Interaksi Obat pada pasien Jantung di ICCU RSUP Fatmawati Periode September –November 2012

(1)

i

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

INTERAKSI OBAT PADA PASIEN JANTUNG

RUANG RAWAT INAP ICCU RSUP FATMAWATI

PERIODE SEPTEMBER

NOVEMBER 2012

SKRIPSI

ANDI KURNIAJATURIATAMA

108102000038

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

MEI 2013


(2)

i

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

INTERAKSI OBAT PADA PASIEN JANTUNG

RUANG RAWAT INAP ICCU RSUP FATMAWATI

PERIODE SEPTEMBER

NOVEMBER 2012

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

ANDI KURNIAJATURIATAMA

108102000038

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

MEI 2013


(3)

iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Andi Kurniajaturiatama NIM : 108102000038

Tanda Tangan :


(4)

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Andi Kurniajaturiatama

NIM : 108102000038

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Judul Skripsi : Interaksi Obat Pada Pasien Jantung Ruang Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati Periode September – November 2012

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Nurmeilis, M.Si, Apt ( )

Pembimbing II : Dra. Alfina Rianti, M. Pharm, Apt ( )

Penguji I : Dr. Azrifitria, M.Si, Apt ( )

Penguji II : Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt ( )

Penguji III : Yardi, Ph.D. Apt ( )

Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 27 Mei 2013

Mengetahui

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta


(5)

iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Andi Kurniajaturiatama Program Studi : Strata – 1 Farmasi

Judul : Interaksi Obat pada pasien Jantung di ICCU RSUP Fatmawati Periode September –November 2012

Interaksi obat merupakan peristiwa interaksi yang terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama obat dengan obat lain, makanan/minuman maupun penyakit. Interaksi ini dapat menghasilkan efek yang menguntungkan tetapi juga dapat menimbulkan efek yang merugikan atau membahayakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan/minuman dan obat dengan penyakit pada pasien jantung di ICCU RSUP Fatmawati. Penelitian yang dilakukan bersifat observasional dan pengambilan data dilakukan secara prospektif selama bulan September sampai November 2012. Hasil pengamatan menunjukkan penyakit Coronary Artery Disease atau CAD merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien di ICCU. Hasil menunjukan pasien yang mengalami interaksi obat merupakan pasien yang menggunakan lebih dari 5 jenis obat, dengan jumlah pasien yang mengalami interaksi sebanyak 5 orang dari 51 pasien yang diamati & 13 kasus interaksi obat dimana 10 kasus merupakan interaksi obat dengan obat dan 3 kasus merupakan interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien, dan dari hasil pengamatan tidak ditemukan adanya interaksi obat dengan makanan dan minuman. Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi adalah interaksi antara captopril dengan aspirin (50%),dan Aspirin dengan Clopidogrel (50%). Adapun kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi adalah interaksi antara aspirin dengan penyakit ginjal (33,33%) dan captopril dengan penyakit ginjal (66,67%). Kata Kunci : Interaksi obat-obat, Interaksi obat-makanan dan minuman, Interaksi obat-penyakit, ICCU RSUP Fatmawati


(6)

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Andi Kurniajaturiatama Majority Program : Strata-1 Pharmacy

Title : Drug Interactions of Cardiovascular Patients in ICCU RSUP Fatmawati Period September-November 2012

Drug interaction is an event that occurs as a result of interaction togethe r using drugs with other drugs, food & beverage and disease. It can produce a beneficial effect but can also cause adverse effects or harm. This study aimed to determine drug-drug, drug-food & beverages and drug-disease interaction in cardiovascular patients in ICCU Fatmawati. This research conducted an observational and prospective data collection during September to November 2012. The results showed that Coronary Artery Disease or CAD is the most common disease by patients in the ICCU. Results showed that patients experiencing a drug interaction when that patients used more than 5 drugs, with the number of patients who experience the interaction as much as 5 of 51 patients who were observed and 13 cases of which 10 cases of drug interaction is a drug with drugs and 3 cases are drug with disease that occurs in patients, and from the observations did not reveal any drug interactions with food and drinks. A cases of drug interactions with medications that happens is the interaction between captopril with aspirin (50%), and aspirin with clopidogrel (50%). As for the case of drug interactions that occur with the disease is the interaction between aspirin with kidney disease (33.33%), and captopril with kidney disease (66.67%)

Keyword : Drug-drug Interaction, Foods and drinks-drug Interaction, drug-disease interaction, cardiacs patient, ICCU RSUP Fatmawati


(7)

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Interaksi Obat Pada Pasien Jantung di Ruang Rawat Inap ICCU Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode September-November 2012” ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di ruang rawat inap ICCU RSUP Fatmawati, serta teori yang didapat dari berbagai literatur. Dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai penulisan skripsi ini tentu banyak berbagai kesulitan dan halangan yang menyertai, sehingga penulis tidak terlepas dari doa, bantuan dan bimbingan banyak pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada :

1) Ibu Nurmeilis, M.Si, Apt. sebagai pembimbing pertama dan Ibu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm, Apt sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan ilmu, nasehat, waktu, tenaga, dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2) Ibu Endang dan Ibu Entin sebagai perawat di ICCU RSUP Fatmawati, serta kakak-kakak perawat dan staff depo IGD, Ibu Indri, serta Bapak Asep sebagai staff Diklit di RSUP Fatmawati yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian

3) Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And., sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4) Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt sebagai ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5) Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas


(8)

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6) Syahnan Syafe’I sebagai Bapak, dan Dian Nurika sebagai Mamah, serta Eva Martanurika sebagai Kakak yang selalu memberi motivasi langsung maupun tidak langsung, dan keluarga lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang, dukungan moral, material, nasehat-nasehat, serta lantunan doa di setiap waktu.

7) Teman-teman sejatiku, Uwi, Anka, Mahwan, Teguh, Imam, Adam, Tz, Adi, dan Bang Ucok yang selalu membantuku walaupun judul skripsinya tidak sama dan selalu memotivasiku agar cepat menyelasikan penelitian ini dan lulus kuliah.

8) Teman-teman futsal yang sudah menemani dikala bosan dan membutuhan olahraga disela-sela penelitian saya, Ogi, Jidin, Roni, Ari, Imam, Maes, Irfan, Rian, Ka Bonix, Ka Bima, dan Doni.

9) Teman yang sangat membantuku dalam penelitian, Eva Yuliani, teman seperjuangan di RSUP Fatmawati.

10) Teman-teman di Program Studi Farmasi: Lukman, Dzikro, Sulaiman, Sukma, Berty, Puser, Ikhlas, Syukron, serta teman-teman Beta Lactam tercinta dan Alcoolique atas semangat dan kebersamaan kita selama perkuliahan berlangsung. Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak pernah putus dan akan terus berlanjut.

11) Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, Mei 2013


(9)

x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Andi Kurniajaturiatama

NIM : 108102000038

Program Studi : Farmasi

Fakultas : FKIK (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan) Jenis Karya : Skripsi

demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/ karya ilmiah saya, dengan judul :

INTERAKSI OBAT PADA PASIEN JANTUNG RUANG RAWAT INAP RSUP FATMAWATI PERIODE SEPTEMBER – NOVEMBER 2012

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat Pada Tanggal : 27 Mei 2013

Yang menyatakan,


(10)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING….……… iv

HALAMAN PENGESAHAN……… v

ABSTRAK……….. vi

ABSTRACT……….... vii

KATA PENGANTAR……… viii

HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……….. x

DAFTAR ISI………... xi

DAFTAR TABEL……….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang………...………... 1

1.2 Perumusan Masalah……….. 3

1.3 Tujuan Penelitian ………... 3

1.4 Hipotesis………... 3

1.5 Manfaat Penelitian………... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 5

2.1 Jantung. ………..………... 5

2.1.1 Anatomi Jantung ………...………... 5

2.1.2 Fisiologi Jantung………..………. 6

2.2 Kelainan Pada Pembuluh Darah dan Jantung………... 7

2.3 Obat-Obat Kardiovaskular……… 8

2.4 Interaksi Obat……… 10

2.4.1 Mekanisme Interaksi Obat……… 11

2.4.2 Contoh-Contoh Interaksi Obat……….. 13

2.4.3 Level Kemaknaan Klinis Interaksi Obat………... 14

2.5 Rumah Sakit………... 14

2.5.1 Tujuan Penyelenggaraan Rumah Sakit………. 14

2.5.2 Fungsi Rumah Sakit……….. 15

2.5.3 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati………. 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 18

3.1 Kerangka Konsep……….………. 18

3.2 Definisi Operasional…....……….. 18

3.3 Desain Penelitian………... 19

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian………... 19

3.5 Populasi dan Sampel…….………... 20

3.6 Kriteria Sampel…………..………... 20

3.7 Cara Kerja…….……… 20

3.8 Analisis data………. 21 Halaman


(11)

