9
kelebihannya ditampung dalam suatu sistem pembuangan didalam petak tersier.
4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang
kelebihan air irigasi ke sungai atau saluran-saluran alamiah lainnya.
2.3. Daerah Aliran Sungai DAS
Daerah Aliran Sungai merupakan daerah yang dibatasi punggung- punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai- sungai kecil ke sungai utama Asdak,1995. Karena Daerah Aliran
SungaiDASdianggap sebagai suatu sistem, dalam pengembangannya Daerah Aliran Sungai DAS harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan
memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan
Daerah Aliran SungaiDAS akan menciptakan ciri–ciri yang baik sebagai berikut: Agus,dkk, 2007
1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan
harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat mendukung kehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannya.
2. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh Daerah Aliran
Sungai DAS. 3.
Dapat menjamin kelestarian sumber daya air. Salah satu fungsi utama dari Daerah Aliran Sungai DAS adalah sebagai
pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di
10
daerah hilir. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada DAS yang akan lebih dirasakan oleh petani di
daerah hilir.
2.4. Bangunan Irigasi
Bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air. Dalam Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP.01
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan tahun 1986 jenis bangunan irigasi adalah bangunan utama, bangunan pembawa, bangunan bagi dan
sadap, bangunan pengukur dan pengatur, bangunan pengatur muka air, bangunan pembuang dan penguras, bangunan pelengkap, serta bangunan lindung.
2.4.1. Bangunan Utama
Bangunan utama merupakan penyadap dari sumber air yang kemudian akan dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang akan dilayani. Menurut sumber
airnya bangunan utama diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu : 1.
Bendung Bendung adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai yang sengaja
dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Dengan menaikkan muka air sesuai elevasi yang telah direncanakan maka air akan
dialirkan secara gravitasi ke daerah yang akan dilayanidaerah yang memerlukan air. ada beberapa jenis bendung yang diantaranya :
a. Bendung tetap weir
b. Bendung gerak barrage
c. Bendung karet inflamle weir
11
Pada umumnya bangunan bendung biasanya dilengkap dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas, kantong
lumpur dan tanggul banjir. 2.
Pengambilan bebas Pengambilan bebas ialah bangunan yang dibuat di tepi sungai dengan
langsung menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Pada bangunan ini tidak menentukan tinggi elevasi muka air sungai. Bangunan ini
bisa dibuat bila elevasi sungai lebih tinggi dari daerah layanan sehingga air dapat mengalirkan secara gravitasi menuju daerah yang akan dilayani.
3. Pengambilan dari waduk
Pada umumnya waduk dibangun sebagai tempat penampungan air pada saat terjadi kelebihan air, waduk biasanya dibangun memiliki banyak kegunaan seperti
untuk irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir, pariwisata dan perikanan. Salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan
bangunan sadap untuk irigasi yang akan di alokasikan untuk pemberian air sebagai fungsi luar daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.
4. Stasiun pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan baik secara
teknis maupun ekonomis. Pengambilan air irigasi dengan pompa merupakan investasi awal yang tidak begitu besar, tetapi biaya operasi dan eksploitasinya
yang sangat besar.
12
2.4.2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa merupakan bangunan yang berfungsi membawa atau mengalirkan air dari sumbernya menuju petak irigasi. Yang termasuk bangunan
pembawa adalah saluran primer yaitu saluran yang membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi, yang batas
ujungnya adalah pada bangunan bagi yang terakhir, saluran sekunder yaitu saluran yang membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju
petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut yang batas akhirnya adalah bangunan sadap terakhir, saluran tersier dan saluran kwarter.
Bangunan pada bangunan pembawa adalah bangunan yang terdapat pada saluran pembawa khususnya saluran primer dan sekunder seperti bangunan pengatur,
bangunan pengukur debit, bangunan pembawa lainnya dan bangunan pelengkap KP-01, 1986.
1. Bangunan pengatur
Bangunan pengatur adalah bangunan bagi, sadap dan bagi sadap. Bangunan bagi adalah bangunan air yang terletak pada saluran primer dan sekunder dan
berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih. Bangunan sadap adalah bangunan yang befungsi untuk menyadap atau mengambil air
dari saluran primer ke saluran sekunder atau tersier dan atau dari saluran sekunder ke saluran tersier. Sedangkan bangunan bagi sadap adalah rangkaian
bangunan bagi dan sadap. 2.
Bangunan pengukur debit Menurut Standar Perencanaan Irigasi KP-02 1986 bangunan pengukur debit
adalah bangunan ukur yang berfungsi untuk mengukur debit yang mengalir.
13
Beberapa bangunan ukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air. beberapa contoh bangunan ukur adalah ambang lebar, cipolleti, parshall,
romijn, crump de gruyter dan Constant Head Orifice CHO. 3.
Bangunan pembawa lainnya Bangunan pembawa lainnya ini dibedakan berdasarkan alirannya, yaitu
bangunan dengan aliran superkritis dan bangunan dengan aliran subkritis. Bangunan dengan aliran superkritis diperlukan di tempat dimana lereng
medannya lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran, contohnya bangunan terjunan dan got miring. Sedangkan bangunan dengan aliran
subkritis, contohnya adalah gorong–gorong, talang, shipon, dan flume. 4.
Bangunan pelengkap Bangunan pelengkap adalah bangunan yang dibuat untuk mengatasi
halanganrintangan sepanjang saluran dan bangunan lainnya. Bangunan pelengkap ini dibuat di sepanjang saluran pembawa, contohnya:
a. Pagar dan rel pengaman.
b. Tempat cuci, tempat cuci ini berupa tangga pada tanggul saluran yang
berfungsi untuk memudahkan penduduk yang tinggal dekat saluran mencapai air saluran.
c. Kolam mandi ternak
d. Kisi–kisi penyaring, yang berfungsi untuk mencegah tersumbatnya
bangunan siphon dan gorong–gorong panjang oleh benda–benda yang hanyut.
