Penelitian Ratna 2004 didapatkan 67,7 penderita dengan hasil skor total kualitas hidup kategori sedang, 48 dengan skor domain fisik kategori
tinggi. Dari domain psikologi 69,6, kemandirian 55,9, sosial 63,7, dan lingkungan terdapat 78,4 penderita dengan kategori sedang, serta pada domain
spiritual didapatkan 55,9 dengan kategori tinggi. Kualitas hidup penderita dalam penelitian ini cukup terganggu meskipun tidak secara berlebihan, namun
perlu diwaspadai dapat mengalami penurunan ke kategori rendah
.
Kualitas hidup pasien HIVAIDS yang menjalani perawatan masih merupakan masalah yang menarik perhatian para profesional kesehatan. Kualitas
hidup pasien yang optimal menjadi isu penting yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pasien bisa bertahan
hidup dengan pengobatan rutin dan masih menyisakan sejumlah persoalan penting sebagai dampak dari terapi pengobatan HIVAIDS.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran kualitas hidup pasien HIVAIDS di RSUP Haji
Adam Malik Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kualitas hidup pasien HIVAID yang menjalani perawatan di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien HIVAIDS yang menjalani perawatan di RSUP H. Adam Malik Medan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Melihat gambaran kualitas hidup pasien HIVAIDS berdasarkan fungsi
fisik, keterbatasan fisik, nyeri pada tubuh, kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan peran emosional, dan kesehatan
mental 2. Melihat gambaran kualitas hidup pasien HIVAIDS yang menjalani
perawatan di RSUP H. Adam Malik Medan
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi institusi pendidikan keperawatan di bidang keperawatan medikal bedah.
b. Bagi Praktik Keperawatan
Sebagai bahan informasi tentang kualitas hidup pada pasien HIVAIDS yang menjalani perawatan sehingga perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan dan dukungan yang optimal kepada pasien .
c. Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan data awal dalam mengadakan penelitian yang terkait dengan kualitas hidup pasien HIVAIDS yang
menjalani perawatan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIVAIDS
2.1.1 HIV
Human Imunnodeficiency Virus HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human
Imunnodeficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia. HIV adalah Virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. Virus HIV menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berpungsi untuk kekebalan tubuh
Maryunani, 2009. Kecepatan reproduksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan
orang yang terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak sedang berperan melawan infeksi yang lain, refroduksi HIV berjalan dengan lambat, namun
reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau kalau sistem imunnya terstimulasi keadaan ini dapat
menjelaskan periode laten yang diperlihatkan sebagian penderita sudah terinfeksi HIV. Sebagai contoh, seorang pasien mungkin bebas dari gejala selama sepuluh
tahun, kendati demikian sebagian besar orang yang terinfeksi HIV sampai 65 tetap menderita penyakit HIV atau AIDS yang simtomatik dalam waktu 10 tahun
sesudah orang tersebut terinfeksi Smaltzer Bare, 2001. HIV menyerang sistem imun dengan menyerbu dan menghancurkan jenis sel
darah putih tertentu yang sering disebut dengan berbagai nama seperti sel T pembantu helper T Cell, sel T4 atau sel CD4. Sel CD4 mengenali pathogen yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
menyerang dan memberi isyarat pada sel darah putih lainnya untuk segera membentuk antibody yang dapat mengikat pathogen tersebut. Setelah diikat,
pathogen itu dilumpuhkan dan diberi ciri untuk selanjutnya dihancurkan. Lalu sel CD4 kemudian memanggil lagi jenis darah putih lainnya, sel T pembunuh killer
T cell, untuk memusnahkan sel yang terjadi tadi. HIV mampu menyerang dan mampu mangalahkan sel CD4 yang justru amat diandalkan untuk menghadapi
HIV tersebut beserta kuman-kuman jenis lainnya. Itulah yang menyebabkan HIV membuat tumbuh menjadi sangat rentan terhadap infeksi kuman-kuman lainnya
dan jenis-jenis kanker yang umumnya dapat dikendalikan. Tanpa adanya sistem imun yang efektif, penyakit-penyakit yang lazimnya disebut infeksi oportunistik,
akan menyerang tubuh dan mengakibatkan kematian Hutapea, 1995. 2.1.2 AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrom
AIDS adalah singkatan dari acquired didapat immune kekebalan deficiency penurunan Syndrom kumpuan dan gejala, yaitu menurunnya daya
tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi HIV. Seorang yang teinfeksi HIV, dapat dengan mudah terserang berbagai penyakit yang dalam
keadaan normal sebenarnya tidak terlalu berbahaya akan tetapi bagi mereka yang teah terinfeksi HIV, penyakit-penyakit tersebut dapat bertambah parah. Hal ini
disebabkan karena menurunnya daya immunitas kekebalan tubuh, dan dapat berakhir dengan kematian Nasution, Putra, Nasution, 2000.
