Unsur Kekuatan Strength Ekstrinsik

Strategi Pengembangan Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitas Hutan dan Lahan GN-RHL Peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL masih sangat dibutuhkan. Hal ini didasari pertimbangan, bahwa rendahnya partisipasi masyarakat telah menyebabkan terhambatnya keberhasilan penerapan kegiatan GN-RHL di lapangan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui perumusan strategi pengembangan partisipasi masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, teridentifikasi sejumlah faktor-faktor internal maupun eksternal, yang dijadikan dasar dalam penyusunan strategi pengembangan partisipasi masyarakat di kedua lokasi sampel. Di dalam strategi pengembangan partisipasi masyarakat pada kegiatan GN- RHL di gunakan metode Strength, Weakness, Opportunity, Threat SWOT. Pendekatan ini didasarkan pada potensi, isu, permasalahan, dan peluang yang ada di kedua lokasi penelitian Layana dan Lambara, dengan memperhatikan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, infrastruktur, kelembagaan, dan kebijakan pendukung. Tahapan analisis yang dilakukan meliputi: a identifikasi dan penilaian faktor internal dan eksternal; b pemaduan faktor internal dan ekternal; dan c analisis keterkaitan unsur SWOT, yang menjadi dasar perumusan strategi pengembangan partisipasi masyarakat.

a. Unsur Kekuatan Strength

Peubah strategi internal, berupa kekuatan Strength yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL disajikan pada Tabel 26. Tabel 26 Peubah-peubah unsur kekuatan dan nilai pengaruhnya Peubah Strategi Internal Bobot Rating Nilai pengaruh 1 2 4 5 Respon masyarakat terhadap kegiatan GN-RHL 0,237 3 0,71 Kerjasama kelompok 0,134 4 0,53 Ketersediaan tenaga kerja produktif 0,161 3 0,48 Tingkat Keterbukaan masyarakat 0,152 3 0,46 Dukungan Stakeholder terhadap GN-RHL 0,198 2 0,40 Keterjangkauan lokasi aksesibilitas 0,119 3 0,36 Total 2,94 Tabel di atas menunjukkan bahwa peubah yang memiliki nilai pengaruh tertinggi adalah ”respon masyarakat terhadap kegiatan GN-RHL”, dengan nilai pengaruh sebesar 0,71. Sedangkan peubah yang memiliki nilai pengaruh terendah adalah ” keterjangkauan lokasi” dengan nilai pengaruh sebesar 0,36. 1. Respon masyarakat terhadap kegiatan GN-RHL Respon masyarakat yang tinggi disebabkan oleh persepsi dan motivasi yang dimiliki responden terhadap pelaksanaan kegiatan GN-RHL. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa persepsi responden yang baik disebabkan karena kegiatan sosialisasi dan pendampingan yang difasilitasi oleh Dinas Kehutanan, telah mampu memberikan pengetahuan dan pemahaman, serta menambah keyakinkan responden tentang eksistensi kegiatan GN-RHL. Persepsi yang baik secara tidak langsung mendorong motivasi responden untuk berpartisipasi aktif pada setiap tahapan kegiatan GN-RHL. 2. Kerjasama kelompok Peubah ”kerjasama kelompok” memiliki nilai pengaruh sebesar 0,53. Hal ini didukung oleh kuatnya modal sosial masyarakat di kedua lokasi penelitian. Modal sosial dimaksud adalah sistem nilai gotong-royong dan kepercayaan trust kepada orang-orang yang dituakan, telah mempererat jalinan kerjasama dan kekompakkan di antara mereka, terutama dalam pelaksanaan GN-RHL. Hal ini nampak jelas pada pelaksanaan GN-RHL di Lambara, di mana pelaksanaan kegiatan GN-RHL dilakukan secara berkelompok, dan tiap-tiap responden telah mengetahui fungsi dan perannya masing-masing dalam kelompok tersebut. 3. Ketersediaan tenaga kerja produktif Peubah ketersediaan tenaga kerja produktif memiliki nilai pengaruh sebesar 0.48. Di kedua lokasi penelitian, sebagian besar responden masuk dalam kategori umur produktifusia tenaga kerja 15-64 tahun. Namun demikian, ketersediaan tenaga kerja produktif di kedua lokasi penelitian tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Sehingga keberadaan kegiatan GN-RHL dapat membantu menyerap usia produktif yang ada di Layana dan Lambara menjadi angkatan kerja labor force. 4. Tingkat keterbukaan masyarakat Peubah ”tingkat keterbukaan masyarakat” terhadap kegiatan GN-RHL memiliki nilai pengaruh sebesar 0,46. Keterbukaan yang dimaksud terkait dengan proses adopsi inovasi dan proses difusi masyarakat. Dalam proses tersebut, masyarakat di dua lokasi penelitian melakukan upaya pengenalan, di antaranya dengan meningkatkan sifat kekosmopolitan terhadap kegiatan GN-RHL. Sifat kekosmopolitan yang dicirikan oleh upaya mereka dalam mencari dan menggali informasi dengan pihak-pihak yang lebih memahami tentang kegiatan ini. Pihak-pihak yang dimaksud di antaranya; sesama anggota, tokoh-tokoh masyarakat, pendamping dan petugas lapangan, serta Dinas Kehutanan Kota Palu. Dalam proses adopsi inovasi, proses pengenalan merupakan salah tahapan yang dilakukan untuk mencapai tahap persuasi, di mana seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi. Bila tahapan ini dapat dilalui dengan baik, maka seseorang akan memutuskan pilihannya untuk menerima atau menolak inovasi tersebut Hanafi 1987. 5. Dukungan stakeholder Peubah ”dukungan stakeholder” memiliki nilai pengaruh sebesar 0,40. Di Layana dan Lambara, stakeholder yang memiliki komitmen terhadap kegiatan GN- RHL di antaranya: Dinas kehutanan Kota Palu selaku pihak pelaksana, perguruan tinggi, LSM, TNI, BPDAS, pemerintah desa, dan tokoh-tokoh masyarakat. Dukungan stakeholder tersebut sangat penting dan dibutuhkan dalam hal peningkatan efektifitas pelaksanaan kegiatan GN-RHL. 6. Keterjangkauan lokasi Peubah ”keterjangkauan lokasi” aksesibilitas memiliki nilai pengaruh sebesar 0,36. Baik di Layana maupun Lambara keterjangkauan lokasi tergolong baik. Di Lambara, lokasi kegiatan penanaman GN-RHL memiliki jarak yang relatif dekat dengan pemukiman penduduk ± 2 km. Sedangkan di Layana, memilik jarak ± 0,5 – 1 km dari pemukiman penduduk. Kemudahan aksesibilitas tersebut sangat mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan GN-RHL, terutama dalam proses pengangkutan dan distribusi bibit yang akan ditanam, serta kegiatan pemeliharaannya.

b. Unsur Kelemahan Weakness