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 22

4.1 Hasil Penelitian 22 4.1.1 Karakteristik Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat di Ruang Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati Periode September-November 2012………. 22

4.1.2 Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Jantung Di Ruang Rawat ICCU RSUP Fatmawati Periode September - November 2012………... 26

4.2 Pembahasan………. 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 32

5.1 Kesimpulan……… 32

5.2 Saran……….. 32

DAFTAR PUSTAKA………. 33 Halaman


(12)

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jenis Obat yang Digunakan oleh Pasien Jantung ICCU………… 22 Tabel 4.2 Makanan dan Minuman yang Dikonsumsi oleh Pasien ICCU….. 23 Tabel 4.3 Jenis Penyakit Lain yang Diderita oleh Pasien Jantung di

ICCU………. 23

Tabel 4.4 Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Literatur………. 23 Tabel 4.5 Jumlah Pasien Jantung yang Mengalami Interaksi Obat

Berdasarkan Hasil Pengamatan……….. 24 Tabel 4.6 Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Jenis Kelamin………. 24 Tabel 4.7 Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat

Berdasarkan Jenis Kelamin……… 24 Tabel 4.8 Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Usia………. 24 Tabel 4.9 Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat

Berdasarkan Usia………... 25

Tabel 4.10 Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Jumlah Obat yang

Digunakan……….. 25

Tabel 4.11 Jumlah Obat yang Digunakan oleh Pasien yang Terkena

Interaksi Obat……… 25

Tabel 4.12 Jumlah Pasien Berdasarkan Lamanya Waktu Perawatan……….. 25 Tabel 4.13 Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Literatur………. 26 Tabel 4.14 Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Hasil Pengamatan….. 26 Tabel 4.15 Kasus Interaksi Obat dengan Obat……… 26 Tabel 4.16 Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit………... 27


(13)

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati…………... 36 Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data di RSUP Fatmawati….. 37 Lampiran 3. Informed Consent………. 38 Lampiran 4. Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien Jantung di ICCU Menurut

Literatur……… 39

Lampiran 5. Blanko Tanya Jawab dengan Pasien………. 50 Lampiran 6. Hasil Data Laboraturium Pasien yang Mengalami Kejadian Interaksi

Obat di ICCU RSUP Fatmawati………52 Lampiran 7. Kejadian Interaksi obat dengan makanan yang terjadi pada pasien

menurut literatur………...56


(14)

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia (sebanyak 31,9%). Dimana paling sering terjadi adalah akibat proses aterosklerosis, yakni penimbunan lemak dan perkapuran dinding pembuluh darah yang berlangsung bertahun-tahun, mengakibatkan penyempitan dan penyumbatan total pembuluh darah. Bila penyumbatan total terjadi di pembuluh darah koroner akan mengakibatkan serangan jantung (infark miokard akut) yang mungkin diikuti kematian mendadak atau gagal jantung. Sedangkan penyumbatan pembuluh darah otak berakibat strok dan penyumbatan pembuluh darah perifer sering kali harus diselesaikan dengan amputasi (Riskesdas, 2007).

Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang sebagai-mana di Indonesia menyebabkan perbaikan tingkat hidup. Hal ini menjadikan kesehatan masyarakat meningkat, di samping itu terjadi pula perubahan pola hidup. Perubahan pola hidup ini yang menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakit infeksi dan rawan gizi ke penyakit-penyakit degeneratif, diantaranya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) dan akibat kematian yang ditimbulkannya. Salah satu faktor yang dapat memperburuk penyakit jantung adalah kejadian interaksi obat (Riskesdas 2007).

Salah satu faktor yang dapat mengubah respon terhadap obat adalah penggunaan bersamaan dengan obat lain (Katzung, 2007). Interaksi Obat-obat terjadi sebanyak 6% - 30% dari semua kejadian efek samping obat (Soherwardi, 2012), yang paling banyak berperan terhadap interaksi obat adalah polifarmasi yang dimana pasien mendapatkan 4 obat atau lebih (Syamsudin, 2011), Sementara menurut Aslam et al. (2003), kejadian interaksi obat 2,2 – 30% pada pasien rawat inap dan 9,2 – 70% pada pasien di masyarakat.

Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 9900 pasien dengan 83200 sediaan obat, 234 (6,5%) dari 3600 reaksi obat yang merugikan yang disebabkan oleh interaksi obat. Nazari (2006) mengutip dari studi yang dilakukan oleh Galley


(15)

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta et al. bahwa pada resep untuk sejumlah 160 pasien di bangsal penyakit dalam ditemukan sebanyak 221 interaksi yang terjadi yaitu, 24 (10,85%) interaksi mayor, 115 (52.03%) interaksi moderat dan 82 (37.12%) interaksi minor.

Interaksi obat dapat memberikan perubahan pada aktivitas obat, baik dengan meningkatnya efek toksik atau justru menurunkan efek terapi. Selain itu beberapa interaksi obat juga dapat saling mendukung kerja satu sama lain atau kebalikannya interaksi obat dapat mengakibatkan kerja satu obat dihambat oleh obat lain. Terutama untuk pasien yang rentan terhadap interaksi obat, diantaranya pasien lanjut usia (Aslam et al., 2003).

Hasil penelitian Yasin dkk (2005) menunjukkan bahwa interaksi obat potensial terjadi pada 99 (90%) pasien rawat inap dan 126 (99,26%) pasien rawat jalan. Pada pasien rawat inap ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak 20 jenis (50%), interaksi farmakodinamik sebanyak 6 jenis (15%), dan interaksi dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 14 jenis (35%). Jenis interaksi yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi secara berurutan adalah furosemid dengan ACE inhibitor yang terjadi pada 84 pasien (76,36%), furosemid dengan asetosal pada 66 pasien (60%), dan ACE inhibitor dengan asetosal pada 57 pasien (51,82%). Pada pasien rawat jalan ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak 25 jenis (36%), interaksi farmakodinamik sebanyak 11 jenis (32%), dan interaksi dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 8 jenis (32%). Jenis interaksi yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi secara berurutan adalah asetosal ACE inhibitor yang terjadi pada 90 pasien (70,87%), furosemid dengan ACE inhibitor pada 85 pasien (66,93%), dan ACE inhibitor dengan suplemen kalium pada 85 pasien (66,93%).

Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan penelitian interaksi obat pada pasien kardiovaskular yang dibatasi pada pasien rawat inap ICCU RSUP Fatmawati.


(16)

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1.2 Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka disusunlah rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan obat yang terjadi pada pasien yang menderita penyakit jantung di instalasi rawat inap ICCU RSUP Fatmawati?

b. Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan makanan dan minuman yang terjadi pada pasien yang menderita penyakit jantung di instalasi rawat inap ICCU RSUP Fatmawati?

c. Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien yang menderita penyakit jantung di instalasi rawat inap ICCU RSUP Fatmawati?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum dari penelitian ini adalah :

Mengetahui gambaran interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan/minuman dan obat dengan penyakit pada pasien yang menderita penyakit jantung di ICCU RSUP Fatmawati.

b. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

 Untuk mengetahui interaksi obat dengan obat yang diberikan pada pasien penyakit jantung

 Untuk mengetahui interaksi obat dengan makanan/minuman yang diberikan pada pasien penyakit jantung

 Untuk mengetahui interaksi obat dengan penyakit yang diderita oleh pasien penyakit jantung

1.4 Hipotesis

a. Ada Interaksi antara obat dengan obat yang digunakan pada pasien penyakit jantung

b. Ada Interaksi antara obat dengan makanan/minuman yang diberikan pada pasien penyakit jantung


(17)

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta c. Ada interaksi antara obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien penyakit

jantung

1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Secara Aplikatif

 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi apoteker, dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam memilih obat-obatan yang tepat untuk pasien jantung.

 Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dalam membuat kebijakan tentang obat atau penggunaan obat apada pasien

 Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dalam menyusun atau membuat kebijakan oleh departemen kesehatan dalam penggunaan obat untuk pasien penyakit jantung di rumah sakit lain yang memiliki keadaan sama seperti RSUP Fatmawati.