AIDS adalah kependekan dari acquired immune deficiency Syndrom kumpulan gejala akibat atau kekurangan dan kelemahan sistem kekebalan tubuh
yang dibentuk setelah lahir Maryunani Aeman, 2009.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
AIDS atau sindrom kehilangan kekebaan tubuh adalah kehilangan kekebalan tubuh manusia sebuah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV.
Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan pirus tertentu yang bersipat oportunistik. Selain
itu penderita AIDS sering sekali menderita keganasan, khususnya sarkoma Kaposi dan limpoma yang hanya menyerang otak Djuanda, 2007.
2.1.3 Perjalanan Penyakit Perjalanan klinis pada pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap
AIDS, sejalan dengan penurunaan sederajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler dan menunjukkan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas
biasanya diikuti adanya peningkatan resiko dan derajat keparahan infeksi oportunistik serta penyakit keganasan Depkes RI, 2003.
Dari yang semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50 menjadi AIDS sesudah sepuluh
tahun, dan hampir 100 pasien HIV menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun. Dalam tubuh ODHA, partikel virus akan bergabung dengan DNA sel pasien,
sehingga orang yang terinfeksi HIV seumur hidup akan bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga orang yang yeng terinfeksi HIV seumur hidup akan tetap
terinfeksi, sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas seperti demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk pada 3-6
minggu setelah infeksi kondisi ini dikenal dengan dengan infeksi primer. Infeksi primer berkaitan dengan periode waktu dimana HIV pertama kali masuk kedalam
tubuh. Pase awal proses infeksi imunokompeten akan terjadi respon imun berupa
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
penigkatan aktivitas imun, yaitu pada tingkat seluler HLA-DR; sel T; IL-2R serum atau humoral beta-2 mikroglobulin, neopterin, CD8, IL-R dan antibodi
upregulation gp 120, anti p24; IgA. Selama infeksi primer jumlah limpisit CD4
+
dalam darah menurun dengan cepat. Target virus ini adalah limposit CD4
+
pada nodus limpa dan thymus selama waktu tersebut yang membuat individu yang
terinfeksi HIV akan mungkin terkena infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan thymus untuk memproduksi limposit T. Tes antibodi HIV
menggunakan enzyme linked imunoabsorbent assay ELISA yang menunjukkan hasil positip. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik tanpa
gejala ini berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok orang yang perjalanan penyakitnya sangat cepat, hanya sekitar 2 tahun, dan ada pula yang
perjalanannya sangat lambat Nursalam, 2009. 2.1.4 Tes Diagnostik
Tes Skrining yang digunakan untuk mendiagnosis HIV adalah ELISA. Untuk mengidentifikasi antibody terhadap HIV, tes ELISA sangat sensitip, tapi
tidak selalu spesifik, karena penyakit lain bisa juga menunjukkan hasil positif. Beberapa penyakit bisa menyebabkan false positip, antara lain adalalah penyakit
autoimun, infeksi virus, atau keganasan hematologi. Kehamilan juga bisa menyebabkan false positip. Tes yang lain biasanya digunakan untuk
mengonfirmasi hasil ELISA, antara lain Western Blot WB, Indirect Immunofluoresence Assy IFA atau pun Radio- Immunoprecipitation Assy
RIPA.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Western Blot merupakan elektroforosis gel poliakrilamid yang digunakan untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik terhadap DNA, jika tidak ada rantai
protein yang ditemukan, berarti hasil tes negatip. Sedangkan bila hampir atau semua rantai protein ditemukan, berarti western Blot positip. Tes western Blot
mungkin juga tidak bisa menyimpulkan seseorang menderita HIV atau tidak. Oleh karena itu, tes harus diulangi lagi setelah dua minggu dengan sampel yang sama.
Jika tes western Blot tetap tidak bisa disimpulkan, maka tes western Blot harus diulang lagi setelah 6 bulan. Jika tes tetap negatip maka pasien dianggap HIV
negatip. PCR Polymerase Chain Reaction untuk DNA dan RNA virus HIV
sangat sensitive dan spesifik untuk infeksi HIV. Tes ini sering di gunakan bila hasil tes yang lain tidak jelas Nursalam, 2009.
2.1.5 Pembagian Tingkat Klinis Panyakit HIV Global Programe on AIDS dari badan kesehatan dunia WHO
mengusulkan “pembagian tingkat kinis penyakit infeksi HIV” sesudah mengadakan pertemuan di Geneva bulan juni 1989 dan bulan Februari 1990.
Usulan tersebut berdasarkan penelitian terhadap 907 penderita seropositif HIV dari 26 pusat perawatan yang berasal dari 5 benua. Pembagian tingkat klinis
infeksi HIV tersebut adaah sebagai berikut: a.
Tingkat klinik 1 AsimtomatikLPG: 1.
Tanpa gejala sama sekali
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2. Limfadenopati Generalisata Persisten
LPG: yakni pembesaran kelenjar getah bening di beberapa tempat yang
menetap. Pada tingkat ini pasien belum mempunyai keluhan dan dapat melakukan
aktivitasnya secara normal. b.
Tingkat klinik 2 Dini. 1.
Penurunan berat badan kurang dari 10 2.
Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis seboroika, prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulkus pada mulut beruang dan
cheilitis angualaris. 3.
Herfes joster yang timbul pada 5 tahun terakhir 4.
Infeksi saluran napas bagian atas berulang, misalnya sinusitis. Pada tingkat ini, pasien sudah menunjukkan gejala tetapi aktivitas tetap
normal. c.
Tingkat kinik 3 menengah 1.
Penurunan berat badan 10 berat badan 2.
Diare kronik 1 bulan, penyebab tidak diketahui 3.
Panas yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hingga timbul maupun terus menerus
4. Kandidasi mulut
5. Bercak putih serabut dimulut hairy leukoplakia
6. Tuberculosis paru setahun trakhir
7. Infeksi bakteril yang berat misalnya pneumonia.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Pada tingkat klinik 3 ini, penderita biasanya berbaring di tempat tidur lebih dari 12 jam sehari, selama sebulan trakhir.
d. Tingkat klinik 4 lanjut
1. Badan menjadi kurus HIV westing syndrome, yaitu: berat badan
turun lebih dari 10 dan a diare kronik tanpa diketahui sebabnya selama lebih dari satu bulan, atau b kelemahan kronik dan panas
tanpa diketahui sebabnya, selama lebih dari satu bulan . 2.
Pneumonia pneumosistis karini 3.
Toksoplasmosis otak 4.
Kriptosporidiosis dengan diare 1 bulan 5.
Kriptokokosis di luar paru 6.
Penyakit virus sitomegalo pada organ tubuh, kecuali di limpa, hati atau kelenjar getah bening.
7. Infeksi virus herves simplek di mokokutan lebih dari satu bulan, atau
di alat dalam visceral lamanya tidak dibatasi 8.
Leukoensefalopati multifocal progresip 9.
Mikosis infeksi jamur misalnya histoplasmosis, kokkidiodomikosis yang endenik, menyerang banyak organ tubuh disseminate.
10. Kandidiasis esophagus, trakea, bronkus atau paru.
11. Mikrobakteriosis atipik mirip bakteri TBC, disseminate
12. Tuberculosis di luar paru
13. Limpoma
14. Sarcoma Kaposi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
15. Ensefalopati HIV, sesuai kriteria CDC, yaitu: gangguan kognitif atau
disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas sehari-hari, progresif sesudah beberapa minggu atau beberapa bulan, tanpa dapat diteukan
penyebabnya selain HIV Rustamaji, 2001. 2.1.6 Penularan HIVAIDS
Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu : a.
Hubungan seksual dengan mengidap HIVAIDS Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV
tampa perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai
selaput lender vagina, penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah. Selama
berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah
pasangan seksual Syaiful, 2000. b.
Ibu dan bayinya Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan in utero.
Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0.01 sampai 0,7. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan
belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20 sampai 35, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu
kemungkinannya mencapai 50. Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui transfusi fotomaternal atau kontak antara kulit dan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
memberan mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan, semakin lama proses melahirkan, semakin besar risiko
penularan. Oleh karena itu, lama persalinan bisa dipersingkatan dengan operasi section caesaria. Transmisi lain terjadi selam periode post
partum melalui ASI. Resiko bayi tertular melalui ASI dari ibu yang positif sekitar 10 Lily V, 2004
c. Darah dan produk darah yang tercemar HIVAIDS
Sangat cepat menularnya HIV karena Virus langsung ke pembuluh darah dan menyebar keseluruh tubuh
d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan
langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV.
e. Alat-alat untuk menoreh kulit
Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang membuatato, dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut
mungkin dipakai tanpa disterilkan terlebih dahulu. f.
Menggunakan jarum suntik secara bergantian. Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang
digunakan oleh para penguna narkoba injecting Drug User-IDU sangat berpotensi menular HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai
IDU secara bersama-sama juga menggunakan tempat penyampuran,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pengaduk, dan gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV Nursalam, 2009.
2.1.7 Pencegahan Penularan HIVAIDS Berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi penularan penyakit:
a. Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang sering menggunakan
obat bius secara intravena. b.
Mitra seksual multiple atau hubungan seksual dengan orang yang mempunyai banyak teman kencan seksual kemungkinan lebih besar
mendapat AIDS. c.
Cara hubungan seksual yang dapat merusak selaput lendir rektal, dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan AIDS. Senggama anal pasif
yang pernah dilaporkan pada beberapa penelitian menunjukkan korelasi tersebut. Walaupun belum terbukti, kondom dianggap salah satu untuk
menghindari penyakit kelamin, cara ini msih merupakan anjuran. d.
Kasus AIDS pada orang yang menggunakan obat bius intravena dapat dikurangi dengan cara memberantas kebiasaan buruk tersebut dan
melanggar penggunaan jarum suntik bersama. e.
Semua orang tergolong berisiko tinggi AIDS seharusnya tidak terjadi donor. Di AS soal ini sudah dipecahkan zat anti-AIDS dalam darah
melalui cara Enzyme Linked Immuno Sorbent assay ELISA. f.
Para dokter sudah harus ketat menangani indikasi medis transfuse darah autolog yang dianjurkan untuk di pakai Djuanda, 2007.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.1.8 Perawatan Pasien HIVAIDS Asuhan perawatan pada pasien HIVAIDS bersifat unik untuk setiap
individu, dipengaruhi oleh karakteristik individu, tahap perkembangan gejala yang sedang dialami oleh penderita HIVAIDS, dan sikap masyarakat terhadap
HIVAIDS. Masalah-masalah keperawatan yang umum ditemukan pada penderita HIVAIDS diantaranya:
a. Resiko mendapatkan infeksi opportunistic infection sehubungan dengan
penurunan kekebalan tubuh b.
Kelelahan fatigue sehubungan dengan proses infeksi HIV c.
Nyeri akutkronis sehubungan dengan adanya neuropathy, kanker, infeksi d.
Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit menelan, nyeri pada mulut,
diare e.
Gangguan integritas kulit sehubungan dengan infeksi, kanker f.
Isolasi sosial sehubungan dengan takut penyebaran virus, stigma g.
Resiko harga diri rendah sehubungan dengan perubahan penampilan tubuh h.
Perubahan pola seksual sehubungan dengan resiko penyebaran penyakit i.
Cemas sehubungan dengan kurang pengetahuan, kurang dukungan keluargasosial
j. Respon pertahanan coping mechanism yang tidak efektif sehubungan
dengan penyakit kronis yang progresif k.
Kesedihan yang mendalam sehubungan dengan penurunan fungsi pertahanan tubuh atau persepsi terhadap kematian yang mengancam.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Untuk mengurangi resiko mendapatkan infeksi, ODHA dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri personal hygienes, memelihara keamanan dan
kebersihan makanan dan minuman, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari perilaku yang beresiko tertular atau menularkan penyakit, dan menjalankan
pengobatan secara teratur. Fatigue bisa timbul akibat infeksi, pengobatan, anemia, dehidrasi, depresi, atau karena nutrisi yang jelek. Fatigue dapat dikelola
dengan cara menyelingi aktivitas dengan istirahat, menyusun jadual kegiatanpekerjaan yang memerlukan banyak tenaga dilakukan pada saat kondisi
lebih energik. Diet makanan tinggi kalori, tinggi protein serta mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral. Selama infeksi HIV berlangsung, pasien pada
umumnya tinggal di rumah. Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk waktu-waktu tertentu selama episode akut. Ketika penyakit terus berkembang,
pasien perlu perawatan serius dari keluarga atau perawat masyarakat community nurse. Perawat akan membantu cara melakukan perawatan fisik, membangun
hubungan terapetik, dan mengkoordinasikan perawatan dengan anggota tim kesehatan lainnya. Berbagai fasilitas pendukung di masyarakat harus dikenali.
Ketika pasien berada dalam fase terminal, perawatan yang memberi dukungan kenyamanan dan dukungan emosi untuk pasien dan keluarga sangat dibutuhkan
Laplit, 2004. 2.1.9 Pelayanan Kesehatan Untuk HIVAIDS
Fasilitas kesehatan yang diperlukan oleh penderita HIVAIDS adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
a. Pasilitas perawatan akut
Perawatan rawat inap intensip yang mempunyai stap emhkap dan sudah berpengalaman. Di ruang rawat ini penderita diawasi 24 jam
penuh. Jenis peayanan dasar yang diperlukan adlah penyakit dalam, bedah, anastesi, laboratorium, radiologi, gizi, dan farmasi.
b. Fasilitas perawatan khusus
Adalah fasilitas perawatan yang sudah terbiasa merawat pasien HIVAIDS. Unit ini menyediakan perawatan untuk pasien HIVAIDS
yang tidak dalam fase akut tetapi memerlukan perawatan di rumah sakit untuk rehabilitas.
c. Fasilitas perawatan intermediate
Fasilitas ini digunakan untuk menderita yang tidak terus-menurus memerlukan dokter atau perawat yang berpengalaman. Ini berlaku baik
untuk fasilitas rawat inap maupun berobat jalan. d.
Pasilitas perawatan masyarakat Penderita HIVAIDS yang sedang tidak dirawat di rumah sakit kadang-
kadang memerlukan beberapa jenis fasilitas non-medik, seperti perumahan, pengadaan makanan, dan bantuan aktivitas sehari-hari
seperti makan, mandi, atau ke toilet. e.
Pusat kesehatan masyarakat. Puskesmas yang diperlihatkan adalah yang dilengkapi dengan
pelayanan fisikologi, rehabilitasi, sosial, gizi, dan pendidikan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
f. Perawatan kesehatan dirumah
Fasilitas ini diperlukan oleh penderita, agar ia dapat tetap tinggal di rumahnya sambil terus dipantau dan mendapat perawatan medic yang
berkesinambungan. Untuk tujuan tersebut diperlukan pekerja sosial, perawatan, dan relawan baik dari kalangan agama maupun dari lapisan
masyarakat lain Rustamaji, 2001.
2.2 Kualitas Hidup
2.2.1 Definisi Kualitas Hidup Tidak mudah untuk mendefinisikan kualitas hidup secara tepat. Pengertian
mengenai kualitas hidup telah banyak dikemukakan oleh para ahli, namun semua pengertian tersebut tergantung dari siapa yang membuatnya. Seperti halnya
definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti tidak ada kelemahan atau penyakit, demikian juga mengenai kualitas hidup, kualitas hidup bukan berarti hanya tidak
ada keluhan saja, akan tetapi masih ada hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita, bagaimana perasaan penderita sebenarnya dan apa yang sebenarnya menjadi
keinginannya. Menurut Calman 1993 mengungkapkan bahwa konsep dari kualitas
hidup adalah bagaimana perbedaan antara keinginan yang ada dibandingkan perasaan yang ada sekarang, definisi ini dikenal dengan sebutan “Calman’s Gap”.
Calman mengungkapkan pentingnya mengetahui perbedaan antara perasaan yang ada dengan keinginan yang sebenarnya, dicontohkan dengan membandingkan
suatu keadaan antara “dimana seseorang berada” dengan “di mana seseorang ingin
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
berada”. Jika perbedaan antara kedua keadaan ini lebar, ketidak cocokan ini menunjukkan bahwa kualitas hidup seseorang tersebut rendah. Sedangkan kualitas
hidup tinggi jika perbedaan yang ada antara keduanya kecil. Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi
dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antara keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan
kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.
Menurut Schipper yang dikutip oleh Ware 1992 mengemukakan kualitas hidup sebagai kemampuan fungsional akibat penyakit dan pengobatan yang
diberikan menurut pandangan atau perasaan pasien. Menurut Donald yang dikutip oleh Haan 1993, kualitas hidup berbeda dengan status fungsional, dalam hal
kualitas hidup mencakup evaluasi subyektif tentang dampak dari penyakit dan pengobatannya dalam hubungannya dengan tujuan, nilai dan pengharapan
seseorang, sedangkan status fungsional memberikan suatu penilaian obyektif dari kemampuan fisik dan emosional pasien.
2.2.2 Komponen Kualitas Hidup Menurut Trbojevic 1998 kalitas hidup dikembangkan untuk memberikan
suatu pengukuran komponen dan determinan kesehatan dan kesejahteraan. Pengukuran kualitas hidup ini penting berhubungan dengan prioritas kesehatan
sepanjang atau semasa hidup yang tidak hanya membutuhkan pengobatan tetapi juga kualitas dari kelangsungan hidup.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Menurut Hay 1992 kualitas hidup dapat disimpulkan menjadi 2 komponen yaitu kesehatan fisik dan kesehatan mental, untuk mengkaji kualitas
hidup tersebut maka didapat 36 pertanyaan tentang kemampuan pasien yang dibagi menjadi delapan subvariabel yaitu:
a. Fungsi fisik terdiri dari beberapa pernyataan yaitu aktivitas yang
memerlukan energi, aktivitas yang ringan, mengangkat dan membawa barang yang ringan, menaiki beberapa anak tangga, menaiki satu anak
tangga, membungkuk, berjalan beberapa gang, berjalan satu gang dan mandi atau memakai baju sendiri.
b. Keterbatasan peran fisik terdiri dari pertanyaan penggunaan waktu yang
singkat, penyelesaian pekerjaan yang tidak tepat waktu, terbatas pada beberapa pekerjaan dan mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan.
c. Nyeri pada tubuh terdiri dari pernyataan seberapa besar rasa nyeri pada
tubuh dan seberapa besar nyeri mengganggu aktivitas. d.
Pesepsi kesehatan secara umum terdiri dari pernyataan bagaimana kondisi kesehatan saat ini dan satu tahun yang lalu, mudah terserang sakit, sama
sehatnya dengan orang lain, kesehatan yang buruk dan kesehatan yang sangat baik.
e. Vitalitas terdiri dari pernyataan yang menggambarkan tentang bagaimana
pasien dalam melaksanakan aktivitasnya apakah semangat memiliki energi yang banyak, bosan dan lelah.
f. Fungsi sosial terdiri dari pernyataan seberapa besar masalah emosi
mengganggu aktivitas sosial dan mempengaruhi aktivitas sosial.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
g. Keterbatasan peran emosional terdiri dari pernyataan apakah masalah
emosi mempengaruhi penggunaan waktu yang singkat dalam pekerjaan atau lebih lama lagi melakukan pekerjaan dan tidak berhati-hati sebagai
mana mestinya. h.
Kesehatan mental terdiri dari pernyataan apakah pasien sering gugup, merasa tertekan, tenang, sedih dan periang.
University of Toronto 2004 menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu internal hidup, kepemilikan hubungan indivindu dengan
lingkungannya dan harapan prestasi dan aspirasi indivindu. a.
Internal hidup Internal hidup dalam kualitas hidup dibagi 3 yaitu secara fisik, psikologis
dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik, personal higienis, nutrisi, olah raga, pakaian dan penampilan fisik secara umum.
Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis, kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri dan control diri. Secara
spiritual terdiri dari nilai-nilai pribadi, standart-standart pribadi dan kepercayaan spiritual.
b. Kepemilikan
Kepemilikan hubungan indivindu dengan lingkungannya dalam kualitas hidup dibagi 2 yaitu secara fisik dan sosial. Secara fisik yang terdiri dari
rumah, tempat kerjasekolah, tetanggalingkungan dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
c. Harapan
Harapan prestasi dan aspirasi individu dalam kualitas hidup dapat dibagi 2 yaitu secara praktis dan secara pekerjaan. Secara praktis yaitu aktivitas
rumah tangga, pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarelawan dan pencarian kebutuhan atau sosial. Secara pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan
pengetahuan dan kemampuan serta adaptasi terhadap perubahan dan penggunaan waktu santai, aktivitas relaksasi dan reduksi stress.
2.2.4 Teori Kualitas Hidup Kualitas hidup berarti hidup yang baik, hidup yang baik sama seperti
hidup dengan kehidupan yang berkualitas tinggi Ventegodt, Merrick, Andersen, 2003. Hal ini digambarkan pada kebahagiaan, pemenuhan kebutuhan, fungsi
dalam konteks sosial dan lain-lain. Dalam hal ini dapat dikelompokkan dalam 3 bagian yang berpusat pada suatu aspek hidup yang baik, yaitu :
a. Kualitas hidup subjektif, yaitu bagaimana suatu hidup yang baik dirasakan
oleh masing-masing indivindu yang memelikinya. Masing-masing indivindu secara personal mengevaluasi bagaimana meraka
menggambarkan sesuatu dan perasaan mereka. b.
Kualitas hidup eksistensial, yaitu seberapa baik hidup seseorang merupukan level yang dalam. Ini mengansumsikan bahwa indivindu
memiliki suatu sifat dasar yang lebih dalamyang berhak untuk dihormati dan dimana indivindu dapat hidup dalam keharmonisan.
c. Kualitas hidup objektif, yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh
dunia luar. Kualitas hidup objektif dinyatakan dalam kemampuan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
seseorang untuk beradaptasi pada nilai-nilai budaya dan menyatakan tentang kehidupannya.
Ketiga aspek kualitas hidup ini keseluruhan dikelompokkan dengan pernyataan yang relevan pada kualitas hidup yang dapat ditempatkan dalam suatu
rentang spectrum dari subjektif ke objektif, elemen eksistensial berada diantaranya yang merupakan teori kualitas hidup meliputi kesejahteraan, kepuasan
hidup, kebahagiaan, makna dalam hidup, gambaran biologis kualitas hidup, mencapai potensi hidup, pemenuhan kebutuhan dan faktor-faktor objektif.
a. Kesejahteraan
Kesejahteraan berhubungan dekat dengan bagaimana sesuatu berfungsi dalam suatu dunia objektif dan dengan faktor eksternal hidup. Ketika kita
membicarakan tentang perasaan baik maka kesejahteraan merupakan pemenuhan kebutuhan dan relasasi diri.
b. Kepuasan hidup
Menjadi puas berarti merasakan bahwa hidup yang seharusnya, ketika pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan gairah hidup diperoleh
disekitarnya maka seseorang puas. Kepuasan adalah pernyataan mental yaitu keadaan kognitif.
c. Kebahagiaan
Menjadi bahagia bukan hanya menjadi menyenangkan dan hati puas, ini merupaka perasaan yang special yang berharga dan sangat diinginkan
tetapi sulit diperoleh. Tidak banyak orang yang percaya bahwa
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
kebahagiaan diperoleh dari adaptasi tehadap budaya seseorang, kebahagiaan di asosiasikan dengan dimensi-dimensi non rasional seperti
cinta, ikatan erat dengan sifat dasar tetapi bukan dengan uang, status kesehatan atau faktor-faktor objektif lain.
d. Makna dalam hidup
Makna dalam hidup merupakan suatu konsep yang sangat penting dan jarang digunakan. Pencarian makna hidup melibatkan suatu penerimaan
dari ketidak berartian dan kesangat berartian dari hidup dan suatu kewajiban untuk mengarahkan diri seseorang membuat perbaikan apa
yang tidak berarti. e.
Gambaran Biologis Kualitas Hidup Gambaran biologis kualitas hidup yaitu system informasi biologis dan
tingkat keseimbangan eksistensial dilihat dari segi ini kesehatan fisik mencerminkan tingkat system informasi biologi seperti sel-sel dalam
tubuh membutuhkan informasi yang tepat untuk berfungsi secara benar dan untuk menjaga kesehatan dan kebaikan tubuh. Kesadaran kita dan
pengalaman hidup juga terkondisi secara biologis. Pengalaman dimana hidup bermakna atau tidak dapat dilihat sebagai kondisi dari suatu system
informasi biologis. Orang yang hidup tanpa makna juga merupakan jenis orang yang rentan terhadap penyakit yang mempengaruhi penampilan fisik
dan kesejahteraan dari tubuh, terlihat tanpa penyebab. Hubungan antara kualitas hidup dan penyakit diilustrasikan dengan baik menggunakan suatu
teori individual sebagai suatu sistem informasi biologis.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
f. Mencapai Potensi Hidup
Teori pencapaian potensi hidup merupakan suatu teori dari hubungan antara sifat dasarnya. Titik permulaan biologis ini tidak mengurangi
kekhususan dari mahluk hidup tetapi hanya tingkat dimana ini merupakan teori umum dari pertukaran informasi yang bermakna dalam sistem hidup
dari sel ke organism sosial. g.
Pemenuhan kebutuhan Kebutuhan dihubungkan dengan kualitas hidup dimana ketika kebutuhan
seseorang terpenuhi kualitas hidup tinggi. Kebutuhan merupakan suatu ekspresi sifat dasar kita yang pada umumnya dimiliki oleh mahluk hidup.
Pemenuhan kebutuhan dihubungkan pada aspek sifat dasar manusia. Kebutuhan yang kita rasakan baik ketika kebutuhan kita sudah terpenuhi.
Informasi ini berada dalam suatu bentuk komplek yang dapat dikurangi menjadi sederhana yakni kebutuhan aktual.
h. Faktor-faktor objektif
Asfek faktor objektif dari kualitas hidup di hubungkan dengan faktor- faktor eksternal hidup secara mudah diwujutkan. Hal tesebut mencakup
pendapatan, status perkawinan, setatus kesehatan dan jumlah hubungan dengan orang lain. Kualitas hidup objektif sangat mencerminkan
kemampuan untuk beradaptasi pada budaya dimana kita tinggal. Derajat adaptasi pada budaya normal secara dangkal sama dengan gagasan
kesejahteraan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Secara umum pengkajian kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan yang menggambarkan suatu usaha untuk menentukan bagian variabel-variabel
dalam dimensi kesehatan, berhubungan dengan dimensi khusus dari hidup yang telah ditentukan untuk menjadi penting secara umum untuk orang yang memiliki
penyakit spesifik. Konsebtualisasi kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan menegaskan efek penyakit pada fisik, peran sosial, psikologiemosional dan fungsi
koknitif. Gejala-gejala persepsi kesehatan dan keseluruhan kualitas hidup sering tercakup dalam konsep kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan American
Thoracic Society, 2004.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian