serta peningkatan resistensi pembuluh darah perifer Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008.
3 Jenis kelamin
Perbedaan tekanan darah berdasarkan jenis kelamin dimulai pada masa remaja hingga lansia. Pada pria yang berusia kurang dari 60 tahun,
rata-rata tekanan darah sistolik lebih tinggi 6-7 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih tinggi 3-5 mmHg daripada wanita dengan usia
yang sama. Namun setelah usia 60 tahun, tekanan darah meningkat pada wanita sehingga hipertensi lebih sering terjadi pada wanita
daripada pria. Hormon ovarium diperkirakan sangat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah wanita premenopausal Benhagen,
2005.
2.1.6 Manifestasi Klinis Hipertensi
Hipertensi sendiri tidak menampakkan gejala, namun beberapa tanda seperti sakit kepala, keletihan, dan pening sering dianggap berhubungan dengan
hipertensi. Temuan fisik awal juga tidak tampak pada pasien hipertensi, dan perubahan yang tampak biasanya ditemukan pada kasus lanjut McPhee
Hammer, 2010. Sedangkan manifestasi klinis hipertensi kronis menurut Corwin 2009,
meliputi sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang diserta mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur, cara
berjalan yang kurang mantap akibat kerusakan sistem saraf pusat, nokturia
akibat peningkatan aliran darah ginjal serta laju filtrasi glomerulus, dan edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
2.1.7 Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Mancia, et al, 2013, penatalaksanaan hipertensi dilakukan secara berkesinambungan antara terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi.
Terapi nonfarmakologi dimulai ketika terjadi kondisi prehipertensi, sedangkan pemberian terapi farmakologi dimulai ketika terjadi hipertensi
derajat 2 atau pada hipertensi derajat 1 yang tidak berespon terhadap terapi nonfarmakologi.
a. Terapi nonfarmakologi
1 Penurunan berat badan
Pada pasien dengan berat badan berlebih atau obesitas, penurunan berat badan sangat membantu untuk mengatasi hipertensi, diabetes,
dan gangguan lemak Mancia, et al, 2013; Weber, et al, 2014. Penurunan berat badan yang disarankan adalah mencapai IMT pada
rentang ideal 18,5-24,9 kgm
2
Mancia et al, 2013; Rilantono, 2013. 2
Pengurangan garam Mekanisme yang berhubungan antara intake garam dan peningkatan
tekanan darah meliputi peningkatan volume intraseluler dan meningkatkan resistensi perifer akibat aktivasi saraf simpatik Mancia,
et al, 2013. Pengurangan intake garam direkomendasikan sampai 5 gramhari yang dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4-5
mmHg pada pasien hipertensi Mancia et al, 2013; Weber, et al, 2014.
3 Olahraga
Olahraga penting dalam penatalaksanaan hipertensi karena tubuh dapat meningkatkan respon tubuh terhadap kebutuhan oksigen dan energi
yang meningkat pada sistem tubuh. Penurunan tekanan darah yang bermakna terlihat setelah dua minggu latihan dan akan menetap selama
individu meneruskan kebiasaan latihannya Choudhury Lip, 2005. 4
Pembatasan konsumsi alkohol Konsumsi 2 gelas alkohol dalam satu hari membantu dalam
perlindungan terhadap kanker, namun jumlah konsumsi alkohol yang lebih banyak dapat meningkatkan tekanan darah dan harus diantisipasi.
Pada wanita, alkohol harus dibatasi yaitu satu gelas tiap hari Weber, et al, 2014. Total konsumsi alkohol tidak lebih dari 140 gram per
minggu pada laki-laki dan 80 gram per minggu pada perempuan Mancia et al, 2013.
5 Berhenti merokok
Merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah dan nadi akut, dan menetap selama lebih dari 15 menit setelah mengonsumsi satu rokok,
hal ini terjadi akibat adanya stimulasi saraf simpatis pada tingkat sentral dan ujung saraf Mancia, et al, 2013. Sangat direkomendasikan
untuk menghentikan kebiasaan merokok pada semua perokok dan hal ini memerlukan bantuan Mancia et al, 2013; Weber, et al, 2014.
b. Terapi farmakologis
Terapi dengan obat harus dimulai pada pasien dengan tekanan darah lebih dari 14090 mmHg apabila modifikasi gaya hidup tidak efektif
menurunkan tekanan darah Rilantono, 2013; Mancia, et al, 2013. Pada pasien dengan hipertensi derajat 2, terapi obat harus dimulai sesegera
mungkin setelah diagnosis, biasanya dengan kombinasi 2 obat, tanpa menunggu efek modifikasi gaya hidup Mancia, et al, 2013.