(18)

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Jantung (Gibson, 2002)

Jantung merupakan suatu organ yang berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas kanannya tepat sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular. Hubungan jantung adalah :

 Atas : aorta, trucus pulmonalis, dll  Bawah : diafragma

 Setiap sisi : paru-paru

 Belakang : aorta descendens, oesofagus, dan columna vertebralis

2.1.1 Anatomi Jantung (Gibson, 2002) a. Atrium Kanan

Berada pada bagian kanan jantung dan terletak sebagian besar dibelakang sternum. Darah memasuki atrium kanan melalui Vena Cava Superior pada ujung atasnya, Vena Cava Inferior pada ujung bawahnya, dan Sinus Coronarius (vena kecil yang mengalirkan darah dari jantung sendiri).

b. Ventrikel Kanan

Yaitu ruang berdinding tebal yang membentuk sebagian besar sisi depan jantung. Lubang pulmonalis ke dalam arteria pulmonalis berada pada ujung atas ventrikel dan dikelilingi oleh valve pulmonalis, terdiri dari tiga daun katup semilunaris.

c. Atrium kiri

Atrium kiri adalah ruang berdinding tipis yang terletak pada bagian belakang jantung. Dua vena pulmonalis memasuki atrium kiri pada tiap sisi, membawa darah dari paru. Atrium membuka ke bawah ke ventrikel kiri melalui lubang atrioventrikular.

d. Ventrikel kiri

Adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan belakang jantung. Dindingnya sekitar tiga kali lebih tebal daripada ventrikel kanan.


(19)

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta e. Myocardium

Membentuk bagian terbesar dinding jantung. Myocardium tersusun dari serat-serat otot jantung, yang bersifat lurik dan saling berhubungan satu sama lain oleh cabang-cabang muscular.

f. Endocardium

Melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi katup pada kedua sisinya. Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya terdapat lapisan jaringan ikat; licin dan mengikat.

g. Pericardium

Merupakan kantong fibrosa yang menutupi seluruh jantung. Pericardium merupakan kantong berlapis dua: kedua lapisan saling bersentuhan dan saling meluncur satu sama lain dengan bantuan cairan yang mereka seksresikan dan melembabkan permukaannya. Jumlah cairannya normal adalah 20 mL terdapat lapisan lemak diantara pericardium dan myocardium.

h. Arteria coronaria

Fungsi dari arteri coronaria adalah menyuplai darah untuk jantung. Arteri ini keluar dari aorta tepat diatas katup aorta dan berjalan ke bawah masing-masing pada permukaan sisi kanan dan sisi kiri jantung, memberikan cabang ke dalam myocardium.

2.1.2 Fisiologi Jantung (Sherwood, 2001)

Darah memasuki ventrikel kanan melalui atrium kanan dipompa melalui sistem arteri paru pada tekanan sekitar satu pertujuh yang di arteri sistemik. Darah kemudian melewati kapiler paru, dimana karbon dioksida di darah dilepaskan dan oksigen diambil. Darah kaya O2 kembali melewati pembuluh paru ke atrium kiri, dimana itu dipompa dari ventrikel ke perifer, sehingga menyelesaikan siklusnya.


(20)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.2 Kelainan Pada Pembuluh Darah dan Jantung (Kabo, 2010).

Berikut ini beberapa gangguan lain pada jantung, yaitu: a. Atherosklerosis dan Atherotrombosis

Atherosklerosis adalah suatu proses dimana terjadi penimbunan lemak dan matriks tunika intima, yang diikuti oleh oleh pembentukan jaringan ikat pada dinding pembuluh arteri, contoh Coronary Artery Disease (CAD).

Atherotrombosis adalah proses pembentukan thrombus yang dicetuskan oleh kerusakan plak atheroskerosis.

b. Hipertensi

Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah (TD) meningkat diatas TD yang disepakati normal. TD terbentuk dari interaksi antara aliran darah dan tahanan pembuluh darah perifer. Didapatkan dua macam TD, yaitu TD sistolik (normal ± 120 mmHg) dan TD diastolik (normal ± 80 mmHg). Perbedaan antar tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi (Pulse Pressure, normal ± 40 mmHg).

c. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Merupakan penyebab kematian nomor 1 di negara maju. Di amerika serikat, dilaporkan setiap menit ada satu orang yang meninggal akibat PJK. Di Indonesia juga dilaporkan hal yang hampir serupa hasil berbagai studi menunjukan bahwa penyebab utama PJK adalah lesi atherosclerosis pada pembuluh darah koroner, walaupun pada sebagian kasus bisa juga disebabakan oleh sifilis, arteritis, embolus atau penyakit kolagen pada pembuluh darah koroner. Klasifikasi PJK yang spesifik sampai saat ini belum ada, karena manifestasi kliniknya kadang-kadang sangat berbeda antara penderita yang satu dengan yang lain. Maka dari itu penderita PJK mungkin dapat mengalami salah satu kejadian dibawah ini yaitu : tanpa gejala, angina pectoris stabil, angina pectoris tak stabil, infark miokard akut, gagal jantung, aritmia atau mati mendadak.

d. Aritmia

Aritmia (atau disritmia) adalah gangguan urutan irima, atau gangguan kecepatan dari proses depolarisasi, repolarisasi, atau kedua-duanya pada lambung.


(21)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Keadaan ini dapat disertai dengan atau tanpa penyakit jantung, dapat juga dengan atau tidak dengan gejala klinis.

e. Gagal jantung kongestif

Merupakan ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung (cardiac output) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Penurunan CO mengakibatkan volume darah yang efektif berkurang. Untuk mempertahankan fungsi sirkulasi yang adekuat, maka di dalam tubuh terjadi suatu refleks hemeostatis, atau mekanisme kompensasi melalui perubahan neurohormonal, dilatasi ventrikel dan mekanisme Frank-Starling.

f. Angina Pektoris

Angina pektoris atau disebut juga angin duduk adalah penyakit jantung iskemia didefinisikan sebagai berkurangnya pasokan oksigen dan menurunnya aliran darah ke dalam miokardium. Gangguan tersebut bisa dikarenakan kurangnya suplai oksigen atau kebutuhan oksigen yang meningkat. Sebagai manifestasi keadaan tersebut akan timbul Angina pektoris yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi infark miokard. Angina pektoris dibagi menjadi 3 jenis yaitu Angina klasik (stabil), Angina varian, dan Angina tidak stabil.

Angina klasik biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas fisik, sedangkan Angina varian biasa terjadi saat istirahat dan biasa terjadi di pagi hari. Angina tidak stabil tidak dapat diprediksi waktu kejadiannya, dapat terjadi saat istirahat dan bisa terjadi saat melakukan kegiatan fisik. Obat antiangina terdiri dari berbagai macam golongan. Pilihan terapi pengobatan antiangina meliputi golongan nitrat, beta bloker, dan Ca channel antagonis.

2.3 Obat-obat Kardiovaskular (Mycek et al., 2001) a. Pengobatan Gagal Jantung Kongestif

 Vasodilator - Minoksidil

- Natrium nitroprusid - Hidralazin


(22)

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - Golongan obat Inhibitor ACE, contoh : Kaptopril, Lisinopril, Quinapril,

dan lain-lain.

 Diuretik (Furosemid, Hidroklortiazid, Bumetanid)  Obat-obat Inotropik

- Golongan glikosida jantung (Digotoksin, Digoksin) - Golongan agonis β-adrenergik (Dobutamin)

- Golongan Inhibitor fosfodiesterase (Amrinon, Milinon) b. Obat-obat Antiaritmia

 Obat kelas I (Penyekat Kanal Na+), seperti Lidokain, Kuinidin, dan Fleakainid.

 Kelas II (Penyekat β-adrenoreseptor), seperti Esmolol, Propranolol, dan

Metoprolol.

 Kelas III (Penyekat Kanal K+), seperti Amiodaron dan Sotalol.  Kelas IV (Penyekat Kanal Ca++), seperti Diltiazem dan Verapamil.  Obat-obat antiaritmik lain, seperti Adenosin dan Digoksin.

c. Obat-obat Antiangina

 Nitrat organik (Isosorbid dinitrat, Nitrogliserin)

 Penyekat β (Propranolol)

 Penyekat Kanal Kalsium (Diltiazem, Verapamil Nifedipin) d. Obat-obat Antihipertensi

 Diuretik (Furosemid, Spironolakton, Hidroklortiazid)

 Penyekat β (Labetalol, Metoprolol, propranolol)

 Inhibitor ACE (Kaptoril, Quinapril, Ramipril)  Antagonis Angiotensin II (Losartan)

e. Obat-obat yang mempengaruhi darah

 Inhibitor trombosit (Aspirin, Dipridamol, Tiklopidin)  Antikoagulan (Heparin, Warfarin)

 Obat-obat Trombolitik (Streptokinase, Urokinase)  Pengobatan Perdarahan (As. Traneksamik, Vitamin K)  Pengobatan Anemia (B12, Asam Folat)


(23)

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta f. Obat-obat antihiperlipidemik, seperti Kolestiramin, Lovastatin, Simvastatin,

Niasin dan Gemfibrozil. 2.4 Interaksi Obat

Interaksi obat yang potensial adalah keadaan di mana suatu efek obat yang kemungkinan dapat diubah oleh penggunaan bersamaan dengan obat lain dan dapat diamati pada kondisi farmakokinetik dan farmakodinamik. Dalam intervensi farmakokinetik, obat mengubah penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi dari obat lain, dan dalam intervensi farmakodinamik, kerja dari sebuah yang obat spesifik diubah oleh obat lain (Rafiei, 2012).

