Pengaruh Etika Auditor dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Survey pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK)

(1)

1 The Influences Ethics and Independence Auditor on Quality Audit

(Survey on Accounting Firm Public in Region Bandung) GITA FEBRIYANI EKA RAHAYU

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect auditor ethics and independence of the auditor to audit quality either simultaneously or partially.

The data used in this research is primary data obtained through a questionnaire to all respondents, the auditor who works in the firm in Bandung area listed in the CPC. Of 80 or 100% of questionnaires were distributed, 62% of questionnaires were returned and processed. Analysis of the data used is multiple linear regression analysis.

Results from this study indicate that ethics and auditor independence and simultaneous partial significant positive effect on audit quality. Interaction between ethics auditor significant effect on audit quality. And the interaction between the independence of the auditor significant effect on audit quality.

Keywords: Ethics, Auditor, Auditor ,Independence and Audit Quality

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kegiatan auditing hanya dapat dilakukan apabila data dapat di verifikasi, sebagai dasar kesimpulan audit atau opini audit. Verifikasi


(2)

2 merupakan sarana untuk memperoleh kepercayaan dan menjadi dasar teori bukti, dasar prosedur verifikasi, dasar penerapan teori probabilitas dalam

auditing dan sebagai dasar teori batasan tanggung jawab auditor. (Sukrisno Agoes, Jan Hoesada,2012:14)

Untuk menjamin tingginya tingkat laporan audit yang “tidak dapat dipersalahkan”, para manager dan direktur audit sebaiknya menerapkan sebuah sistem verifikasi yang dirancang untuk dapat mendeteksi kesalahan-kesalahan mekanis dan buruknya pertimbangan dimana mereka tidak berada dalam posisi untuk dapat mendeteksinya sendiri. Seluruh laporan draft laporan audit hendaknya menjadi subjek dari sebuah pengecekan independen. (Lawrence B.Sawyer, Mortimer A.Dittenhofer, James H. Scheiner,2006:201)

Pada umumnya, konsep independensi profesional adalah pintu gerbang untuk semua standar profesi dan prosedur audit. Konsep independensi memberi panduan mantap tentang kemerdekaan yang menyatakan opini audit, kemerdekaan posisional auditor terhadap auditee, sesama auditor, dan masyarakat, serta tanggung jawab sosial auditor. (Sukrisno Agoes, Jan Hoesada, 2012:16-17)

Seperti halnya menurut hasil evaluasi BPK atas hasil audit laporan keuangan yang terjadi pada salah satu Akuntan Publik Drs.Pamudji,Ak dari KAP Budiman, Wawan, Pamudji & Rekan atas pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan PT.Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) tahun buku 2011 belum sepenuhnya melaksanakan dan mematuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan jasa yang diberikan. Dalam kasus tersebut yang dilakukan oleh PT.Dok dan Perkapalan Surabaya yang pada akhirnya membuat Akuntan


(3)

3 Publik Drs.Pamudji,Ak tidak bisa mendeteksi salah saji sehingga izinnya dibekukan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia. (PPAJP,2013)

Terjadi pula kasus lain pada Bank Syariah Mandiri (BSM) telah terjadi kasus kredit fiktif yang melibatkan 3 pegawai Bank Syariah Mandiri (Kepala Cabang BSM Bogor M. Agustinus Masrie, Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli Hermawan, Accounting Officer BSM cabang pembantu Bogor John Lopulisa) dan 1 orang debitur (Iyan Permana). Total kredit yang dicairkan adalah sebesar Rp102 Milyar dengan kerugian mencapai Rp52 Milyar (beberapa media menyebutkan Rp59 Milyar.

Pada corporate website BSM ditemukan press release yang menyatakan bahwa laporan keuangan BSM memperoleh Annual Report Award kategori perusahaan swasta (private), keuangan (finance) dan tertutup (non-listed) selama 4 tahun berturut-turut dari 2009-2012. Padahal pada laporan keuangan BSM tahun 2012, laporan auditor independen menyatakan laporan keuangan mendapat opini wajar tanpa pengecualian (WTP). Ini tentu menunjukkan kepada kita bahwa opini yang diberikan merupakan opini yang bagus dari auditor independen yang bebas dari fraud/kecurangan. (www.syariahmandiri.co.id/2013/10/bsm-kembali-raih-annual-report-award)

Hal ini di dukung menurut pakar pada tahun 2012, bahwa tim audit internal BSM menemukan pelanggaran tindak pidana perbankan yang dilakukan pegawainya. Hasil audit internal ini kemudian dilaporkan ke Mabes Polri pada September 2012. "Untuk memproses, BSM melapor ke Mabes Polri September 2012. Dengan pelaporan ini BSM menyerahkan penanganan pada proses hukum" ujar Corporate Secretary BSM, Taufik Markus di Wisma Mandiri, Jl. MH. Thamrin,Jakpus. (detik.com tanggal 24/10/2013)


(4)

4 Dapat disimpulkan bahwa kedua kasus tersebut sudah mengurangi kualitas audit yang seharusnya dimiliki oleh seorang auditor. Karena yang telah disampaikan Lee, Liu, dan Wang (1999) dalam Febrianto Widiastuty (2005) kualitas audit menurut mereka adalah probabiliti bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan yang mengandung kekeliruan material. Dan kualitas audit yang baik dapat diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor.

Profesi Akuntan menuntut profesionalisme, netralitas, dan kejujuran. Kepercayaan masyarakat terhadap kinerjanya tentu harus diapresiasi dengan baik oleh para akuntan. Etika profesi yang disepakati harus dijunjung tinggi. Hal itu penting karena ada keterkaitan kinerja akuntan dengan kepentingan dari berbagai pihak. Banyak pihak membutuhkan jasa akuntan. Pemerintah, kreditor, masyarakat perlu mengetahui kinerja suatu entitas guna mengetahui prospek ke depan. Yang jelas segala bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh akuntan harus mendapat perhatian khusus.

Atas latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat judul

“Pengaruh Etika Auditor dan Independensi Auditor terhadap Kualitas

Audit”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung.

2. Seberapa besar pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung.


(5)

5 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk membangun sistem informasi pengolahan data Skripsi/Tugas Akhir pada Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, guna bermanfaat bagi bagian Akademi pada Fakultas Ekonomi di UNIKOM.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. 2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh independensi auditor

terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemecahan masalah tentang Pengaruh Etika Auditor dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit.

1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Perkembangan Ilmu

Dapat menjadi referensi ilmiah tentang Pengaruh Etika Auditor, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit pada beberapa kantor akuntan publik di Wilayah Bandung.

2. Bagi Penulis

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung bagaimana Pengaruh Etika Auditor,dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit pada beberapa kantor akuntan publik di Wilayah Bandung.


(6)

6 3. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk perbaikan atau pengembangan materi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji di bidang atau masalah yang sama.

4. Bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan solusi bagi Kantor Akuntan Publik untuk lebih meningkatkan kinerjanya secara optimal.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Etika Auditor

2.1.1 Pengertian Etika Auditor

Etika dapat menggambarkan prinsip moral atau peratuaran perilaku individu atau kelompok individu yang mereka akui. Etika berlaku ketika seseorang harus mengambil keputusan dari beberapa alternatif menyangkut prinsip moral. Semua auditor mempunyai pengertian sendiri mengenai etika sehingga mereka dapat mengidentifikasi apa yang baik dan apa yang buruk. Auditor pada dasarnya menggunakan alasan moral untuk memutuskan apakah sesuatu etis atau tidak karena hal ini mewajibkan auditor untuk tidak hanya mempertimbangkan diri sendiri tetapi juga orang lain. (Dan M.Guy, C. Wayne Alderman, Alan J. Winters, 2002:56)

Masalah terbesar etika auditor adalah internalisasi etika ke dalam tubuh setiap anggota organisasi profesi. Aturan etika yang “benar” adalah aturan yang menguatkan kesadaran etis setiap orang yang berada di bawah aturan itu, mengurangi frekuensi “tahu, namun mengabaikan suara hati yang memperingatkan”. Hukuman pelanggaran etika adalah batin tersiksa karena merasa bersalah dan perasaan diri nista, yang terasa jauh lebih berat dari hukuman profesi atau hukum. (Sukrisno Agoes, Jan Hoesada, 2012:32)


