Gita Chinintya Gunawan, 2014 PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
1. Tujuan Umum
Sesuai dengan rumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok Pesantren
Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.
2. Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini yang dirumuskan sebagai berikut yaitu ingin:
a. Mengetahui dan memahami bentuk proses perencanaan yang dilakukan dalam
pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.
b. Mengetahui dan memahami implementasi pendidikan karakter kepemimpinan
santri yang dilakukan sehari-hari di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.
c. Mengetahui dan memahami hambatan dan faktor dominan dalam pendidikan
karakter kepemimpinan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.
d. Mengetahui dan memahami hasil akhir dari proses pendidikan karakter
kepemimpinan santri dalam kehidupan sehari-hari di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.
D. Metode dan Teknik Penelitian
1. Metode Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Moleong 2011: 6 menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan
Gita Chinintya Gunawan, 2014 PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.
Sedangkan Sugiyono 2010: 5 mengemukakan pengertian penelitian kualitatif ialah:
Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai lawannya adalah
eksperimen dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambil sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan
dengan triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktifkualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Melalui penggunaan metode dan pendekatan di atas, diharapkan peneliti dapat
memperoleh gambaran tentang pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok
Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.
2. Teknik Penelitian
Teknik pengumpulan data lebih menitik beratkan pada perekaman studi yang terjadi dalam konteks masalah yang dibahas. Dengan demikian pada penelitian ini
alat utama bagi pengumpulan data adalah sebagai berikut: a.
Wawancara Menurut Moleong 2011:
186 “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Maksud melaksanakan wawancara menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong 2011: 186 antara lain
“untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan
”. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk mengetahui bagaimana
pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami
Pesanggrahan Jakarta Selatan . Dalam wawancara ini peneliti mewawancarai
pimpinan pesantren, pengasuhan santri, guru, dan santri dengan terlebih dahulu
Gita Chinintya Gunawan, 2014 PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
menyediakan pertanyaan
yang disesuaikan
dengan pendidikan
karakter kepemimpinan santri.
b. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono 2010: 64 menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat
canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil proton dan elektron maupun yang sangat jauh benda ruang angkasa dapat diobservasi dengan jelas.
Manfaat observasi sebagaimana yang disebutkan oleh Patton dalam Sugiyono 2010: 67-68 adalah
a Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami
konteks data yang holistik dan menyeluruh. b
Dengan observasi akan diperoleh pengalaman secara langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jika tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
c Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak
diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkap dalam
wawancara.
d Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak
akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
e Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi
responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran
yang lebih komprehensif.
f Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya
yang kaya tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi social yang diteliti.
c. Studi Dokumentasi
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di
Gita Chinintya Gunawan, 2014 PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang
telah ada. Sugiyono 2010: 83.
E. Manfaat Penelitian