatan pada dasarnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau jasa yang diberikan.

Pendapatan masyarakat yang merata, sebagai suatu sasaran merupakan masalah yang sulit dicapai, namun berkurangnya kesenjangan adalah salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan. Indikator yang cukup baik untuk mengukur tingkat pemerataan pendapatan masyarakat adalah distribusi


(38)

pendapatan masyarakat diantara golongan penduduk (golongan pendapatan). Pendapatan masyarakat sangat tergantung dari lapangan usaha, pangkat dan jabatan pekerjaan, tingkat pendidikan umum, produktivitas, prospek usaha, permodalan dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab perbedaan tingkat pendapatan penduduk. Indikator distribusi pendapatan yang didekati dengan pengeluaran perkapita akan memberikan petunjuk aspek pemerataan pendapatan yang telah tercapai. Walaupun hal ini tidak mencerminkan tingkat pendapatan yang sebenarnya namun paling tidak memberikan petunjuk untuk melihat arah dari perkembangan yang terjadi. Selama ini untuk mendapatkan informasi mengenai pendapatan sebenarnya menemui bermacam kendala diantaranya: tidak terus terangnya responden memberikan informasi yang sebenarnya, ada yang membesarkan ada pula yang mengecilkan. Selain itu terkadang menjadi tidak etis pada sebagian orang untuk meminta informasi mengenai pendapatan yang sebenarnya. Sulitnya mendapatkan tingkat pendapatan yang sebenarnya menjadi alasan penggunaan pendekatan pengeluaran untuk mengetahui distribusi pendapatan masyarakat. Dalam realitanya tingkat pengeluaran akan berbanding lurus dengan tingkat pendapatan. Semakin besar pendapatan masyarakat maka akan semakin besar tingkat pengeluaran. Asumsi ini menjadi acuan dalam kajian untuk mengukur distribusi pendapatan masyarakat.


(39)

Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan masyarakat, disamping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. Perkembangan tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendapatan perkapita atau pendapatan rata-rata per penduduk. Peningkatan nilai PDRB nominal yang mencapai 16,94 persen per tahun selama periode 2000-2008 meningkatkan secara langsung pendapatan per kapita nominal sebesar 16,37 persen per tahun. Apabila efek kenaikan tingkat harga dihilangkan, peningkatan laju pertumbuhan PDRB rill sebesar 5,01 persen juga meningkatkan secara langsung pendapatan perkapita rill masyarakat sebesar 4,25 persen per tahun pada periode yang sama.

Bila diamati pola perubahannya, peningkatan pendapatan per kapita nominal ternyata lebih berfluktuasi mengikuti perubahan tingkat harga umum atau inflasi, tetapi laju kenaikan pendapatan per kapita rill meningkat secara konsisten hingga mencapai 5,90 persen pada tahun 2008 dari 3,12 persen pada tahun 2001. Peningkatan pendapatan per kapita rill menunjukkan dua hal yaitu:

1. peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang melebihi kenaikan tingkat harga umum.

2. peningkatan pendapatan rill yang melebihi kenaikan jumlah penduduk. Tingkat pendapatan masyarakat Indonesia pada tahun 2009, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sudah semakin baik dibanding tahun 2007. Itu menandakan secara rata-rata masyarakat Indonesia semakin makmur dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Versi BPS pendapatan per kapita masyarakat di seluruh Indonesia termasuk warga negara asing yang tinggal di


(40)

Indonesia, pada 2009 adalah Rp 24,3 juta atau US$ 2.590,1.

Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan yang sedang giat-giatnya dilaksanakan oleh Negara-negara yang sedang berkembang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan riel per kapita, pendapatan ini pada umumnya masih rendah. Gejala umum yang sering terjadi dalam proses pembangunan di Negara-negara berkembang adalah hasrat konsumsi dari masyarakat yang tinggi sebagai akibat dari kenaikan pendapatan. (Sukirno 2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain:

1. Pendapatan pribadi, yaitu; semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara. 2. Pendapatan disposibel, yaitu; pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus

dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

3. Pendapatan nasional, yaitu; nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.

Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi arah gejala distribusi pendapatan dan pengeluaran di Indonesia; pertama, perolehan faktor produksi, dalam hal ini faktor yang terpenting adalah tanah. Kedua, perolehan pekerjaan, yaitu perolehan pekerjaan


(41)

bagi mereka yang tidak mempunyai tanah yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja penuh. Ketiga, laju produksi pedesaan, dalam hal ini yang terpenting adalah produksi pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut.

Pendapatan per kapita dapat diartikan pula sebagai penerimaan yang diperoleh rumah tangga yang dapat mereka belanjakan untuk konsumsi yaitu yang dikeluarkan untuk pembelian barang konsumtif dan jasa-jasa, yang dibutuhkan rumah tangga bagi pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam hal ini pendapatan per kapita determinan potensi ekonomi yang penting selain luas Negara serta penduduk suatu Negara (Todaro, 1998).

Rendahnya pertumbuhan pendapatan per kapita disuatu Negara berarti juga mencerminkan rendahnya pertumbuhan GNP dan ini terjadi pada Negara-negara yang sedang berkembang. Usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai, menggalakkan program kerja berencana dan yang terakhir transfer pemerintah kepada golongan-golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. Dengan menggunakan pajak yang efektif untuk membiayai transfer tersebut sekaligus untuk mengurangi perbedaan kemakmuran antar anggota masyarakat.

