UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.1 Mekanisme Interaksi Obat Katzung, 2007
a. Mekanisme Farmakokinetik
Absorbsi
Absorbsi dari obat di saluran pencernaan dapat dipengaruhi oleh pemakaian yang bersamaan dari senyawa lain yang memiliki luas permukaan
yang besar dimana obat dapat diserap, mengikat atau khelat, mengubah PH lambung, mengubah motilitas GI, atau mempengaruhi perpindahan protein,
contohnya P-glycoprotein.
Distribusi Mekanisme yang menyebabkan perubahan interaksi obat pada proses
distribusi obat adalah kompetisi pada plasma protein yang terikat, terjadi perpindahan tempat pengikat jaringan, dan perubahan pada jaringan
pelindung lokal, contoh penghambat P-glycoprotein di pelindung darah otak.
Metabolisme
Metabolisme obat dapat distimulasi atau dihambat oleh terapi yang bersamaan. Rangsangan pada isozime sitokrom P450 di hati dan usus kecil
dapat disebabkan oleh obat seperti barbiturat, karbamazepin, phenitoin, rifampin dan lain-lain. Penginduksi enzim dapat juga menigkatkan aktivitas
dari fase II metabolisme glucoronidasi. Hasil induksi enzim tak dapat bekerja dengan cepat, efek maksimalnya biasanya terjadi setelah 7-10 hari dan
memerlukan waktu yang sama atau lebih lama untuk menghilang setelah penginduksi enzim dihentikan. Obat yang mampu menghambat metabolisme
sitokrome P450 dari obat lain termasuk klorampenikol, eritromisin, isoniazid, dan omeprazole.
Ekskresi
Ekskresi obat aktif di ginjal dapat juga dipengaruhi oleh terapi obat yang bersamaan. Eksresi obat-abatan tertentu di ginjal yang termasuk
golongan asam lemah atau basa lemah dapat dipengaruhi oleh obat-obatan lain yang mempengaruhi pH urin.
b. Mekanisme Farmakodinamik Katzung, 2007
Ketika obat dengan fungsi yang sama digunakan secara bersamaan, respon additif maupun sinergis biasanya terjadi pada dua obat yang dapat atau tidak dapat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bereaksi pada reseptor yang sama untuk menghasilkan efek yang sama. Secara langsung, obat dengan efek farmakologis yang berlawanan dapat menurunkan
respon dari satu atau kedua obat tersebut. Interaksi obat farmakodinamik agak biasa terjadi pada kegiatan klinis, tapi efek yang merugikan biasanya dapat
diminimalisasi jika seorang yang mengerti farmakologi obat tersebut ikut berperan. Pada saat ini, interaksi dapat diantisipasi dan penanggulangan yang
tepat diambil. Kemungkinan –kemungkinan yang dapat terjadi :
Obat-obat
tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ sinergisme.
Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan antagonisme.
Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah.
c. Mekanisme Farmasetik Syamsudin, 2011
Inkompatibilitas Fisik
Inkompatibilitas fisik atau ketidakcampuran fisik sering disebut dengan obat tidak tercampurkan yang dibuktikan dengan tidak bisanya obat
bercampur dengan baik. Hampir mustahil kita bisa memberikan dosis obat yang seragam dalam bentuk larutan atau campuran, seperti air dan minyak
zat yang tak dapat bercampur dan zat-zat yang tidak larut di dalam media tertentu adalah contoh dari inkompatibilitas fisik. Contohnya : alat suntik
plastik biasanya dibuat dari plastik polietilen atau polipropilen, sterilisasi setelah pembungkusan biasanya dilakukan dengan etilen oksida atau radiasi.
Ada sejumlah keunggulan dari pembungkusan alat suntik plastik, termasuk penurunan risiko pecah, lebih ringan, lebih mudah dibuang, mudah
dimanipulasi, dan tidak membutuhkan ruang penyimpanan yang besar. Di sisi lain kontak antara wadah plastik dengan obat dapat menimbulkan sejumlah
masalah, termasuk pelumeran, penyerapan, perembesan, reaktivitas kimia polimer plastik dan perubahan karakter fisik plastik.
Inkompatibilitas Kimia
Inkompatibilitas kimia terjadi ketika agen yang diresepkan bereaksi secara kimia saat dicampurkan sehingga mengubah komposisi satu atau lebih
bahan yang dicampur unsur pokok, contoh : adanya perubahan warna, pengendapan akibat reaksi kimia, serta reaksi oksidasi dan reduksi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Meskipun hampir mustahil bagi kita untuk menghilangkan seluruh agen obat tak tercampurkan beberapa kombinasi dapat merespon terhadap
langkah-langkah perbaikan berikut : -
Penambahan bahan baku yang tidak merubah nilai terapis. -
Penghilangan agen yang tidak member efek terapi atau yang dapat diberi secara terpisah.
- Mengubah zat pelarut.
- Penggantian bahan yang tak udah larut dengan yang mudah larut.
- Penggunaan tehnik khusus dalam pencampurannya.
2.4.2 Contoh-Contoh Interaksi Obat Tatro, 2009