Interaksi obat dengan obat merupakan peristiwa interaksi obat yang terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan efek yang menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan efek yang merugikan atau membahayakan. Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan efek yang tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya

dan makin seringnya penggunaan apa yang dinamakan “ Polypharmacy “ atau “

Multiple Drug Therapy “(Katzung, 2007).

Penggunaan obat rasional dalam pelayanan kesehatan Indonesia masih merupakan masalah. Penggunaan polifarmasi dimana seorang pasien yang jumlahnya lebih dari 50% menerima 4 atau lebih obat untuk setiap lembar resepnya, penggunaan antibiotika berlebihan (43%), waktu konsultasi yang singkat yang rata-rata berkisar hanya 3 menit saja serta tidak adanya kepatuhan pasien dalam meminum obat merupakan pola umum yang terjadi pada penggunaan obat tidak rasional di Indonesia dengan meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam pengobatan saat ini, dan berkembangnya polifarmasi maka kemungkinan terjadinya interaksi obat semakin besar. Interaksi obat perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi respons tubuh pada pengobatan (Syamsudin, 2011).


(24)

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.4.1 Mekanisme Interaksi Obat (Katzung, 2007)

a. Mekanisme Farmakokinetik  Absorbsi

Absorbsi dari obat di saluran pencernaan dapat dipengaruhi oleh pemakaian yang bersamaan dari senyawa lain yang memiliki luas permukaan yang besar dimana obat dapat diserap, mengikat atau khelat, mengubah PH lambung, mengubah motilitas GI, atau mempengaruhi perpindahan protein, contohnya P-glycoprotein.

 Distribusi

Mekanisme yang menyebabkan perubahan interaksi obat pada proses distribusi obat adalah kompetisi pada plasma protein yang terikat, terjadi perpindahan tempat pengikat jaringan, dan perubahan pada jaringan pelindung lokal, contoh penghambat P-glycoprotein di pelindung darah otak.  Metabolisme

Metabolisme obat dapat distimulasi atau dihambat oleh terapi yang bersamaan. Rangsangan pada isozime sitokrom P450 di hati dan usus kecil dapat disebabkan oleh obat seperti barbiturat, karbamazepin, phenitoin, rifampin dan lain-lain. Penginduksi enzim dapat juga menigkatkan aktivitas dari fase II metabolisme glucoronidasi. Hasil induksi enzim tak dapat bekerja dengan cepat, efek maksimalnya biasanya terjadi setelah 7-10 hari dan memerlukan waktu yang sama atau lebih lama untuk menghilang setelah penginduksi enzim dihentikan. Obat yang mampu menghambat metabolisme sitokrome P450 dari obat lain termasuk klorampenikol, eritromisin, isoniazid, dan omeprazole.

 Ekskresi

Ekskresi obat aktif di ginjal dapat juga dipengaruhi oleh terapi obat yang bersamaan. Eksresi obat-abatan tertentu di ginjal yang termasuk golongan asam lemah atau basa lemah dapat dipengaruhi oleh obat-obatan lain yang mempengaruhi pH urin.

b. Mekanisme Farmakodinamik (Katzung, 2007)

Ketika obat dengan fungsi yang sama digunakan secara bersamaan, respon additif maupun sinergis biasanya terjadi pada dua obat yang dapat atau tidak dapat


(25)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bereaksi pada reseptor yang sama untuk menghasilkan efek yang sama. Secara langsung, obat dengan efek farmakologis yang berlawanan dapat menurunkan respon dari satu atau kedua obat tersebut. Interaksi obat farmakodinamik agak biasa terjadi pada kegiatan klinis, tapi efek yang merugikan biasanya dapat diminimalisasi jika seorang yang mengerti farmakologi obat tersebut ikut berperan. Pada saat ini, interaksi dapat diantisipasi dan penanggulangan yang tepat diambil. Kemungkinan–kemungkinan yang dapat terjadi :

 Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ (sinergisme).

 Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan (antagonisme).  Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah. c. Mekanisme Farmasetik (Syamsudin, 2011)

 Inkompatibilitas Fisik

Inkompatibilitas fisik atau ketidakcampuran fisik sering disebut dengan obat tidak tercampurkan yang dibuktikan dengan tidak bisanya obat bercampur dengan baik. Hampir mustahil kita bisa memberikan dosis obat yang seragam dalam bentuk larutan atau campuran, seperti air dan minyak (zat yang tak dapat bercampur) dan zat-zat yang tidak larut di dalam media tertentu adalah contoh dari inkompatibilitas fisik. Contohnya : alat suntik plastik biasanya dibuat dari plastik polietilen atau polipropilen, sterilisasi setelah pembungkusan biasanya dilakukan dengan etilen oksida atau radiasi. Ada sejumlah keunggulan dari pembungkusan alat suntik plastik, termasuk penurunan risiko pecah, lebih ringan, lebih mudah dibuang, mudah dimanipulasi, dan tidak membutuhkan ruang penyimpanan yang besar. Di sisi lain kontak antara wadah plastik dengan obat dapat menimbulkan sejumlah masalah, termasuk pelumeran, penyerapan, perembesan, reaktivitas kimia polimer plastik dan perubahan karakter fisik plastik.

 Inkompatibilitas Kimia

Inkompatibilitas kimia terjadi ketika agen yang diresepkan bereaksi secara kimia saat dicampurkan sehingga mengubah komposisi satu atau lebih bahan yang dicampur (unsur pokok), contoh : adanya perubahan warna, pengendapan akibat reaksi kimia, serta reaksi oksidasi dan reduksi.


(26)

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Meskipun hampir mustahil bagi kita untuk menghilangkan seluruh agen obat tak tercampurkan beberapa kombinasi dapat merespon terhadap langkah-langkah perbaikan berikut :

- Penambahan bahan baku yang tidak merubah nilai terapis.

- Penghilangan agen yang tidak member efek terapi atau yang dapat diberi secara terpisah.

- Mengubah zat pelarut.

- Penggantian bahan yang tak udah larut dengan yang mudah larut. - Penggunaan tehnik khusus dalam pencampurannya.

2.4.2 Contoh-Contoh Interaksi Obat (Tatro, 2009) Beberapa contoh interaksi obat dengan obat : Obat 1 Obat 2 Efek Interaksi

Obat Manajemen Jenis Interaksi

Aspirin Captopril

Menurunkan efek dari Captopril dan dapat memperburuk CHF dengan Aspirin Hindari jika bisa, pantau tekanan darah Farmakodinamik

Aspirin Clopidogrel Bersifat aditif (GI blood loss)

Monitor Hb

dan Ht Farmakodinamik

Ranitidin Antasida

Bioavaibilitas dari Ranitidin berkurang, menurunnya efek farmakologis Tidak diperlukan kewaspadaan atau pemberian jarak dalam pemakaian selama 2 jam

atau lebih

Farmakokinetik

Simvastatin Verapamil

Level plasma dan toksisitas Simvastatin akan meningkat. Level, efek farmakologi dan toksisitas Verapamil akan meningkat Jika penggunaan kedua obat tak bisa dihindari, atur dosis seperlunya. Farmakokinetik


(27)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.4.3. Level Kemaknaan Klinis Interaksi Obat (Tatro, 2009)

a. Level 1

Hindari kombinasi, risiko yang merugikan pasien lebih besar dari manfaat. a. Level 2

Sebaiknya hindari kombinasi, penggunaan kombinasi hanya dapat dilakukan pada keadaan khusus. Penggunaan obat alternatif dapat dilakukan jika memungkinkan. Pasien harus dipantau dengan sebaik-baiknya jika obat tetap diberikan.

b. Level 3

Minimalkan Risiko, ambil tindakan yang perlu untuk meminimalkan risiko.

c. Level 4

Tak dibutuhkan tindakan. Risiko yang mungkin timbul relatif kecil. Potensi bahaya pada pasien rendah dan tidak ada tindakan spesifik yang direkomendasikan. Tetap waspada pada kemungkinan terjadinya interaksi obat. d. Level 5

Diragukan terjadi interaksi, tidak ada bukti yang baik dari efek klinis yang berubah.

2.5 Rumah Sakit (UU RI No. 44, 2009)

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap Rumah Sakit.

2.5.1 Tujuan Penyelenggaraan Rumah Sakit

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit. c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah


(28)

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber

daya manusia rumah sakit dan rumah sakit. 2.5.2 Fungsi Rumah Sakit

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Pada hakikatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.

2.5.3 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

RSUP Fatmawati didirikan pada tahun 1954 oleh Ibu Fatmawati Soekarno sebagai Rumah Sakit yang mengkhususkan penderita TBC anak dan rehabilitasinya. Pada tanggal 15 April 1961 penyelenggaraan dan pembiayaan RS Fatmawati diserahkan kepada Departemen Kesehatan sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi RS Fatmawati. Dalam perjalanan RS Fatmawati, tahun 1984 ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan sebagai RSU Kelas B Pendidikan.

Dalam perkembangan RS Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Swadana pada tahun 1991, pada tahun 1994 ditetapkan menjadi Unit Swadana Tanpa Syarat, pada tahun 1997 sesuai dengan diperlakukannya UU No. 27 Tahun 1997, rumah sakit mengalami perubahan kebijakan dari Swadana menjadi PNBP (Penerimaan


(29)

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Negara Bukan Pajak) selanjutnya pada tahun 2000 RS Fatmawati ditetapkan sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 117 tahun 2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).

Dalam penilaian Tim Akreditasi RS, tahun 1997 RS Fatmawati memperoleh Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12 pelayanan. Kemudian pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16 Pelayanan dan pada tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16 Pelayanan. RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan Unggulan Orthopaedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri Kesehatan No. 424/MENKES/SK/V/2008.

Pada tahun 2011, RSUP Fatmawati telah menyandang sertifikat Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 : 2007. Dan sedang menuju untuk mendapatkan sertifikat JCI (Join Commission International) pada tahun 2013.

 Visi dan Misi RSUP Fatmawati 1. Visi :

Terdepan, Paripurna, dan terpercaya di Indonesia 2. Misi :

a. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian diseluruh disiplin ilmu, dengan keunggulan di bidang orthopaedi dan rehabilitasi medic, yang memenuhi kaidah menejemen resiko klinis.

b. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

c. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel serta berdaya saing tinggi.


(30)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta d. Meningkatkan saran dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK

terkini

e. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan, dan kesejahteraan sumber daya manusia.


(31)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional a. Pasien Jantung

Pasien yang memiliki diagnosa penyakit Jantung dan mendapat obat jantung di ICCU, seperti penyakit jantung koroner, Gagal jantung kongestif, hipertensi, atherosclerosis dan atherothrombosis, aritmia dan angina pektoris. b. Jenis Obat

Setiap nama generik dan paten obat yang digunakan oleh seorang pasien pada satu waktu pengobatan.

c. Jenis Penyakit

Setiap Penyakit yang diderita oleh seorang pasien pada satu waktu pengobatan.

d. Tingkat Kemaknaan Klinis

Pengelompokan interaksi obat berdasarkan tingkat kemaknaan klinik interaksi obat yang terjadi pada pasien.

Obat Pasien Jantung Penyakit Lain

Obat

Penyakit Makanan

Makanan dan Minuman

Interaksi

Interaksi Non-Interaksi

Efek

Non-Interaksi Interaksi


(32)

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta e. Obat Jantung

Obat yang diresepkan oleh dokter jantung yang memiliki efek terapi untuk penyembuhan/pemulihan penyakit pada pasien dengan diagnosa jantung di ICCU. f. Interaksi obat dengan obat

Interaksi obat dengan obat yang teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai dengan yang tertulis di literatur pada pasien yang menderita penyakit jantung di Instalasi Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati.

g. Interaksi obat dengan makanan dan minuman :

Interaksi obat dengan makanan dan minuman yang teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai dengan yang tertulis di literatur pada pasien yang menderita penyakit jantung di Instalasi Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati.

h. Interaksi obat dengan penyakit:

Interaksi obat dengan penyakit yang teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai dengan yang tertulis di literatur pada pasien yang menderita penyakit jantung di Instalasi Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati.

i. Ruang rawat inap ICCU

ICCU (Intensif Cardio Care Unit) merupakan suatu ruangan inap yang pasiennya semua mengidap penyakit jantung dan merupakan ruang rawat inap intensif yang berada di RSUP Fatmawati.

3.3 Desain Penelitian

Metode penelitian bersifat Observasional dengan pengamatan Prospektif selama 2 bulan, Pengambilan data pasien diperoleh dari rekam medis dan wawancara langsung dengan pasien dan dianalisa dengan deskriptif.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di ruang ICCU RSUP Fatmawati pada bulan September – November 2012.


(33)

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat inap dengan diagnosa jantung di ICCU RSUP Fatmawati selama bulan September – November 2012.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah semua pasien jantung yang memenuhi kriteria inklusi dengan total 51 pasien.

3.6 Kriteria Sampel

3.6.1 Kriteria inklusi terdiri dari :

a. Pasien dengan diagnose semua jenis penyakit jantung. b. Pasien yang telah dirawat minimal 3 hari di Ruang ICCU.

c. Pasien yang menerima obat jantung di ICCU RSUP Fatmawati pada bulan September – November 2012.

3.6.2 Kriteria eksklusi terdiri dari :

a. Pasien tidak dengan diagnose penyakit jantung.

b. Pasien yang dirawat kurang dari 3 hari di Ruang ICCU.

c. Pasien yang tidak menerima obat jantung di ICCU RSUP Fatmawati pada bulan September – November 2012

3.7 Cara Kerja

1. Pengambilan data primer dengan wawancara pasien dan pengambilan data sekunder dari rekam medis pasien jantung di ICCU. Data yang diambil dari resep obat dan rekam medis meliputi nama, jenis kelamin, umur, obat yang diresepkan, dan diagnose penyakit pasien.

2. Melakukan analisis interaksi obat terhadap obat-obat yang diresepkan untuk pasien di ICCU berdasarkan Drug Interaction Stockley, Drug Interaction Facts and Comparisons.


(34)

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Wawancara secara langsung kepada pasien, tentang dampak interaksi

obat yang dirasakan dan membandingkannya dengan hasil analisis secara teoritik berdasarkan studi literatur.

4. Membuat hasil dari analisis yang dilakukan berupa gambaran pola interaksi obat pada pasien di ICCU.

3.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang ada, antara lain:

a) Jenis obat, makanan dan minuman, dan penyakit pada pasien jantung di ICCU RSUP Fatmawati Periode September-November 2012.

b) Jumlah pasien jantung yang mengalami interaksi obat c) Jenis kelamin pasien jantung yang mengalami interaksi obat d) Usia pasien jantung yang mengalami interaksi obat

e) Jumlah obat yang digunakan pasien jatutng yang mengalami interaksi obat f) Jumlah kasus interaksi obat yang terjadi pada pasien jantung

g) Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi pada pasien jantung h) Kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien jantung


(35)

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat di Ruang Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati Periode September-November 2012

a. Obat, Makanan dan Minuman, dan Penyakit

Tabel 4.1. Jenis Obat yang Digunakan oleh 51 Pasien Jantung di ICCU RSUP Fatmawati

Tabel di atas menunjukkan bahwa obat Antikoagulan, Antitrombotik dan Hemostatik merupakan obat yang paling banyak digunakan oleh pasien jantung di ICCU yaitu 18,36% dari 446 jumlah jenis obat yang digunakan.

Jenis Obat Jumlah %

ACE Inhibitor 52 11,65

Nitrat Organik 21 4,70

Penyekat Kanal Kalsium 16 3,59

Beta Bloker 23 5,16

Glikosida Jantung 12 2,70

Diuretik 9 2,02

Obat Penyakit Saluran Pencernaan 31 6,93 Vitamin, Mineral dan Suplemen 65 14,57

Antibiotik 19 4,24

Antikoagulan, Antitrombotik dan

Hemostatik 82 18,36

Analgetik 8 1,80

Obat Penyakit Saluran Pernafasan 46 10,31

Obat Diabetes Melitus 40 8,95

Antikonvulsan dan Antiepileptik 22 4,91 446 100


(36)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.2. Jenis Makanan dan Minuman yang Dikonsumsi oleh 51 Pasien ICCU

RSUP Fatmawati

Makanan dan Minuman Jumlah Pasien Makanan & Minuman (nasi, lauk pauk, buah, air putih,

susu, teh) 23

Makanan & Minuman (nasi, lauk pauk, buah, air putih,

susu) 18

Makanan & Minuman (nasi, lauk pauk, buah (non

pisang), air putih) 2

Makanan & Minuman (lauk pauk, buah, air putih) 3 Makanan & Minuman (nasi, lauk pauk, buah

(non-pisang), air putih) 5

51

Makanan yang dikonsumsi oleh pasien jantung ; nasi, lauk pauk (sop, sayur bening bayam, sayur tahu tempe), buah (melon, jambu klutuk, pisang, semangka).