Pendapatan nasional adalah nilai netto dari semua barang dan jasa (produk nasional) yang diproduksi setiap tahunnya dalam suatu Negara. Pendapatan nasional dapat ditentukan dengan tiga cara (Sukirno, 2006:), yaitu:


(42)

1. Cara produksi neto, output/produk dalam negari dari barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu Negara. Total output ini tidak mencakup nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor. Untuk mendapatkan produk nasional bruto, produk domestik bruto harus ditambah dengan pendapatan bersih yang diterima dari luar negeri.

2. Cara pendapatan, total pendapatan yang diterima penduduk suatu Negara sebagai balas jasa dari produksi barang dan jasa yang sedang berlangsung. Pendapatan ini disebut pendapatan faktor, sebab ditambahkan pada faktor-faktor produksi, dan pembayaran transfer (transfer payment) tidak dimasukkan dalam perhitungan, seperti tunjangan sakit, tunjangan pengangguran dimana tidak ada barang atau jasa yang diterima sebagai imbalannya.

3. Cara Pengeluaran, total pengeluaran domestik oleh penduduk suatu Negara pada konsumen dan investasi barang-barang. Hal ini mencakup pengeluran pada barang dan jasa jadi (tidak termasuk barang atau jasa setengah jadi) dan termasuk barang-barang yang tidak terjual dan yang ditambahkan pada persediaan (investasi persediaan).

Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumah tangga di pedesaan tidak hanya dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dapat dikatakan rumah tangga melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan.


(43)

Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola produksi pertanian, produksi barang dan jasa non-pertanian di pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian, produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang diterapkan. Disektor non-pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume produksi, teknologi dan tingkat harga komoditi (Kasryno, 2000).

Pendapatan rumah tangga pertanian ditentukan oleh tingkat upah sebagai penerimaan faktor produksi tenaga kerja. Nilai sewa tanah sebagai penerimaan dari penguasaan asset produktif lahan pertanian. Dengan demikian tingkat pendapatan rumah tangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan faktor produksi.

Pendapatan rumah petani pinggiran perkotaan juga bersumber dari tiga kegiatan utama, yaitu kegiatan dalam usaha tani sendiri (on-farm), kegiatan pertanian di luar usaha tani sendiri (off-farm) dan kegiatan di luar sektor pertanian (non-farm). Untuk petani yang berada di pedesaan, pendapatan yang bersumber dari kegiatan on-farm dan off-farm umumnya mencapai lebih dari 90 persen.


(44)

G. Konsep Pendapatan

Adapun konsep penndapatan antara lain: 1. Produk Domestik Bruto (GDP)

Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto atau kotor. Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara

2. Produk Nasional Bruto (GNP)

Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut. 3. Pendapatan Nasional Neto (NNI)

Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang


(45)

pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.

4. Pendapatan Perseorangan (PI)

Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).

5. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)

Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan


(46)

selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

H. Pengertian Tingkat Pengeluaran

Pengeluaran Konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makroekonomi dalam identitas pendapatan nasional menurut pendekatan pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan dengan hurup C (Consumption). Pengeluran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatannya yang dibelanjakan. Bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan lazim dilambangkan dengan hurup S (Saving). Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. Dilain pihak jika tabungan semua orang dalam suatu negara dijumlahkan hasilnya adalah tabungan masyarakat negara tersebut. Selanjutnya, tabungan masyarakat bersama-sama dengan tabungan pemerintah membentuk tabungan nasional. Dan tabungan nasional merupakan sumber dana investasi.

Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Secara makroagregat pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan, makin besar pula pengeluaran


(47)

konsumsi. Perilaku tabungan juga begitu. Jadi bila pendapatan bertambah, baik konsumsi maupun tabungan akan sama-sama bertambah. Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan disebut hasrat marjinal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume, MPC). Sedangkan nisbah besarnya tambahan pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan disebut hasrat marjinal untuk menabung (Marginal Propensity to Save, MPS). Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif belum mapan, biasanya angka MPC mereka relatif besar, sementara angka MPS mereka relatif kecil. Artinya jika mereka memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar tambahan pendapatannya itu akan teralokasikan untuk konsumsi. Hal sebaliknya berlaku pada masyarakat yang kehidupan ekonominya sudah relatif lebih mapan.