Untuk pasien yang berusia lebih dari 80 tahun, batas yang disarankan untuk memulai terapi obat
adalah pada tekanan darah ≥ 15090 mmHg, dan target pengobatan mencapai tekanan darah 14090 mmHg Mancia,
et al, 2013; Weber, et al, 2014. Pasien ini biasanya menerima lebih dari satu obat untuk mencapai target kontrol tekanan darah Weber, et al,
2014. Obat yang biasanya digunakan untuk pengobatan hipertensi, diantaranya:
1 Penghambat enzim angiotensin-converting ACE Inhibitor
Obat ini menurunkan tekanan darah dengan menghambat sistem renin- angiotensin dengan cara menghambat sintesis atau menghambat kerja
angiotensia II, dan kemudian mencegah efek vasokonstriksi Mancia, et al, 2013; Rilantono, 2013; Weber, et al, 2014. Kemudian
mekanisme lain yang terjadi adalah adanya peningkatan kemampuan vasodilator bradikinin. Efek samping umum obat ini adalah batuk
Weber, et al, 2014.
2 Diuretika
Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi natrium dengan menghambat pompa Na
+
K
+
di tubulus distal ginjal dan juga dapat menimbulkan efek vasodilatasi, dengan efek samping umum adalah
gangguan metabolik Weber, et al, 2014; Rilantono, 2013. 3
Penghambat kanal kalsium Ca antagonis Obat ini menurunkan tekanan darah dengan menghalangi aliran masuk
ion kalsium melalui kanal L pada sel otot halus arteri Weber, et al, 2014; Mancia, et al, 2013; Rilantono, 2013. Efek samping umum obat
ini adalah edema perifer di tungkai, biasanya berhubungan dengan pemberian obat ini dengan dosis tinggi Weber et al, 2014; Rilantono,
2013. 4
ß-bloker ß-bloker menurunkan cardiac output dan juga menurunkan pelepasan
renin dari ginjal dengan cara menghambat secara kompetitif pengikatan katekolamin ke reseptor adregenik Weber, et al, 2014;
Rilantono, 2013. Efek samping obat ini yaitu mengganggu metabolisme glukosa sehingga tidak disarankan pada pasien dengan
risiko diabetes Weber, et al, 2014; Mancia, et al, 2013. 5
α-bloker Obat ini menurunkan tekanan da
rah dengan memblok reseptor α- adregenik dengan berperan sebagai neurotransmiter palsu yang
menurunkan aliran saraf simpatis sehingga dapat menurunkan tonus
simpatis dan kemudian mencegah vasokonstriksi Weber, et al, 2014; Rilantono, 2013. Obat ini biasanya dikombinasikan dengan diuretik
untuk mendapat efek yang maksimal Weber, et al, 2014. Efek samping penggunaan obat ini adalah mulut kering, hipotensi ortostatik,
dan sedasi, serta adanya efek withdrawl Rilantono, 2013. 6
Centrally acting agents Obat golongan ini yang banyak digunakan adalah clonidine dan
metildopa, yang bekerja secara langsung menurunkan aliran simpatik dari sistem saraf pusat. Namun mengantuk dan mulut kering menjadi
efek samping terapi obat ini Weber, et al, 2014; Mancia, et al, 2013. 7
Vasodilator Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan cAMP intraseluler yang
mengakibatkan vasodilatasi langsung pada arteriol Rilantono, 2013. Karena agen ini sering menyebabkan retensi cairan dan takikardia,
obat ini lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah ketika dikombinasikan dengan diuretik dan ß-bloker atau agen simpatik
Weber, et al, 2014. 8
Antagosnis reseptor mineralokortikoid Obat yang paling terkenal dari golongan ini adalah spironolakton. Obat
golongan ini merupakan jenis baru dan dapat ditoleransi dengan lebih baik. Efek samping obat ini adalah ginekomastia dan gangguan seksual
Weber, et al, 2014.
2.2 Latihan Isometrik