Tabel 4.3. Jenis Penyakit Lain yang Diderita oleh 51 Pasien Jantung di ICCU RSUP Fatmawati

Jenis Penyakit Jumlah Kasus %

Penyakit Paru 18 39,13

Diabetes Mellitus 13 28,26

Penyakit Hati 8 17,40

Penyakit Ginjal 3 6,52

Hematologi 2 4,35

Penyakit Saluran

Pencernaan 2 4,35

46 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa penyakit paru merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien di ICCU selain penyakit kardiovaskular yaitu sekitar 39,13% dari 46 jumlah jenis penyakit.

b. Pasien Jantung yang Mengalami Interaksi Obat

Tabel 4.4. Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Literatur

Pasien Jumlah %

Dengan Interaksi Obat 40 78,43

Tanpa interaksi Obat 11 21,56

51 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan identifikasi interaksi obat secara literatur, didapatkan 78,43% pasien ICCU mengalami interaksi obat. Adapun literatur yang digunakan adalah Drug Interaction Facts tahun 2009, Stockley’s Drug Interaction edisi 8 tahun 2008, Drug-drug Interactions Checker dan Drug Information Handbook tahun 2009.


(37)

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.5. Jumlah Pasien Jantung yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Hasil Pengamatan

Pasien N %

Dengan Interaksi Obat 5 9,09

Tanpa interaksi Obat 46 90,91

51 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan 9,09% dari 51 pasien ICCU mengalami interaksi obat.

c. Jenis Kelamin

Tabel 4.6. Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki – laki 28 54,9

Perempuan 23 45,1

51 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pasien ICCU yang diamati, 54,9% adalah laki – laki dan selebihnya adalah perempuan.

Tabel 4.7. Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki – laki 3 60

Perempuan 2 40

5 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 5 pasien ICCU yang mengalami interaksi obat, 60% adalah laki-laki dan 40% adalah perempuan.

d. Usia

Tabel 4.8. Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Jumlah %

20 – 40 9 17,64

40 – 60 24 47,06

> 60 18 35,30

51 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pasien ICCU yang diamati, 47% berusia antara 40-60 tahun.


(38)

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.9. Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Jumlah %

20 – 40 1 20

40 – 60 3 60

> 60 1 20

5 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari pasien ICCU yang mengalami interaksi obat, 60% pasien berada di antara umur 40-60 tahun.

e. Jumlah Macam Obat yang Digunakan

Tabel 4.10. Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Jumlah Obat yang Digunakan Jumlah Macam Obat Jumlah Pasien %

2 - -

3 – 4 3 5,88

≥ 5 48 94,11

51 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pasien IC C U yang diamati, 94% mendapatkan ≥ 5 macam obat dan selebihnya mendapatkan 3-4 macam obat.

Tabel 4.11. Jumlah Obat yang Digunakan oleh Pasien yang Terkena Interaksi Obat

Jumlah Macam Obat Jumlah

Interaksi %

2 - -

3-4 - -

≥ 5 5 100

5 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 5 pasien ICCU yang mengalami interaksi obat, 100% mendapatkan ≥ 5 macam obat.

f. Lamanya Pasien Dirawat di ICCU RSUP Fatmawati Tabel 4.12. Lamanya Perawatan pasien di ICCU RSUP Fatmawati

Lama Perawatan (Hari) Jumlah %

3-7 29 56,86

8-12 20 39,22

12-16 1 1,96

>16 1 1,96


(39)

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.1.2 Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Jantung Di Ruang Rawat

ICCU RSUP Fatmawati Periode September - November 2012 a. Jumlah Kasus Interaksi Obat

Tabel 4.13. Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Literatur Interaksi Obat Jumlah

Kasus %

Interaksi Obat-Obat 129 67,19

Interaksi Obat-Makanan dan

Minuman 51 26,56

Interaksi Obat-Penyakit 12 6,25

192 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 192 kasus interaksi obat yang terjadi berdasarkan literatur, sekitar 67,19% diantaranya adalah interaksi obat dengan obat, sekitar 26,56% adalah interaksi obat dengan makanan dan minuman dan hampir 12% adalah interaksi obat dengan penyakit.

Tabel 4.14. Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Hasil Pengamatan

Interaksi Obat Jumlah %

Interaksi Obat-Obat 10 76,92

Interaksi Obat-Makanan dan

Minuman - -

Interaksi Obat-Penyakit 3 23,07

13 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 13 kasus interaksi obat yang didapat berdasarkan hasil pengamatan, sekitar 76% diantaranya adalah interaksi obat dengan obat dan hampir 23% adalah interaksi obat dengan penyakit.

b. Kasus Interaksi Obat dengan Obat Tabel 4.15. Kasus Interaksi Obat dengan Obat

Interaksi Obat Efek

Level Kemaknaan

Klinis

Jumlah Kasus %

Aspirin-Clopidogrel

Peningkatan efek kerja dari antikoagulan, dapat

terjadi pendarahan

1 5 50

Aspirin-Captopril

Menurunkan efek hipotensif dari ACE

INHIBITOR

2 5 50

10 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 10 kejadian kasus interaksi obat dengan obat yang efeknya terjadi pada pasien jantung di ICCU sesuai dengan


(40)

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tertulis di literatur, dimana masing-masing 50% adalah interaksi antara Aspirin-Clopidogrel, dan 50% adalah interaksi antara Aspirin-Captopril.

c. Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit Tabel 4.16. Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit

Interaksi Obat Efek

Level Kemaknaan

Klinis

Jumlah Kasus %

Captopril -Penyakit ginjal

Terjadi peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin

3 2 66,67

Aspirin - Penyakit ginjal

Terjadi peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin

3 1 33,33

3 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga kejadian kasus interaksi obat dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien sesuai dengan yang tertulis di literatur, dimana sekitar 67% adalah interaksi antara Captopril dengan penyakit ginjal dan sekitar 33% adalah interaksi antara Aspirin dengan penyakit ginjal.


(41)

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.2 Pembahasan

Penelitian tentang interaksi obat pada pasien jantung ini dilakukan di Instalasi Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati selama periode bulan September sampai November 2012 dan didapatkan 51 orang pasien jantung yang memenuhi kriteria inklusi sebagai sampel. Metode penelitian bersifat Observasional dengan pengamatan prospektif selama 2 bulan, pengambilan data pasien diperoleh dari rekam medis dan wawancara langsung dengan pasien dan dianalisa dengan deskriptif. Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya melakukan observasi, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti, serta pengamatan prospektif merupakan penelitian epidemiologik non-eksperimental yang dianggap paling kuat, dalam hal mengkaji hubungan antar faktor resiko dengan suatu efek penyakit (Machfoedz, 2008). Hasil pengamatan menunjukkan bahwasanya obat-obat golongan antiplatelet dan antikoagulan merupakan obat yang paling banyak digunakan oleh pasien jantung, dimana terlihat juga bahwa penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit Coronary Artery Disease atau CAD (tabel ada pada lampiran 6).

Berdasarkan identifikasi interaksi obat secara literatur, didapatkan pasien jantung yang mengalami interaksi obat lebih banyak, yaitu 40 pasien dibandingkan dengan pasien jantung yang tidak mengalami interaksi obat. Sementara pada hasil pengamatan langsung pada pasien jantung didapatkan bahwa pasien jantung yang tidak mengalami interaksi obat (46 pasien) jauh lebih banyak dibandingkan dengan pasien jantung yang mengalami interaksi obat (5 pasien). Umur pasien jantung yang mengalami interaksi obat lebih banyak berkisar pada umur >40 tahun yaitu dengan 4 pasien, sedangkan 1 pasien ada di interval umur 20-40 tahun. Pasien yang mengalami interaksi obat mendapatkan obat lebih dari 5 atau yang disebut polifarmasi karena dengan banyaknya obat yang diberikan maka kemungkinan terjadi interaksi obat juga semakin besar. Sesuai dengan faktor resiko yang terjadi pada pasien penyakit jantung yang mengalami interaksi obat yang teramati di ICCU yaitu; umur, hipertensi, stress, merokok, lingkungan, dan perilaku dan kebiasaan.

Interaksi obat pada pasien jantung yang diamati adalah interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan makanan dan minuman dan interaksi obat dengan penyakit. Dari hasil identifikasi interaksi obat berdasarkan literatur


(42)

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didapatkan 207 kasus interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan makanan dan minuman, dan interaksi obat dengan penyakit, sedangkan hasil pengamatan menunjukkan adanya 13 kasus interaksi obat dengan obat dan interaksi obat dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien jantung di ruang rawat inap ICCU sesuai dengan yang tertulis di literatur.

Perbedaan jumlah interaksi obat yang diidentifikasi berdasarkan literatur dengan jumlah interaksi obat hasil pengamatan dilapangan ini disebabkan karena beberapa dari interaksi yang diidentifikasi berdasarkan literatur efeknya dapat diamati tetapi tidak terjadi pada pasien jantung yang diamati, selain itu juga disebabkan karena tidak semua efek dari interaksi obat yang teridentifikasi secara literatur efeknya dapat diamati dan dapat diukur oleh peneliti. Selain itu literatur yang digunakan peneliti merupakan literatur yang dibuat berdasarkan faktor fisiologi dan genetik orang Eropa atau Amerika yang memiliki perbedaan dengan orang Indonesia pada umumnya, contohnya pola dan gaya hidup.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari 10 kejadian kasus interaksi obat dengan obat yang yang efeknya terjadi pada pasien jantung sesuai dengan yang tertulis di literatur, 5 diantaranya adalah interaksi antara aspirin dengan clopidogrel. Secara teoritis, aspirin dan clopidogrel memiliki efek farmakologis yang sama namun memiliki cara kerja yang berbeda, sehingga memberikan peningkatan efek dari kedua obat yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan pada saluran pencernaan dan dapat menurunkan kadar hemoglobin dan hematokrit dari pasien. Hasil pengamatan menunjukkan 5 orang pasien dengan interaksi obat ini mengalami penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit selama penggunaan obat secara bersamaan. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan klinis 1, dimana seharusnya pemberian obat ini tidak diberikan bersamaan. Jika tidak bisa dihindari, adapun tindakan yang direkomendasikan adalah pemantauan PT (Protrombin Time), pengaturan dosis, penggantian atau bahkan penghentian penggunaan obat tersebut pada pasien.

Interaksi obat dengan obat lainnya yang terjadi adalah interaksi antara aspirin dengan captopril. Secara teoritis, aspirin adalah obat antiplatelet atau obat yang mencegah penggumpalan darah dan captopril adalah obat yang disebut angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, yang bekerja dengan cara


(43)

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengurangi zat kimia yang menyempitkan pembuluh darah. Interaksi ini terjadi karena adanya penghambatan pada sintesis prostaglandin yang menyebabkan efek hipotensif dari captopril berkurang. Hasil pengamatan menunjukkan empat orang pasien yang menggunakan kedua obat ini secara bersamaan, pasien tersebut tidak mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan klinis 2, dimana sebisa mungkin penggunaan kedua obat ini dihindari. Tindakan yang direkomendasikan adalah ganti dengan antiplatelet yang lain, contoh Dipiridamol.

Adapun kasus interaksi obat dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien jantung ICCU sesuai dengan yang tertulis di literatur adalah interaksi yang melibatkan penyakit ginjal dengan beberapa obat, yaitu captopril dan aspirin. Interaksi ini terjadi karena obat-obat tersebut dapat memperburuk penyakit ginjal yang telah ada sebelumnya yang terlihat dari meningkatnya kadar serum ureum dan serum kreatinin (Lacy et al., 2009). Hasil pengamatan menunjukkan 2 orang yang menggunakan captopril dan satu orang yang menggunakan aspirin, mengalami peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin selama 3 hari penggunaan obat-obat tersebut. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa semua interaksi obat dengan penyakit yang terjadi ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan klinis 3, dimana diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan risiko dari interaksi tersebut. Adapun tindakan yang direkomendasikan adalah pemantauan fungsi ginjal pasien secara berkala atau bahkan penghentian penggunaan obat pada pasien jika terjadi penurunan fungsi ginjal yang signifikan (Lacy et al., 2009).

Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman yang efeknya terjadi pada pasien jantung sesuai dengan literatur. Pada data hasil penelitian ditemukan 51 kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman yang diidentifikasi sesuai literatur (lampiran 7). Adapun kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman yang paling banyak terjadi berdasarkan identifikasi sesuai literatur adalah interaksi antara captopril dengan nasi, lauk pauk dan makanan yang mengandung kalium. Menurut literatur, captopril dapat meningkatkan kadar kalium darah dengan menghambat sistem renin-aldosteron angiotensin, valsartan dapat meningkatkan kadar kalium


(44)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta darah dengan menghambat angiotensin II yang menginduksi sekresi aldosteron sehingga efek ini sinergis dengan makanan yang mengandung kalium dan dapat menyebabkan hiperkalemia serta diazepam dan isoniazid yang dapat menurun absobsinya jika diberikan bersamaan atau berdekatan dengan makanan.

Semua kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman yang berdasarkan literatur pada penelitian ini, efeknya tidak terjadi pada pasien jantung yang diamati. Pemberian makanan dan minuman seperti pisang dan kopi yang memiliki kadar kalium dan caffein yang cukup tinggi, tidak menunjukan adanya interaksi obat dan makanan atau minuman. Hal ini dapat terjadi karena makanan yang mengandung kalium dan minuman yang mengandung caffein yang dikonsumsi oleh pasien adalah masih dalam jumlah yang dapat ditoleransi sehingga tidak menimbulkan efek yang signifikan terhadap kondisi klinis pasien.


(45)

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Pada penelitian ini, didapatkan adanya interaksi antara obat dengan obat dan interaksi antara obat dengan penyakit pada pasien jantung di ICCU RSUP Fatmawati dan tidak didapatkan adanya interaksi antara obat dengan makanan dan minuman.

2) Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa:

 Ada 10% dari seluruh subjek penelitian (pasien jantung di ICCU) yang mengalami interaksi obat..

 Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi pada pasien jantung di ICCU yaitu interaksi antara captopril dengan aspirin dan aspirin dengan clopidogrel.

 Kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman tidak terjadi pada pada pasien jantung di ICCU

 Kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien jantung di ICCU yaitu interaksi antara penyakit ginjal dengan captopril dan aspirin. 5.2 Saran

1) Dokter dapat lebih berhati-hati dalam menulis resep terutama untuk obat-obat kombinasi sehingga risiko terjadinya interaksi obat-obat dapat diminimalkan. 2) Apoteker lebih berhati-hati dalam melayani resep, perlu dilihat apakah

terdapat interaksi obat pada resep tersebut, sehingga interaksi obat yang terjadi dapat teridentifikasi lebih awal.

3) Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai interaksi obat yang terjadi pada pasien ICCU di RSUP Fatmawati.


(46)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR PUSTAKA

Abramowicz, Mark. 2002. Medical Letter : Adverse Drug Interaction 2002 Software. USA : The Medical Letter Inc.

Anonim. 2000. Heart Disease : A disabling yet preventable condition. Washington DC : National academy on an aging society

Aslam, Moh, et al. 2004. Farmasi Klinis- Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo

Berne, Robert M. 2004. Phisiology. USA : Mosby

Drug Interaction Checker. In: www.drugs.com/drug_interactions.html.

Gibson, John MD. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern, edisi II. Jakarta : EGC Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI

http://www.fatmawatihospital.com/mode1.php?id=1&mode=2, tentang sejarah

singkat RSUP Fatmawati

Kabo, Peter. 2010. Bagaimana menggunakan obat-obat kardiovaskular secara rasional. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm. 20-22,27,32,38,43,46,51-60,63,75-77,90,104

Katzung, Bertram G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. Mc Graw Hill. USA : University of California

Lacy, Charles F., et al. 2009. Drug Information Handbook 17th Edition. USA : American Pharmacists Assosiation


(47)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mims Interaction Checker. In : www.Mims.com/captopril/drug_interactions.html. Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar 2. Jakarta: Widya

Medika.

Nazari, Mohammad A, et al. 2006. Evaluation of Pharmacokinetic Drug Interactions in Prescriptions of Intensive Care Unit (ICU) in a Teaching Hospital. Iran : Iranian Journal of Pharmaceutical Research (2006) 3: 215-218

R.A, Nawawi. Fitriani, B. Rusli, Hardjoeno . 2006. Nilai Troponin T (Ctnt) Penderita Sindrom Koroner Akut (Ska). Indonesian Journal of Clinically pathology and Medical Laboratory, Vol.12 No.3, juli 2006: 123-126 Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan tahun 2007

Rokhaeni, Heni, et al. Buku ajar keperawatan kardiovaskuler : pusat kesehatan jantung & pembuluh darah nasional. Jakarta. Bidang Pendidikan dan Pelatihan pusat kesehatan jantung & pembuluh darah nasional "Harapan Kita".