Perbedaan antara masyarakat yang sudah mapan dan yang belum mapan antara negara maju dan negara berkembang bukan hanya terletak dalam atau dicerminkan oleh perbandingan relatif besar kecilnya MPC dan MPS, akan tetapi juga dalam pola konsumsi itu sendiri. Pola konsumsi masyarakat yang belum mapan biasanya lebih didominasi oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok atau primer. Sedangkan pengeluaran konsumsi masyarakat yang sudah mapan cenderung lebih banyak teralokasikan ke kebutuhan sekunder atau bahkan tersier. Pengeluaran rumah tangga Merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran tingkat pendapatan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran makanan ke pengeluaran non makanan. Porsi pengeluaran masyarakat dengan tingkat


(48)

pendapatan tinggi terhadap Kebutuhan non makanan seperti: perumahan, barang dan jasa, pakaian, dan barang tahan lama (kendaraan, perhiasan dan sebagainya) biasanya lebih besar dibanding masyarakat dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah. Pergeseran pola pengeluaran dari makanan ke non makanan terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah, sebaliknya permintaan terhadap barang non makanan pada umumnya tinggi. Keadaan ini terlihat jelas pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanan sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang bukan makanan, ditabung, ataupun investasi. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat pendapatan masyarakat, dimana distribusinya merupakan distribusi pendapatan masyarakat yang dapat dijadikan petunjuk tingkat pemerataan pendapatan masyarakat.

Pengeluaran pemerintah Indonesia secara garis besar dikelompokkan atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin pada dasarnya berunsurkan pos-pos pengeluaran lancar dan pos pengeluaran kapital. Pengeluaran rutin pada dasarnya di keluarkan untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari-hari , meliputi belanja pegawai; belanja barang; berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga barang), angsuran dan bunga utang pemerintah, serta pengeluaran lainnya. Sedangkan pengekuaran pembangunan adalah pengeluaran yang sifatnya menambah modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik, yang dibedakan lagi menjadi pengeluaran


(49)

pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan proyek.

Selama pelita I pengeluaran pemerintah berjumlah Rp.3,238,1 miliar, sekitar 62% diantaranya berupa pengeluaran rutin. Jumlah pengeluaran selama pelita II meningkat empat setengah kali lipat (456%) menjadi Rp.17.997,5 miliar.Proposi pengeluaran pembangunan lebih besar dibanding peneluaran rutin, yakni 50,78% berbanding 49,22%. Pada pelita III kenaikan jumlah total pengeluaran tidak sebesar sebelumnya, hanya naik 269%. Selama pelita IV dan V kenaikan jumlah pengeluaran rutinnya lebih besar dan naik 111%. Dengan demikian, pengeluaran rutin lebih besar dari pengeluaran pembangunan dalam pelita I, IV dan V. Hanya pelita II dan III porsi pengeluaran pembangunan lebih besar daripada pengeluaran rutin.

Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan adalah yang terpenting. Karena kedua factor ini sangat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan- kegiatan yang produktif dan penyebab utama kemiskinan di Indonesia adalah karena kebanyakan anggota masyaraakat yang berpendidikan rendah dan dengan kondisi kesehtan yang buruk. Dua tabel ini memperlihatkan besarnya pengeluaran pemerintah Indonesia untuk kedua sector tersebut relative di bandingkan dengan Negara asia.

I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran

Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor tersebut dapat dikasifikasikan menjadi tiga besar:


(50)

1. Faktor-faktor Ekonomi

a. Pendapatan Rumah Tangga (Household Income)

Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Kerena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola hidup makon konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Contoh yang amat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih sangat rendah, biasanya beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas rendah/menengah.

b. Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth)

Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (misalnya: rumah, tanah dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, surat-surat berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposibel. Misalnya bunga deposito yang diterima tiap bulan dan deviden yang diterimaa setiap tahun menambah pendapatan rumah tangga.

c. Jumlah Barang-barangt Konsumsi Tahan Lama Dalam Masyarakat Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang konsumsi tahan lama (consumers durables). Pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi bisa bersifat positif (menambah) dan negatif


(51)

(mengurangi). Barang-barang tahan lama biasnya harganya mahal, yang untuk memperolehnya dibutuhkan waktu untuk menabung. Apabila membelinya secara tunai, maka sebelum membeli harus banyak menabung.

d. Tingkat Bunga

Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi konsumsi, baik dilihat dari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi dari konsumsi akan semakin mahal. Bagi mereka yang ingin mengkonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik mengurangi konsumsi. Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan ketimbang dihabiskan untuk dikonsumsi. Jika tingkat bunga lebih rendah yang terjadi adalah sebaliknya.

e. Perkiraan Taenatang Masa Depan (Household expectation about the future)

Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karenanya pengeluaran konsumsi cenderung meningkat.

f. Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan Distribusi Pendapatan Keinginan pemerintah untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi


(52)

pendapatan ternyata akan menyebabkan bertambhanya pengeluaran konsumsi masyarakat secara keseluruhan

2. Faktor-faktor Demografi

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun rata-rata per orang atau keluaraga relatif rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara absoult tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada penduduk Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia lima puluh kali lipat penduduk Singapura.

b. Komposisis Penduduk

Komposisi penduduk satu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi diantaranya : usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi) dan wilayah tinggal ( pekotaan atau pedesaan).

3. Faktor-faktor Non-Ekonomi

faktor-faktor ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dam tata nilai karena ingin meniru kelopmok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat. Tidak mengherankan bila ada rumah tangga yang mengeluarkan uang ratusan juta, bahakan


(53)

Dalam dunia nyata, sulit memilah-milah faktor apa mempengaruhi apa, seingga menyebabkan tejadinya perubahan atau peningkatan konsumsi. Karena itu bisa saja terjadi dalam kelompok masyarakat yang berpendapat rendah yang memaksakan untuk membeli barang-barang dan jasa yang sebenarnya tidak sesuai dengan kemampuannya.

J. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitia terdahulu dilakukan oleh Ferdinandus Burruzsaga pada tahun 2010 dengan judul “Analisis Pengaruh Jasa Pelayanan Credit Union dan Kesejahteraan Masyarakat” Studi kasus Anggoto Credit Union Lantang Tipo, Kecamatan. Parindu, Kab. Sanggau. Kalimantan Barat. Penelitian ini menguji perbandingan laba usaha anggota sebelum dan sesudah menggunakan jasa pinjaman kredit di Credit Union Lantang Tipo dilihat dari laba usaha. Penelitian ini juga melihat pengaruh antara besar pinjaman,panjangnya masa pinjaman dan lamanya keanggotaan di Credit Union Lantang Tipo terhadap kesejahteraan anggota. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Credit Union Lantang Tipo. Penentuan sampel adalah teknik Clustar simple random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancar, data di analisis dengan menggunakan uji t.

Hasil penelitiannya secara umum terdapat peningkatan singnifika antara laba usaha sebelum dan sesudah menggunakan jasa pinjaman kredit Di Credit Union Lantang Tipo. Dan terdapt pengaruh yang signifikan antara besar


(54)

pinjaman,panjangnya masa pinjaman dan lamanya keanggotaan di Credit Union Lantang Tipo terhadap kesejahteraan anggota.

K. Kerangka Berpikir

Berkembangnya Credit Union dapat mempengaruhi Berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Bertambahnya anggota menjadi tanda akan kebutuhan masyarakat akan suatu institusi keuangan yang dapat dipercaya saat ini. Ternyata masyarakat masih cinta akan cara hidup Gotong-Royong dalam mencapai cita-cita mereka. Iklim demokrasi dan rasa cinta pada Bangsa sendiri harus terus dikembangkan dan dibuktikan terus dengan tumbuhnya asset Credit Union dan kemakmuran anggotanya serta muncul para pengusaha yang didukung oleh Instutisi Keuangan terpercaya, dari kelompok ini, kelompok Credit Union dimasa yang akan datang.

Berkembangnya Credit Union dapat mempengarauhi kesempatan berusaha bagi para anggota. Denganan berkembangnya Credit Union dapat memberikan kemudahan bagi para anggota untuk bisa mensejahterakan kehidupan mereka melalui kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pihak Credit Union itu sendiri, dan anggota dari Credit Union mampu memanfaatkan kemudah yang diberikan oleh Credit Union.

Apabila mayoritas dari masyarakat memiliki usaha yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka hal ini dapat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat. Dengan semakin tingginya tinkat pendapatan maka tikat pengeluaran


(55)

masyaraka juga semakin meningkat begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat pendapatan seseorang maka tingkat pengeluaran akan mengeimbangi tingkat pendapatnya.

L. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan Kesempatan Berusaha sebelum dan sesudah anggota menggunaka Kredit di Credit Union Bima.

2. Ada perbedaan Tingkat Pendapatan sebelum dan sesudah anggota

menggunaka Kredit di Credit Union Bima.

3. Ada perbedaan Tingkat Pengeluaran sebelum dan sesudah anggota menggunaka Kredit di Credit Union Bima.


(56)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu Penelitian komparatif. Penelitian dengan rancangan Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Jadi peneitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan suatu variabel (objek penelitian) antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda. (Nazir, 2005)

Dalam penelitian ini, penulis akan berusaha mengidentifikasi faktor-faktor yang terjadi setelah anggota menggunakan Kredit di Credit Union yang mempengaruhi beberapa faktor yaitu kesempatan berusaha, tingkat pendapatan dan dan tingkat pengeluaran masyarakat di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian berada di Desa Nanga Oran Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan sebagai berikut:


(57)

1. Credi Union Bima di Desa Nanga Oran Kecamatan Kayan Hulu, merupakan suatu organisasi yang memiliki peranan penting dalam masyarakat yaitu secara tidak langsung meberai kemudahan-kemudahan kepada masyarakat. 2. Credit Union Bima di Desa Nanga Oran Kecamatan Kayan Hulu, memiliki

prosfek yang bagus kedepannya yang perlu dikembangkan.

3. Credit Union Bima, banyak menyerap tenaga kerja dari Kecamatan Kayan Hulu.

4. Belum diketahui sejauh mana perbedaan Kesempatan Berusaha, Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pengeluaran anggota Credit Union Bima di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sebelum dan sesudah menggunakan kredit.

Waktu penelitian ini adalah bulan Januari-Februari 2013.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh anggota Credit Union Bima di desa Nanga Oran Kecamatan Kayan Hulu dengan jumlah 58 orang dengan ciri yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan ciri-ciri populasi sebagai berikut.

1. Responden adalah anggota C.U Bima yang telah menjadi anggota C.U lebih dari satu Tahun.

2. Responden yang dituju adalah anggota C.U Bima yang berada di wilayah kerja C.U Bima.


(58)

3. Responden adalah orang yang pernah melakukan peminjaman atau kredit di C.U Bima.

Untuk menentukan besar sampel yang akan diteliti penulis mengunakan teknik Sampling Jenuh, yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel.

D. Subjek dan Objek penelitian

1. Subjek dalam penelitian ini adalah Organisasi Credit Union yang ada di Desa Nanga Oran Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yaitu Credit Union Bima.

2. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kemungkinan terjadinya perubahan Kesempatan Berusaha, kemungkinan adanya perubahan Tingkat Pendapatan, dan kemungkinan adanya perubahan Tingkat Pengeluaran anggota Credit Union Bima setelah menggunakan kredit di Credit Union Bima.

E. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang akan diteliti oleh penulis antara lain:

1. Kesempatan berusaha adalah Banyak anggota Credit Union Bima yang sudah memiliki usaha.

Kesempat berusaha dalam penelitian ini diukur dengan melihat jumlah tanpa Range.

2. Tingkat Pendapatan adalah jumlah pendapatan perbulan yang diterima masyarakat.


(59)

Tingkat pendapatan dalam penelitian ini akan diukur nilai rupiah tanpa Range.

3. Tingkat Pengeluaran adalah biaya yang dikeluarkan masyarakat perbulan Tingkat Pengeluaran dalam penelitian ini akan diukur nilai rupiah tanpa Range.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data Primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara (indriantoro, 2002). Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

a. Jumlah anggota yang memiliki usaha b. Tingkat Pendapatan Anggota

c. Tingkat Pengeluaran anggota d. Sejarah Credit Union Bima

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara.

Tabel III.1 Kisi-kisi Wawancara

No Variabel Isi Wawancara

1 Identiras Responden Nama Organisasi dan Alamat

2 Kesempatan Berusaha Jumlah anggota tahun 2008-2011

Jumlah anggota yang memiliki usaha setelah menggunakan Kredit


(60)

No Variabel Isi Wawancara

di Credit Union Bima bila

dibandingkan dengan sebelumnya.

3 Tingkat Pendapatan Tingkat Pendapatan anggota

sebelum dan setelah menggunakan kredi di Credit Union Bima.

4 Tingkat Pengeluaran Tingkat Pengeluaran anggota

setelah menggunakan kredit di

Credit Union Bima bila

dibandingkan dengan sebelumnya.

5 Pertanyaan Tambahan Sejarah Credit Union Bima, Jumlah

keseluruhan anggota Credit Union Bima di Desa Nang Oran, Jumlah Karyawan Credit Union Bima di Desa Nanga Oran, dan Jam kerja karyawan dalam satu hari.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data kedua yang diperlukan dalam melengkapi data primer yang perlukan adalah:

a. Jumlah Credit Union yang ada didaerah penelitian b. Gambaran umum kondisi daerah tersebut


(61)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menguji variabel 1-3 yang menyatakan adannya perbedaan Kesempatan Berusaha anggota, Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pengeluaran dengan menggunakan analisis uji Chi Kuadrat (X2) untuk variabel 1, 2 dan 3. Alasannya yaitu karena di sini peneliti akan melihat apakah ada perbedaan variabel bebas yang dikaitkat dengan variabel terikat.

Langkat pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji Chi Kuadrat (X2) untuk variabel 1, 2 dan 3 yaitu:

1. Menguji hipotesis 1 yaitu perbedaan kesempatan berusaha anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima. Data yang diperoleh akan dirata-ratakan (mean). Jumlah anggota yang sudah memiliki usaha setelah menggunakan Kredi di Credit Union Bima jika dibandingkan dengan sebelum menggunakan kredit di Credit Union Bima akan diuji dengan menggunakan uji Chi Kuadrat (X2) . (Sugiona, 2011: 126)


(62)

Tabel III.2 Perubahan Kesempatan Berusaha Anggota Setelah Menggunakan Kredit di Credit Union Bima

Sebelum menggunakan kredit di Credit Union

Bima

Sesudah menggunakan kredit di Credi Union Bima

Kesempatan Berusaha

F F total = Tetap + Berubah

Memiliki Usaha

Tidak Memiliki Usaha

N 58

Tabel III.3 Kesempatan Berusaha

Variabel Memiliki Usaha Tidak Memiliki Usaha

Memiliki Usaha A B

Tidak Memiliki Usaha C D

N

Keterangan tabel:

Tidak memiliki usaha menjadi memiliki usaha C, Tetap memiliki usaha A, Tetap tidak memiliki usaha D, Memiliki usaha menjadi tidak memiliki usaha B.


(63)

Rumus Chi Kuadrat (X2):

Pengembangan Rumus:

A+D 2 A+D 2 A-

= 2 + 2 A+D A+D 2 2 Penyempurnaan Rumus:

( A – D – 1) 2 X2 =

A+D

Keterangan:

Fo = Frekuensi sebelum menggunaka kredit

Fh = Frekuensi sesudah menggunakan kredit

n

= Jumlah sampel

Setelah nilai X2 diketahui, maka langkah selanjutnya akan dilakukan pengujian untuk masing-masing hipotesis. Dengan cara membandingkan X2


(64)

dengan X2Tabel. Bila dk = 1 dan taraf kesalahan 5%. Ketentuan pengujian adalah:

Variabel 1

Ho = U1≤ U2 Ha = U1≥ U2

Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan tehadap kesempatan berusaha anggota sebelum maupun sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima

Ha = Ada perbedaan yang signifikan tehadap kesempatan berusaha anggota sebelum maupun sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima

2. Menguji hipotesis 2 yaitu perbedaan Tingkat Pendapatan anggota setelah menggunakan kredit di Credit Union Bima jika dibandingkan dengan sebelum menggunakan kredit di Credit Union Bima akan diuji dengan menggunakan uji Chi Kuadrat (X2) . (Sugiona, 2011: 126)


(65)

Tabel III.4 Perubahan Tingkat Pendapatan Setelah Anggota Menggunakan Kredit di Credit Union Bima

Sebelum menggunakan kredit di Credit Union

Bima

Sesudah menggunakan kredit di Credi Union Bima

Tingkat Pendapatan F F total = Tetap + Berubah Pendapatan 1,5

juta ke atas

Pendapatan 1,5

juta ke bawah

N 58

Tabel III.5 Tingkat Pendapatan

Variabel Pendapatan di atas 1,5 juta

Pendapatan di bawah 1,5 juta

Pendapatan di atas 1,5 juta

A B

Pendapatan di bawah 1,5 juta

C D

N

Keterangan tabel:

Tingkat Pendapatan meningkat C, Tingkat Pendapatan stabil A,

Tetap tidak ada peningkatan Tingkat Pendapatan D, Penurunan Tingkat Pendapatan B.


(66)

Pengembangan Rumus:

A+D 2 A+D 2 A-

= 2 + 2 A+D A+D 2 2 Penyempurnaan Rumus:

( A – D – 1) 2 X2 =

A+D

Keterangan:

Fo = Frekuensi sebelum menggunaka kredit

Fh = Frekuensi sesudah menggunakan kredit

n

= Jumlah sampel

Setelah nilai X2 diketahui, maka langkah selanjutnya akan dilakukan pengujian untuk masing-masing hipotesis. Dengan cara membandingkan X2


(67)

dengan X2Tabel. Bila dk = 1 dan taraf kesalahan 5%. Ketentuan pengujian adalah:

Variabel 2

Ho = U1 ≤ U2 Ha = U1 ≥ U2

Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan tehadap Tingkat Pendapata anggota sebelum maupun sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima

Ha = Ada perbedaan yang signifikan tehadap Tingkat Pendapatan anggota sebelum maupun sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima

3. Menguji hipotesis 3 yaitu perbedaan Tingkat Pengeluaran anggota setelah menggunakan kredit di Credit Union Bima jika dibandingkan dengan sebelum menggunakan kredit di Credit Union Bima akan diuji dengan menggunakan uji Chi Kuadrat (X2) . (Sugiona, 2011: 126)


(68)

Tabel III.6 Perubahan Tingkat Pengeluaran Setelah Anggota Menggunakan Kredit di Credit Union Bima

Sebelum menggunakan kredit di Credit Union

Bima

Sesudah menggunakan kredit di Credi Union Bima

Tingkat Pengeluaran

F F total = Tetap + Berubah

Pengeluaran 1 juta

ke atas

Pengeluaran 1 juta

ke bawah

N 58

Tabel III.7 Tingkat Pengeluaran

Variabel Pengeluaran di atas 1 juta

Pengeluaran di bawah 1 juta

Pengeluaran di atas 1 juta

A B

Pengeluaraan di bawah 1 juta

C D

N

Keterangan tabel:

Tingkat Pengeluaran meningkat C, Tingkat Pengeluarann stabil A,

Tidak ada peningkatan Tingkat Pengeluaran D, Penurunan Tingkat Pendapatan B.


(69)

Rumus Chi Kuadrat (X2):

Pengembangan Rumus:

A+D 2 A+D 2 A-

= 2 + 2 A+D A+D 2 2 Penyempurnaan Rumus:

( A – D – 1) 2 X2 =

A+D

Keterangan:

Fo = Frekuensi sebelum menggunaka kredit

Fh = Frekuensi sesudah menggunakan kredit


(70)

Setelah nilai X2 diketahui, maka langkah selanjutnya akan dilakukan pengujian untuk masing-masing hipotesis. Dengan cara membandingkan X2 dengan X2Tabel. Bila dk = 1 dan taraf kesalahan 5%. Ketentuan pengujian adalah:

Variabel 3

Ho = U1 ≤ U2 Ha = U1 ≥ U2

Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan tehadap Tingkat Pendapata anggota sebelum maupun sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima

Ha = Ada perbedaan yang signifikan tehadap Tingkat Pendapatan anggota sebelum maupun sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima


(71)

BAB IV

GAMBARAN UMUM CREDIT UNION BIMA

A. Sejarah Berdirinya Credit Union Bima

Sejarah CU Bima - Credit Union atau yang biasa kita kenal dengan CU sudah ada sejak 200 tahun yang lalu, didirikan oleh seorang wali kota Jerman bernama F.W. Raiffeisen. Dalam pengelolaannya beliau menerapkan prinsif-prinsif dan nilai-nilai Credit Union yang meliputi:

1. Menolong diri sendiri

2. Bertanggungjawab terhadap diri sendiri

3. Demokrasi

4. Kesetaraan

5. Solidaritas

6. Keadilas

7. Swadaya

Saat ini Credit Union berkembang luas hingga ke pelosok daerah Indonesia yang dipelopori oleh seorang pastor misi Pater Karl Arbicht (Karim Arbie), SJ. CU Bima adalah CU pertama berdiri di Kabupaten Sintang; didirikan pada tanggal 17 Agustus 1988, oleh 11 (sebelas) orang karyawan Delegasi Sosial (Delsos)


(72)

Keuskupan Sintang yaitu Paulus Jimbau, Oyotring, Syarbinus Pangkas, Agrianus, Agustinus Aboi, Yosef Adam, Bartholomeus Gani, Emil, Sesilia Sero, Yakobus Cil dan Petrus Liging; dan satu orang pastor misi yaitu Pastor Yoep Van Lier, SMM; dan dengan modal awal sebesar Rp 128.000.

CU Bima memiliki badan hukum pada tanggal 24 Januari 1995 dengan Nomor : 1555 / BH / X / 1995 dari Kanwil Propinsi Kalimantan Barat. Kemudian pada tahun 1994 CUBIMA membuka Kantor Pelayanan yang pertama di komplek Seminari Menengah Teluk Menyurai Keuskupan Sintang; kemudian tahun 1997 pindah di depan Rumah Sakit Umum Mohammad Jun Sintang menempati rumah milik Yayasan SUKMA Keuskupan Sintang; tahun 1999 menempati Kantor sendiri yang terletak di Jl. S. Parman No. 47 Sintang yang sekarang dijadikan Kantor Pusat dan Kantor Cabang Sintang.

B. Visi

Terwujud dan berkembangnya lembaga pelayanan keuangan yang tangguh, besar, aman dan dicintai masyarakat berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi atau koperasi kredit.


(73)

C. Misi

Meningkatkan Kesejahteraan Bersama Melalui:

1. Pelayanan Keuangan yang profesional dan terjangkau

2. Pelayanan Pendidikan keuangan yang berkualitas dan berkesinambungan kepada Anggota dan Masyarakat

3. Pelayanan Solidaritas Sosial yang bermanfaat bagi Anggota dan Masyarakat

4. Pengembangan jaringan dengan berbagai pihak.

D. Jenis Pelayanan

Kategori pelayanan dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Solidaritas

a. DAPERMA BIMA (Dana Perlindungan Bersama Bina Masyarakat)

Daperma Bima adalah Dana perlindungan Bersama Kopdit Bima untuk Tabungan Beasiswa (TAWA), Simpanan Masa Tua (SIMATU), Simpanan Perkebunan (SIBUN).

b. Pinjaman Jangka Panjang, dan Pinjaman Jangka Pendek.

1) Setiap anggota premi ditanggung oleh CUBIMA kecuali Pinjaman Proyek premi ditanggung oleh peminjan


(74)

2) Santunan Sebesar Simpanan dan Pinjaman

3) Syarat dan Ketentuan berlaku

c. DAPERMA INDKOPDIT (Dana Perlindungan Bersama Induk Koperasi Kredit)

Daperma Inkopdit adalah Dana Perlindungan tipe A yang dikelola oleh Induk Koperasi Kredit di Jakarta, yang mencakup Simpanan Pokok, Simpanan Wajib dan Simpanan Sukarela Anggota, serta Pinjaman Anggota dengan memberikan Santunan kepada ahli waris dan atau membebaskan ahli waris dari hutang apabila seorang anggota meninggal dunia atau cacat total dan tetap.

1) Premi peserta daperma inkopdit ditanggung oleh CUBIMA

2) Santunan Duka Anggota (SDA) maksimal sebesar Rp 30.000.000

3) Santunan Perlindungan Pinjaman Anggota (PPA0 maksimal sebesar Rp 100.000.000

4) Syarat dan Ketentuan berlaku

d. SOLKES (Solidaritas Kesehatan)

1) Wajib bagi anggota, untuk membantu biaya berobat bagi anggota yang sakit


(75)

2) Iuran sebesar Rp 25.000 per tahun, khusus anggota yang masuk sampai dengan bulan Juni tahun sebelumnya iuran di mutasikan dari SSA anggota

3) Klaim maksimal sebesar Rp 250.000

4) Apabila dalam satu keluarga inti (orang tua dan anak-anaknya) semua menjadi anggota, maka klaim dapat digabung untuk semua anggota dalam satu keluarga inti

5) Syarat dan ketentuan berlaku

e. DDA (Dana Duka Anggota) - DA Merupakan dana solidaritas antar sesama anggota dalam hal meringankan biaya pemakaman bagi Anggota yang meninggal.

1) Wajib bagi anggota, untuk membantu biaya pemakaman bagi anggota yang meninggal dunia

2) Iuran sebesar Rp 20.000 pertahun, khusus anggota yang masuk sampai dengan bulan juni tahun sebelumnya iuran di mutasikan dari SSA anggota yang bersangkutan pada bulan Maret tahun buku berikutnya.


(1)

Tingkat Pendapatan

Anggota Sebelum_Kredit Sesudah_Kredit

Mean 1.8793 1.8621

N 58 58

Std. Deviation .32861 .34784

Std. Error of Kurtosis .618 .618

3. Tingkat pengeluaran anggota

Dik: B = 8 C = 11

Ket: B = Pengeluaran di bawah 1,5 juta menjadi di atas 1,5 juat C = Pengeluaran di atas 1,5 juta menjadi di bawah 1,5 juta ( B – C – 1 ) 2 ( 8 – 11 – 1 ) 2

X2 = =

B + C 8 + 11


(2)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Sebelum_Kredit * Tingkat Pengeluaran

58 100.0% 0 .0% 58 100.0%

Sesudah_Kredit * Tingkat Pengeluaran

58 100.0% 0 .0% 58 100.0%

Tingkat Pengeluaran

anggota Sebelum_Kredit Sesudah_Kredit

Mean 1.7931 1.7586

N 58 58

Std. Deviation .40862 .43166


(3)

LAMPIRAN 4


(4)

(5)

viii

ABSTRAK

PERBEDAAN KESEMPATAN BERUSAHA, TINGKAT PENDAPATAN DAN TINGKAT PENGELUARAN ANGGOTA SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN KREDIT DI CREDIT UNION BIMA DI KECAMATAN

KAYAN HULU, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

Lensius Putrawinata

081324025

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kesempatan berusaha, tingkat pendapatan dan tingkat pengeluaran anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Penelitian ini merupakan studi perbandingan yang menguji perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan kredit. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 58 orang anggota dan seluruhnya dijadikan sampel penelitian. Dalam pengambilan data penulis menggunakan data primer sebagai data utama yang diambil menggunakan teknik wawancara dan data sekunder sebagai data pendukung. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Kuadrat (X2).

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat perbedaan yang signifikan kesempatan berusaha anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit. Kesempatan berusaha anggota mengalami peningkatan sesudah menggunakan kredit; (2) tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pendapatan anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit meskipun tingkat pendapatan mengalami sedikit penurunan sesudah menggunakan kredit tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dari keadaan awal; (3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pengeluaran anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit meskipun tingkat pengeluaran mengalami sedikit penurunan sesudah menggunakan kredit tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dari keadaan awal.


(6)

ix

ABSTRACT

DIFFERENCES OF BUSSINESS OPPORTUNITY, INCOME

LEVEL AND OUTCOME LEVEL OF MEMBER BEFORE AND

AFTER USE CREDIT AT CREDIT UNION BIMA IN KAYAN

HULU SUBDISTRICT, SINTANG REGENCY, WEST

KALIMANTAN

LENSIUS PUTRAWINATA

081324025

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2013

This research aims to find out whether there are any differences of bussiness opportunity, income level and outcome level of members before and after use credit at credit union Bima in KayanHulu subdistrict, Sintang Regency, West Kalimantan.

This research is a comparative study that tests the differences of before and after use credit. Total amount of population in this research were 58 people and all of them used to be the samples of the research. Primary and the secondary data werecollected by interview. Data were analyzed by Chi Square test (X2).

The results: (1) there is significant difference of bussiness opportunity before and after use credit. Member's bussiness opportunity increases after use credit; (2) there isn’t significant difference of member's income level before and after use credit. Although income level decreases after use credit, there are no significant differences from the initial state; (3) there is no significant difference of members' outcome level before and after use credit. Although outcome level decreases after use credit, there are no significant differences from the initial state.


Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Credit Union (Studi deskriptif mengenai Kopdit/CU Cinta Kasih di Pulo Brayan, Medan)

3 99 107

Credit Union Sebagai Usaha Pemberdayaan Masyarakat ( Studi Deskriptif Usaha Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tukka Kecamatan Pakkat Kabupaten Humbahas)

3 77 127

Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Credit Union Dalam Meningkatkan Pembangunan Ekonomi...

0 18 4

Evaluasi tingkat partisipasi anggota credit union : studi kasus pada Credit Union Pancur Kasih (CUPK) T.P Kotabaru, Pontianak, Kalimantan Barat.

0 4 117

Analisis tingkat kesehatan keuangan credit union studi kasus pada credit union Lantang Tipo, Credit Union Bima dan Credit Union Keling Kumang di Kalimantan Barat.

3 21 233

Kontribusi pinjaman yang diterima dari Credit Union Pancur Dangeri terhadap peningkatan pendapatan anggota : studi kasus pada Credit Union Pancur Dangeri, Kecamatan Simpang Dua, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

0 1 225

Evaluasi tingkat partisipasi anggota credit union studi kasus pada Credit Union Pancur Kasih (CUPK) T.P Kotabaru, Pontianak, Kalimantan Barat

0 7 115

Kontribusi pinjaman yang diterima dari Credit Union Pancur Dangeri terhadap peningkatan pendapatan anggota studi kasus pada Credit Union Pancur Dangeri, Kecamatan Simpang Dua, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat

0 0 223

PERBEDAAN KESEMPATAN BERUSAHA, TINGKAT PENDAPATAN DAN TINGKAT PENGELUARAN ANGGOTA SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN KREDIT DI CREDIT UNION BIMA DI KECAMATAN KAYAN HULU, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

0 3 127

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEJAHTERAAN EKONOMI ANGGOTA SEBELUM DAN SESUDAH MENGAMBIL KREDIT KE CREDIT UNION PANCUR KASIH

0 1 154