14
2.5. Irigasi Menurut Sistem Irigasi Subak
Arti subak dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 2012 tentang Subak, adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan atau tata
tanaman di tingkat usaha tani pada masyarakat adat di Bali yang bersifat sosioagraris, religius, ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan
berkembang. Yang ditekankan pada sistem subak adalah keadilan dalam memperoleh
air. Apabila air yang mengalir tidak cukup untuk mengairi seluruh areal sawah maka pemberian air dilakukan dengan cara pergiliran atau rotasi, yaitu subak
dibagi menjadi bagian lebih kecil yang disebut tempek. Pola rotasi biasanya diawasi oleh patelik petugas yang ditunjuk untuk mengawasi pergiliran air.
Selain dengan cara rotasi pada sistem subak juga dikenal pengaturan pemberian air dengan sistem nyorog yaitu dengan mengatur waktu tanam tidak bersamaan.
Pola operasi dan pemeliharaan ditingkat subak biasanya diselenggarakan melalui mekanisme musyawarah mufakat dalam sangkepan. Langkah perbaikan
atau rehabilitasi pada bangunan dan saluran irigasi, sehingga kehilangan air akibat kebocoran pada saluran dapat dihindari, dan juga dikaitkan dengan pola dan
jadwal tanam yang hendak diterapkan dalam suatu organisasi subak. Ketika hendak mengambil keputusan tentang pola dan jadwal tanam itulah musim atau
iklim akan diperhitungkan.
2.5.1. Sistem Jaringan Irigasi Subak
Subak sebagai organisasi yang mempunyai fungsi utama untuk mengatur air irigasi telah membangun sistem jaringan irigasi dengan keunggulan teknologi
15
tradisionalnya, dimana konstruksi jaringan sangat disesuaikan oleh kondisi fisik alam dimana jaringan itu dikonstruksi. Kondisi alam Bali yang bergelombang dan
dilalui oleh banyak sungai menjadikan luasan lahan sawah yang sempit, maka dengan kearifan yang sangat tinggi subak telah berupaya menekan pemanfaatan
lahan sekecil mungkin dibebaskan untuk pembangunan jaringan irigasi. Maka atas dasar pertimbangan itu ketika subak membangunan jaringan irigasi, banyak
memanfaatkan alur alam berupa lembah atau pangkung sebagai saluran pembawa. Secara prinsip antara jaringan irigasi dengan jaringan irigasi subak
memiliki tugas dan kewajiban yang sama. Sehingga dalam penelitian ini yang dimaksud dengan jaringan irigasi adalah jaringan irigasi subak. Jaringan irigasi
subak sudah dikonstruksi sedemikian lengkap mulai dari bangunan pengambilan pada sumber air, bangunan pembagi dan pengambilan di saluran sampai saluran
distribusi di petak-petak sawah, seperti ditunjukkan dalam gambar jaringan irigasi subak pada Gambar 2.1. serta ilustrasi wilayah subak dalam wilayah desa adat
sesuai dengan Gambar 2.2.
16
Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Subak
Sumber : Sushila 2006
Pura Ulun Empelan
Pura Empelan Bendung Subak
Aungan Terowongan
Telabah Saluran Pembawa
Tembuku Aya B.Bagi Utama Tembuku Pemaron
Telabah Pemaron Saluran Kedua Tembuku Daanan B. Sadap
Telabah Daanan Saluran Ketiga
Telabah Pengutangan Saluran Pembuang
Tukad Sungai
17
Gambar 2.2. Ilustrasi Wilayah Subak dalam Wilayah Desa Adat
Sumber : Sushila 2006
2.6. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi yang dikemukaan L.C Menggison 1998 dalam Mangkunegara 2000 adalah suatu proses yang digunakan untuk
menentukan apakah seorang melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut A.E. Sikula 1981 yang dikutib oleh Mangkunegara
2000 mengemukakan bahwa evaluasi kinerja merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan dan potensi yang dapat dikembangkan. Evaluasi dalam
proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek orang ataupun sesuatu barang. Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan dan kinerja organisasi. Disamping
itu, tujuan dari evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan
Desa Adat - A Desa Adat - B
Desa Adat - C
Subak - X Tembuku B. Bagi
Telabah Saluran Aungan Terowongan
Empelan Bendung Tukad Sungai
18
kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari Sumber Daya Manusia SDM organisasi tersebut.
Evaluasi kinerja terhadap tenaga kerja biasanya dilakukan oleh pihak manajemen atau pegawai yang berwenang untuk memberikan penilaian terhadap
tenaga kerja yang bersangkutan dan biasanya merupakan atasan langsung atau juga bisa dari pihak lain yang diberikan wewenang atau ditunjuk langsung untuk
memberikan penilaian. Dalam melakukan evaluasi kinerja terhadap seorang, pihak yang berwenang memberikan penilaian seringkali menghadapi dua alternatif
pilihan yang harus diambil, yaitu dengan cara memberikan penilaian kinerja berdasarkan deskripsi pekerjaan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan dengan
cara menilai kinerja berdasarkan harapan-harapan pribadinya mengenai pekerjaan tersebut.{posted on 24 februari 2012 by Hadi Muttaqin Hasyim}
Jika evaluasi kinerja tersebut mendapatkan penilaian yang baik maka akan berpengaruh dengan kepuasan petani. Pada dasarnya kepuasan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang dirasakan dengan harapannya. Sedangkan kepuasan petani dapat didefinisikan secara sederhana
sebagai keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan petani dapat terpenuhi melalui kinerja Oliver,1980.
19
2.7. Pemerintah