Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini disajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Semenjak tahun 2010 pemerintah dalam bidang Kementerian Pendidikan Nasional telah mencanangkan adanya pendidikan karakter dalam tingkatan pendidikan. Pendidikan yang diharapkan oleh pemerintah melalui bidang Kementrian Pendidikan Nasional bertujuan supaya seluruh anak yang ada di Indonesia memiliki karakter kepribadian yang baik dan mulia dengan melalui pendidikan karakter di setiap sekolah. Pihak sekolah juga diharapkan supaya dapat menerapkan pendidikan karakter secara terintegrasi pada mata pelajaran bagi siswa-siswanya. Semua sekolah idealnya memang sudah menerapkan pendidikan karakter yang diinginkan oleh pemerintah. Namun masih terlihat beberapa sekolah yang belum bisa menerapkan pendidikan karakter tersebut secara penuh bagi siswa-siswanya. Hal tersebut dapat dilihat dari masih adanya perkelahian antar pelajar, kekerasan yang dilakukan oleh sesama pelajar, penggunaan narkoba atau minuman keras, bahkan hingga pergaulan bebas yang terjadi di kalangan pelajar saat ini. Melihat hal tersebut pastilah ada yang kurang berhasil dalam pencapaian pembentukan karakter anak melalui pendidikan karakter yang ada di sekolah. Namun, tidak semua sekolah gagal dalam penerapan pendidikan karakter ini. Masih ada sekolah yang mampu untuk menerapkan pendidikan karakter bagi siswa-siswanya. Melalui pendidikan karakter yang terintegrasi dengan mata pelajaran, sekolah mampu untuk membentuk kepribadian siswa- siswanya menjadi baik dan mulia. Selain melalui mata pelajaran yang didapatkan oleh siswa, pendidikan karakter juga dapat ditanamkan melalui suatu kegiatan organisasi yang dilakukan oleh siswa selama menempuh pendidikannya. Menurut Sammi dan Hariyanto 2012, pendidikan karakter adalah pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa, dan karsa. Sejalan dengan hal tersebut, Gaffar Kesuma, 2012 menjelaskan pendidikan karakter sebagai sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam prilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pemikiran penting, yaitu: 1 proses transformasi nilai-nilai, 2 ditumbuh kembangkan dalam kepribadian, dan 3 menjadi satu dalam perilaku. Kemendiknas 2010, menetapkan nilai-nilai karakter yang dapat diperoleh menjadi 20 nilai, yaitu: nilai KetuhananReligius, kejujuran, tanggung jawab, kesehatan, kedisiplinan, kerja keras, percaya diri, kemandirian, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, berjiwa wirausaha, rasa ingin tahu, cinta ilmu, peduli sesama, kepatuhan, menghargai prestasi, santun, demokratis, peduli lingkungan, nasionalis, dan menghargai keberagaman. Meskipun Kemendiknas telah memprioritaskan 20 nilai karakter untuk ditanamkan melalui pembelajaran, namun setelah 5 tahun berlangsung, belum ada sekolah yang mengevaluasi hasil pendidikan karakter tersebut. Pendidikan karakter yang sifatnya hanya pemberian informasi saja kepada para siswa tidaklah cukup sampai di situ, namun juga perlu adanya kerja sama dengan seluruh warga sekolah. Salah satu yang dapat membantu tercapainya pendidikan karakter adalah guru mata pelajaran. Pendidikan karakter dapat disertakan dalam mata pelajaran yang sering disebut dengan terintegrasi. Terintegrasi dalam mata pelajaran menunjukkan bahwa dalam pembuatan RPP oleh masing-masing guru dapat menyertakan nilai-nilai yang termuat dalam nilai karakter yang ada. Selain oleh seluruh warga sekolah, kerja sama antara orang tua siswa dengan sekolah juga dibutuhkan. Kerja sama ini dibutuhkan karena terbatasnya waktu siswa saat di sekolah yaitu selama 8 jam dalam satu hari untuk sekolah, selebihnya siswa lebih banyak di rumah dalam pengawasan orang tua. Pendidikan akhir orang tua yang baik pastinya akan dapat membentuk hasil karakter anaknya juga baik. Hal tersebut dapat sejalan karena pendidikan akhir orang tua yang baik pastinya akan mempunya wawasan dan cara berpikir yang baik, sehingga dapat menunjukan kepada anak-anaknya dengan memperhatikan nilai-nilai karakter yang ada. Jadi seharusnya dengan pendidikan akhir orang tua yang baik anak dapat membuat hasil ketercapaian pendidikan karakter anaknya baik juga. Melihat kenyataan tersebut peneliti terdorong untuk melakukan penelitian mengenai sejauh mana ketercapaian hasil pendidikan karakter yang terintegrasi dalam mata pelajaran di SMP Katolik Sanata Maria II Malang, lalu nilai karakter apa saja yang masih kurang optimal tercapai dalam pendidikan karakter terintegrasi di SMP Katolik Santa Maria II Malang, dan melihat sejauh mana tingkat pendidikan terakhir dari orang tua berkorelasi dengan pendidikan karakter anak.

B. Rumusan Masalah