Metode Penelitian Instrumen Penelitian Proses Pengembangan Instrumen

Ema Wijayanti, 2014 Manfaat Hasil Belajar Fashion Merchandising Sebagai Kesiapan Menjadi Pengelola Bisnis Fashion Di Department Store Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian dengan karakteristik tertentu. Jumlah populasi yang menjadi sumber data responden berjumlah 40 orang yang terdapat dalam satu kelas angkatan 2011, namun mahasiswa yang aktif dalam mengikuti perkuliahan fashion merchandising jumlahnya 30 orang sehingga sampel yang digunakan berjumlah 30 orang mahasiswa yang telah menyelesaikan mata kuliah fashion merchandising. Dari kondisi tersebut, maka teknik sampling yang dipakai adalah sampel purposive. Dalam teknik ini pertimbangan sampel sepenuhnya ada pada peneliti sehingga sangat subjektif sifatnya. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana 2010:96 yang menyatakan bahwa “Sampel purposive digunakan apabila peneliti punya pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya”.

B. Metode Penelitian

Setelah populasi dan sampel ditentukan, maka hal yang harus ditentukan selanjutnya adalah menentukan teknik atau metode yang digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yang memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual yang memberikan gambaran secara umum mengenai suatu masalah, sejalan yang dipaparkan oleh Nana Sudjana 2010:64: Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif, mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Metode deskriptif pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana manfaat hasil belajar fashion merchandising sebagai kesiapan menjadi pengelola bisnis fashion di department store di Universitas Telkom Bandung.

C. Definisi Operasional

Ema Wijayanti, 2014 Manfaat Hasil Belajar Fashion Merchandising Sebagai Kesiapan Menjadi Pengelola Bisnis Fashion Di Department Store Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Definisi operasional sangat diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman antara penulis dan pembaca. Adapun beberapa istilah yang ada dalam penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Hasil Belajar Fashion Merchandising

a. Manfaat Manfaat dapat diartikan sebagai “guna, faedah” Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 1999:236 b. Hasil belajar “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. ” Sudjana 2011:22 c. Fashion merchandising Fashion merchandising merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa Program Studi Kriya Tekstil dan Mode yang mempelajari pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai faktor strategis yang erat kaitannya dengan proses pemasaran produk fashion yang efektif di Information Comunication dan Technology. Mata kuliah ini mencangkup materi mengenai fashion merchandising, fashion trend, identitas produk, branding produk dan fashion marketing. Manfaat hasil belajar fashion merchandising pada penelitian ini berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas adalah kegunaan atau manfaat dari segala perubahan tingkah laku yang dimiliki peserta didik yang diperoleh setelah mengikuti kompetensi fashion merchandising yang diaplikasikan untuk menyiapkan mahasiswa memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang fashion merchandising.

2. Kesiapan menjadi Pengelola Bisnis Fashion di Department Store

a. Kesiapan Kesiapan menurut Winkel 2005:287 “Mencangkup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau Ema Wijayanti, 2014 Manfaat Hasil Belajar Fashion Merchandising Sebagai Kesiapan Menjadi Pengelola Bisnis Fashion Di Department Store Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu rangkaian gerakan, kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.” b. Pengelola Bisnis Fashion di Departement Store Kelola memiliki arti mengendalikan; menyelenggarakan; mengurus perusahaan, proyek, dan sebagainya; menjalankan perusahaan. Sedangkan pengelola memiliki arti orang yang mengelola. Definisi bisnis menurut Steinford 1979, dapat diakses pada http:www.slideshare.netdjhonybeberapa-definisi-bisnis-menurut-para- ahli bisnis adalah “....all those activities involved in providing the goods and services needed or desired by people”. Dalam pengertian ini bisnis sebagai aktifitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh konsumen. Fashion dapat diartikan sebagai gaya yang sedang populer pada tempat dan kurun waktu tertentu, mempunyai kaitan erat dengan istilah mode dan style serta bersangkut paut dengan masalah daya tembus penerimaan, acceptence, pasar, dan perubahan waktu timeliness. Achmad Haldani, 2011: 3. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengelola bisnis fashion adalah orang yang mengelola aktivitas dari penyediaan produk di bidang mode dan pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen serta bersangkut paut dengan masalah acceptence, market, dan timeliness pada sebuah department store. Kesiapan menjadi pengelola bisnis fahion di department store pada penelitian ini berdasarkan pengertian yang dipaparkan di atas adalah keseluruh kondisi siswa yang telah siap bekerja menjadi pengelola bisnis fashion di department store berdasarkan job description dan kriteria yang harus dipenuhi. Ema Wijayanti, 2014 Manfaat Hasil Belajar Fashion Merchandising Sebagai Kesiapan Menjadi Pengelola Bisnis Fashion Di Department Store Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Instrumen Penelitian

Prinsip dalam meneliti, adalah melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur berupa instrumen penelitian. Menurut Sugiyono 2010:92 “Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti ”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mendapat data dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara tertulis kepada responden penelitian mengenai manfaat hasil belajar fashion merchandising yang ditinjau dari kompetensi pemahaman mengenai merchandising, fashion trend, identitas produk, brand, dan marketing dalam fashion. Instrumen selengkapnya dapat dilihat dalam kisi-kisi instrumen serta butir soal instrumen yang dilampirkan.

E. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen dilakukan dengan mengkaji masalah yang diteliti, membuat kisi-kisi butir soal instrumen, pembuatan butir soal, mengkonsultasikan butir-butir instrumen dengan menganalisis butir-butir soal tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data Penelitian