3. Sikap religious, dimana keberadaan manusia kepercayaan kepada
allah yang abadi dan memperlihatkan diri sendiri pada satu waktu pada yesus.
Dari keterangan diatas, dapatlah penulis tarik kesimpulan bahwa eksistensi manusia menurut Kierkegaard adalah karena adanya berdosa dan
bersalah, sehingga dengan demikian karena adanya iman kepada yesus. Yang jelas Kierkegaard tidak sedikitpun membicarakan tentang
manusia sebagai khalifah, namun membicarakan tentang kedudukan manusia, status manusia secara global. Misalnya merasa berdosa, bersalah, demikian
pula menyangkut 3 tingkatan stadia tadi.
b. M. Heidegger
Sebenarnya Heidegger lebih senang disebut ontolog daripada disebut filosof eksistensi. Menurutnya “bahwa zaman kita ditandai oleh
ketidakhadiran tuhan, kekosongan ini dapat diisi kalau kita mengerti kembali betapa ilahinya “ada” itu”
16
sehingga menurut Heidegger bahwa keberadaan manusiaeksistensi manusia terdapat pada ajal kematian. Karena manusia
baru dikatakan manusia kalau ujungnya manusia kepada mati. Sehingga dengan demikian sampai tuhanpun akan mati. Heidegger juga menganggap
diri sebagai nabi yang mau mendorong manusia untuk berfikir tentang makna eksistensi. Disisi lain manusia disejajarkan dengan benda-benda, disisi lain
manusia berbeda dengan benda-benda.
16
Harry Hanersma. Tokoh- tokoh Filsafat Barat Modern,………… h. 125
Dalam filsafat “bertanya secara baru mengenai apa makna adanya”. Kita akan menemukan diri kita kalau kita merasa ada. Sehingga keberadaan
manusia sebagaimana yang penulis maksudkan menurut Haidegger adalah karena ajal ingat mati sehingga akan ditemukan eksistensi manusia.
Disamping itu kita menurutnya tidak akan melihat kemungkinan untuk berbicara tentang tuhan, sebab kata-kata tuhan dapat ditemukan melalui
bahasa atau puisi. Heidegger juga berbicara tentang manusia, bahwa kedudukan, status
manusia berbeda dengan benda-bendab termasuk didalamnya menurut hemat penulis adalah beda dengan binatang. Yang memang kadang-kadang manusia
sendiri kadang-kadang dikendalikan oleh benda. Disamping itu karena manusia tidak perlu dengan tuhan menurut
Heidegger, maka cukup dengan bahasa puisi, pasti akan diketemukan tuhan. Padahal kalau kita melihat kejadian manusia dari semula tidak ada menjadi
ada, ini menandakan masih adanya yang mengadakan, itulah tuhan yang harus diakui keberadaannya.
Eksistensi yang disebut adalah desain yang dianggap menjadi permulaan yang benar untuk ontology atau pengetahuan filsafat tentang
ada. Eksistensi karena aku dan ada. Namun aku bukan berarti ada tapi aku sebagai penyelenggara. Sehingga keberadaan manusia adalah bkarena aku
yang memperdulikan dengan adanya jalannya kepada tuhan.
c. Karl Jaspers 1883-1969