(7)

7 Masih banyak orang yang peduli akan etika, namun sedikit yang mampu melakukannya, lebih sedikit yang mampu melakukan secara konsisten tanpa syarat. Tanpa basis etika profesi, profesi audit tidak mungkin menjadi profesi kepercayaan publik. (Sukrisno Agoes, Jan Hoesada, 2012:41)

Menurut (Randal J.Elder, Mark S. Beasley, Alvin A.Arens, dan Amir Abadi Jusuf, 2013:71) Prinsip prinsip etika yang harus diterapkan auditor sebagai berikut :

1. Integritas.

2. Objektivitas.

3. Kompetensi profesional dan kecermatan. 4. Kerahasiaan.

5. Perilaku Profesional. 2.1.2 Independensi Auditor

Pendapat, opini atau kesimpulan audit menambah kredibilitas laporan internal yang hanya apabila pendapat tentang laporan itu independen. Apabila pendapat independen tersebut dinilai sebagai pendapat ahli yang kompeten dan jujur maka kredibilitas laporan intenal itu makin meningkat. Karena penilaian publik tentang hal itu berdasarkan gejala atau penampakan, auditor harus menampakkan independensi, keahlian dan kejujuran secara sengaja. Auditor secara jujur perlu selalu memandang dirinya sebagaimana publik memandang dirinya sebagai dasar memperbaiki citra profesional.

Apabila pemberi kerja, auditee atau suatu pihak tidak suka bahkan tidak setuju dengan saran dan opini tersebut, sikap tersebut tidak menggoyahkan atau mengubah opini. Permintaan pembatalan atau perubahan suatu opini audit, dengan ancaman pembalasanpun sekali-kali tidak dapat


(8)

8 dipenuhi auditor. Inilah konsekuensi profesional dari independensi yang harus dipikul auditor. Auditor harus independen dari kepentingan pribadi yang secara sadar atau bawah sadar dapat menyesatkan dirinya untuk mengambil keputusan audit atau keputusan pendapat audit secara tidak sesuai realitas. (Sukrisno Agoes, Jan Hoesada, 2012:29)

Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam pengujian audit, evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit. Independensi merupakan salah satu karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dasar dari prinsip integritas dan objektivitas. Seorang auditor tidak hanya diharuskan untuk menjaga sikap mental independen dalam menjalankan tanggung jawabnya, namun juga penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan terhadap independensi auditor.

Kedua unsur independensi ini sering kali diidentifikasikan sebagai independen dalam fakta, dan independen dalam penampilan. Independen dalam fakta muncul ketika auditor secara nyata menjaga sikap objektif selama melakukan audit. Sedangkan independen dalam penampilan merupakan interpretasi orang lain terhadap independensi auditor tersebut. (Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A. Arens, dan Amir Abadi Jusuf, 2013:74)

Sedangkan pengertian Independensi menurut Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana (2009:146) Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan tindakan.


(9)

9 Menurut teori yang dikemukakan oleh Sukrisno Agoes (2004: 302) pada penelitian ini independensi diproksikan dalam 4 kategori:

1. Lama hubungan dengan klien 2. Tekanan dari Klien

3. Telaah dari Rekan Auditor (Peer Review) 4. Jasa Non audit

2.1.3 Kualitas Audit

Dalam kualitas audit, terdapat empat kelompok definisi kualitas audit yang diidentifikasi oleh Watkins et al. (2004). Pertama, adalah definisi yang diberikan oleh DeAngelo (1981b). DeAngelo (1981b) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas nilaian-pasar bahwa laporan keuangan mengandung kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material tersebut. Kedua, adalah definisi yang disampaikan oleh Lee, Liu, dan Wang (1999) dalam Febrianto Widiastuty (2005). Kualitas audit menurut mereka adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material. Menurut mereka, kualitas audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor. Terakhir, kualitas audit ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi noise dan bias dan meningkatkan kemurnian (fineness) pada data akuntansi (Wallace, 1980 di dalam Watkins et al., 2004).

Hal tersebut membuktikan bahwa bagi akuntan publik, kepercayaan klien dan pemakai laporan keuangan eksternal atas kualitas audit sangatlah penting. Jika pemakai jasa audit tidak memiliki kepercayaan kepada kualitas audit yang di berikan oleh akuntan publik atau KAP, maka kemampuan mereka untuk melayani klien serta masyarakat secara efektif akan hilang.


(10)

10 Namun, sebagian besar pemakai jasa audit tidak memiliki kompetensi untuk melihat kualitas audit, karena kompleksitas jasa audit tersebut. (Arens et.al, 2012:130)

Wooten (2003) telah mengembangkan model kualitas audit dari membangun teori dan penelitian empiris yang ada. Model yang disajikan oleh Wooten dalam penelitian ini dijadikan sebagai indikator untuk kualitas audit, yaitu:

1. Deteksi salah saji 2. Kesesuaian dengan SPAP 3. Kepatuhan terhadap SOP 4. Risiko audit

2.2 Kerangka Pemikiran

Dari berbagai fungsi Akuntan Publik, fungsi sebagai penghasil informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan sangatlah dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan baik dari pihak internal maupun ekternal. Tekanan tersebutlah memaksa para akuntan publik untuk mampu mengahsilkan kualitas Audit yang dapat digunakan oleh berbagai pihak. Selain itu dengan menjamurnya skandal keuangan baik domistik maupun manca negara, sebagian besar bertolak dari laporan keuangan yang pernah dipublikasikan oleh perusahaan. Hal inilah yang memunculkan pertanyaan tentang bagaimana kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan klien.

2.2.1. Pengaruh Etika auditor terhadap Kualitas audit

Dalam menghasilkan audit yang berkualitas, akuntan publik harus menyadari adanya tanggung jawab kepada publik, kepada klien, dan kepada sesama praktisi, termasuk perilaku terhormat, bahkan jika hal tersebut berarti melakukan pengorbanan atas kepentingan pribadi (Arens dkk, 2008).


(11)

11 Tanpa etika, profesi akuntan publik tidak akan ada karena fungsi akuntan publik adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya (Murtanto dan Marini, 2003).

Etika profesi auditor digunakan dalam interprestasi dan kaidah etika yang harus dilakukan seorang auditor dalam memeriksa laporan keuangan dan menghasilkan kualitas audit yang layak untuk dipublikasikan. (Arrens, 2012 : 120)

Didukung dari penelitian sebelumnya bahwa etika profesi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Artinya, etika profesi berpengaruh memberikan perubahan yang berarti terhadap kualitas audit. Apabila terjadi perubahan sedikit saja pada etika profesi maka akan terjadi perubahan yang berarti terhadap kualitas audit. Sehingga semakin tinggi etika profesi maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. (M.Budi Djatmiko, M.Zulfa : 2014)

2.2.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit

Independensi merupakan salah satu karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dasar dari prinsip integritas dan objektivitas. Alasan banyaknya pengguna laporan keuangan yang bersedia mengandalkan laporan audit eksternal terhadap kewajaran laporan keuangan karena ekspektasi mereka atas sudut pandang yang tidak bias dari auditor. Auditor tidak hanya diharuskan untuk menjaga sikap mental independensi dalam menjalankan tanggung jawabnya, namun juga penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan terhadap independensi auditor.


(12)

12 (Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A. Arens, dan Amir Abadi Jusuf, 2013:74)

Penelitian yang dilakukan oleh Lavin (1976) dalam Alim (2007) menjelaskan lebih mendalam konsep independensi dalam hal hubungan antara klien dan auditor melalui pengamatan pihak ketiga. Banyaknya penelitian mengenai independensi menunjukkan bahwa faktor independensi merupakan faktor penting bagi auditor untuk menjalankan profesinya.

Didukung pula dengan penelitian Nur Samsi, Akhmad Riduwan, dan Bambang Suryono(2013) menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki inependensi dalam melaksanakan tugas auditnya. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah, dkk (2009), Christiawan (2002) dan Alim dkk (2007).

III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Dalam pemecahan masalah yang ada suatu penelitian diperlukan penyelidikan yang hati-hati, teratur dan terus-menerus, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian. Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh.


(13)

13 Sugiyono (2014:2) menjelaskan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang diperoleh melalui penelitian adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Valid menunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Untuk mendapatkan data yang langsung valid dalam penelitian sering sulit dilakukan, oleh karena itu data yang telah terkumpul sebelum diketahui validitasnya, dapat diuji melalui pengujian reliabilitas dan obyektivitas. Pada umumnya kalau data itu reliabel dan obyektif, maka terdapat kecenderungan data tersebut akan valid.

Penulis dalam menyusun karya ilmiah ini menggunakan penelitian kuantitatif. Suharsimi Arikunto (2013:27) menjelaskan penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. Penulis bermaksud untuk mengetahui seberapa besar pengaruh etika, dan independensi auditor terhadap kualitas audit.

Dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif dan verifikatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan benar tidaknya fakta-fakta yang ada serta menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2010:58) adalah Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.


(14)

14 Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent variable). Pengertian dari variabel bebas menurut Sugiyono (2014:39) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). 3.2.1 Populasi Penelitian

Menurut Margono (2010:118) Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Sedangkan menurut Sukmadinata (2011:250) mengemukakan bahwa populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita.

Menurut Arikunto (2013:173) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitianya merupakan penelitian populasi.

Menurut Sugiyono (2014:80) pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK).

3.2.2 Penarikan Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2014:81) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2014:85) Sampling Jenuh adalah teknik


(15)

15 penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Deskriptif Tanggapan Responden

Gambaran data tanggapan responden dapat digunakan untuk memperkaya pembahasan, melalui gambaran data tanggapan responden dapat diketahui bagaimana kondisi setiap indikator dan variabel yang sedang diteliti. Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti, dilakukan kategorisasi terhadap skor tanggapan responden melalui persentase jumlah skor tanggapan responden.

4.1.1.1 Etika Auditor

Gambar diatas memperlihatkan bahwa hasil perhitungan persentase total skor dari etika auditor sebesar 84,1% nilai ini berada dalam interval antara 84,1%-100% dan berada dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukan bahwa auditor pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung memiliki etika yang sangat tinggi.

4.1.1.2 Independensi Auditor

Gambar diatas memperlihatkan bahwa hasil perhitungan persentase total skor dari independensi auditor sebesar 64%, nilai ini berada dalam kelas interval antara 52,01%-68% dan berada dalam kategori cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa auditor internal pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung memiliki independensi yang cukup baik.


(16)

16 4.1.1.3 Kualitas Audit

Gambar diatas memperlihatkan bahwa hasil perhitungan persentase total skor dari kualitas audit sebesar 80,2%, nilai ini berada dalam kelas interval antara 68%-84% dan berada dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa auditor internal pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung memiliki kualitas audit yang baik.

4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif

Hasil analisis statistik dari penelitian ini adalah : 1. Analisis Regresi Linier Berganda

Dengan menggunakan rumus Y= a + β1X1 + β2X2

Hasil perhitungan koefisien regresi linier berganda diatas sama dengan perhitugan menggunakan program SPSS yaitu sebagai berikut:

Hasil koefisien regresi yang diperoleh adalah: Y= 3,059 + 0,493X1 + 0,715X2

Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat dilihat koefisien regresi dari variabel etika auditor dan independensi auditor bertanda positif independen bertanda positif. Artinya semakin baik etika profesi auditor akan meningkatkan kualitas audit. Demikian juga penerapan independensi auditor, semakin baik penerapan independensi auditor, akan meningkatkan kualitas audit.

2. Hasil pengujian asumsi klasik

a. Uji Normalitas dapat dilihat dari nilai probabilitas (signifikansi) yang diperoleh dari uji Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan 1)Jika probabilitas >0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal 2)Jika probabilitas <0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas data sebesar 0,514. Karena


(17)

17 nilai probabilitas pada uji Kolmogorov-Smirnov masih lebih besar dari tingkat kekeliruan 5% (0.05), maka disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal.

b. Hasil uji heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen). Hasil uji Heteroskedastisitas diperoleh kedua variabel bebas lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain bersifat homokedastisitas, dengan kata lain tidak ditemukan adanya pelanggaran heteroskedastisitas.

c. Asumsi Multikulinieritas menunjukkan tidak ada korelasi yang cukup kuat antara sesama variabel bebas, karena nilai VIF dari kedua variabel bebas masih lebih kecil dari 10 yakni sebesar 1,000 dan dapat disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinieritas diantara kedua variabel bebas.

3. Pengaruh Etika Auditor terhadap Kualitas Audit a. Analisis korelasi secara parsial

Berdasarkan keluaran software SPSS seperti terlihat diperoleh nilai thitung sebesar 5,977 dengan nilai signifikansi sebesar 0,00. Karena nilai thitung (5,977) lebih besar dari ttabel (2,052) maka pada tingkat kekeliruan 5% sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara parsial


(18)

18 etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik diwilayah Bandung.

b. Pengujian Hipotesis

Koefisien korelasi antara etika profesi auditor dengan kualitas audit adalah sebesar 0,441 dengan arah positif.

Pengaruh X1 terhadap Y = 0,664 x 0,664= 0,441 atau 44,1% Jadi ketika independensi auditor tidak mengalami perubahan, etika auditor memberikan pengaruh sebesar 44,1% terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik wilayah Bandung.

4. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit. a. Analisis Korelasi secara Parsial.

Dari keluaran software SPSS seperti terlihat diperoleh nilai thitung variabel penerapan Independensi Auditor sebesar 4,259 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000. Karena nilai thitung (4,259) lebih besar dari ttabel (2,052) maka pada tingkat kekeliruan 5% sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara parsial independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik diwilayah Bandung.

b. Pengujian Hipotesis

Koefisien korelasi antara independensi auditor dengan kualitas audit adalah sebesar 0,223 dengan arah positif.

Pengaruh X2 terhadap Y = 0,472 x 0,472 = 0,223 atau 22,3% Jadi ketika etika auditor tidak mengalami perubahan, independensi auditor memberikan pengaruh sebesar 22,3% terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik wilayah Bandung.


(19)

19 4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Etika Auditor terhadap Kualitas Audit

Melalui Perhitungan dan nilai koefiseien determinasi (R Square) dapat diketahui bahwa etika auditor memberikan pengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK sebesar 44,1%, sisanya dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Dengan koefisien korelasi bahwa hubungan yang terjadi antara etika auditor dengan kualitas audit adalah sebesar 0,664. Nilai korelasi bertanda positif, yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara keduanya adalah searah. Dimana semakin baik etika auditor, maka akan diikuti pula oleh semakin baiknya kualitas audit.

Sedangkan fenomena yang terjadi yaitu hasil evaluasi BPK atas hasil audit Laporan Keuangan PT.Dok dan Perkapalan Surabaya (PERSERO) yang dilakukan oleh seorang auditor pada KAP Budiman,Wawan, Pamudji dan Rekan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan belum sepenuhnya melaksanakan dan mematuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan jasa yang diberikan. Hal ini dikhawatirkan dapat mengurangi kualitas audit dan melanggar etika seorang audit karena seorang auditor sebaiknya mempunyai kompetensi profesional karena harus menjaga pengetahuan dan keterampilan profesional mereka dalam tingkat yang cukup tinggi dan tekun dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan ketika memberikan jasa profesional. Sehingga para auditor harus menahan diri dari memberikan jasa yang mereka tidak memiliki kompetensi dalam menjalankan tugas tersebut,


(20)

20 dan harus menjalankan tugas profesional mereka sesuai dengan seluruh standar teknis dan profesi.

Setelah dilakukannya penyebaran kuisioner pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BPK maka dapat dilihat bahwa presentase tanggapan responden mengenai Etika Auditor berada pada kategori sangat tinggi yaitu sebesar 84,1% dengan presentase skor pada indikator kompetensi profesional sebesar 83% yang berada pada kategori tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor internal pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung memiliki kompetensi profesional dan kecermatan yang tinggi dalam proses audit.

Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit, dimana semakin baik etika auditor yang dimiliki auditor maka kualitas auditpun akan semakin baik. Hal tersebut mendukung teori (Sukrisno Agoes dan Jan Hoesada :2012) menyatakan bahwa intensitas moral berbeda-beda sesuai masalah moral itu sendiri, dan masalah moral terkait pada berbagai jenis perilaku pengurangan kualitas audit. Dan menurut penelitian (M.Budi Djatmiko, M.Zulfa:2014) menyatakan bahwa etika audit berpengaruh memberikan perubahan yang berarti terhadap kualitas audit. Apabila terjadi perubahan sedikit saja pada ertika auditor maka akan terjadi perubahan yang berarti terhadap kualitas audit. Sehingga semakin tinggi etika audit maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan.

4.2.2 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit

Melalui perhitungan dan nilai koefisien determinasi (R Square) dapat diketahui bahwa independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BPK


(21)

21 dengan pengaruh yang diberikan sebesar 22,3% , sisanya dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Dengan koefisien korelasi bahwa hubungan yang terjadi antara independensi auditor dengan kualitas audit adalah sebesar 0,472. Nilai korelasi bertanda positif, yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara keduanya adalah searah. Dimana semakin tinggi independensi auditor, maka akan diikuti pula oleh semakin tingginya kualitas audit.

Sedangkan fenomena yang terjadi adalah berdasarkan kasus yang terjadi pada Bank Syariah Mandiri atas kecurangan yang dilakukan oleh pegawainya dan ditemukan oleh tim audit internal BSM, namun hal ini tidak di informasikan kepada audit eksternal yang memeriksa laporan keuangannya pada tahun 2012. Sehingga pada tahun 2012 laporan keuangan Bank Syariah Mandiri mendapatkan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian. Hal tersebut diindikasikan bahwa auditor independen dikhawatirkan mendapatkan tekanan dari klien karena permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya dan sudah mengurangi kualitas audit karena tidak dapat mendateksi salah saji pada laporan keuangan tersebut.

Setelah melakukan penyebaran kuisioner pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BPK maka dapat dilihat bahwa presentase tanggapan responden mengenai Independensi Auditor berada dalam kategori cukup tinggi yaitu sebesar 64%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat gap sebesar 46,3% yang berasal dari tekanan dari klien terhadap kondisi-kondisi yang mengindikasi terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh seorang auditor yang dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas audit.

Hasil penelitian ini membuktikan bukti empiris bahwa independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit dimana semakin tinggi


(22)

22 independensi auditor semakin tinggi pula kualitas auditnya. Hal ini didukung menurut teori Alim dkk(2007) dan Cristiawan (2002) bahwa auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independensinya. Didukung pula dalam penelitian Nur Samsi,Akhmad Riduwan, dan Bambang Suryono (2013) yang menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki independensi dalam melaksanakan tugas auditnya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Etika Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Bandung yang terdaftar di BPK. Penelitian ini di teliti dengan pertanyaan sesuai dengan indikator yang berhubungan dengan Etika Auditor, seperti Integritas, Objektivitas, Kompetensi Profesional dan Kecermatan, Kerahasiaan, dan Perilaku Profesional. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin baik etika auditor tersebut maka akan semakin baik pula kualitas audit yang diberikan tersebut. Maka dapat dikatakan bahwa etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit ke arah positif pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Bandung yang terdaftar di BPK.

2. Independensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik wilayah Bandung yang terdaftar di BPK. Penelitian ini diteliti dengan pertanyaan sesuai dengan indikator yang berhubungan dengan Hubungan dengan Klien, Tekanan dari Klien, Telaah dari Rekan Auditor, dan Jasa Non Audit. Hal ini menunjukkan


(23)

23 bahwa semakin tinggi independensi auditor maka semakin baik pula kualitas auditnya.

5.2 Saran

Pada bagian akhir dari skripsi ini, penulis bermaksud untuk mengajukan beberapa saran berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian yang telah didapatkan, dan kesimpulan yang telah dijabarkan sebelumnya. Adapun saran-saran yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Kantor Akuntan Publik

Kantor Akuntan Publik disarankan untuk selalu menjaga sikap etika dan independensinya kepada kliennya agar kualitas yang dihasilkan baik pula tanpa terjadi kesalahan karena kurang cermat dan profesional atas pemberian pendapat yang diberikan. Auditor yang mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat tekanan dari klien, tidak memiliki perasaan sungkan sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat menghasilkan audit yang berkualitas.

2. Bagi akademis

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel lain untuk mendukung teori yang secara umum dapat dipengaruhi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan Hoesada, Jan. 2012 .Bunga Rampai Auditing. Jilid 1. Edisi Kedua. Salemba Empat. Jakarta.


(24)

24 Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta :

Salemba Empat.

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi Ketiga. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

________. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik. Jilid 1. Edisi Keempat. Salemba Empat. Jakarta.

Alim, M.N.; Hapsari, T.; dan Purwanti, L. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar : 26-28 Juli.

Arens, A., Mark S. Beasley and Randal J. Elder. 2008. Auditing and Assurance.

Arens, A.A., Elder, R.J., Beasley, M.S. 2012. Auditing ad Assurance Service An Integrated Approach,14th Global Edition.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 2.

Dan M. Guy, C.Wayne Alderman, Alan J.Winters. 2002. Auditing. Jakarta: Erlangga.

Febrianto, Rahmat & Erna Widiastuty. 2005. Tiga Angka Laba Akuntansi: Mana yang lebih Bermakna Bagi Investor?. Simposium Nasional Akuntansi VII. Solo.

Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H.Scheiner. 2006. Audit Internal Sawyer. Jilid 3 . Edisi 5. Salemba Empat. Jakarta.


(25)

25 M.Budi Djatmiko, Zulfa Hadi Rizkina. 2014. Etika Profesi, Profesionalisme, Dan

Kualitas Audit.Study & Accounting Research. Vol XI, No 2.

Murtanto dan Marini. 2003. Persepsi Akuntan Pria dan Akuntan Wanita serta Mahasiswa dan Mahasiswi terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI. Surabaya: 16-17 Oktober

Nur Samsi, Akhmad Riduwan, Bambang Suryono. 2013.Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit: Etika Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi: Volume 1 Nomor 2, Maret.

Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A. Arens, dan Amir Abadi Jusuf. 2013.

Auditing and Assurance Services An Integrated Approach-An Indonesia Adaption.Jakarta: Salemba Empat.Service: An Integrated Approach. Ed.12. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2010. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta

_______. 2014. “Metode Panelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D”. Bandung: Alfabeta

Suharsimi,Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian suatu Pendekatabn Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke 7. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Wooten, T.G. 2003. It is Impossible to Know The Number of Poor-Quality Audits that simply go undetected and unpublicized. The CPA Journal. Januari. p. 48- 51.

http://www.syariahmandiri.co.id/2013/10/bsm-kembali-raih-annual-report-award/ PPAJP.depkeu.go.id


(26)

i ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh etika auditor dan independensi auditor terhadap kualitas audit, baik secara parsial maupun secara simultan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada seluruh responden, yaitu auditor yang bekerja di KAP di wilayah Bandung yang terdaftar di BPK. Dari 80 atau 100% kuisioner yang tersebar, 62% kuisioner yang kembali dan dapat diolah. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa etika dan independensi auditor secara parsial dan simultan berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Interaksi antara etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dan interaksi antara independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.


(27)

ii ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect auditor ethics and independence of the auditor to audit quality either simultaneously or partially.

The data used in this research is primary data obtained through a questionnaire to all respondents, the auditor who works in the firm in Bandung area listed in the CPC. Of 80 or 100% of questionnaires were distributed, 62% of questionnaires were returned and processed. Analysis of the data used is multiple linear regression analysis.

Results from this study indicate that ethics and auditor independence and simultaneous partial significant positive effect on audit quality. Interaction between ethics auditor significant effect on audit quality. And the interaction between the independence of the auditor significant effect on audit quality.


(28)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Pengertian auditing menurut Whittington, O. Ray dan Kurt Pann (2012:4): “Auditing is an examination of a company’s financial statements by

a firm of independent public accountants. The audit consists of a searching investigation of the accounting records and other evidence supporting those financial statements. By obtaining an

understanding of the company’s internal control, and by inspecting

documents, observing of assets, making enquires within and outside the company, and performing other auditing procedures, the auditors will gather the evidence necessary to determine whether the financial statements provide a fair and reasonably complete

picture of the company’s financial position and its activities during the period being audited.”

Kutipan tersebut mengatakan bahwa, auditing adalah pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh perusahaan akuntan publik yang independen. Audit terdiri dari penyelidikan mencari catatan akuntansi dan bukti lain yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal perusahaan, dan dengan memeriksa dokumen, mengamati aset, membuat bertanya dalam dan di luar perusahaan, dan melakukan prosedur audit lain, auditor akan mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan apakah laporan keuangan menyediakan adil dan cukup melengkapi gambaran posisi keuangan perusahaan dan kegiatan selama periode yang diaudit

Menurut Sukrisno Agoes(2012:9), auditing didefinisikan sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keungan yang telah disusun oleh manajemen beserta


(29)

9

catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

DeAngelo (1981b) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas nilaian-pasar bahwa laporan keuangan mengandung kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material tersebut. Kedua, adalah definisi yang disampaikan oleh Lee, Liu, dan Wang (1999). Kualitas audit menurut mereka adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material. Definisi ketiga adalah definisi yang diberikan oleh Titman dan Trueman (1986), Beaty (1986), Krinsky dan Roten berg (1989), dan Davidson dan Neu (1993). Menurut mereka, kualitas audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor.

Adapun jenis-jenis audit menurut Randal J.Elder diterjemahkan oleh Desti Fitriani(2013:16-19) akuntan publik melakukan tiga jenis utama audit, yang terbagi kedalam tiga kategori :

1. Audit Laporan Keuangan (financial statement audit)

Audit laporan keuangan mencangkup penghimpun dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum (PABU).

2. Audit Kepatuhan (compliance audit)

Audit kepatuhan mencangkup penghimpun dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yang telah ditentukan.

3. Audit operasional (operasional audit)

Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis) operasional.


(30)

10

Menurut Arens, et al (2013:19) Orang atau kelompok yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Auditor Independen (KAP)

Kantor Akuntan Publik bertanggungjawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta banyak perusahaan berskala kecil dan organisasi non komersil. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti kreditor, investor, calon kreditor, calon investor, dan instansi pemerintah(terutama instansi pajak).

2. Auditor Pemerintah (General Accounting Office Auditors)

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja pada instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban yang ditujukan kepada pemerintah. Mayoritas tanggungjawab auditor pemerintah sama dengan tanggungjawab dari akuntan publik. Sebagian besar informasi keuangan yang disediakan oleh berbagai badan pemerintah telah diaudit oleh auditor pemerintah.

3. Auditor Intern (Internal auditor)

Auditor intern adalah auditor yang bekerja pada masing-masing perusahaan untuk melakukan audit manajemen yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang telah diterapkam oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi serta menentukan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Audit intern menyediakan informasi yang amat bernilai bagi pihak manajemen dalam proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan efektifitas operasi perusahaan.

4. Auditor Pajak (Internal revenue agents)

Auditor pajak adalah auditor yang melaksanakan proses audit atas pajak penghasilan dari wajib pajak untuk menentukan apakah mereka telah mematuhi undang-undang perpajakan yang berlaku. Audit ini merupakan jenis audit kepatuhan. Pajak penghasilan yang diaudit oleh auditor ini sangatlah beragam,mulai dari perhitungan pajak sederhana bagi individu yang bekerja pada seorang pemberi kerja saja serta hanya memperoleh pengurangan pajak standar hingga perhitungan pajak yang sangat kompleks pada perusahaan multinasional.

5. Auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Auditor Badan Pemeriksa Keuangan adalah auditor yang bekerja untuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia, badan yang didirikan berdasarkan konstitusi Indonesia. Dipimpin oleh seorang kepala, BPK melapor dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada DPR.


(31)

11

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk menetapkan standar auditing. Untuk melaksanakan tugas tersebut Ikatan Akuntansi Indonesia membentuk Dewan Standar Audit yang ditetapkan sebagai badan teknis senior dari Ikatan Akuntansi Indonesia untuk menerbitkan pernyataan-pernyataan tentang standar auditing. Sepuluh standar auditing terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu standar umum, standar pekerja lapangan, dan standar pelaporan. Secara keseluruhan kesepuluh standar tersebut menetapkan kualitas pelaksanaan kerja dan tujuan keseluruhan yang harus dicapai dalam suatu audit laporan keuangan. Oleh karena itu, standar auditing digunakan sebagai ukuran menilai auditor. (Arens, et al. diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf 2012:52).

1. Standar Umum

a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerja Lapangan

a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar Pelaporan

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan


(32)

12

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

2.1.1 Etika Auditor

Etika dapat menggambarkan prinsip moral atau peratuaran perilaku individu atau kelompok individu yang mereka akui. Etika berlaku ketika seseorang harus mengambil keputusan dari beberapa alternatif menyangkut prinsip moral. Semua auditor mempunyai pengertian sendiri mengenai etika sehingga mereka dapat mengidentifikasi apa yang baik dan apa yang buruk. Auditor pada dasarnya menggunakan alasan moral untuk memutuskan apakah sesuatu etis atau tidak karena hal ini mewajibkan auditor untuk tidak hanya mempertimbangkan diri sendiri tetapi juga orang lain. (Dan M.Guy, C. Wayne Alderman, Alan J. Winters, 2002:56)

Kebanyakan orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai perilaku yang menyimpang dari apa yang mereka yakini sebagai perilaku yang patut dalam lingkungan mereka. Alasan utama yang menjadi penyebab orang-orang berlaku tidak etis adalah standar etika orang tersebut berbeda dari etika masyarakat secara


(33)

13

umum, atau orang tersebut memilih berlaku egois. Sering kali keduanya muncul yang menjadi penyebab perilaku tidak etis. (Randal J. Elder, dkk , 2013:60)

Pada dasarnya semua profesi memiliki taggung jawab utama untuk menyediakan pelayanan bermutu kepada publik. Agar profesi berkesinambungan, tanggung jawab individual meliputi tanggung jawab pada pemberi kerja, masyarakat, sesama rekan seprofesi dan pada diri sendiri. Auditor adalah abdi masyarakat dan auditing memberi manfaat bagi sebagian besar kehidupan manusia, sehingga dari sudut pandang etika utilitarian, masyarakat penerima manfaat jasa audit harus melindungi, membina, dan melestarikan teknologi auditing. (Sukrisno Agoes, Jan Hoesada, 2012:30)

Dalam auditing, etika merupakan ilmu tentang tingkah laku, adat istiadat, perbuatan baik dan buruk, sifat utama dan baik, budi pekerti mulia dan agung. Etika bukan sekedar konsep atau pengetahuan, namun nilai yang mempengaruhi kehendak manusia untuk sengaja memilih hidup suci, berbuat kebaikan, memberi faedah bagi sesama dan mengejar kesempurnaan susila (adab, kelakuan, sopan santun, budi pekerti luhur).(Sukrisno Agoes, Jan Hoesada, 2012:31)

Masalah terbesar etika auditor adalah internalisasi etika ke dalam tubuh setiap anggota organisasi profesi. Aturan etika yang “benar” adalah aturan yang menguatkan kesadaran etis setiap orang yang berada di bawah aturan itu, mengurangi frekuensi “tahu, namun mengabaikan suara hati yang memperingatkan”. Hukuman pelanggaran etika adalah batin tersiksa karena


(34)

14

merasa bersalah dan perasaan diri nista, yang terasa jauh lebih berat dari hukuman profesi atau hukum. (Sukrisno Agoes, Jan Hoesada, 2012:32)

Dalam menjalankan profesinya sebagai auditor, terdapat tujuan mengenai etika profesi auditor menurut Sri Wahjoeni dan M. Gudono (2000:170) adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa profesi akuntan.

Masih banyak orang yang peduli akan etika, namun sedikit yang mampu melakukannya, lebih sedikit yang mampu melakukan secara konsisten tanpa syarat. Tanpa basis etika profesi, profesi audit tidak mungkin menjadi profesi kepercayaan publik. (Sukrisno Agoes, Jan Hoesada, 2012:41)

Menurut (Randal J.Elder, Mark S. Beasley, Alvin A.Arens, dan Amir Abadi Jusuf, 2013:71) Prinsip prinsip etika yang harus diterapkan auditor sebagai berikut :

1. Integritas. Para auditor harus terus terang dan jujur serta melakukan praktik secara adil dan sebenar-benarnya dalam hubungan profesional mereka.

2. Objektivitas. Para auditor harus tidak berkompromi dalam memberikan pertimbangan profesionalnya karena adanya bias/prasangka, konflik kepentingan atau karena adanya pengaruh dari orang lain yang tidak semestinya. Hal ini mengharuskan auditor untuk menjaga perilaku yang netral ketika menjalankan audit, menginterpretasikan bukti audit dan melaporkan laporan keuangan yang merupakan hasil dari penelaahan yang mereka lakukan.

3. Kompetensi profesional dan kecermatan. Auditor harus menjaga pengetahuan dan keterampilan profesional mereka dalam tingkat yang cukup tinggi, dan tekun dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka ketika memberikan jasa profesional. Sehingga, para auditor harus menahan diri dari memberikan jasa yang mereka tidak memiliki


(35)

15

kompetensi dalam menjalankan tugas tersebut, dan harus menjalankan tugas profesional mereka sesuai dengan seluruh standar teknis dan profesi. 4. Kerahasiaan. Para auditor harus menjaga kerahasiaan informasi yang

diperoleh selama tugas profesional maupun hubungan dengan klien. Para auditor tidak boleh menggunakan informasi yang sifatnya rahasia dari hubungan profesional mereka, baik untuk kepentingan pribadi maupun demi kepentingan pihak lain. Para auditor tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia kepada pihak lain tanpa seizin klien mereka, kecuali jika ada kewajiban hukum yang mengharuskan mereka mengungkapkan informasi tersebut.

5. Perilaku Profesional. Para auditor harus menahan diri dari setiap perilaku yang akan mendiskreditkan profesi mereka, termasuk melakukan kelalaian. Mereka tidak boleh membesar-besarkan kualifikasi ataupun kemampuan mereka, dan tidak boleh membuat perbandingan yang melecehkan atau tidak berdasar terhadap pesaing.

2.1.2 Independensi Auditor

Pendapat, opini atau kesimpulan audit menambah kredibilitas laporan internal yang hanya apabila pendapat tentang laporan itu independen. Apabila pendapat independen tersebut dinilai sebagai pendapat ahli yang kompeten dan jujur maka kredibilitas laporan intenal itu makin meningkat. Karena penilaian publik tentang hal itu berdasarkan gejala atau penampakan, auditor harus

menampakkan independensi, keahlian dan kejujuran secara sengaja. Auditor secara jujur perlu selalu memandang dirinya sebagaimana publik memandang dirinya sebagai dasar memperbaiki citra profesional.

Independensi praktisi diterapkan mulai dari evaluasi risiko pra-penugasan, independensi untuk menolak penugasan bersyarat, sehingga yang tidak mungkin bermuara pada kesimpulan atau opini konklusif, independensi dalam menerapkan program audit terutama akses pada data basis opini, dan independensi membuat


(36)

16

pernyataan kesimpulan atau opini. Sebagai bagian dari integritas profesional, independensi keputusan, kesimpulan atau opini audit berarti mengunggulkannya di atas kehendak pemberi tugas audit, auditee atau pihak lain. Oleh karena independensi itu maka muncullah tanggung jawab paripurna auditor akan kualitas audit, saran , nasihat, rekomendasi perbaikan, dan opini tanpa dapat dialihkan kepada siapapun.

Apabila pemberi kerja, auditee atau suatu pihak tidak suka bahkan tidak setuju dengan saran dan opini tersebut, sikap tersebut tidak menggoyahkan atau mengubah opini. Permintaan pembatalan atau perubahan suatu opini audit, dengan ancaman pembalasanpun sekali-kali tidak dapat dipenuhi auditor. Inilah konsekuensi profesional dari independensi yang harus dipikul auditor. Auditor harus independen dari kepentingan pribadi yang secara sadar atau bawah sadar dapat menyesatkan dirinya untuk mengambil keputusan audit atau keputusan pendapat audit secara tidak sesuai realitas. (Sukrisno Agoes, Jan Hoesada, 2012:29)

Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam pengujian audit, evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit. Independensi merupakan salah satu karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dasar dari prinsip integritas dan objektivitas. Seorang auditor tidak hanya diharuskan untuk menjaga sikap mental independen dalam menjalankan tanggung jawabnya, namun juga penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan terhadap independensi auditor.


(37)

17

Kedua unsur independensi ini sering kali diidentifikasikan sebagai independen dalam fakta, dan independen dalam penampilan. Independen dalam fakta muncul ketika auditor secara nyata menjaga sikap objektif selama melakukan audit. Sedangkan independen dalam penampilan merupakan interpretasi orang lain terhadap independensi auditor tersebut. (Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A. Arens, dan Amir Abadi Jusuf, 2013:74)

Sedangkan pengertian Independensi menurut Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana (2009:146) Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan tindakan.

Dari uraian diatas penulis menarik kesimpulan dari pengertian diatas tentang Independensi, yaitu sifat yang dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya secara bebas, objektif dan tidak memihak(netral) sehingga dapat menghasilkan laporan audit yang independen.

Mempertahankan perilaku independen bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab mereka adalah sangat penting, namun yang lebih penting lagi adalah bahwa pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas independensi itu sendiri. Independensi memiliki penilaian apabila auditor mengamati hasil audit,sehingga klien dapat menilai apakah auditor tersebut bersifat independensi atau justru sebaliknya terhadap kualitas audit yang diperiksanya.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Sukrisno Agoes (2004: 302) pada penelitian ini independensi diproksikan dalam 4 kategori:


(38)

18

1. Lama hubungan dengan klien

Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien sudah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. Keputusan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun.

2. Tekanan dari Klien

Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam menjalankan tugasnya dengan bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi sehingga dia dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya.

3. Telaah dari Rekan Auditor (Peer Review)

Peer review adalah review oleh akuntan publik, atas ketaatan KAP pada sistem pengendalian mutu kantor itu sendiri.

4. Jasa Non audit

Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan perpajakan serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Independensi auditor dapat ditinjau dan dievaluasi dari dua sisi, yakni Independensi praktisi dan Independensi profesi. Secara lengkap hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Independensi Praktisi

Merupakan Independensi yang faktual atau nyata yang diperoleh atau dipertahankan oleh auditor dalam seluruh rangkaian kegiatan audit, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga tahap pelaporan. Independensi dalam fakta ini merupakan tinjauan terhadap kebebasan yang sesungguhnya dimiliki oleh auditor, sehingga merupakan kondisi ideal yang harus diciptakan oleh auditor. 2) Independensi Profesi

Merupakan Independensi yang ditinjau menurut citra (image) auditor dari pandangan publik atau masyarakat umum terhadap auditor yang bertugas. Independensi menurut tinjauan ini sering pula dinamakan Independensi dalam penampilan (independence in appearance). Independensi menurut tinjauan ini sangat krusial karena tanpa keyakinan publik bahwa seorang auditor adalah


(39)

19

independen, maka segala hal yang dilakukan serta pendapatnya tidak akan mendapat penghargaan dari publik atau pemakainya.

2.1.3 Kualitas Audit

Auditor sangat memuja kualitas dari kesimpulan audit yang dibuatnya,

auditing adalah tentang proses bernilai dan kesimpulan audit bernilai. Nilai-nilai tersebut adalah nilai personal (berkaitan dengan diri pribadi saja), nilai interpersonal(berkaitan dengan kelompok pribadi itu) seperti loyalitas dan kepercayaan, nilai-nilai transpersonal(nilai yang melampaui diri atau kelompok), sering kali merupakan nilai universal seperti kebaikan, kebenaran, keindahan, keadilan, kesucian, atau tindakan apa pun yang baik dan akan tetap baik walau dilakukan oleh semua orang. (Sukrisno Agoes, Jan Hoesada, 2012:38)

Dalam kualitas audit, terdapat empat kelompok definisi kualitas audit yang diidentifikasi oleh Watkins et al. (2004). Pertama, adalah definisi yang diberikan oleh DeAngelo (1981b). DeAngelo (1981b) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas nilaian-pasar bahwa laporan keuangan mengandung kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material tersebut. Kedua, adalah definisi yang disampaikan oleh Lee, Liu, dan Wang (1999) dalam Febrianto Widiastuty (2005). Kualitas audit menurut mereka adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material. Definisi ketiga adalah definisi yang diberikan oleh Titman dan Trueman (1986), Beaty (1986), Krinsky dan Rotenberg (1989), dan Davidson dan Neu


(40)

20

(1993). Menurut mereka, kualitas audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor. Terakhir, kualitas audit ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi noise dan bias dan meningkatkan kemurnian (fineness) pada data akuntansi (Wallace, 1980 di dalam Watkins et al., 2004).

Hal tersebut membuktikan bahwa bagi akuntan publik, kepercayaan klien dan pemakai laporan keuangan eksternal atas kualitas audit sangatlah penting. Jika pemakai jasa audit tidak memiliki kepercayaan kepada kualitas audit yang di berikan oleh akuntan publik atau KAP, maka kemampuan mereka untuk melayani klien serta masyarakat secara efektif akan hilang. Namun, sebagian besar pemakai jasa audit tidak memiliki kompetensi untuk melihat kualitas audit, karena kompleksitas jasa audit tersebut. (Arens et.al, 2012:130)

Wooten (2003) telah mengembangkan model kualitas audit dari membangun teori dan penelitian empiris yang ada. Model yang disajikan oleh Wooten dalam penelitian ini dijadikan sebagai indikator untuk kualitas audit, yaitu:

1. Deteksi salah saji 2. Kesesuaian dengan SPAP 3. Kepatuhan terhadap SOP 4. Risiko audit


(41)

21

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini digunakan untuk mempermudah jalan pemikiran terhadap masalah yang akan dibahas. Adapun kerangka pemikiran yang penulis kembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Paradigma Pemikiran

2.2.1. Pengaruh Etika auditor terhadap Kualitas audit

Dalam menghasilkan audit yang berkualitas, akuntan publik harus menyadari adanya tanggung jawab kepada publik, kepada klien, dan kepada sesama praktisi, termasuk perilaku terhormat, bahkan jika hal tersebut berarti melakukan pengorbanan atas kepentingan pribadi (Arens dkk, 2008).

Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral yang mengatur tentang perilaku profesional (Agoes, 2004).

Tanpa etika, profesi akuntan publik tidak akan ada karena fungsi akuntan publik adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi

Nur Samsi, Akhmad Riduwan, dan Bambang Suryono

(2013) KUALITAS AUDIT

ETIKA AUDITOR INDEPENDENSI AUDITOR

M.Budi Djatmiko, M.Zulfa

(2014)


(42)

22

yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya (Murtanto dan Marini, 2003).

Etika profesi auditor digunakan dalam interprestasi dan kaidah etika yang harus dilakukan seorang auditor dalam memeriksa laporan keuangan dan menghasilkan kualitas audit yang layak untuk dipublikasikan. (Arrens, 2012 : 120)

Jones (1991) dalam Sukrisno Agoes dan Jan Hoesada (2012) menyimpulkan secara empirik bahwa intensitas moral berbeda-beda sesuai masalah moral itu sendiri, dan masalah moral terkait pada berbagai jenis perilaku pengurangan kualitas audit.

Didukung dari penelitian sebelumnya bahwa etika profesi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Artinya, etika profesi berpengaruh memberikan perubahan yang berarti terhadap kualitas audit. Apabila terjadi perubahan sedikit saja pada etika profesi maka akan terjadi perubahan yang berarti terhadap kualitas audit. Sehingga semakin tinggi etika profesi maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. (M.Budi Djatmiko, M.Zulfa : 2014)

2.2.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit

Independensi merupakan salah satu karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dasar dari prinsip integritas dan objektivitas. Alasan banyaknya pengguna laporan keuangan yang bersedia mengandalkan laporan audit eksternal terhadap kewajaran laporan keuangan karena ekspektasi mereka atas sudut pandang yang tidak bias dari auditor. Auditor tidak hanya diharuskan untuk


(43)

23

menjaga sikap mental independensi dalam menjalankan tanggung jawabnya, namun juga penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan terhadap independensi auditor. (Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A. Arens, dan Amir Abadi Jusuf, 2013:74)

Alim dkk (2007) dan Cristiawan (2002) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen.

Penelitian yang dilakukan oleh Lavin (1976) dalam Alim (2007) menjelaskan lebih mendalam konsep independensi dalam hal hubungan antara klien dan auditor melalui pengamatan pihak ketiga. Banyaknya penelitian mengenai independensi menunjukkan bahwa faktor independensi merupakan faktor penting bagi auditor untuk menjalankan profesinya.

Didukung pula dengan penelitian Nur Samsi, Akhmad Riduwan, dan Bambang Suryono(2013) menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki inependensi dalam melaksanakan tugas auditnya. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah, dkk (2009), Christiawan (2002) dan Alim dkk (2007)

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang bersifat sementara atau dengan anggapan, pendapat atau asumsi yang mungkin benar dan mungkin salah. Hipotesis diperlukan dalam sebuah penelitian untuk menetapkan kesimpulan


(44)

24

sementara. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka terdapat hipotesis penelitian yang dirumuskan sebagai berikut :

H1: Etika Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. H2: Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

Berdasarkan dari hipotesis tersebut pada perkiraan sementara peneliti yang menyatakan bahwa apabila semakin tinggi tingkat etika dan independensi auditor di suatu KAP yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan oleh KAP tersebut.


(45)

25 BAB III

METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Dalam pemecahan masalah yang ada suatu penelitian diperlukan penyelidikan yang hati-hati, teratur dan terus-menerus, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian. Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh.

Sugiyono (2014:2) menjelaskan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang diperoleh melalui penelitian adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Valid menunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Untuk mendapatkan data yang langsung valid dalam penelitian sering sulit dilakukan, oleh karena itu data yang telah terkumpul sebelum diketahui validitasnya, dapat diuji melalui pengujian reliabilitas dan obyektivitas. Pada umumnya kalau data itu reliabel dan obyektif, maka terdapat kecenderungan data tersebut akan valid.


(46)

26

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan, mencatat data, baik primer maupun sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang diperoleh.

Penulis dalam menyusun karya ilmiah ini menggunakan penelitian kuantitatif. Suharsimi Arikunto (2013:27) menjelaskan penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. Penulis bermaksud untuk mengetahui seberapa besar pengaruh etika, dan independensi auditor terhadap kualitas audit.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif murni atau survei dan verifikatif. Penelitian deskriptif murni atau survei menurut Suharsimi Ari Kunto (2013:3) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan atau wilayah tertentu.

Sugiyono (2014:147) mendefinisikan metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Umi Narimawati (2010:29) mendefinisikan metode verifikatif adalah memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan


(47)

27

atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.

Dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif dan verifikatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan benar tidaknya fakta-fakta yang ada serta menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik. Dalam penelitian ini, metode deskriptif verifikatif tersebut digunakan untuk menguji pengaruh dari etika, dan independensi auditor terhadap kualitas audit serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2010:58) adalah Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent variable). Pengertian dari variabel bebas menurut Sugiyono (2014:39) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian.Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:


(48)

28

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya dan merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan timbulnya variable dependent (terikat). Data yang menjadi variabel bebas (Varaibel X) adalah Etika, dan Independensi Auditor.

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Data yang menjadi variabel terikat (Variabel Y) adalah Kualitas Audit.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (independent variable) merupakan suatu variabel yang bebas dimana keberadaanya tidak dipengaruhi oeh variable yang lain, bahkan variabel ini merupakan suatu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Operasional variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variable Konsep Indikator Kuisioner No. Skala

Etika Auditor (X1)

Etika Auditor merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai yang

cukup penting dan

dijadikan aturan hukum. (Randal J. Elder, dkk , 2013:60)

1. Integritas 2. Objektivitas

3. Kompetensi profesional dan kecermatan

4. Kerahasiaan

5. Perilaku profesional (Randal J. Elder, dkk , 2013:71)

1-3 4-6 7-8 9-10


(49)

29

Independensi Auditor (X2)

Independensi merupakan

sikap tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu

dalam mengambil

keputusan dan tindakan. (Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana, 2009:146)

1.Hubungan dengan klien 2.Tekanan dari Klien 3.Telaah dari Rekan Auditor

(Peer Review) 4. Jasa Non Audit

(Sukrisno Agoes ,2004:302)

13-14 15-16 17 18-19 Ordinal Kualitas Audit (Y)

Kualitas audit adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material. (Lee, Liu, dan Wang (1999)

1. Deteksi salah saji

2. Kesesuaian dengan SPAP 3. Kepatuhan terhadap SOP 4. Risiko audit

(Wooten :2003)

20-22 22-25 26-27

28-30 Ordinal

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Sugiyono (2009) Skala ordinal, adalah skala yang berjenjang dimana sesuatu lebih atau kurang dari yang lain. Data yang diperoleh dari pengukuran dengan skala ini disebut dengan data ordinal yaitu data yang berjenjang yang jarak antara satu data dengan yang lain tidak sama.

Berdasarkan pengertian diatas, maka tujuan digunaka skala ordinal adalah untuk memperoleh informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.

Menurut Sugiyono (2014 :93) Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.


(50)

30

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pertanyaan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuisioner yang diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Skala Penilaian Kuisioner

No Keterangan Skor

positif

Skor negatif 1 Sangat setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Kadang-kadang 3 3 4 Tidak setuju 2 4 5 Sangat Tidak setuju 1 5

Sumber : Sugiyono, 2011 3.3 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian tentang pengaruh Etika dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit yaitu menggunakan data primer. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2014:137) yang menyatakan bahwa sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer. Data primer diperoleh penulis secara langsung, dengan mengadakan penelitian. Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuisioner dan melakukan wawancara secara langsung dengan


(51)

pihak-31

pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan yaitu pada Kantor Akuntan Publik.

Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan dan mengumpulkan data adalah menggunakan metode survei menggunakan kuisioner. Menurut Sugiyono (2012:6) metode survei didefinisikan sebagai berikut:

Metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah(bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuisioner, test, wawancara terstruktur.

Sedangkan kuisioner menurut Sugiyono(2014:142) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Hasil dari kuisioner yang disebarkan dilihat dari tingkat kuisioner yang kembali dan dapat dipakai. Persentase dari pengisian kuisioner yang diisi dibandingkan dengan yang disebarkan sebagai Response rate(tingkat tanggapan responden).

Menurut Perreault/McCharty (2009:422) response rate adalah persentase orang-orang yang dikontak pada sampel penelitian yang melengkapi kuisioner. Berdasarkan pengertian diatas, rumus response rate adalah sebagai berikut :

Sumber : Yang dan Miller (2008:231) Response Rate = The number of who answered the survey

The number of People in the sample


(52)

32

Kriteria penilaian response rate adalah sebagai berikut :

No Response Rate Kriteria

1 ≥85% Excellent

2 70%-85% Very Good

3 60%-69% Acceptable

4 51%-59% Questionable

5 ≤50% Not Scientifically Acceptable

Sumber : Yang dan Miller (2008:231) 3.4 Populasi, Sampel, dan Tempat serta Waktu Penelitian

Didalam suatu penelitian, populasi dan sampel sangat diperlukan. Hal tersebut agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang diharapkan.

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian merupakan sekumpulan objek yang ditentukan melalui suatu kriteria tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek tersebut bisa termasuk orang, dokumen atau catatan yang dipandang sebagai objek penelitian.

Menurut Margono (2010:118) Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Sedangkan menurut Sukmadinata (2011:250) mengemukakan bahwa populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita.

Menurut Arikunto (2013:173) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitianya merupakan penelitian populasi.


(1)

85

Goodman Hutabarat. Pengaruh Pengalaman Time Budget Pressure dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ilmiah ESAI Volume 6, Nomor 1, Januari 2012. ISSN No. 1978-6034

Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H.Scheiner. 2006. Audit Internal Sawyer. Jilid 3 . Edisi 5. Salemba Empat. Jakarta.

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

M.Budi Djatmiko, Zulfa Hadi Rizkina. 2014. Etika Profesi, Profesionalisme, Dan Kualitas Audit. Study & Accounting Research. Vol XI, No 2.

Murtanto dan Marini. 2003. Persepsi Akuntan Pria dan Akuntan Wanita serta Mahasiswa dan Mahasiswi terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI. Surabaya: 16-17 Oktober

Nur Samsi, Akhmad Riduwan, Bambang Suryono. 2013.Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit: Etika Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi: Volume 1 Nomor 2, Maret.

Perreault and McCharty.2009.Pemasaran Dasar 2. Jakarta.Salemba Empat

Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A. Arens, dan Amir Abadi Jusuf. 2013. Auditing and Assurance Services An Integrated Approach-An Indonesia Adaption.Jakarta: Salemba Empat.Service: An Integrated Approach. Ed.12. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta:Bandung. _______. 2010. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta _______. 2014. “Metode Panelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D”. Bandung: Alfabeta Suharsimi,Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian suatu Pendekatabn Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke 7. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Umi, Narimawati., Sri, D. A., & Linna, I. 2010. Penulisan karya Ilmiah: Panduan supawal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi: Genesis

Watkins,A.L et al. 2004. Audit Quality: A Synthesis of Theory and Empirical Evidence. Journal of Accounting Literature. 23 (153-193).


(2)

86

Whittington, O.Ray and Kurt Pany. 2012. Principles of Auditing, and Other assurance Services. 18th Edition. Mc-Graw-Hill,New York,NY

Wooten, T.G. 2003. It is Impossible to Know The Number of Poor-Quality Audits that simply go undetected and unpublicized. The CPA Journal. Januari. p. 48- 51. http://www.detik.com

http://www.syariahmandiri.co.id/2013/10/bsm-kembali-raih-annual-report-award/ PPAJP.depkeu.go.id


(3)

RIWAYAT HIDUP

BIODATA

Nama : Gita Febriyani Eka Rahayu

Tempat,Tanggal Lahir : Bandung, 20 Februari 1993

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Komp.Melong Green Garden Jln.Boeing VI no 9 rt03/rw28 Cijerah, Cimahi Selatan 40534

No.Telp/HP : 087722703616

PENDIDIKAN

1999-2005 : SDN Karya Bhakti I Cimahi

2005-2008 : SMPN 4 Cimahi

2008-2011 : SMA BPI 1 Bandung


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh kompetensi, independensi, dan keahlian profesional terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi (studi kasus pada kantor akuntan publik di wilayah Jakarta Selatan)

4 32 171

Pengaruh profesi auditor dan independensi auditor terhadap kualitas audit : (studi kasus pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung)

0 19 74

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62

Pengaruh independensi auditor dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit :(survey pada Kantor Akuntans Publik di Wilayah Bandung)

3 17 51

Pengaruh Independensi Auditor Dan Kinerja Auditor Terhadap Kualitas Audit (survei Pada Kantor Akuntan Publik Di Bandung)

0 22 70

Pengaruh pengalaman auditor dan etika profesi auditor terhadap kualitas audit : (survey pada kantor akuntan publik (KAP) di Wilayah Bandung)

1 26 79

Pengaruh Due Professional Care dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (Survey Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang Terdaftar di BAPEPAM-LK)

1 32 67

Pengaruh masa perikatan audit (tenure) dan independensi auditor terhadap kualitas audit :(survey pada Kantor Akuntan Publik di Bandung)

3 46 51

Pengaruh Kompetensi dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (Survey Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang Terdaftar di BAPEPAM-LK)

6 36 66

PENGARUH AKUNTABILITAS AUDITOR DAN INDEPENDENSI AUDITOR AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI YOGYAKARTA.

0 4 159