Rafiei, Hossein, et al. 2012. The prevalence of potential drug interactions in Intensive Care Units. Iran : Iranian Journal of Critical Care Nursing, Winter 2012, Volume 4, Issue 4, Pages: 191 – 196

Sastroasmoro, Sugidjo, dan Ismael, Sofyan. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Klinis, edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto, hlm. 92-98

Soherwardi, Shahabudin, et al. 2012. Surveillance of the Potential Drug-Drug Interactions in the Medicine Department of a Tertiary Care Hospital. India : Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2012 September (Suppl), Vol-6(7): 1258-1261


(48)

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Stockley, IH. 2008. Drug Interaction 8th Edition. London : The Pharmaceutical

Press

Syamsudin. 2011. .Interaksi obat konsep dasar dan klinis. Jakarta : UI-Press Tatro, DS. 2009. Drug Interaction Fact, A Wolters Kluwers Company, St Loius

Missouri

Undang-Undang Republik Indonesia No.44 pasal 1 dan 3 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Yasin, Munif N. 2005. Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2005. Jogjakarta. Fakultas Farmasi UGM

Yuliani, Eva. 2012. Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode Oktober-November 2012. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah


(1)

mengurangi zat kimia yang menyempitkan pembuluh darah. Interaksi ini terjadi karena adanya penghambatan pada sintesis prostaglandin yang menyebabkan efek hipotensif dari captopril berkurang. Hasil pengamatan menunjukkan empat orang pasien yang menggunakan kedua obat ini secara bersamaan, pasien tersebut tidak mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan klinis 2, dimana sebisa mungkin penggunaan kedua obat ini dihindari. Tindakan yang direkomendasikan adalah ganti dengan antiplatelet yang lain, contoh Dipiridamol.

Adapun kasus interaksi obat dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien jantung ICCU sesuai dengan yang tertulis di literatur adalah interaksi yang melibatkan penyakit ginjal dengan beberapa obat, yaitu captopril dan aspirin. Interaksi ini terjadi karena obat-obat tersebut dapat memperburuk penyakit ginjal yang telah ada sebelumnya yang terlihat dari meningkatnya kadar serum ureum dan serum kreatinin (Lacy et al., 2009). Hasil pengamatan menunjukkan 2 orang yang menggunakan captopril dan satu orang yang menggunakan aspirin, mengalami peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin selama 3 hari penggunaan obat-obat tersebut. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa semua interaksi obat dengan penyakit yang terjadi ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan klinis 3, dimana diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan risiko dari interaksi tersebut. Adapun tindakan yang direkomendasikan adalah pemantauan fungsi ginjal pasien secara berkala atau bahkan penghentian penggunaan obat pada pasien jika terjadi penurunan fungsi ginjal yang signifikan (Lacy et al., 2009).

Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman yang efeknya terjadi pada pasien jantung sesuai dengan literatur. Pada data hasil penelitian ditemukan 51 kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman yang diidentifikasi sesuai literatur (lampiran 7). Adapun kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman yang paling banyak terjadi berdasarkan identifikasi sesuai literatur adalah interaksi antara captopril dengan nasi, lauk pauk dan makanan yang mengandung kalium. Menurut literatur, captopril dapat meningkatkan kadar kalium darah dengan menghambat sistem renin-aldosteron angiotensin, valsartan dapat meningkatkan kadar kalium


(2)

darah dengan menghambat angiotensin II yang menginduksi sekresi aldosteron sehingga efek ini sinergis dengan makanan yang mengandung kalium dan dapat menyebabkan hiperkalemia serta diazepam dan isoniazid yang dapat menurun absobsinya jika diberikan bersamaan atau berdekatan dengan makanan.

Semua kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman yang berdasarkan literatur pada penelitian ini, efeknya tidak terjadi pada pasien jantung yang diamati. Pemberian makanan dan minuman seperti pisang dan kopi yang memiliki kadar kalium dan caffein yang cukup tinggi, tidak menunjukan adanya interaksi obat dan makanan atau minuman. Hal ini dapat terjadi karena makanan yang mengandung kalium dan minuman yang mengandung caffein yang dikonsumsi oleh pasien adalah masih dalam jumlah yang dapat ditoleransi sehingga tidak menimbulkan efek yang signifikan terhadap kondisi klinis pasien.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Pada penelitian ini, didapatkan adanya interaksi antara obat dengan obat dan interaksi antara obat dengan penyakit pada pasien jantung di ICCU RSUP Fatmawati dan tidak didapatkan adanya interaksi antara obat dengan makanan dan minuman.

2) Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa:

 Ada 10% dari seluruh subjek penelitian (pasien jantung di ICCU) yang mengalami interaksi obat..

 Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi pada pasien jantung di ICCU yaitu interaksi antara captopril dengan aspirin dan aspirin dengan clopidogrel.

 Kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman tidak terjadi pada pada pasien jantung di ICCU

 Kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien jantung di ICCU yaitu interaksi antara penyakit ginjal dengan captopril dan aspirin.

5.2 Saran

1) Dokter dapat lebih berhati-hati dalam menulis resep terutama untuk obat-obat kombinasi sehingga risiko terjadinya interaksi obat-obat dapat diminimalkan. 2) Apoteker lebih berhati-hati dalam melayani resep, perlu dilihat apakah

terdapat interaksi obat pada resep tersebut, sehingga interaksi obat yang terjadi dapat teridentifikasi lebih awal.

3) Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai interaksi obat yang terjadi pada pasien ICCU di RSUP Fatmawati.


(4)

32

DAFTAR PUSTAKA

Abramowicz, Mark. 2002. Medical Letter : Adverse Drug Interaction 2002

Software. USA : The Medical Letter Inc.

Anonim. 2000. Heart Disease : A disabling yet preventable condition. Washington DC : National academy on an aging society

Aslam, Moh, et al. 2004. Farmasi Klinis- Menuju Pengobatan Rasional dan

Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo

Berne, Robert M. 2004. Phisiology. USA : Mosby

Drug Interaction Checker. In: www.drugs.com/drug_interactions.html.

Gibson, John MD. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern, edisi II. Jakarta : EGC

Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI

http://www.fatmawatihospital.com/mode1.php?id=1&mode=2, tentang sejarah

singkat RSUP Fatmawati

Kabo, Peter. 2010. Bagaimana menggunakan obat-obat kardiovaskular secara

rasional. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm.

20-22,27,32,38,43,46,51-60,63,75-77,90,104

Katzung, Bertram G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. Mc

Graw Hill. USA : University of California

Lacy, Charles F., et al. 2009. Drug Information Handbook 17th Edition. USA : American Pharmacists Assosiation


(5)

33

Mims Interaction Checker. In : www.Mims.com/captopril/drug_interactions.html.

Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar 2. Jakarta: Widya Medika.

Nazari, Mohammad A, et al. 2006. Evaluation of Pharmacokinetic Drug Interactions in Prescriptions of Intensive Care Unit (ICU) in a Teaching

Hospital. Iran : Iranian Journal of Pharmaceutical Research (2006) 3:

215-218

R.A, Nawawi. Fitriani, B. Rusli, Hardjoeno . 2006. Nilai Troponin T (Ctnt)

Penderita Sindrom Koroner Akut (Ska). Indonesian Journal of Clinically

pathology and Medical Laboratory, Vol.12 No.3, juli 2006: 123-126

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan tahun 2007

Rokhaeni, Heni, et al. Buku ajar keperawatan kardiovaskuler : pusat kesehatan

jantung & pembuluh darah nasional. Jakarta. Bidang Pendidikan dan

Pelatihan pusat kesehatan jantung & pembuluh darah nasional "Harapan Kita".

Rafiei, Hossein, et al. 2012. The prevalence of potential drug interactions in

Intensive Care Units. Iran : Iranian Journal of Critical Care Nursing,

Winter 2012, Volume 4, Issue 4, Pages: 191 – 196

Sastroasmoro, Sugidjo, dan Ismael, Sofyan. 2010. Dasar-Dasar Metodologi

Klinis, edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto, hlm. 92-98

Soherwardi, Shahabudin, et al. 2012. Surveillance of the Potential Drug-Drug Interactions in the Medicine Department of a Tertiary Care Hospital. India : Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2012 September (Suppl), Vol-6(7): 1258-1261


(6)

34

Stockley, IH. 2008. Drug Interaction 8th Edition. London : The Pharmaceutical Press

Syamsudin. 2011. .Interaksi obat konsep dasar dan klinis. Jakarta : UI-Press

Tatro, DS. 2009. Drug Interaction Fact, A Wolters Kluwers Company, St Loius Missouri

Undang-Undang Republik Indonesia No.44 pasal 1 dan 3 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Yasin, Munif N. 2005. Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Gagal Jantung

Kongestif Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2005. Jogjakarta.

Fakultas Farmasi UGM

Yuliani, Eva. 2012. Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode Oktober-November 2012. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah