Analisis tingkat kesehatan keuangan credit union studi kasus pada credit union Lantang Tipo, Credit Union Bima dan Credit Union Keling Kumang di Kalimantan Barat.

(1)

xxvi

ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN CREDIT UNION

Studi Kasus Pada Credit Union Lantang Tipo, Credit Union Bima dan Credit Union Keling Kumang di Kalimantan Barat

Damiana

Universitas Santa Dharma Yogyakarta

2015

Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kesehatan dari tiga buah credit union yaitu credit union Lantang Tipo, credit union Bima dan credit union Keling Kumang yang ditinjau dari tujuh aspek yaitu Protection, Effective financial structure, Asset quality, Rates of return and costs, Liquidity dan Sign of growth.

Penelitian ini dilakukan di credit union Lantang Tipo, credit union Bima dan credit union Keling Kumang pada bulan April 2015. Data yang digunakan adalah data kinerja keuangan credit union yang berasal dari laporan keuangan. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data yang dilakukan untuk menjawab analisis ini yaitu menggunakan sistem PEARLS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa credit union Lantang Tipo dan credit union Bima kurang sehat, sedangkan credit union Keling Kumang sehat. Kata kunci: Protection, Effective financial structure, Asset quality, Rates of return and costs, Liquidity dan Sign of growth


(2)

xxvii

ABSTRACT

ANALISIS OF THE FINANCIAL SOUNDNESS OF CREDIT UNION

A Case Study at Credit Union Lantang Tipo, Credit Union Bima and Credit Union Keling Kumang, West Kalimantan

Damiana

Sanata Dharma University Yogyakarta

2015

The objective of the research was to identify the performance of the Credit Union Lantang Tipo, Credit Union Bima and Credit Union Keling Kumang based on: protection, Effective financial structure, Asset quality, Rates of return and costs, Liquidity and Sign of growth.

The research was carried out at Credit Union on April 2015. The data analyzed came from financial report, which was applied was the financial performance of the Credit Union which was stemmed from its financial report. The data collection technique were interview, documentation and accompanied by necessary library study, where as the data analysis technique to answer the problem was PEARLS system.

The result of the research indicates that the financial performance of Credit Union Lantang Tipo and Credit Union Bima are not good (unhealthy) while Credit Union Keling Kumang is good (healthy).

Key words: Protection, Effective financial structure, Asset quality, Rates of return and costs, Liquidity and Sign of growth


(3)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN CREDIT UNION

Studi Kasus Pada Credit Union Lantang Tipo, Credit UnionBima dan Credit Union

Keling Kumang di Kalimantan Barat SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh : Damiana NIM: 112214069

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN CREDIT UNION

Studi Kasus Pada Credit Union Lantang Tipo, Credit UnionBima dan Credit Union

Keling Kumang di Kalimantan Barat

SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh : Damiana NIM: 112214069

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Jangan Takut Sebab Aku Ini Menyertai Engkau” (# Yesaya 43:5a)

“Barangsiapa Ingin Mutiara Harus Berani Terjun Dilautan Yang Dalam” (#-Ir. Soekarno)

“Ketika Usahamu dinilai Tidak Penting, Maka Saat itulah Kamu Sedang Belajar Tentang Keikhlasan”

(#-Dahlan Iskan-)

Persembahan:


(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURASAN MANAJEMEN-PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN CREDIT UNION

Studi Kasus Pada Credit Union Lantang Tipo, Credit Union Bima dan Credit Union Keling Kumang

Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 25 Agustus 2015 adalah hasil karya saya. Saya juga menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.

Bila dikemudian hari terbukti saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi, yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E) dibatalkan dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 27)

Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

Damiana Nim: 112214069


(9)

vi

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Damiana

NIM : 112214069

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN CREDIT UNION

Studi Kasus Pada Credit Union Lantang Tipo, Credit UnionBima dan Credit Union Keling Kumang di Kalimanatan Barat

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepadsa Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atrau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin kepada saya meupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 31 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang mahakasih atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Credit Union: Studi Kasus Pada Credit Union Lantang Tipo, Credit Union Bima dan Credit Union Keling Kumang. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik tak luput dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapka terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H.Herry Maridjo, M,Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma dan sekaligus Dosem pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.

3. Bapak T. Handono Eko Prabowo, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesabaran dan kesungguhan hati

4. Mas Sugeng dan segenap pengurus credit union Lantang Tipo yang telah memeberikan izin penelitian dan membantu penulis dalam memberikan data yang penulis butuhkan.


(11)

viii

5. Bapak Anyap dan segenap pengurus credit union Bima yang telah memeberikan izin penelitian dan membantu penulis dalam memberikan data yang penulis butuhkan

6. Bapak Anyap dan segenap pengurus credit union Keling Kumang yang telah memeberikan izin penelitian dan membantu penulis dalam memberikan data yang penulis butuhkan.

7. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. 8. Bapak Panyin dan Ibuku Yahmiati yang selalu memberikan kasih sayang, doa,

dukungan, kebahagian, semangat, nasihat, dan penghidupan yang layak bagiku selama ini. Terimakasih juga telah menjadikan ku pribadi yang baik, yang kuat dan tegar dalam menghadapi hidup sehingga menjadikan ku dewasa dalam menghadapi hidup ini.

9. Romo Silfanus Endi, Pr yang selalu membantu dalam proses mencari data dan selalu memberikan dukungan, semangat serta kasih sayang kepada ku. 10.Adik ku Natalisno, abangku Romo Markus Marhusen. Pr yang selalu

memberikan dukungan dan semangat serta kasih sayang kepada ku.

11.Sahabat-sahabatku (itin, gesty, novi, eva dan wulan) terimakasih atas segalanya yang pernah kita lalui bersama, terimakasih atas kegilaan yang telah kita lalui bersama, kekonyolan yang tidak pernah hilang dan kebahagiaan yang kita ciptakan sendiri, jadikan persahabatan kita abadi selamanya.

12.Teman-teman Manajemen 2011 khususnya kelas C, terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini, jadikan pertemanan kita sebagai kenangan yang tidak akan pernah terlupakan.


(12)

ix

Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Penulis,

Damiana


(13)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ……..i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ………ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

ABSTRAK ... xx

ABSTRAC ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Credit Union ... 8

B. Laporan Keuangan Credit Union ... 13

C. Analisis Laporan Keuangan Credit Union ... 15

D. Kinerja Keuangan Credit Union ... 18

E. Sistem PEARLS ... 22

F. Penelitian Terdahulu ... 47

G. Kerangka Konsep Penelitian ... 50

BAB III METODE PENELITIAN ... 52


(14)

xi

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 53

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 53

D. Variabel Penelitian ... 53

E. Definisi Operasional ... 61

F. Populasi dan Sampel ... 62

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 62

H. Sumber Data ... 63

I. Teknik Pengumpulan Data ... 64

J. Teknik Analisis Data ... 64

BAB IV GAMBARAN UMUM CREDIT UNION... 68

A. Credit union Lantang Tipo ... 68

1. Sejarah credit union Lantang Tipo ... 68

2. Struktur organisasi credit union Lantang Tipo ... 72

3. Keanggotaancredit union Lantang Tipo ... 73

4. Produk Simpanan anggota credit union Lantang Tipo ... 76

5. Produk pinjaman credit union Lantang Tipo ... 77

6. Produk solidaritas credit union Lantang Tipo ... 78

B. Credit union Bima ... 78

1. Sejarah credit union Bima ... 78

2. Struktur organisasi credit union Bima ... 80

3. Keanggotaan credit union Bima ... 81

4. Produk simpanan anggota credit union Bima ... 82

5. Produk pinjaman credit union Bima ... 82

6. Produk solidaritas credit union Bima ... 82

C. Credit union Keling Kumang ... 83

1. Sejarah credit union Keling Kumang ... 83

2. Struktur organisasi credit union Keling Kumang ... 87

3. Keanggotaan credit union Keling Kumang ... 88

4. Produk simpanan anggota credit union Keling Kumang ... 89

5. Produk pinjaman credit union Keling Kumang ... 90

6. Produk solidaritas credit union Keling Kumang ... 90

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 91

A. Deskripsi Data ... 91

B. Analisis Data ... 91

C. Pembahasan ... 155

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 181

A. Kesimpulan ... 181

B. Saran ... 185

C. Keterbatasan ... 187


(15)

xii


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

III.1 Format Tabel Penilaian Kinerja Keuangan ... 67 V.I.1 Perhitungan Rasio Ketersediaan Dana Cadangan Risisko

Terhadap Total Pinjaman Lalai Lebih Dari 12 Bulan (P1)

Credit union Lantang Tipo ... 93 V.I.2 Perhitungan Rasio Ketersediaan Dana Cadangan Risisko

Terhadap Total Pinjaman Lalai Lebih Dari 12 Bulan (P1)

Credit union Bima ... 94 V.I.3 Perhitungan Rasio Ketersediaan Dana Cadangan Risisko

Terhadap Total Pinjaman Lalai Lebih Dari 12 Bulan (P1)

Credit union Keling Kumang ... 95 V.II.1 Perhitungan Rasio Ketersediaan Dana Cadangan Risiko

Terhadap Total Pinjaman Lalai 1-12 Bulan (P2) Credit union

Lantang Tipo ... 97 V.II.2 Perhitungan Rasio Ketersediaan Dana Cadangan Bima ... 98 V.II.3 Perhitungan Rasio Ketersediaan Dana Cadangan Risiko

Terhadap Total Pinjaman Lalai 1-12 Bulan (P2) Credit union

Keling Kumang ... 99 V.III.1 Perhitungan Rasio Piutang yang Beredar (E1) Credit union

Lantang Tipo ... 101 V.III.2 Perhitungan Rasio Piutang yang Beredar (E1) Credit union

Bima ... 102 V.III.3 Perhitungan Rasio Piutang yang Beredar (E1) Credit union

Keling Kumang ... 103 V.IV.1 Perhitungan Rasio Simpanan non-saham (E5) Credit union

Lantang Tipo ... 105 V.IV.2 Perhitungan Rasio Simpanan non-saham (E5) Credit union

Bima ... 106 V.IV.3 Perhitungan Rasio Simpanan non-saham (E5) Credit union


(17)

xiv

V.V.1 Perhitungan Rasio Pinjaman Dari Luar (E6) Credit union

Lantang Tipo ... 109 V.V.2 Perhitungan Rasio Pinjaman Dari Luar (E6) Credit union

Bima ... 110 V.V.3 Perhitungan Rasio Pinjaman Dari Luar (E6) Credit union

Keling Kumang ... 111 V.VI.1 Perhitungan Rasio Modal Lembaga (E9) Credit union Lantang

Tipo ... 113 V.VI.2 Perhitungan Rasio Modal Lembaga (E9) Credit union Bima ... 114 V.VI.3 Perhitungan Rasio Modal Lembaga (E9) Credit union Keling

Kumang ... 115 V.VII.1 Perhitungan Total Pinjaman Lalai/Total Piutang (A1) Credit

union Lantang Tipo ... 116 V.VII.2 Perhitungan Total Pinjaman Lalai/Total Piutang (A1) Credit

union Bima ... 118 V.VII.3 Perhitungan Total Pinjaman Lalai/Total Piutang (A1) Credit

union Keling Kumang ... 119 V.VIII.1 Perhitungan Aset-aset Tidak Menghasilkan/Total Aset (A2)

Credit union Lantang Tipo ... 121 V.VIII.2 Perhitungan Aset-aset Tidak Menghasilkan/Total Aset (A2)

Credit union Bima ... 122 V.VIII.3 Perhitungan Aset-aset Tidak Menghasilkan/Total Aset (A2)

Credit union Keling Kumang ... 123 V.IX.1 Perhitungan Simpanan Saham Anggota /Rata-rata Simpanan

Saham (R7) Credit union Lantang Tipo ... 125 V.IX.2 Perhitungan Simpanan Saham Anggota /Rata-rata Simpanan

Saham (R7) Credit union Bima ... 126 V.IX.3 Perhitungan Simpanan Saham Anggota /Rata-rata Simpanan

Saham (R7) Credit union Keling Kumang ... 127 V.X.1 Perhitungan Biaya Operasional /Rata-rata Aset (R9) Credit


(18)

xv

V.X.2 Perhitungan Biaya Operasional /Rata-rata Aset (R9) Credit

union Bima ... 130

V.X.3 Perhitungan Biaya Operasional /Rata-rata Aset (R9) Credit union Keling Kumang ... 131

V.XI.1 Perhitungan Biaya Rasio Likuiditas Terhadap Simpanan (L1) Credit union Lantang Tipo ... 133

V.XI.2 Perhitungan Biaya Rasio Likuiditas Terhadap Simpanan (L1) Credit union Bima ... 134

V.XI.3 Perhitungan Biaya Rasio Likuiditas Terhadap Simpanan (L1) Credit union Keling Kumang ... 135

V.XII.1 Perhitungan Rasio Pertumbuhan Anggota (S10) Credit union Lantang Tipo ... 137

V.XII.2 Perhitungan Rasio Pertumbuhan Anggota (S10) Credit union Bima ... 138

V.XII.3 Perhitungan Rasio Pertumbuhan Anggota (S10) Credit union Keling Kumang ... 139

V.XIV.1 Perhitungan Rasio Pertumbuhan Total Aset (S10) Credit union Lantang Tipo ... 141

V.XIV.2 Perhitungan Rasio Pertumbuhan Total Aset (S10) Credit union Bima ... 142

V.XIV.3 Perhitungan Rasio Pertumbuhan Total Aset (S10) Credit union Keling Kumang ... 143

V.XV.1 Penilaian Kinerja Keuangan Pada Tahun 2010 ... 145

V.XV.2 Penilaian Kinerja Keuangan Pada Tahun 2011 ... 147

V.XV.3 Penilaian Kinerja Keuangan Pada Tahun 2012 ... 149

X.XV.4 Penilaian Kinerja Keuangan Pada Tahun 2013 ... 151


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Tabel Judul Halaman

II.1 Kerangka Konseptual Pemikiran... 48 V.I.1 Grafik Perkembangan Rasio Ketersediaan Dana Cadangan

Risisko Terhadap Total Pinjaman Lalai Lebih Dari 12 Bulan

(P1) Credit union Lantang Tipo ... 93 V.I.2 Grafik Perkembangan Rasio Ketersediaan Dana Cadangan

Risiko

Terhadap Total Pinjaman Lalai Lebih Dari 12 Bulan (P1)

Credit union Bima ... 95 V.I.3 Grafik Perkembangan Rasio Ketersediaan Dana Cadangan

Risisko

Terhadap Total Pinjaman Lalai Lebih Dari 12 Bulan (P1)

Credit union Keling Kumang ... 96 V.I.4 Grafik Gabungan Keseluruhan P1 Untuk ketiga Credit union ... 96 V.II.1 Grafik Perkembangan Rasio Ketersediaan Dana Cadangan

Risiko Terhadap Total Pinjaman Lalai 1-12 Bulan (P2) Credit

union Lantang Tipo ... 98 V.II.2 Grafik Perkembangan Rasio Ketersediaan Dana Cadangan

Risiko Terhadap Total Pinjaman Lalai 1-12 Bulan (P2) Credit

union Bima ... 99 V.II.3 Grafik Perkembangan Rasio Ketersediaan Dana Cadangan

Risiko Terhadap Total Pinjaman Lalai 1-12 Bulan (P2) Credit

union Keling Kumang ... 100 V.II.4 Grafik Gabungan Keseluruhan P2 untuk ketiga Credit union ... 100 V.III.1 Grafik Perkembangan Rasio Piutang yang Beredar (E1) Credit

union Lantang Tipo ... 102 V.III.2 Grafik Perkembangan Rasio Piutang yang Beredar (E1) Credit

union Bima ... 103 V.III.3 Grafik Perkembangan Rasio Piutang yang Beredar (E1) Credit

union Keling Kumang ... 104 V.III.4 Grafik Gabungan Keseluruhan E1 untuk ketiga Credit union ... 104 V.IV.1 Grafik Perkembangan Rasio Simpanan non-saham (E5) Credit


(20)

xvii

V.IV.2 Grafik Perkembangan Rasio Simpanan non-saham (E5) Credit

union Bima ... 107 V.IV.3 Grafik Perkembangan Rasio Simpanan non-saham (E5) Credit

union Keling Kumang ... 108 V.IV.4 Grafik Gabungan Keseluruhan E5 untuk ketiga Credit union ... 108 V.V.1 Grafik Perkembangan Rasio Pinjaman Dari Luar (E6) Credit

union Lantang Tipo ... 110 V.V.2 Grafik Perkembangan Rasio Pinjaman Dari Luar (E6) Credit

union Bima ... 111 V.V.3 Grafik Perkembangan Rasio Pinjaman Dari Luar (E6) Credit

union Keling Kumang ... 112 V.V.4 Grafik Gabungan Keseluruhan E6 untuk ketiga Credit union ... 112 V.VI.1 Grafik Perkembangan Rasio Modal Lembaga (E9) Credit

union Lantang Tipo ... 114 V.VI.2 Grafik Perkembangan Rasio Modal Lembaga (E9) Credit

union Bima ... 115 V.VI.3 Grafik Perkembangan Rasio Modal Lembaga (E9) Credit

union Keling Kumang ... 116 V.VI.4 Grafik Gabungan Keseluruhan E9 untuk ketiga Credit union ... 116 V.VII.1 Grafik Perkembangan Total Pinjaman Lalai/Total Piutang

(A1) Credit union Lantang Tipo ... 118 V.VII.2 Grafik Perkembangan Total Pinjaman Lalai/Total Piutang

(A1) Credit union Bima ... 119 V.VII.3 Grafik Perkembangan Total Pinjaman Lalai/Total Piutang (A1)

Credit union Keling Kumang ... 120 V.VII.4 Grafik Gabungan Keseluruhan A1 untuk ketiga Credit union ... 120 V.VIII.1 Grafik Perkembangan Aset-aset Tidak Menghasilkan/Total

Aset (A2) Credit union Lantang Tipo ... 122 V.VIII.2 Grafik Perkembangan Aset-aset Tidak Menghasilkan/Total

Aset (A2) Credit union Bima ... 123 V.VIII.3 Grafik Perkembangan Aset-aset Tidak Menghasilkan/Total

Aset (A2) Credit union Keling Kumang ... 124 V.VIII.4 Grafik Gabungan Keseluruhan A2 untuk ketiga Credit union ... 124


(21)

xviii

V.IX.1 Grafik Perkembangan Simpanan Saham Anggota /Rata-rata

Simpanan Saham (R7) Credit union Lantang Tipo... 126 V.IX.2 Grafik Perkembangan Simpanan Saham Anggota /Rata-rata

Simpanan Saham (R7) Credit union Bima ... 127 V.IX.3 Grafik Perkembangan Simpanan Saham Anggota /Rata-rata

Simpanan Saham (R7) Credit union Keling Kumang... 128 V.IX.4 Grafik Gabungan Keseluruhan R7 untuk ketiga Credit union ... 128 V.X.1 Grafik Perkembangan Biaya Operasional /Rata-rata Aset (R9)

Credit union Lantang Tipo ... 130 V.X.2 Grafik Perkembangan Biaya Operasional /Rata-rata Aset (R9)

Credit union Bima ... `131 V.X.3 Grafik Perkembangan Biaya Operasional /Rata-rata Aset (R9)

Credit union Keling Kumang ... 132 V.X.4 Grafik Gabungan Keseluruhan R9 untuk ketiga Credit union ... 132 V.XI.1 Grafik Perkembangan Biaya Rasio Likuiditas Terhadap

Simpanan (L1) Credit union Lantang Tipo ... 134 V.XI.2 Grafik Perkembangan Biaya Rasio Likuiditas Terhadap

Simpanan (L1) Credit union Bima ... 135 V.XI.3 Grafik Perkembangan Biaya Rasio Likuiditas Terhadap

Simpanan (L1) Credit union Keling Kumang ... 136 V.XI.4 Grafik Gabungan Keseluruhan L1 untuk ketiga Credit union ... 136 V.XII.1 Grafik Perkembangan Rasio Pertumbuhan Anggota (S10)

Credit union Lantang Tipo ... 138 V.XII.2 Grafik Perkembangan Rasio Pertumbuhan Anggota (S10)

Credit union Bima ... 139 V.XII.3 Grafik Perkembangan Rasio Pertumbuhan Anggota (S10)

Credit union Keling Kumang ... 140 V.XII.4 Grafik Gabungan Keseluruhan S10 untuk ketiga Credit union ... 140 V.XIV.1 Grafik Perkembangan Rasio Pertumbuhan Total Aset (S11)

Credit union Lantang Tipo ... 142 V.XIV.2 Grafik Perkembangan Rasio Pertumbuhan Total Aset (S11)


(22)

xix

V.XIV.3 Grafik Perkembangan Rasio Pertumbuhan Total Aset (S11)

Credit union Keling Kumang ... 144 V.XIV.4 Grafik Gabungan Keseluruhan S11 untuk ketiga Credit union ... 144 X.XV.1 Grafik Penilaian Kinerja Keuangan Pada Tahnu 2010 ... 146 X.XV.2 Grafik Penilaian Kinerja Keuangan Pada Tahnu 2011 ... 148 X.XV.3 Grafik Penilaian Kinerja Keuangan Pada Tahnu 2012 ... 150 X.XV.4 Grafik Penilaian Kinerja Keuangan Pada Tahnu 2013 ... 152 X.XV.5 Grafik Penilaian Kinerja Keuangan Pada Tahnu 2014 ... 154


(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran Halaman

1 Surat Ijin Penelitian ... 191 2 Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 194 3 Data Keuangan Credit Union Lantang Tipo ... 196 4 Data Keuangan Credit Union Bima ... 200 5 Data Keuangan Credit Union Keling Kumang ... 208


(24)

xxi

ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN CREDIT UNION

Studi Kasus Pada Credit Union Lantang Tipo, Credit Union Bima dan Credit Union Keling Kumang di Kalimantan Barat

Damiana

Universitas Santa Dharma Yogyakarta

2015

Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kesehatan dari tiga buah credit union yaitu credit union Lantang Tipo, credit union Bima dan credit union Keling Kumang yang ditinjau dari tujuh aspek yaitu Protection, Effective financial structure, Asset quality, Rates of return and costs, Liquidity dan Sign of growth.

Penelitian ini dilakukan di credit union Lantang Tipo, credit union Bima dan credit union Keling Kumang pada bulan April 2015. Data yang digunakan adalah data kinerja keuangan credit union yang berasal dari laporan keuangan. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data yang dilakukan untuk menjawab analisis ini yaitu menggunakan sistem PEARLS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa credit union Lantang Tipo dan credit union Bima kurang sehat, sedangkan credit union Keling Kumang sehat.

Kata kunci: Protection, Effective financial structure, Asset quality, Rates of return and costs, Liquidity dan Sign of growth.


(25)

xxii

ABSTRACT

ANALISIS OF THE FINANCIAL SOUNDNESS OF CREDIT UNION

A Case Study at Credit Union Lantang Tipo, Credit Union Bima and Credit Union Keling Kumang, West Kalimantan

Damiana

Sanata Dharma University Yogyakarta

2015

The objective of the research was to identify the performance of the Credit Union Lantang Tipo, Credit Union Bima and Credit Union Keling Kumang based on: protection, Effective financial structure, Asset quality, Rates of return and costs, Liquidity and Sign of growth.

The research was carried out at Credit Union on April 2015. The data analyzed came from financial report, which was applied was the financial performance of the Credit Union which was stemmed from its financial report. The data collection technique were interview, documentation and accompanied by necessary library study, where as the data analysis technique to answer the problem was PEARLS system.

The result of the research indicates that the financial performance of Credit Union Lantang Tipo and Credit Union Bima are not good (unhealthy) while Credit Union Keling Kumang is good (healthy).

Key words: Protection, Effective financial structure, Asset quality, Rates of return and costs, Liquidity and Sign of growth.


(26)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

David C. Richardson, Executive Manager, Word Council of Credit Union (WOCCU), seorang pengarang PEARLS (2011:20) mengatakan bahwa belajar dari pengalaman krisis keuangan global yang terjadi pada waktu yang lalu bahkan masih terasa sampai saat ini, agar terhindar dari krisis credit union harus fokus pada penguatan dua hal yaitu keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan sosial.Credit union bertanggung jawab membangun keberlanjutan ini. Apabila credit union tidak aman dan tidak sehat, maka citra credit union akan buruk dan ini akan membahayakan credit union. Tidak ada orang yang percaya kepada credit union yang tidak sehat dan tidak aman.

Penilaian tingkat kesehatan credit union merupakan salah satu cara manajemen agar dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan sebuah credit union. Tahap-tahap perkembangan credit union melalui empat tahap yaitu tahap promotion (promosi), tahap development (pengembangan), tahap consolidation (consolidation) dan tahap expansion (ekpansi). Sedangkan tahap perkembangan credit union ada tiga yaitu nascent (kelahiran), transition (transisi) dan mature (kedewasaan).

Sama halnya dengan sebuah perusahaan,credit union (CU) juga memerlukan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja


(27)

keuangan agar manajemen pihak credit union dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Credit union adalah koperasi keuangan yang tidak mencari keuntungan (not- for- profit) yang kehadirannya bertujuan melayani para anggota yang berada dalam satu ikatan pemersatu (common-bond) seperti wilayah tempat tinggal, profesi, tempat kerja dan lain-lain. Credit union dioperasikan secara demokratis oleh para anggotanya dan diurus oleh para pengurus dan pengawas yang melayani anggota secara sukarela. Para pengurus yang melayani anggota secara sukarela ini dipilih oleh anggota pada rapat anggota. Tujuan utama credit union adalah melayani para anggota agar permasalahan dan kebutuhan keuangan mereka teratasi.

Pengeloalaan keuangan merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh para pengurus credit union. Beberapa sistem penilaian yang telah banyak dikenal dan digunakan diindonesia yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan yaitu CAMEL, balance scorecard, dan analisis reabilitas, solvabilitas dan rentabilitas, namun sistem-sistem penilaian tersebut dinilai kurang mampu mengukur kinerja keuangan secara menyueluruh menurut WOCCU (World Council of Credit Union) sehingga dikembangkanlah sebuah sistem penilaian kinerja keuangan yang lebih sesuai untuk credit union yaitu PEARLS.

PEARLS adalah sistem penilaian kinerja keuangan yang dikembangkan oleh WOCCU dan dianggap sebagai sistem penilaian kinerja keuangan yang paling sesuai untuk menilai kinerja keuangan credit


(28)

union. PEARLS yang merupakan singkatan dari protection, effective financial structure, asset quality,rates of return and costs, liquidity and signs of growth yang berisi sekumpulan rasio yang dapat menggambarkan keadaan atau kondisi kinerja keuangan sebuah credit union.

Penelitian ini dilakukan di tiga buah credit union yang berada di Kabupaten Sintang, Kalimantan barat. Ketiga credit union ini antara lain credit union Lantang Tipo yang beralamat di JL. Pancasila No.04 Pusat Damai, Sanggau, Kalimantan Barat, credit unionBima yang beralamat di JL. Sparman No.07 Sintang, Kalimantan Barat dan credit union Keling Kumang yang beralamat di JL. Sekadau-Sintang Km.27 Sekadau, Kalimantan Barat. Penulis tertarik mengadakan penelitian ditempat ini karena penulis ingin mengetahui tingkat kesehatan ketiga credit union tersebut, sehingga ketiga credit union ini dapat menjaga dan meningkatakan kesehatannya agar dapat bersaing dengan credit union yang lainnya dan dapat terus bertahan dan semakin berkembang.

Berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesehatan dari credit union Lantang Tipo, credit unionBima dan credit union Keling Kumang. Judul penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut “ANALISIS TINGKAT

KESEHATAN KEUANGAN CREDIT UNION” Studi Kasus Pada Credit Union Lantang Tipo, credit union Bima dan credit union Keling Kumang.


(29)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut “ Bagaimana tingkat kesehatan credit union Lantang Tipo, credit unionBima dan credit union Keling Kumang berdasarkan kinerja keuangannya” ?

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi pembahasan hanya pada tingkat kesehatan credit union menggunakan analisis PEARLS yang meliputi aspek protection, effective financial structure, asset quality,rates of return and costs, liquidity and signs of growth, sehingga dari penelitian ini dapat diketahui kondisi kesehatan dari credit union yang akan diteliti.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan dari credit union Lantang Tipo, credit unionBima dan credit union Keling Kumang dan membantu memberikan rekomendasi yang tepat dan sesuai dengan permasalahan kesehatan yang dihadapai credit union tersebut.

E. Manfaat Penelitian

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari berbagai pihak yaitu:


(30)

1. Bagi credit union Lantang Tipo, credit unionBima dan credit union Keling Kumang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pedoman dalam meningkatkan kesehatan credit union di tahun selanjutnya dan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi manajer credit union untuk mengetahui perkembangan dan mengevaluasi kesehatan credit union sehingga dapat terus bertahan serta bersaing dengan credit union yang lainnya.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Universitas Sanata Dharma untuk membangun relasi dengan lembaga non Bank seperti credit union.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana berlatih dan sebagai sarana untuk menerapkan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan serta sebagai sarana dalam mempermudah bagi penulis untuk diterima bekerja di credit union

F. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.


(31)

Bab II: Kajian Pustaka

Bab ini menguraikan teori-teori yang mendukung penelitian yang digunakan sebagai dasar pembahasan maslah, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual penelitian.

Bab III: Metode Penelitian

Bab ini menguraikan jenis penelitian , subjek dan objek penelitian, waktu dan lokasi penelitian, variable penelitian, definiso operasional, populasi dan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab IV: Gambaran umum credit union Lantang Tipo, credit union Bima dan credit union Keling Kumang

Bab ini menguraikan tentang sejarah singkat , struktur organisasi, keanggotaan, produk simpanan anggota, produk pinjaman dan produk sosial.

Bab V: Analisis data dan pembahasan

Bab ini menguraikan hail analisis data dan pembahasan kinereja keuangan credit union Lantang Tipo, credit union Bima dan credit union Keling Kumang ditinjau dari kompenen Protection, Effective financial structure, Asset quality, rates of return and costs, Liquidity dan Sign of growth menurut sistem PEARLS Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.


(32)

Bab VI: Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan

Bab ini menguraikan kesimpulan hasil analisis yang dianggap penting dan berguna bagi credit union Lantang Tipo, credit union Bima dan credit union Keling Kumang.


(33)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Credit Union

1. Pengertian Credit union

Menurut WOCCU (World Council of Credits Union), credit union sebagai “not-for-profit cooperative institutions” (lembaga koperasi yang bukan untuk tujuan mencari keuntungan).

Menurut credit union Sentral of Indonesia (2010:14). credit union adalah badan usaha yang dimiliki oleh sekumpulan orang dalam suatu ikatan pemersatu, yang bersepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama guna dipinjamkan diantara sesama mereka dengan Bungan yang layak serta untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.

Credit union adalah koperasi keuangan yang tidak mencari keuntungan yang kehadirannya bertujuan melayani para anggota yang berada dalam satu ikatan pemersatu (common-bond) seperti wilayah tempat tinggal, profesi, tempat kerja dan lain-lain. Credit union dioperasikan secara demokratis oleh para anggotanya dan diurus oleh para pengurus dengan pengawas yang melayani anggota secara sukarela (voluntarily). Para pengurus dan pengawas yang melayani anggota secara sukarela ini dipilih dari dan oleh anggota pada suatu rapat anggota.


(34)

Credit union adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dibidang simpan pinjam yang memilikidan dikelola oleh anggotanya dan yang bertujuanuntuk mensejahterakan anggotanya sendiri.(Ayub Brombo, Asrori dan Donatianus, 2014:2)

2. Tujuan, Fungsi dan Peran Credit union Credit union mempunyai tiga tujuan yakni:

a. Membimbing dan mengembangkan sikap hemat diantara para anggotanya, sehingga efisien dan efektifitas usaha tercapai. b. Memberikan pinjaman layak, tepat, cepat dan terarah.

c. Mendidik anggota dalam mengguanakan uang secara bijaksana.

Fungsi dan Peran credit union : (Carollina Monica dan Sutarta Edi, 2013:4)

a. Membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomianggota credit union pada khususnya dan masyarakat pada khususnya danmasyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.

b. Berperan aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupanmanusia masyarakat.

c. Memperkokoh perekonomian anggota dan masyarakat sebagai usaha dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian sosial.

3. Prinsip – prinsip Credit union

Menurut WOCCU (World Council of Credit Unions) ada beberapa prinsip-prinsip koperasi diantaranya:


(35)

a. Keanggotan terbuka dan sukarela, bagi semua anggota tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakang sosial, ras, aliran politik, atau penganut agama tertentu.

b. Pengawasan secara demokratis, setiap anggota memiliki hak suara yang sama (satu anggota satu suara) dan berpartisipasi secara aktif dalam membuat keputusan dan kebijakan. Wakil-wakil anggota yang terpilih harus melaksanakan tugas dengan integritas yang tinggi dan bertanggung jawab kepada anggota yang mereka layani. c. Partisispasi ekonomi anggota, angggota berkontribusi secara adil

terhadap modal koperasi dan pegawai secara demokratis modal koperasi tersebut. Koperasi tidak mengejar investasi yang spekulatif demi mendapatkan keuntungan. Laba bersih dari kegiatan koprasi yang dapat digunakan untuk pengembangan koprasi, peningkatan pelayanan kepada anggota sesuai dengan jumlah simpanannya.

d. Otonomi dan independen, koperasi harus otonom, menolong diri sendiri dan dikelola oleh anggota.

e. Pendidikan, pelatihan dan investasi, koperasi memeberikan pendidikan, pelatihan kepada para anggota, pengurus, pengawas, komite, manajer, dan staf sesuai dengan prinsip-prinsip dan manajemen koperasi. Dengan demikian, bisnis koperasi dipastikan akan terus berjalan karena orang-orang yang memahami visi sosial koperasi dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam


(36)

pembangunanya. Untuk alasan tersebut, berbagai informasi juga diberikan kepada anggota, masyarakat umum, terutama kaum muda tentang asal muasal manfaat koperasi.

f. Kerjasama antar koperasi, koperasi harus melayani para anggotanya dengan efektif dan memperkuat gerakan koperasi dengan melakukan kerjasama pada tingkat lokal, nasional, regional dan internasional

g. Kepedulian kepada masyarakat, sementara tetap focus pada kebutuhan anggota, koperasi bekerja demi pembangunan masyarakat secara berkelanjutan melalui berbagai kebijakan yang disahkan oleh rapat anggota.

4. Nilai dan pilar credit union

Menurut nilai-nilai credit union meliputi, 1) Menolong diri sendiri; 2) Memiliki tanggung jawab pribadi; 3) Demokrasi; 4) Persamaan; 5) Keadilan; 6) Swadaya; dan 7) Kesetiakawanan atau Solidaritas.

Selain itucredit union mempunyai tiga pilar utama didalam menjalankan organisasinya, antara lain:

a. Pendidikan, tujuannya agar anggota dapat mengerti peran serta hak dan kewajiban sebagai anggota credit union, agar lebih bijakasana dalam mengatur keuangan keluarga maupun keuangan usaha, mengetahui dan memahami laporan keuangan serta perkembangan credit union. Dalam credit union dikenal motto: dimulai dengan


(37)

pendidikan, berkembang melalui pendidikan dan dikontrol oleh pendidikan.

b. Solidaritas atau kesetiakawanan, karena credit union tidak sekedar menghimpunan simpanan dan memberikan simpanan kepada anggotanya, namun yang paling utama adalah bagaimana setiap anggota credit union memperhatikan kepentingan bersama dari pada kepentingan diri sendiri dan saling melayani, hal ini secara nyata diwujudkan anggota credit union yang menyimpan atau menabung secara teratur, dan mengansur pinjamannya secara tertib sehingga anggota-anggota lain juga memperolah bantuan (pinjaman) bila anda membutuhkan. “Anda Sulit Saya Bantu, Saya Sulit Anda Bantu”.

c. Swadaya, karena credit union sedapat mungkin membiayai diri sendiri. Agar hal tersebut dapat terwujud para anggota harus berusaha agar lembaganya semakin besar dan sehat. Caranya adalah menabung ke credit union secara teratur dan sebanyak-banyaknya serta menghindari agar tidak menabung ke lembaga keuangan lain. Mengapa begitu? Karena credit union adalah milik anggota sendiri, sedangkan di lembaga keuangan lain pemiliknya hanya sebagian orang sedangkan penabung hanya sebagai nasabah.


(38)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, sumber permodalan terdiri dari:

a. Permodalan diri sendiri, yang berasal dari: a) simpanan pokok; b) simpanan wajib; c) dana cadangan; dan d) hibah.

b. Modal pinjaman, yang berasal dari: a) anggota; b) credit union lainnya; c) bank dan lembaga keuangan lainnya; d) penerbit obligasi dan surat utang lainnya; e) sumber lain yang sah.

B. Laporan Keuangan Credit Union

1. Pengertian laporan keuangan Credit union

Laporan keuangan mreupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, di mana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan. (Fahmi, 2010:152)

Laporan Keuangancredit union merupakan informasi bagi anggota khususnya, pihak lain dan masyarakat umumnya, melalui proses pembandingan, evaluasi dan analisasehinggadapatdiprediksi tentang apa yang mungkin terjadi di masa mendatang.

Laporan keuangan credit union terdiri dari lima yaitu (Inkopdit,2010:7) :

a. Neraca, yaitu laporan yang secara sistematis tentang aktiva, hutang dan modal dari credit union;


(39)

b. Perhitungan sisa hasil usaha (SHU), yaitu laporan yang memuat ikhtisar dari pendapatan dan biaya credit union dalam priode waktu tertentu;

c. Laporan perubahan posisi keuangan; d. Catatan atas hasil keuangan;

e. Laporan perubahan kekayaan bersih merupakan laporan keuangan tambahan, yaitu ikhtisar perubahan kekayaan bersih credit union yang terjadi pada priode waktu tertentu.

2. Tujuan laporan keuangan Credit union.

Menurut Sitio dan Tamba (2001:108) tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai utama (pemilik credit union) dan pemakai lainnya (pihak eksternal, seperti Puskopdit dan lain-lain).

Beberapa hal yang dapat diinformasikan oleh laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Manfaat yang diperoleh setelah menjadi anggota credit union: b. Prestasi keuangan credit union selama satu priode;

c. Transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih dalam satu priode dengan pemisah antara yang berkaitan dengan anggota dan bukan anggota;

d. Informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas credit union.


(40)

3. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan credit union.

Laporan keuangan credit union hendaknya diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan yaitu (Inkopdit, 2010:5) :

a. Anggota sebagai pemilik atau pelanggan; b. Pengurus dan pengawas;

c. Pemerintah (Depkop) dan dirjen pajak; d. Pihak lain (Bank lembaga mitra dll); e. Calon anggota dan masyarakat; f. Manajer dan Karyawan;

g. Puskopdit dan Inkopdit.

C. Analisa Laporan Keuangan Credit union

1. Pengertian Analisa Laporan Keuangan credit union

Analisa Laporan Keuangan credit union adalah suatu proses yang penuh pertimbangan dalam membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, tujuan utamanya adalah untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja credit union dimasa yang akan datang.

Analisa Laporan Keuangan adalah aplikasi dari berbagai alat dan teknik analisis pada laporan dan data keuangan untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti dan berguna


(41)

dalam proses pengambilan keputusan. Analisa laporan keuangan mengkonversi data-data menjadi informasi.

2. Fungsi Analisa Laporan Keuangan

Analisa Laporan Keuangan berfungsi sebagai :

a. Sebagai alat saringan (screening) awal dalam memilih alternatif untuk berinvestasi

b. Sebagai alat prediksi (forecasting) mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa yang akan dating

c. Sebagai proses diagnosis terhadap masala-masalah manajemen, operasional atau masalah lainnya (alat evaluasi manajemen)

3. Langkah-langkah Analisis Laporan Keuangan a. Memahami latar belakang data keuangan kopdit

Pemahaman tentang bidang usaha yang dijalankan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh credit union.

b. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh

Trend (kecenderungan) credit union dalam menjalankan usaha, perubahan teknologi, tingkat kepercayaan dan kebutuhan anggota, perubahan posisi manajemen dan juga perubahan faktor ekonomi secara global (faktor eksternal : tingkat bunga, tingkat inflasi) c. Mempelajari dan mereview laporan keuangan

Untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan telah cukup menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan koprasi kredit.


(42)

d. Menganalisis laporan keuangan

Menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat dilakukan analisis laporan keuangan dan menginterprestasikan hasil analisis tersebut.

4. Metode dan Teknik Analisis a. Analisis Horizontal

Membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (priode). Sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya, membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda. Metode ini disebut juga sebagai analisis dinamis, karena metode ini bergerak dari tahun ketahun.

Teknik analisis dalam klasifikasi analisis horizontal : (a) Analisis Trend (index)

(b) Analisis Sumber dan Penggunaan Dana b. Analisis Vertikal

Menganalisis laporan keuangan pada tahun (priode) tertentu, dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk priode yang sama. Metode ini disebut juga analisis statis, karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun yang sama. Teknik analisis dalam laporan vertikal:

(a) Analisis perkomponen (b) Analisis ratio antara lain:


(43)

1) Analisis Likuiditas 2) Analisis Solvabilitas 3) Analisis Rentabilitas 4) Analisis Aktivitas

D. Kinerja Keuangan Credit union

1. Pengertian Kinerja Keuangan Credit union.

Kinerja keuangan credit union merupakan prestasi yang dicapai oleh suatu perusahaan dalam satu kurun waktu tertentu yang dapat mencerminkan tingkat keuangan credit union.

Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu priode waktu. (Fahmi, 2010:2)

Kinerja CU di Indonesia didukung oleh faktor sosial budaya terutama adat lokal. Adat lokal dipakai sebagai pertimbangan dalam perancangan produk-produk simpan-pinjam, pernacangan mekanisme pelayanan, dan aturan-aturan pengelolaan CU. (Kusumajati Titus Odong, 21 mei 2012)

2. Penilaian Kinerja keuangan Credit union.

Sebagai sebuah lembaga keuangan mikro, Credit union harus selalu dapat menjalankan fungsi-fingsinya dengan baik yaitu yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi sebagai perantara, dapat membantu kelancaran lalu


(44)

lintas pembayaran. Hal ini diharapkan untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. Menurut peraturan perundangan tentang koperasi di Indonesia ada ketentuan tentang penilaian kesehatan sebuah koperasi yang mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang pedoman penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi. Mengacu pada peraturan mentri Negara koperasi, usaha kecil dan menengah tersebut, maka syarat sebuah credit union yang sehat harus memenuhi indikator kesehatan yang sudah ditetapkan agar dapat menghasilkan kinerja yang maksimal.

Lembaga keuangan Mikro Non-Bank dengan legalitas badan hukum koperasi, maka dalam penilaian kesehatan mengacu pada peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesi No: 14/Per/MKKM/XII/2009 tentang pedoman penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan unit Simpan Pinjam Koperasi.

Menurut Peraturan Menteri tersebut, penilaian kesehatan LKM (Koprasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koprasi) bertujuan untuk memberikan pedoman kepada pejabat penilai, gerakan koperasi, dan masyarakat agar KSP dan USP koperasi dapat melakukan kegiatan usaha simpan pinjam, berdasarkan prinsip secara profesional, sesuai


(45)

dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, terdapat beberapa aspek untuk penilaian secara umum yaitu ditinjau dari rasio keuangan dari koperasi tersebut.

Setiap aspek tersebut dilakukan pembobotan penilaian sehingga didapatkan predikat tingkat kesehatan LKM (KSP dan USP Koperasi) yang dibagi dalam lima golongan (Parahita, Anggraini Naya dan Ghozali Khakim, 2011:3) yaitu:

a. Sehat dengan skor antara 81 sampai dengan 100, b. Cukup sehat dengan skor antara 61 sampai dengan 80, c. Kurang sehat dengan skor antar 41 sampai dengan 60 d. Tidak sehat dengan skor antara 21 sampai dengan 40, atau e. Sangat tidak sehat dengan skor antara 0 sampai dengan 20

Penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi dilakuakan oleh pejabat penilai kesehatan KSP dan USP Kopersi yang diangkat oleh mentri dan bertugas pada instansi yang membidangi koperasi di tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kota. Pada credit union, pejabat penilai tersebut adalah koperasi sekunder yaitu koprasi yang membawahi koperasi-koperasi primer, koperasi sekunder tersebut adalah Inkopdit (induk koperasi kredit) ataupun ditingkat provinsi yaitu Puskopdit (pusat koperasi kredit).

Untuk mengukur tingkat kinerja keuangan lembaga keuangan, terdapat beberapa metode yang dapat digunaka yaitu CAMEL,Balance scorecard, PEARLS dan lain sebagainya. Dalam penilaian lembaga


(46)

keuangan mikro khususnya yang berbadan hukum koperasi berdasarkan rasio keuangan, LKM tersebut memilki laporan keuangan yang berbeda dengan usaha lainnya. Sehingga dibutuhkan penilaian yang dapat mengevaluasi struktur keuangan neraca dan juga mempertimbangkan tingkat pertumbuhan, karena pada dasarnya koperasi menginginkan pertumbuhan anggota. Pada credit union, modal bukan faktor penentu utama melainkan justru faktor perlindungan terhadap asset dan pertumbuhan dari lembaga yang lebih diutamakan.

Di Indonesia koperasi kredit menggunakan metode PEARLS yang diterapkan oleh WOCCU (World Council of Credit Union) untuk menganalisis tingkat kesehatan credit union di seluruh dunia. Penilaian tingkat kesehatan pada Koperasi sangat bermanfaat untuk memeberikan gambaran mengenai kondisi aktual Koperasi itu sendiri kepada pihak-pihak yang berkepentingan terutama bagi nasabah dan pengelola. (Manulu Sahala, Octavianus Rony dan Sulistyani, 2014:4-6)

Oleh karena itu, penilaian tingkat kinerja keuangan credit union cocok mengguankan metode PEARLS yang diciptakan bukan hanya sebagai alat pengawas namun juga sebagai alat manajemen. (Parahita, Anggraini Naya dan Ghozali Khakim, 2011:3)


(47)

E. Sistem PEARLS

1. Pengertian sistem PEARLS

Menurut Richardson (2011:166) PEARLSadalah suatu sistem monitoring kinerja keuangan yang dirancang guna memandu manajemen credit union dalam mengelola keuangannya dan digunakan untuk menilai tingkat kesehatan yang dikembangkan oleh WOCCU(World Council of Credit Union). PEARLS singkatan dari: protection (perlindungan), effective financial structure (struktur keuangan yang efektif), asset quality (kualitas aset), rates of return and cost (tingkat pendapatan dan biaya), liqudity (likuiditas), signs of growth (tanda-tanda pertumbuhan).

Ada 4 kegunaan PEARLS(Parahita, Anggraini Naya dan Ghozali Khakim, 2011:3) yaitu :

a. Sebagai alat untuk memantau Credit union

Kekuatan dan kelemahan credit union dapat segera diketahui dengan menggunakan PEARLS, dengan demikian PEARLS dapat digunakan sebagai suatu peringatan dini.

b. Menstandarkan Rasio dan Rumus

Dengan rasio dan standar rasio maka dapat mengurangi perbedaan persepsi di kalangan aktivis credit union. Adanya kesepahaman dalam mengukur tingkat kesehatan credit union. c. Dapat digunakan untuk meranking suatu credit union


(48)

Dengan menggunakan PEARLS, maka ketika melakukan ranking tidak terjadi banyak salah paham. Perankingan dapat dilakukan secara objektif karena dalam PEARLS tidak ada indikator kualitatif dan subjektif.

d. Sebagai alat pengawasan.

Sistem PEARLS menyediakan kerangka sistem pengawasan suatu credit union, dengan melakukan analisi rasio semua area kunci PEARLS secara bulanan atau kuartalan, maka pengawasan dapat menyimpulkan tingkat kesehatan suatu credit union. Jika ditemukan kesalahan maka pengawas dengan mudah dapat melakukan perbaikan.

2. Komponen dan rumus dalam sistem PEARLS

Dalam sistem PEARLS terdapat enam komponen penting penilaian kinerja credit union, yaitu: protection (perlindungan),effective financial structure (struktur keuangan yang efektif), asset quality (kualitas aset), rates of return and cost (tingkat pendapatan dan biaya), liqudity (likuiditas), signs of growth (tanda-tanda pertumbuhan) dan terdapat pula bobot pemberian penilaian pada masing-masing indikator. Pemberian bobot nilai pada masing-masing indikator akan membantu dalam menunjukan koperasi kredit yang unggul pada masing-masing variabel PEARLS. Keunggulan koperasi kredit pada masing-masing variabel PEARLS akan saling membantu dalam


(49)

perbaikan kinerja keuangan koperasi kredit lainnya. (Manulu Suhala, Octavianus Rony dan Sulistyani Ninik, 2014:4)

Secara keseluruhan terdapat 44 indikator dari sistem PEARLS, namun yang diterapkan di Asia hanya13 indikator setelah diseleksi secara seksama oleh tim dari ACCU yang disesuaikan dengan konteks Asia. Ke 13 indikator PEARLS yang ditepakan oleh credit union di Asia adalah sebagai berikut: (Munaldus, Yuspita dan Herlina 2011:166):

a. Protection (P)

Mutlak bagi credit union agar melindungi secara sungguh-sungguh aset-asetnya. Perlindungan diukur dengan: 1) membandingkan antara total penyisihan dana cadangan untuk menutup kerugian atas piutang lalai; dan 2) membandingkan antara total penyisishan terhadap total kerugian terhadap total kerugian investasi bebas (non-regulated investement). Penyisihan dana ini biasa disebut dana cadangan risiko yang dialokasikan secara tahunan dan provisi kredit lalai yang dialokasikan setiap bulan. Perlindungan terhadap kerugian atas piutang dianggap ideal jika credit union mampu menyisihkan dana cadangan risiko dan provisi kredit lalai sama besarnya dengan total piutang lalai atas 12 bulan dan ditambah dengan tersedia dana cadangan risiko dan provisi kredit lalai yang mampu menutup 35% dari total piutang lalai 1-12


(50)

bulan. Yang di maksud dengan piutang adalah pinjaman yang sedang beredar ditangan peminjam.

Pada kenyataan. Sebagaian besar credit uniom tidak mampu mengenal kerugian karena kredit lalai ini, apalagi melakukan Charge-offatasnya. Tanpa melakukan Charge-off atas kredit macet yang sudah tidak memberikan pendapatan merupakan tindakan penyelewengan terhadap prinsip-prinsip safety dan soundness. SHU bersih yang dilaporkan sesungguhnya tidak rill (overstated), nilai aset terinflasi (inflated), provisi kredit lalai tidak memadai, dan simpanan para anggota tidak terlindungi.

Rumus dari Protection (P) :

Indikator ini mengukur kecukupan dana cadangan risiko dan provisi kredit lalai.

1) Ketersediaan dana cadangan resiko dan provisi pinjaman lalai/ total pinjaman macet > 12 bulan (P1)

Tujuan : Mengukur ketersediaan dana cadangan risiko dan provisi pinjaman lalai yang digunakan untuk menutup total pinjaman macet > 12 bulan.

Rumus : P1 x 100%

Goal : 100% (ideal jika a = b)

Sasaran : Dana cadangan risiko dapat menutup 100% total pinjaman lalai. Ini berarti setiap satu rupiah total pinjaman lalai dijamin oleh dana cadangan risiko minimal sebesar 1,00 rupiah.


(51)

Keterangan :

a. = Dana cadangan risiko + provisi pinjaman lalai (lihat di pasiva)

b. = Total pinajamn lalai > 12 bulan

2) Ketersediaan dana cadangan risiko dan provisi pinjaman lalai bersih atau total pinjaman lalai 1-12 bulan (P2)

Tujuan : Mengukur ketersediaan dana cadangan risiko dan provisi pinjaman lalai bersih (di luar dana cadangan risiko untuk P1) untuk melindungi pinjaman lalai 1-12 bulan.

Rumus :

Goal : 35% (a > b)

Sasaran : Dana cadangan risiko yang tersisa (setelah dikurangkan untuk menutupi pinjaman lalai diatas 12 bulan) dapat menutupi 35% dari total pinjaman lalai dari 1 hingga 12 bulan. Ini berarti setiap satu rupiah total pinjaman lalai hingga 12 bulan dijamin oleh dana cadangan risiko minimal sebesar 0,35 rupiah.

Keterangan :

a. = Total dana cadangan risiko dan provisi diluar untuki P1 b. = Total pinjaman lalai 1 – 12 bulan

b. Effective financial structure (E)

Merupaka faktor penting dalam menetukan potensi pertumbuhan, kemampuan memperoleh pendapatan, dan kekuatan


(52)

keuangan menyeluruh. E ini mengukur aset, labilitas (utang) dan modal. E juga menunjukan apakah struktur keuangannya ideal (sehat) atau tidak.

1) Aset

(a) 95% aset produktif terdiri atas piutang (pinjaman beredar), yaitu berkisar pada rentangan 70%-80% dari total aset; dan investasi likuid (tersedianya dana segar), yang berkisar pada rentangan 10%-20% dari total aset.

(b) 5% aset-aset yang tidak produktif terutama berupa aset-aset tetap (seperti tanah, gedung, perlengkapan, biaya dibayar dimuka dll).

Credit union didorong untuk memaksimalkan aset-aset produktif sebagai cara untuk memperoleh pendapatan yang memadai. pinjaman beredar atau piutang biasa disebut portofolio pinjaman (loan portofolio). Karena portofolio pinjaman adalah aset credit union yang paling menguntungkan, maka WOCCU merekomendasikan agar selalu berada pada 70%-80% dari total aset.

Jika portofolio pinjam dibawah 70% dari total aset, maka investasi likuid akan tinggi. Kondisi ini tidak diharapkan, karena pendapatan dari investasi likuid seperti bunga tabungan di bank tidak sebesar pendapatan dari investasi pada portofolio pinjaman. Sebaliknya, jika


(53)

portofolio pinjaman diatas 80%, maka credit union tidak likuid, karena kekurangan dana segar untuk keperluan penarikan simpanan, pencairan kredit, atau keperluan lainnya. Situasi yang seperti ini juga akan membahayakan credit union.

Aset tidak produktif atau yang disebut dengan aset-aset tidak menghasilkan tidak boleh diatas 5% dari total aset credit union. Sekali credit union berbelanja aset-aset tetap (misal membeli tanah, membangun kantor, atau membeli kendaraan), tidak mudah menjual aset tersebut untuk mendapatkan dana segar.

2) Liabilitas (L)

(a) 70-80% dari total utang

Untuk mengetahui aset credit union, bisa dilihat dikolom aktiva pada laporan keuangancredit union. Sedangkan untuk mengetahui liabilitas (utang) pada kolom pasiva. Rasio simpanan non-saham yang ideal berkisar pada 70-80% dari total aset credit union. Jika keadaan ideal ini dapat dicapai maka menunjukan bahwa credit union sudah mampu mengembangkan program pemasaran secara efektif. Rasio ini juga menjukan bahwa semangat anggota menabung di credit union tinggi.


(54)

(b) Modal

1. Modal saham (simapanan pokok + simpanan wajib) yang dianggap ideal apabila berada pada 10-20% dari total aset.

2. Modal lembaga (dana cadangan umum, dana cadangan risiko, donasi, SHU tak terbagi, dan SHU tahun berjalan yang dialokasikan untuk dana cadangan) yang dianggap ideal apabila berada minimal 10% dari total aset.

Dengan sistem permodalan yang baru, saham-saham anggota tidak lagi utama dan diganti dengan modal lembaga. Jadi konsentrasi creditunion adalah membangun modal lembaga. Modal lembaga menjadi ukuran ketahanan credit union terhadap goncangan. Ketersediaan modal lembaga yang memadai (minimal 10% dari modal aset) bertujuan:

1. Untuk mendanai (berfungsi sebagai pengganti) aset-aset yang tidak menghasilkan (tanah, gedung, perlengkapan, biaya dibayar dimuka, kas).

Jika modal lembaga tidak memadai, maka untuk mendanai aset-aset yang tidak menghasilkan terpaksa mengambil dari simpanan anggota. Padahal simpanan anggota adalah dana mahal yang tiap


(55)

bulan harus diberi balas jasa. Contoh, jika rasio modal lembaga 3%, sedangkan rasio aset-aset yang tidak menghasilkan 5%, itu atinya ada selisih sebesar 2%. Kekurangan 2% ini pasti diambil dari simpanan anggota.

2. Meningkatkan pendapatan

Modal lembaga bermanfaat dalam meningkatkan pendapatan karena tidak diberikan balas jasa. Modal lembaga ini sesungguhnya juga diputar, setidaknya dalam bentuk investasi likuid. Investasi likuid artinya uang credit union yang disimpan atau diinvestasikan di lembaga keuangan lain. Memahami arus kas sangat penting untuk memahami konsep ini,

3. Menutup berbagai kerugian

Sebagai upaya akhir, modal lembaga digunakan untuk menutup berbagai kerugian kredit dan / kerugian operasional. Di banyak negara ada ketentuan yang mengatur bahwa penggunaan modal lembaga untuk menutup kerugian kredit harus mendapat persetujuan rapat anggota. Namun hal demikian jangan sampai terlalu sering karena menggangu aliran kas credit union.


(56)

Rumus Effective Financial Structure (E):

Indikator ini mengukur perbandingan komposisi dari nomor-nomor perkiraan yang paling penting pada neraca keuangan. Struktur keuangan yang efektif perlu untuk mencapai tingkat aman (safety), kesehatan (soundness), dan keuntungan (profitability), sementara pada saat yang sama credit union mempromosikan diri agar mampu mencapai pertumbuhan nyata yang agresif.

Aset-aset yang menghasilkan : a. Rasio piutang yang beredar (E1)

Tujuan : mengukur presentase piutang pada total aktiva.

Rumus : E1 %

Keterangan: a = Total pinjaman yang beredar (piutang)

b = Dana cadangan risiko dan provisi pinjaman lalai c = Total aset

Goal :70-80%

Sasaran : antara 70% hingga 80% aktiva diinvestasikan dalam portofolio pinjaman. Ini berarti setiap satu rupiah total aktiva terdapat 0,70 hingga 0,80 rupiah total piutang beredar. Liabilities (Utang):

b. Rasio simpanan non-saham (E5)

Tujuan : mengukur presentase total aktiva yang didanai dengan simpanan non-saham.


(57)

Keterangan: a = Total simpanan non-saham b = Total aset

Goal :70-80%.

Sasaran : antara 70% hingga 80% total aktiva didanai dari simpanan non saham. Ini berarti setiap satu rupiah total aktiva didanai oleh 0,70 hingga 0,80 rupiah simpanan non saham. c. Rasio pinjaman dari luar (E6)

Tujuan : Mengukur presentase total aktiva yang didanai dengan pinjaman dari luar (hutang dengan instasi lain diluar credit union)

Rumus : E6 %

Keterangan: a = Total kewajiban pinjaman jangka pendek b = Total kewajiban pinjaman jangka panjang c = Total aset

Goal : maksimum 5%

Sasaran : maksimum 5% total aktiva didanai dari pinjaman luar. Ini berarti setiap satu rupiah total aktiva didanai dari maksimal 0,05 rupiah pinjaman luar.

Modal :

d. Rasio modal lembaga (E9)

Tujuan : Mengukur presentase total aktiva yang didanai dengan modal lembaga (dana cadangan, dana risiko, hibah, SHU ditahan, SHU tahun berjalan)


(58)

Rumus : E8

Keterangan: a = Modal lembaga b = Dana cadangan risiko

c = Total pinjaman lalai diatas 12 bulan d = Total pinjaman lalai 1-12 bulan e = Aset-aset yang bermasalah f = Total aset

Goal : sama dengan E8 (≥10%)

Sasaran : maksimum 10% total aktiva didanai oleh modal lembaga. Ini artinya satu rupiah total aktiva didanai maksimal 0,1 rupiah modal lembaga.

c. Asset Quality (A)

Aset-aset yang tidak produktif adalah aset yang tidak meningkatkan pendapatan. Apabila rasionya di atas 5% dari total aset, maka dampak negatifnya akan sangat dirasakan. PEARLS digunakan untuk mengidentifikasi dampak dari aset-aset yang tidak menghasilkan ini, berupa:

1) Rasio kelalaian pinjaman

Rasio kelalaian pinjaman merupakan ukuran penting untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan credit union. Jika rasio kelalaian pinjaman tinggi (di atas 5% dari total piutang), rasio ini akan berpengaruh pada indikator-indikator lainnya. Bahkan pertanda bahwa credit union akan mengalami krisis


(59)

maka untuk menanggulanginya harus memperbaiki kualitas pelayanan pinjaman.

2) Presentase aset yang tidak menghasilkan

Makin tinggi rasio aset-aset yang tidak menghasilkan, makin sulit credit union untuk meningkatkan pendapatannya karena aset-aset yang sudah berubah bentuk menjadi tanah, gedung, kendaraan, perlengkapan idealnya rasio aset-aset yang tidak menghasilkan paling tinggi 5% dari total aset credit union. Rasio aset-aset yang tidak menghasilkan ini akan turun apabila banyak anggota baru yang menabung.

3) Mendanai aset-aset yang tidak menghasilkan

WOCCU menuntut agar 100% dari aset-aset yang tidak menghasilkan atau aset-aset tetap didanai dari modal lembaga.

Rumus Asset quality (A) :

Indikator A mengukur presentase aset-aset yang tidak menghasilkan berdampak negatif terhadap perolehan keuntungan dan solvency (ketahanan). E terdiri atas pinjaman lalai (delinquency), aset-aset yang tidak menghasilkan dan pendananaan aset-aset yang tidak menghasilkan.

1) Total pinjaman lalai/ Total piutang (A1)

Tujuan: mengukur presentase total pinjaman lalai di portofolio pinjaman, menggunakan kriteria saldo pinjaman yang lalai


(60)

bukan menggunakan akumulasi angsuran pokok yang tertunggak.

Hitungan :

A = total saldo pinjaman lalai yang dicatat di pasiva, tidak termasuk pinjaman lalai yang sudah di charge-off yang masih dalam masa penagihan.

B = Total pinjaman beredar Rumus : A1

Goal : kurang dari atau sama dengan 5% total pinjaman beredar

Sasaran : kurang dari atau sama dengan 5% total pinjaman beredar dapat menutup presentase total pinjaman lalai di portofolio pinjaman. Ini artinya setiap satu rupiah pinjaman beredar dapat menutupi 0,5 rupiah pinjaman lalai portofolio. 2) Aset-aset yang tidak menghasilkan/ Total aset (A2)

Tujuan : Mengukur persentase total aset yang tidak menghasilkan pendapatan.

Yang termasuk aset-aset yang tidak menghasilkan, contoh: uang tunai di kas / brankas, cash-bond,material, biaya dibayar dimuka, persediaan, aset-aset tetap (tanah, gedung, kendaraan,perlengkapan), aktiva dalam penyelesaian, aset bermasalah.


(61)

A = Total aset yang tidak menghasilkan

B = Total aset

Rumus : A2

Goal : kurang dari atau sama dengan 5%

Sasaran : kurang dari atau smaa dengan 5% dari total aset adalah totalal aset yang tidak menghasilkan. Ini artinya satu rupiah dari total aset terdapat 0,5 rupiah total asset yang tidak menghasilkan.

d. Rates of Return and Cost (R)

Sistem PEARLS dapat mengetahui semua komponen penting yang berkontribusi terhadap besarnya keuntungan bersih (net earning) atau selisih hasil usaha. Tujuannya adalah membantu pihak manajemen menghitung hasil investasi dan menilai biaya-biaya operasional. Ada 4 area utama investasi, yiatu:

1) Portofolio pinjaman

Total pendapatan dari bunga pinjaman, pendapatan dari benda, dan pendapatan dari jasa pelayanan dibagi dengan total piutang (pinjaman beredar).

2) Investasi likuid

Semua pendapatan dari bunga tabungan di bank dan cadangan likuiditas yang disimpan dipusat koprasi kredit


(62)

dibagi dengan total dana yang di investasikan ditempat tersebut.

3) Investasi keuangan

Banyak credit union menginvestasikan dana likuidnya dalam investasi keuangan (seperti disekuritas pemerintah) yang menghasilkan pendapatan lebih tinggi dari pada jika di investasikan di bank. Pendapatan dari investasi seperti ini dibagi dalam total investasi jenis lain.

4) Investasi non-keuangan lainnya

Setiap investasi yang tidak temasuk dalam kategori a-c di atas. Di klasifikasikan sebagai investasi di bukan lembaga keuangan. Di beberapa credit union, ada investasi di supermarket, farmasi, sekolah dan proyek-proyek perumahan. Semua pendapatan dari investasi sejenis ini di bagi dengan total investasi di sektor ini.

Biaya operasional juga penting di ukur, biaya operasional dibagi menjadi tiga kelompok:

a. Biaya intermediasi keuangan

Meliputi biaya untuk membayar balas jasa simpanan saham dan non-saham, simpanan unggulan dan bunga pinjaman dari puskopdit. Tidak seperti yang terjadi di bank komersial yang meminimalkan biaya modal, credit union berusaha semaksimal mungkin memberikan balas


(63)

jasa simpanan anggota tanpa mengabaikan stabilitas lembaga.

b. Biaya administrasi

Area kritis lain yang memerlukan analisis mendalam adalah biaya administrasi, banyak credit union bersaing ketat dengan bank dalam hal besarnya tingkat bunga simpan dan bunga pinjaman. Tetapi biaya administrasi perunitnya jauh lebih tinggi, mengapa? Karena ukuran pinjamannya kecil. Biaya administrasi tetap (fixed administrative expenses) tidak dapat di sebarkan ke jumlah pinjaman yang lebih besar. Contoh biaya tetap untuk menangani pinajaman Rp. 10.000.000 hampir sama dengan pinjaman Rp. 100.000.000. Biaya administrasi yang tinggi merupakan salah satu alasan penting mengapa banyak credit union gagal memperoleh keuntungan. Target “ideal” yang direkomendasikan oleh sistem PEARLS adalah menjaga biaya administrasi sebesar 5% dari rata-rata aset.

c. Biaya provisi pinjaman lalai atau macet (Provisions for loan loses)

Jenis biaya terakhir yang dievaluasi oleh PEARLS adalah biaya provisi pinjaman lalai atau macet. Standar akuntansi tradisional biasanya memasukan provisi


(64)

kerugian atas pinjaman sebagai bagian dari biaya administrasi secara keseluruhan. Dalam kenyataannya, pengalokasioan provisi yang memadai menunjukan suatu tipe pengeluaran yang sama sekali berbeda. Ini terkait langsung dengan analisis kredit yang benar dan teknik pengembalian pinjaman yang efektif. Dengan memisahkan pengeluaran provisi ini dari biaya administrasi, maka ada gambaran yang lebih jelas tentang titik lemah administrasi kredit credit union. Rumus Rates of return and cost (R) :

Indikator ini mengukur pendapatan perolehan rata-rata untuk setiap aset yang paling produktif yang tercantum pada neraca. Disamping itu, R mengukur biaya rata-rata untuk setiap utang dan modal yang paling penting. Hasilnya merupakam perolehan investasi rata-rata dan bukan hasil “spread analysis” khusus yang digambarkan berdasarkan pada basis rata-rata aset. Hasil yang berkaitan menunjukan apakah credit union memperoloeh pendapatan dan mampu membayar sesuai tingkat bunga pasar atas aset, utang dan modal.

1) Biaya keuangan : Simpanan saham anggota/ Rata-rata simpanan saham (R7)

Tujuan: mengukur pendapatan (biaya) atas simpanan saham anggota.


(65)

Hitungan :

a = Total deviden (BJS) yang dibayarkan pada simpanan saham anggota.

b = Total premi asuransi yang dibayarkan atas simpanan saham anggota.

c = Total pajak yang dibayarkan oleh credit union.

d= Total simpanan saham anggota sampai akhir tahun berjalan.

e = Total simpanan anggota sampai akhir tahun lalu. Rumus : R7

Goal : sama atau lebih besar dari R5 (> inflasi) 2) Biaya Operasional/ Rata-rata aset (R9)

Tujuan mengukur biaya yang terkait dengan manajemen dari semua aset credit union. Biaya ini diukur sebagai presentase total aset dan menunjukan derajat efisiensi operasional atau ketidak efisiensian operasional.

Hitungan :

a = Total biaya operasional (diluar provisi untuk pinjaman lalai)

b = Total aset sampai akhir tahun ini c = Total aset sampai akhir tahun lalu Rumus : R9 ×100%


(66)

Goal : 5%

Sasaran : Persentase perbandingan biaya operasional dengan rata-rata total aktiva harus dibawah 5%. Ini berarti setiap satu rupiah total aktiva terdapat biaya operasional maksimal sebesar 0,05 rupiah.

d. Liquidity (L)

Manajemen likuiditas yang baik menjadi suatu keterampilan penting karena credit union menjalankan struktur keuangan dari simpanan saham menjadi simpanan non-saham yang bisa bergerak cepat. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah model tradisional, simpanan saham anggota tidak likuid dan sebagian besar pinjaman pada pihak luar dapat dikembalikan dalam priode yang lama, sehingga terjadi sedikit intsentif untuk menjaga cadangan likuiditas. Likuiditas dulunya dipandang berdasarkan ketersediaan uang tunai untuk di pinjam anggota. Dengan memperkenalkan penekanan pada simpanan non-saham yang dapat ditarik sewaktu-waktu, konsep likuiditas jelas berubah. Sekarang likuiditas merajuk pada uang tunai yang selalu harus tersedia untuk penarikan simpanan maupun pencairan pinjaman. Ini merupakan variabel yang tidak mudah dikontrol oleh credit union.


(67)

Menjaga cadangan likuiditas yang cukup merupakan modal utama dalam manajemen keuangan yang sehat. Sistem PEARLS menganalisis likuiditas dari dua perspektif:

a. Total cadangan likuiditas

Indikator ini mengukur presentase simapanan non-saham yang di investasikan sebagai aset likuid baik di bank maupun di Pusat Koprasi Kredit. Target yang ideal di jaga pada minimum 15% setelah membayar semua kewajiban jangka pendek (30 hari atau kurang)

b. Dana likuid yang menganggur

Cadangan likuid itu penting, tetapi cadangan likuid ini juga menjadi opportunity cost yang hilang. Dan dana-dana yang disimpan di bank atau investasi berpendapatan rendah tidak sebanding dengan biaya membeli dana tersebut. Ada kemungkinan dana tersebut dari sumber yang mahal. Oleh sebab itu, penting menjaga idle money sekecil mungkin. Rumus Liquidity (L) :

Indikator ini menunjukan apakah credit union dapat secara efektif menangani uang tunainya sehingga credit union selalu memiliki uang yang cukup mana kala secara tiba-tiba para anggota menarik simpanannya. Dengan kata lain cadangan likuiditas selalu kuat. Disamping itu, uang menganggur (idle) juga diukur untuk memastikan bahwa aset-aset yang tidak


(68)

menghasilkan jangan sampai mengurangi pendapatan credit union.

a. Investasi likuid + aset likuid – kewajiban jangka pendek / simpanan non-saham (L1)

Tujuan : mengukur kesehatan cadangan kas likuid untuk memenuhi tarikan simpanan, setelah membayar semua kewajiban jangka pendek < 30 hari ( masuk dalam non-interest bearing liabilities)

Hitungan :

a = Total investasi likuid yang menghasilkan b = Total aset likuid yang tidak menghasilkan

c = Total kewajiban jangka pendek < 30 hari (non-interest bearing liabilities)

d = Total simpanan non-saham Rumus : L1

Goal : minimal 15%

Sasaran : Terdapat cadangan kas likuid untuk memenuhi penarikan simpanan minimal 15% dari jumlah simpanan non saham. Ini berarti setiap satu rupiah simpanan non saham diperlukan cadangan likuiditas minimal 0,15 rupiah.


(69)

Cara paling bagus menjaga nilai aset adalah melalui pertumbuhan aset yang kuat dan cepat dengan tetap menjaga tingkat keuntunganh yang memadai. Melihat pertumbuhan aset saja tidaklah cukup. Keuntungan dari sistem PEARLS adalah mengaitkan pertumbuhan dengan perolehan keuntungan juga dengan area kunci lain dengan menilai kekuatan sistem secara keseluruhan pertumbuhan diukur dalam 5 area kunci :

1) Total aset

Pertumbuhan total aset adalah salah satu rasio yang penting. Banyak rumus yang digunakan dalam rasio PEARLS memasukkan total aset sebagai faktor pembagi. Pertumbuhan aset yang kuat dan konsisten menyempurnakan rasio-rasio PEARLS. Dengan membandingkan pertumbuhan berdasarkan total aset terhadap area kunci lainnya, mudah mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur neraca yang mungkin akan berdampak positif atau negatif terhadap perolehan pendapatan. Idealnya semua credit union mencapai pertumbuhan positif nyata (misalnya, pertumbuhan bersih setelah mengurangkannya dengan tingkat inflasi) setiap tahun.


(70)

Portofolio pinjaman (pinjaman beredar) merupakan aset credit union yang penting dan menguntungkan. Jika pertumbuhan total pinjaman sebanding dengan pertumbuhan total aset, maka tingkat keuntungan yang diperoleh dapat dijaga. Sebaliknya, apabila tingkat pertumbuhan pinjaman menurun maka, tingkat pendapatan juga menurun.

3) Simpanan non-saham (saving deposit)

Dengan pendekatan baru pada penekanan mobilisasi simpanan, simpanan non-saham merupakan tulang punggung pertumbuhan. Pertumbuhan total aset bergantung pada pertumbuhan simpanan. Program pemasaran produk simpanan yang andal akan meningkatkan jumlah simpanan anggota. Akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan area-area kunci yang lain.

4) Simpanan saham

Meskipun simpanan saham anggota tidak lagi menjadi penekan, beberapa credit union masih menjaga ketergantungan pada pertumbuhan simpanan saham. Jika laju pertumbuhan saham berlebihan, ini menjadi pertanda bahwa ketidakmampuan credit union menerapkan sistem baru dalam mempromosikan simpanan selain simpanan saham.


(71)

5) Modal lembaga

Pertumbuhan modal lembaga merupakan indikator terbaik bagi perolehan keuntungan. pertumbuhan modal lembaga yang statis atau menurun biasanya menunjukan adanya masalah dengan perolehan pendapatan. Jika perolehan pendapatan rendah, credit union akan menghadapi masalah besar dalam meningkatkan modal lembaga. Salah satu tanda penting bahwa credit union itu sehat atau tidak adalah pertumbuhan modal lembaga yang biasanya lebih tinggi daripada pertumbuhan total aset.

Rumus Sign of growth (S) :

Indikator ini mengukur persentase pertumbuhan disetiap nomor perkiraan yang paling pentingdi laporan keuangan, juga pertumbuhan anggota. Dalam kondisi ekonomi dengan inflasi tinggi, pertumbuhan nyata (setelah dikurangkan dengan inflasi), merupakan kunci ketahanan jangka panjang credit union.

1) Pertumbuhan anggota (S10)

Tujuan : mengukur pertumbuhan anggota credit union tahun berjalan.

Hitungan :

a = Jumlah anggota terakhir


(72)

Rumus : S10 atau S10

Goal : > 12%

Sasaran : Diharapkan tingkat pertumbuhan jumlah anggota pertahun lebih besar dari 12%.

2) Pertumbuhan total aset (S11)

Tujuan : mengukur totalaset tahun berjalan Hitungan :

a = Total aset tahun berjalan

b = Total aset sampai akhit tahun lalu

Rumus : S11 × 100% atau S11

Goal : diatas tingkat inflasi.

Sasaran : Tingkat pertumbuhan total aktiva diharapkan di atas tingkat inflasi.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan landasan adalah penelitian yang dilakukan oleh Vincentius Indra Setiawan (2013) yang berjudul “ Penilaian Kinerja Keuangan Lembaga Keuangan Mikro Melalui analisi Laporan Keuangan ; Sudi kasus pada credit union Pundi Arta Sedayu, Bantul, Yogyakarta” penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan credit union Pundi Arta Sedayu yang ditinjau dari


(73)

asepek protection (perlindungan), effective financial structure(struktur keuangan yang efektif), asset quality (kualitas asset), rates of return and cost (tingkat pendapatan dan biaya), liqudity (likuiditas), signs of growth (tanda-tanda pertumbuhan) pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

Penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan Raharjo (2011) yang berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam ; studi kasus pada Koperasi Kredit Harapan Bahagia, Jakarta pusat” jang bertujaun untuk mengetahui tingkat kesehatan koprasi kredit harapan bahagia pada tahun 2007-2010. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi teknik analisis data yang dilakukan dengan membandingkan antara hasil perhitungan aspek penelitian kesehatan koperasi dengan peraturan Mentri usaha Koperasi dan Usaha Kecil danb Menengah Republik Indonesia No. 14/Per/M KUKM/XII/2009 yang terdiri: 1) dari aspek permodalan (rasio modal sendiri terhadap total asset, rasio modal sendiri terhadap pinjaman berisiko dan risiko kecukupan modal sendiri); 2) aspek kualitas aktiva produktif ( rasio volume pinjaman terhadap pinjaman diberikan, rasio volume pinjaman bermasalah terhadap pinjaman bermasalah, rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah dan rasio pinjaman berisiko terhadap pinjaman yang diberikan); 3) aspek manajemen (manajemen umum, kelembagaan, manajemen permodalan, manajemen aktiva dan manajemen likuiditas); 4) aspek efisiensi (rasio beban operasi terhadap partisipasi bruto, rasio beban usaha tehadap SHU kotor, dan


(74)

rasio efisiensi pelayanan); 5) aspek likuiditas ( rasio kas dan rasio pinjaman deberikan terhadap dana diterima); 6) aspekn kemandirian dan pertumbuhan (rasio rentabilitas asset, rasio rentabilitas modal sendiri, dan rtasio kemanfdirian operasional pelayanan) serta 7) aspek jati diri koperasi (rasio partisipasi bruto dan rasio promosi ekonomi anggota), berdasarkan anlisis data dapat disimpulakan bahwa tahun 2007, 2008.2009 dan 2010 koperasi Kredit Harapan Bahagia menunjukan skor tingkat kesehatan sebesar 82,15 (sehat), 72,72 (cukup sehat), 78,25 (cukup sehat), 73,95 (cukup sehat).

Dari penelitian-penelitian tersebut apabila dibandingkan dengan apa yang penulis teliti sekarang, memiliki beberapa persamaan dan juga perbedaan. Persamaannya adalah sistem yang digunakan untuk meneliti keuangan yaitu sistem PEARLS (protection, effective financial structure, asset quality, rates of return and cost, liquidity dan signs of growth), perbedaannya adalah waktu dan tempat penelitian berbeda dengan penelitian –penelitian sebelumnya serta dalam penelitian ini penulis hanya berfokus pada asset quality nya saja dari ketiga credit union yang diteliti.


(75)

G. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar II.1: Kerangka Konseptual Pemikiran

Keterangan :

Dari gambar kerangka konseptual diatas dapat diuraikan sebagai berikut berikut : secara umum laporan credit union adalah neraca dan perhitungan sisa hasil usaha. Dimana neraca terdiri dari aktiva dan pasiva, sedangkan perhitungan sisa hasil usaha terdiri dari pendapatan dan beban credit union dalam usaha operasional maupun diluar operasionalnya. Dari kedua Effective financial structure

Asset Quality

Rates of return and cost

liqudity

Sign of Growth Protection

Credit Union

Laporan Keuangan Credit Union

Kinerja Keuangan Credit Union

Sistem PEARLS


(76)

laporan keuangan tersebut akan dianalisis dengan menggunakan rasio-rasio sistem PEARLS yang terdiri dari kompenen protection, effective financial structure, asset quality, rates of return and costs, liqudity, dan sign of growth. Hasil dari analisis tersebut kemudian akan digunakan untuk menilai kinerja keuangan credit union.


(1)

203

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

204

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

205

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

206

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

207

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

208

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI