Gambaran Kandidiasis Oral Pada Pasien HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

GAMBARAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

IKA DIAMANDA APRIANO 090100320

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

GAMBARAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

IKA DIAMANDA APRIANO 090100320

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Kandidiasis Oral Pada Pasien HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan Nama : Ika Diamanda Apriano

NIM : 090100320

____________________________________________________________________

Pembimbing Penguji I

(dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.ED) (dr.Juliandi Harahap, MA) NIP : 19741019 200112 2 001 NIP: 19700702 19980 2 1001

(dr. Arlinda S.Wahyuni,M.Kes)

NIP : 19690609 199903 2 001

Medan, 17 Desember 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP: 195402201980111001

ABSTRAK

Latar Belakang : Epidemi HIV/AIDS di Indonesia merupakan salah satu yang paling cepat di Asia. Menurut data Dirjen PPM & PL hingga September 2005, kandidiasis merupakan infeksi


(4)

oportunistik tertinggi pada ODHA, yakni 31,29%. Kemudian secara berurutan, yaitu tuberkulosis (6,14%), koksidioidomikosis (4,09%), pneumonia (4,04%), herpes zoster (1,27%), herpes simpleks (0,65%), toksoplasmosis (0,43%) dan CMV (0,17%).

Tujuan : Mengatahui gambaran kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan

Metode : Penelitian deskriptif observasional pada pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis oral yang dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan pada Agustus-Oktober 2012.

Hasil : Dari 27 pasien, didapati 19 pasien (70,4%) terinfeksi kandidiasis oral. Total 19 Pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis oral terdapat 13 laki-laki (68,4%), rentang usia terbanyak 20-50 tahun(78,9%), pasien sudah menikah (63,1%), underweight (52,6%). Hasil kultur mikrobiologi 13 sampel (68,9%)tumbuh koloni kandida, jenis spesies kandida 21% Non C. albicans (C. tropcalis) dan 9 pasien (47,3%) C.albicans.

Simpulan: Gambaran pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis orofaringeal didapatkan, kultur mikrobiologi 19 sampel tumbuh koloni kandida, sebanyak 13 sampel (68,9%) dan 47,3% (9 isolat) jenis C.albicans.

Kata Kunci : Kandidiasis oral, HIV/AIDS

ABSTRACT

Background: HIV/AIDS epidemic in Indonesia is one of the fastest growing in Asia. As previous study in Dirjen PPM & PL until September 2005 showed that the most common opportunistic infection on HIV/AIDS patient was candidiasis, which was 31,29%. And then tuberculosis (6,14%), koksidioidomikosis (4,09%), pneumonia (4,04%), herpes zoster (1,27%), herpes simplex (0,65%), toxoplasmosis (0,43%) and CMV (0,17%).


(5)

Aim: To know the depiction of oral candidiasis in HIV/AIDS patient in RSUP H.Adam Malik Medan

Methods : This was an observational descriptive study on HIV/AIDS patients with oral candidiasis who were hospitalized in Internal Medicine Ward RSUP H. Adam Malik Medan during Augustus-October 2012.

Results : From 27 patient, 19 patient (70,4%) was infected with oral candidiasis. Ninety HIV/AIDS patients with oral candidiasis consist of 13 males (68,4%), mostly between 20-50 years old(78,9%), married (63,1%), underweight (52,6%). Microbiologic cultures from 19 samples shows 13 of them(68,9%) growth candida colonies of which 21% non C. albicans (C.tropicalis) and 9 patient (47,3%) C.albicans

Conclusions: We obtained HIV/AIDS patients characteristics with cultures from 19 microbiological samples shows candida colonies. From 13 samples (68,9%) and 47,3% (9 isolat) showed C. albicans.

Key word : Oral candidiasis, HIV/AIDS

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Salam serta shalawat senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan yang baik sepanjang sejarah. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum,


(6)

penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD – KGEH, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.Ed, selaku dosen pembimbing yang dengan sepenuh hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penelitian ini.

3. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes dan dr. Juliandi Harahap, MA, selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan penelitian ini.

4. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Ir. Sutriono dan dr. Rita Evalina Rusli, SpA(K), yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moril maupun material serta doa kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan. Dalam doa mereka terkandung harapan kesuksesan bagi penulis.

5. Adinda Dwika Intania Riano dan M. Irvan Triono Putra yang senantiasa memberikan kasih sayang dan menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

6. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teman-teman seperjuangan Ro Rabian Rein Roza Tampubolon, Vera Arista, Sarah Zoraya Mirza, Mardhatillah Fuady, dan Fanisha Prama Cindy, Galdy Wafie dan Vissalini Jayabalan.

7. Semua pihak yang telah mendukung, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Untuk seluruh dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan terima kasih. Hanya Allah SWT yang mampu memberikan balasan terbaik kepada orang-orang tersebut. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.


(7)

Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan laporan hasil penelitian ini.

Medan, 19 Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN

Halaman Pengesahan ……….………..….... i

Abstrak ……….………..…. ii

Abstract ………..………… iii

Kata Pengantar……… ……...……... iv

Daftar Isi ………...…vi

Daftar Tabel ………..…….viii

Daftar Lampiran ………..ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………..………… 1

1.2. Perumusan Masalah ………..………… 2

1.3. Tujuan Penelitian ………..………… 3

1.4. Manfaat Penelitian ………..…………... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan ………..………….... 4

2.2. HIV/AIDS ………..……… 4


(8)

2.2.2. Epidemiologi ………..……….. 6

2.2.3. Mekanisme Infeksi ………..……….. 7

2.3. Kandidiasis Oral ………..….. 8

2.3.1. Epidemiologi.………...….. 8

2.3.2. Pembagian Kandidiasis Oral Berdasarkan Bentuk Lesi Klinis ………...……. 9

2.3.3. Beberapa Spesies Genus Kandida Penyebab Kandidiasis Oral ………..… 11

HALAMAN 2.3.4. Patogenesis ………..… 12

2.3.5. Diagnosis ……….. .. 13

2.3.6. Pengobatan ………...…... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep ………..…. 16

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ………..… 16

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ……….…. 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ……… 18

4.3. Populasi dan Sampel ………...18

4.4. Teknik Pengumpulan Data ………...19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ………...……….. 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………..………20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………..……… 20

5.2. Pembahasan ………..……… 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……….……… 27

6.1. Kesimpulan ……….……… 27

6.2. Saran ……….………… 27


(9)

DAFTAR TABEL

NOMOR JUDUL HALAMAN

3.2.1 Variabel dan Definisi Operasional 17 5.1.2.1 Karakteristik Responden 21


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Terhadap Calon Subjek Lampiran 3. Lembar Pemeriksaan

Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 5. Gambar Penelitian Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Lampiran 7. Ethical Clearance


(11)

oportunistik tertinggi pada ODHA, yakni 31,29%. Kemudian secara berurutan, yaitu tuberkulosis (6,14%), koksidioidomikosis (4,09%), pneumonia (4,04%), herpes zoster (1,27%), herpes simpleks (0,65%), toksoplasmosis (0,43%) dan CMV (0,17%).

Tujuan : Mengatahui gambaran kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan

Metode : Penelitian deskriptif observasional pada pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis oral yang dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan pada Agustus-Oktober 2012.

Hasil : Dari 27 pasien, didapati 19 pasien (70,4%) terinfeksi kandidiasis oral. Total 19 Pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis oral terdapat 13 laki-laki (68,4%), rentang usia terbanyak 20-50 tahun(78,9%), pasien sudah menikah (63,1%), underweight (52,6%). Hasil kultur mikrobiologi 13 sampel (68,9%)tumbuh koloni kandida, jenis spesies kandida 21% Non C. albicans (C. tropcalis) dan 9 pasien (47,3%) C.albicans.

Simpulan: Gambaran pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis orofaringeal didapatkan, kultur mikrobiologi 19 sampel tumbuh koloni kandida, sebanyak 13 sampel (68,9%) dan 47,3% (9 isolat) jenis C.albicans.

Kata Kunci : Kandidiasis oral, HIV/AIDS

ABSTRACT

Background: HIV/AIDS epidemic in Indonesia is one of the fastest growing in Asia. As previous study in Dirjen PPM & PL until September 2005 showed that the most common opportunistic infection on HIV/AIDS patient was candidiasis, which was 31,29%. And then tuberculosis (6,14%), koksidioidomikosis (4,09%), pneumonia (4,04%), herpes zoster (1,27%), herpes simplex (0,65%), toxoplasmosis (0,43%) and CMV (0,17%).


(12)

Aim: To know the depiction of oral candidiasis in HIV/AIDS patient in RSUP H.Adam Malik Medan

Methods : This was an observational descriptive study on HIV/AIDS patients with oral candidiasis who were hospitalized in Internal Medicine Ward RSUP H. Adam Malik Medan during Augustus-October 2012.

Results : From 27 patient, 19 patient (70,4%) was infected with oral candidiasis. Ninety HIV/AIDS patients with oral candidiasis consist of 13 males (68,4%), mostly between 20-50 years old(78,9%), married (63,1%), underweight (52,6%). Microbiologic cultures from 19 samples shows 13 of them(68,9%) growth candida colonies of which 21% non C. albicans (C.tropicalis) and 9 patient (47,3%) C.albicans

Conclusions: We obtained HIV/AIDS patients characteristics with cultures from 19 microbiological samples shows candida colonies. From 13 samples (68,9%) and 47,3% (9 isolat) showed C. albicans.

Key word : Oral candidiasis, HIV/AIDS

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Salam serta shalawat senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan yang baik sepanjang sejarah. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum,


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh human immunodeficiency virus (HIV) dan merupakan tahap akhir dari infeksi HIV (Djoerban Z, 2006). Penyakit infeksi HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia dewasa ini, termasuk di Indonesia. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit infeksi HIV/AIDS adalah angka kejadian dan kematian yang masih tinggi (Nasronudin, 2007).

Di Sumatera Utara, hingga Juli 2007 diperkirakan jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 1.033 kasus, dan menurut Dinas Kesehatan Sumut jumlah penderita HIV/AIDS hingga periode Juni 2008 sebanyak 1.316 kasus. Angka prevalensi kasus AIDS per 100.000 untuk Sumatera Utara s/d 2009 sekitar 3,93% (Ditjen PPM dan PL depkes RI). Di RSUP H. Adam Malik Medan, jumlah penderita HIV/AIDS tahun 2008 ditemukan 403 kasus, tahun 2009 ditemukan 528 kasus, untuk tahun 2010 ditemukan 2.366 kasus, dan untuk tahun 2011 ditemukan 2.982 kasus (Data VCT Pusyansus RSUP. HAM Medan, 2012).

Pasien HIV/AIDS sering mengalami infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik adalah infeksi akibat adanya kesempatan untuk muncul pada kondisi-kondisi tertentu yang memungkinkan, yang bisa disebabkan oleh organisme non pathogen. Secara klinis digunakan hitung jumlah limfosit CD4 sebagai pertanda munculnya infeksi oportunistik ini pada penderita HIV/AIDS. Penurunan CD4 disebabkan oleh limfosit yang mati yang dipengaruhi oleh HIV. Pada masa asimtomatik terjadi penurunan CD4 secara lambat dan penurunannya semakin tajam pada stadium infeksi HIV yang lanjut. Infeksi – infeksi oportunistik umumnya terjadi bila jumlah CD4 < 200 cells/μL (Pohan HT, 2006: Yayasan Sprita, 2004).

Menurut data Ditjen PPM & PL hingga September 2005, kandidiasis merupakan infeksi oportunistik tertinggi pada ODHA, yakni 31,29%. Kemudian secara berurutan, yaitu tuberkulosis (6,14%), koksidioidomikosis (4,09%), pneumonia (4,04%), herpes zoster (1,27%), herpes simpleks (0,65%), toksoplasmosis (0,43%) dan CMV (0,17%). Namun secara umum, jenis dan


(14)

penyebab infeksi dapat berbeda ditiap daerah dikarenakan adanya perbedaan pola mikroba patogen (Pohan HT, 2006). Data infeksi oportunistik untuk kandidiasis oral pada penderita HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan dari Januari sampai Desember 2007 sekitar 171 orang, untuk Januari sampai Desember 2008 sekitar 65 orang, pada Januari sampai Desember 2009 sekitar 205 orang, pada 2010 sekitar 16 orang dan pada 2011 sekitar 2 orang. (Sudjana, 2009; VCT Pusyansus RSUP. HAM).

Pada kandidiasis oral ada beberapa ragi genus Candida memiliki kemampuan menyebabkan kandidiasis oral seperti: Candida albicans, Candida glabrata, Candida tropicalis, Candida parapsilosis, Candida guilliermondii, Candida dubliniensis, dan Candida krusei. Sehubungan dengan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS di RS H Adam Malik Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran kandidiasis oral yang terdapat pada pasien HIV/AIDS di bangsal rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui jenis kandidiasis oral dan karakteristik pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis oral di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui karakteristik pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis oral di bangsal rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan.


(15)

1.4. Manfaat Penelitian

1) Menambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang gambaran kandidiasis oral pada pada pasien HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan.

2) Sebagai informasi bagi rumah sakit dan fakultas kedokteran universitas sumatera utara tentang jenis jamur yang sering dijumpai dan karakteristik pasien dengan kandidiasis oral

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan

Human immunodeficiency virus (HIV) terus merupakan tantangan besar dan masalah kesehatan di seluruh dunia. Dua jenis HIV telah diidentifikasi. HIV-1 adalah penyebab utamainfeksi HIV di seluruh dunia. HIV-2 merupakan penyebab umum dari infeksi HIV di AfrikaBarat dan semakin diidentifikasi di daerah lain. HIV-2 kurang virulen dibandingkan HIV-1(Hirosi, 2008). Manifestasi kutaneus, yang mungkin merupakan tanda awal imunosupresi virus terkait,sering terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV. Oral candidiasis (OC), adalah istilah kolektif yang diberikan kepada sekelompok gangguan mukosa oral yang disebabkan oleh patogen fugalmilik genus Candida. Asosiasi OC dengan human immunodeficiency Virus (HIV) telah dikenalsejak munculnya pandemik sindrom defisiensi imun yang diakuisisi (AIDS). OC adalah salahsatu manifestasi awal penyakit HIV pada individu berisiko tinggi yang tidak menjalanikemoterapi


(16)

dan juga prediktor kuat risiko penyakit berikutnya yang terkait AIDS ataukematian. Dengan kemajuan dalam terapi HIV, seperti terapi anti-retroviral aktif (ART), prevalensi dan fitur klinis OC telah berubah pada orang yang terinfeksi HIV, terutama di negara-negara industri. Adanya OC pada pasien HIV-positif yang terkontrol mungkin indikatif ketidakpatuhan pasien atau kemungkinan kegagalan terapi antiviral (Hirosi, 2008).

2.2. HIV/AIDS

2.2.1. Definisi HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. Dua jenis HIV yang secara genetiknya berbeda tetapi sama dari antigennya berhubungan yaitu HIV-1 dan HIV-2 diisolasi dari penderita AIDS. HIV-1 lebih banyak dijumpai pada penderita AIDS di Amerika Serikat, Eropah, dan Afrika Tengah, manakala HIV-2 lebih banyak dijumpai di Afrika Barat (Kumar et al., 2007). HIV-1 lebih mudah ditransmisi berbanding HIV-2. Periode antara infeksi pertama kali dengan timbul gejala penyakit dalah lebih lama dan penyakitnya lebih ringan pada infeksi HIV-2 (WHO, 2008).

Infeksi HIV berdasarkan gejala klinis terdiri dari 3 fase yaitu serokonversi akut, infeksi asimptomatik dan AIDS. Semasa serokonversi akut, akan berhasil sekumpulan proviral akibat dari infeksi. Kumpulan ini terdiri dari sel yang terinfeksi terutama makrofag, bersedia untuk melepaskan virus. Virus ini akan menambahkan lagi bilangan sel yang terinfeksi juga menghasilkan infeksi aktif yang baru. Kumpulan proviral ini dapat diukur melalui DNA

polymerase chain reaction (PCR). Pada waktu ini, viral load sangat tinggi, dan CD4+ turun dengan sangat mendadak. Tetapi dengan respon sel T CD8 dan antibodi anti HIV, viral load akan menurun dan CD4+ akan meningkat semula walaupun sedikit lebih rendah berbanding sebelum infeksi. Antara simptom yang muncul selama fasa ini ialah demam, hidung berair, limfadenopati, dan ruam yang muncul pada sebahagian mereka yang terinfeksi HIV. Fasa seratokonversi ini berlaku selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. Semasa fasa asimtomatik infeksi HIV, penderita tidak menunjukkan simptom atau tanda selama beberapa tahun hingga beberapa dekad. Replikasi virus tetap berterusan dan respon imun sangat efektif semasa fasa ini. Belum adanya bukti yang dapat menunjukkan terapi pada masa awal fasa ini efektif walaupun keterlambatan


(17)

menunjukkan sistem imun sudah sangat menurun di mana infeksi opportunistik akan mula terinfeksi. Pada salah satu penelitian di Amerika Serikat, jumlah sel T CD4+ apabila kurang dari 200/µL, akan didiagnosa AIDS, walaupun terdapat infeksi opportunistik yang menginfeksi ketika CD4+ di atas 200/µL dan sesetengah orang masih sehat walaupun CD4+ sudah di bawah 200/µL (WHO, 2008).

Menurut Centers For Disease Control and Prevention (CDC), HIV ditransmisi melalui kontak seksual dengan orang yang terinfeksi, memakai jarum bekas (terutama untuk injeksi obat) dengan orang yang terinfeksi, melalui transfusi darah dengan darah yang terinfeksi atau faktor pembekuan darah walaupun kasus ini sangat jarang pada negara yang memeriksa darah untuk antibodi HIV. Wanita yang terinfeksi dengan HIV juga boleh menginfeksi bayi mereka sebelum atau semasa kelahiran dan juga semasa penyusuan selepas dilahirkan. Dalam bidang kesehatan, petugas paramedik akan terinfeksi dengan HIV jika tertusuk dengan jarum yang mengandung darah yang terinfeksi dengan HIV atau melalui luka pada petugas dan juga pada membran mukosa mereka (mata ataupun dalam hidung) (CDC, 2007).

Walaupun HIV dapat ditularkan melalui ahli keluarga dengan penggunaan alat di dalam rumah, ini adalah yang sangat jarang berlaku. Hal Ini terjadi bisa akibat daripada kontak kulit atau membran mukosa dengan darah yang terinfeksi (CDC, 2007). HIV boleh terdapat hampir pada semua cairan badan seperti air mata, urin dan saliva (walaupun konsentrasi HIV yang rendah, berlaku sangat jarang). Transmisi dapat terjadi melalui batuk, bersin, ataupun digigit nyamuk belum ada lagi kasus yang dilaporkan (WHO, 2008).

2.2.2. Epidemiologi

Menurut data dari World Health Organization (WHO) dan Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), sebanyak 33.2 juta orang yang hidup dengan HIV yang terdiri daripada 30.8 juta orang dewasa, 15.4 juta orang wanita dan 2.1 juta orang anak – anak di bawah usia 15 tahun. Lebih kurang 6800 infeksi HIV baru dalam sehari dalam tahun 2007 yang terdiri dari 5800 dewasa di mana hampir 50% adalah wanita, dan 40% terdiri dari golongan muda yang berumur antara 15–24 tahun. Jumlah penderita lebih kurang 1200 orang anak–anak berumur di bawah 15 tahun dan lebih 96% dari negara golongan pendapatan rendah dan sederhana (WHO dan UNAIDS, 2007).


(18)

Pada anak–anak yang didiagnosa AIDS ketika berumur kurang dari 13 tahun, 90% dari mereka mendapat infeksi melalui ibu mereka yang terinfeksi HIV ke fetus atau anak yang baru lahir (Kumar et al., 2007). Di Indonesia, jumlah kasus kumulatif menurut faktor resiko yang terbanyak adalah transmisi melalui heteroseksual ke heteroseksual yaitu sebanyak 9166 kasus dan menurut golongan umur pula menunjukkan umur di antara 20 hingga 29 tahun yang terbanyak yaitu 9142 kasusdari data sehingga 2009 (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009). AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahaya kerana mempunyai Case Fatality Rate 100% dalam 5 tahun, dimana pengertiannya dalam waktu 5 tahun setelah sesorang ditegakkan diagnosa AIDS, maka dia akan meninggal dunia (Rasmaliah, 2001).

2.2.3. Mekanisme infeksi HIV/AIDS

Infeksi HIV menyerang dua komponen utama dalam badan manusia yaitu sistem imun dan sistem saraf pusat. Apabila masuk ke dalam tubuh, HIV akan mengikat pada beberapa jenis sel darah putih terutama limfosit T helper. Limfosit T helper akan diaktifkan dan mengkordinasi sel lain dalam sistem imun. Terdapat reseptor CD4 pada permukaan limfosit yang membolehkan HIV untuk mengikat pada reseptor itu. HIV menyimpan informasi genetiknya sebagai asam ribonukleat (RNA). Apabila telah berada di dalam limfosit CD4+, sejenis enzim yang dipanggil reverse transcriptase digunakan oleh virus tersebut untuk membuat salinan RNA nya ke dalam bentuk asam deoksiribonukleat (DNA). HIV mudah bermutasi pada waktu ini karena reverse transcriptase mudah melakukan kesalahan semasa perubahan dari RNA ke DNA.

DNA virus tadi memasuki nukleus dan dengan bantuan integrase, DNA virus berintegrasi dengan sel DNA. Genetik limfosit akan mereplikasi virus HIV tersebut yang akhirnya akan memusnahkan limfosit. Setiap sel yang terinfeksi akan menghasilkan beribu virus baru dan dalam beberapa hari, di dalam darah dan cairan genital akan mengandungi banyak virus dan CD4+ limfosit akan menurun. Oleh karena jumlah virus yang banyak, orang yang baru terinfeksi dengan virus HIV juga dapat menyebarkannya pada orang lain (Kumar et al, 2007).

Di antara tanda dan simptom yang ditonjolkan semasa infeksi primer HIV-1 hilang sendiri walaupun sebagian simptom seperti lemah badan akan menetap sehingga beberapa bulan. Simptomnya secara general dan dimulai pada waktu yang singkat, seperti demam, yang disertai


(19)

terutama di aksila, osipital dan nodus servikal. Eritema klasik, nonpruritus, dan ruam makulopopular biasanya simetri, berukuran 5 hingga 10 mm yang biasanya terdapat pada muka dan ekstrimitas. Selain itu terdapat juga ulserasi pada orofaring, nyeri akibat pergerakan mata, kandidiasis, dan fotofobia. Penyakit yang berlanjutan lebih lama dari 14 hari mempunyai prognosis yang jelek (Schuitemaker and Miedema, 2000).

2.3. Kandidiasis Oral

2.3.1. Epidemiologi kandidiasis oral

Kandidiasis oral atau dikenal juga dengan thrush adalah infeksi oportunistik umum pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan yang berlebihan dari spesies Kandida. Penyakit ini kerap terjadi pada pasien HIV/AIDS yang jumlah CD4+ dibawah 200sel/mm³ (Akpan, 2008; Gabler et al, 2008).

Kira-kira 40% dari populasi mempunyai spesies Kandida di dalam mulut dalam jumlah kecil sebagai bagian yang normal dari mikroflora oral, dengan berbagai hal mikroflora oral normal ini bisa menjadi pathogen pada keadaan: imunokompromise, obat-obatan (antibiotik, kortikosteroid),

chemotherapy, diabetes mellitus, produksi saliva yang menurun, dan protese (Lewis, 1998; Suhonen, 1999).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka prevalensi untuk kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS di India sekitar 43,2%, di Rumah sakit Eduardo de Menezes di Brazil sekitar 50%, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta sekitar 80,8%, Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung sekitar 27%, RSUP H Adam Malik Medan jumlah kasus kandidiasis oral dari tahun 2008 sampai tahun 2009 terdapat 28,7% (Gabler IG, et al. 2008; Sudjana P, 2009; VCTPusyansus RSUP. HAM Medan, 2012).

2.3.2. Pembagian kandidiasis oral berdasarkan bentuk lesi klinis 2.3.2.1. Kandidiasis pseudomembran akut

Disebut juga Oral thrush, kandidiasis pseudomembran akut. Tampak plak / pseudomembran, putih seperti sari susu, mengenai mukosa bukal, lidah dan permukaan oral lainnya. Pseudomembran tersebut terdiri atas kumpulan hifa dan sel ragi, sel radang, bakteri, sel epitel,


(20)

debris makanan dan jaringan nekrotik. Bila plak diangkat tampak dasar mukosa eritematosa atau mungkin berdarah dan terasa nyeri sekali (Ross, 1989; Suhonen, 1999; Jacob, 2001; Unandar et al,2004).

2.3.2.2. Kandidiasis atrofi akut

Disebut juga midline glossitis, kandidiasis antibiotik, glossodynia, antibiotic tongue, kandidiasis eritematosa akut mungkin merupakan kelanjutan kandidiasis pseudomembran akut akibat menumpuknya pseudomembran. Daerah yang terkena tampak khas sebagai lesi eritematosa, simetris, tepi berbatas tidak teratur pada permukaan dorsal tengah lidah, sering hilangnya papilla lidah dengan pembentukan pseudomembran minimal dan ada rasa nyeri. Sering berhubungan dengan pemberian antibiotik spektrum luas, kortikosteroid sistemik, inhalasi maupun topikal (Lewis Michael, 1998; Unandar et al, 2004; Rossie, 2005).

2.3.2.3. Kandidiasis atrofi kronis

Disebut juga denture stomatitis. Bentuk tersering pada pemakai protese (1 diantara 4 pemakai) dan 60% diatas usia 65 tahun, wanita lebih sering terkena. Gambaran khas berupa eritema kronis dan edema disebagian palatum di bawah prostesis maksilaris. Ada tiga stadium yang berawal dari lesi bintik-bintik (pinpoint) yang hiperemia, terbatas pada asal duktus kelenjar mukosa palatum. Kemudian dapat meluas sampai hiperemia generalisata dan peradangan seluruh area yang menggunakan protese. Bila tidak diobati pada tahap selanjutnya terjadi hiperplasia papilar granularis (Akpan, 2008; Gayford, 1993; Rossie, 2005).

Pada kandidiasis atrofi kronis sering disertai kheilitis angularis, tidak menunjukkan gejala atau hanya gejala ringan. Candida albicans lebih sering ditemukan pada permukaan gigi palsu daripada di permukaan mukosa. Bila ada gejala umumnya pada penderita dengan peradangan granular atau generalisata, keluhan dapat berupa rasa terbakar, pruritus dan nyeri ringan sampai berat (Unandar et al, 2004; Jacob, 2001; Rossie, 2005).

2.3.2.4. Kandidiasis hiperplastik kronis

Disebut juga leukoplakia kandida. Gejala bervariasi dan bercak putih, yang hampir tidak teraba sampai plak kasar yang melekat erat pada lidah, palatum atau mukosa bukal. Keluhan umumnya


(21)

disini tidak dapat dikerok. Harus dibedakan dengan leukoplakia oral oleh sebab lain yang sering dihubungkan dengan rokok dan keganasan. Terbanyak pada pria, umumnya diatas 30 tahun dan perokok (Gayford, 1993; Midgley, 1999; Unandar et al, 2004).

2.3.2.5. Glositis rhomboid median

Merupakan bentuk lanjutan atau varian kandidiasis hiperplastik kronis. Pada bagian tengah permukaan dorsal lidah terjadi atrofi papilla (Akpan, 2008; Midgley, 1999; Unandar et al, 2004).

2.3.2.6. Kheilosis kandida

Sinonim perleche, angular cheilitis, angular stomatitis. Khas ditandai eritema, fisura, maserasi dan pedih pada sudut mulut. Biasanya pada mereka yang mempunyai kebiasaan menjilat bibir atau pada pasien usia lanjut dengan kulit yang kendur pada komisura mulut. Juga karena hilangnya dimensi vertical pada 1/3 bawah muka karena hilangnya susunan gigi atau pemasangan gigi palsu yang jelek dan oklusi yang salah. Biasanya dihubungkan dengan kandidiasis atrofi kronis karena pemakaian protese (Akpan, 2008; Midgley, 1999; Ross, 1989; Suhonen,1999; Unandar et al, 2004).

2.3.2.7. Black Hairy tongue

Ditandai dengan hipertrofi papilla lidah (khas), mungkin invasi sekunder Candida albicans dari papilla filiformis hipertrofi pada sisi dorsum lidah (Unandar et al, 2004; Rippon, 1988; Rossie, 2005).

2.3.3. Beberapa spesies ragi genus Candida penyebab kandidiasis oral 1. Candida albicans

2. Candida tropicalis 3. Candida glabrata


(22)

5. Candida guilliermondii 6. Candida parapsilosis 7. Candida dubliniensis 8. Candida stellatoidea

9. Candida lusitaniae.

Dari sembilan spesies Candida diatas 80% penyebab tersering untuk kandidiasis oral adalah:

Candida albicans, Candida glabrata, dan Candida tropicalis, dari hasil isolasi (Akpan, 2008; Suhonen, 1999; Dismukus et al, 2003).

2.3.4. Patogenesis

Secara alamiah Candida ditemukan di permukaan tubuh manusia (mukokutan), bila terjadi suatu perubahan pada inang, jamur penyebab atau keduanya maka terjadi infeksi. Beberapa faktor virulensi Candida albicans antara lain: kemampuan adhesi, kemampuan mengubah diri secara cepat dari ragi kehifa, memproduksi enzim hidrolitik (proteinase asam dan fosfolipase) perubahan fenotip dan ketidakstabilan kromosom, variasi antigenik, mimikri, dan produksi toksin.

Faktor inang yang menyebabkan infeksi baik lokal maupun invasive oleh Candida. Pemakaian antibiotika menyebabkan proporsi jamur meningkat, kapasitas imun inang menurun akibat lekopenia dan pemberian kortikosteroid, pada AIDS fungsi sel T yang terganggu karena intervensi virus HIV melalui kulit dan mukosa yang dimungkinkan karena peran lektin yang spesifik pada sel dendrite, DC-SIGN sehingga mampu berikatan dengan virus HIV meskipun tidak mampu mengantarkan masuk kedalam sel, tetapi memudahkan transport HIV oleh dendrite ke organ limfoid dan menambah jumlah limfosit T yang terinfeksi. Munculnya lesi pada mukosa akibat intervensi HIV yang diperantarai peran lektin dan DC-SIGN yang mengakibatkan infeksi jamur pada mukosa mulut dan mukosa lain ditubuh, mengawali munculnya infeksi sekunder pada mulut penderita. Hifa Candida albicans memiliki kemampuan untuk menempel erat pada epitel manusia dengan perantara protein dinding hifa, hal ini dimungkinkan karena protein ini


(23)

diikat dan menempel pada sel epithelial. Selain itu pada jamur ini terdapat mannoprotein yang mirip integrin vertebrata sehingga jamur ini mampu menempel ke matriks ekstraseluler seperti fibronektin kolagen, dan laminin. Selain itu hifa juga mengeluarkan proteinase dan fosfolipase yang mencerna sel epitel inang sehingga invasi lebih mudah terjadi (Kenneth et al, 2008; Nasronudin, 2007; Sudjana, 2008).

2.3.5. Diagnosis Kandidiasis Oral 2.3.5.1. Gambaran Klinis

Pada rongga mulut (oral) tampak infeksi yaitu sariawan, terutama terjadi pada selaput mukosa pipi dan tampak sebagai bercak-bercak putih yang sebahagian besar terdiri atas pseudomeselium dan epitel yang terkelupas dan hanya terdapat erosi minimal pada selaput (Jawetz, 2005; Jagdish, 2002).

2.3.5.2. Pemeriksaan Laboratorium

Dengan bahan terdiri atas apusan / swab permukaan lesi. Pemeriksaan dilakukan dengan cara : 1. Pemeriksaan langsung / mikroskopis

Usapan mukokutan diperiksa dengan sediaan apus yang diwarnai dengan Gram, untuk mencari pseudohifa dan sel-sel bertunas (Arayu et al, 2008; Winn et al, 2006 ; Jawetz, 2005).

2. Pemeriksaan Biakan

Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam Sabaroud’ s Dextrosa Agar (SDA) pada suhu 37⁰c dalam Inkubator selama 24 – 48 jam. Koloni tumbuh berupa Yeast Like Form (Jawetz, 2005).

3. Serologi

Ekstrak karbohidrat Candida kelompok A memberikan reaksi presipitin yang positif dengan serum pada 50% orang normal dan pada 70% orang dengan kandidiasis mukokutan ( Jagdish C, 2002).


(24)

Tes Candida pada orang dewasa normal hampir selalu positif. Tes tersebut digunakan sebagai indikator kompetensi imunitas seluler ( Jagdish C, 2002).

2.3.6. Pengobatan Kandidiasis Oral 2.3.6.1. Umum

• Mengurangi dan mengobati faktor predisposisi, bila karena pemakaian protese perlu melepas protese setiap hari, terutama pada malam hari saat tidur dan mencuci dengan antiseptik seperti khlorheksidin.

• Selama pengobatan tidak dianjurkan merokok, karena akan menghambat reaksi adekuat terhadap pengobatan ( Unandar et al, 2004 ).

2.3.6.2. Topikal

1. Nistatin suspensi oral:

- Dosis: 4-6 ml (400.000-600.000μ), 4 x / hari sesudah makan - Harus ditahan di mulut beberapa menit sebelum ditelan - Dosis untuk bayi 2 ml ( 200.000μ), 4 x / hari

- Perlu 10 – 14 hari untuk kasus akut atau beberapa bulan untuk yang kronis (Blignaut, 2007; Unandar et al, 2004).

2. Amfoterisin B:

Bekerja melalui pengikatan pada sterol dalam membran sel jamur dan mengubah permeabilitas membran sel, tidak diserap pada saluran pencernaan sehingga dianjurkan pemberian secara topikal. Sediaan :

- Suspensi oral 100 mg / ml - Salep 3%


(25)

3. Mikonazol.

Ini sejenis Imidazole dapat digunakan sebagai aplikasi lokal dalam mulut, akan tetapi pemakaian dengan cara ini terbatas karena efek samping seperti muntah dan diare. Obat lain yang termasuk kelompok ini klotrimazol dan ketokonazol. Sediaan: Gel oral 25mg/ml, krem 2%, tablet 250 mg. Pengobatan diteruskan sampai 2 hari sesudah gejala tidak tampak.

4. Solusio gentian violet 1 – 2% :

Masih sangat berguna, tetapi memberi warna biru yang tidak menarik. Dapat dipertimbangkan untuk kasus sulit dan kekambuhan. Dioleskan 2 x / hari selama 3 hari (Akpan, 2008; Michael, 1998; Unandar, et al. 2004).

2.3.6.3. Sistemik

1. Ketokonazol 200mg – 400 mg / hari selama 2 – 4 minggu, untuk infeksi kronis perlu 3 – 5 minggu

2. Itrakonazol 100 – 200 mg / hari selama 4 minggu 3. Flukonazol 50 – 200 mg / hari selama 1- 2 minggu

4. Vorikonazol Adalah triazole yang memiliki struktur kimia seperti flukonazol, menjadi salah satu pilihan bila kurang sensitive terhadap flukonazol (Kwon Chung, 1992; Unandar, et al. 2004; Depkes RI, 2009; Dismukes et al, 2003).

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian gambaran kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS ini akan diuraikan berdasarkan variabel-variabel karakteristik pasien yang mencangkup gejala klinis dan


(26)

sosiodemografi dan kandidiasis oral yang mencangkup jenis kandidiasis, jumlah koloni, dan proporsi kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS.

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang akan diteliti meliputi karakteristik pasien yang mencngkup gambaran klinis yang didapat dan sosiodemografi, dan kandidiasis oral yang mencangkup jenis kandidia, jumlah koloni, dan proporsi kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS.

1. Sosiodemografi pasien mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita HIV/AIDS. Sedangkan gambaran klinis pasien mencangkup rasa terbakar di mulut, papul putih yang menyebar, dan plak yang akn berdarah apabila dirobek.

2. Jenis jamur meliputi jenis kandida yang didapat setelah dilakukan pengecatan dengan

germ tube dan fermentasi dimana pada pengecatan tersebut bila terbentuk germ tube

maka spesies tersebut adalah Candida albicans, dan apabila tidak terbentuk germ tube

maka spesies tersebut bukan Candida albicans

3. Proporsi kandidiasis oral merupakan presentase pasien yang mengalami kandidiasis oral per seluruh pasien HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan.

No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Ukur Hasil ukur

Pasien HIV/AIDS

• Karakteristik pasien o Sosiodemografi o Gejala klinis • Kandidiasis oral

o Jenis kandida

o Prevalensi kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS


(27)

Tabel 3.2. Variabel dan definisi operasional

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional. Pasien HIV/AIDS yang dirawat di bangsal penyakit dalam RS. H. Adam Malik Medan yang menderita infeksi oportunistik berupa kandidiasis oral dengan kriteria diagnosis meliputi identifikasi (pengecatan gram, kultur, germ tube, dan fermentasi)

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RS. H. Adam Malik Medan. Waktu Penelitian direncanakan pada periode Agustus – Oktober 2012. Pertimbangan pemilihan lokasi ini dikarenakan rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan dengan jumlah sampel yang mencukupi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian ini.

1. Sosiodemografi Usia

Jenis kelamin Pendidikan

Usia pasien saat dilakukan pengukuran Jenis kelamin pasien

Pendidikan terakhir pasien

Wawancara / Rekam

Medis Ratio

Nominal Ordinal

2. Gejala Klinis Gejala klinis yang dialami pasien seperti rasa terbakar dimulut, papul putih yang menyebar, dan plak yang akan berdarah apabila dirobek

Wawancara / Rekam Medis

Nominal

3. Jenis Kandida Jenis kandida yang didapat setelah dilakukan pengecatan dengan germ tube dan fermentasi, dimana pada pengecatan tersebut bila terbentuk germ tube maka spesies tersebut adalah Candida albicans.

Pengecatan germ tube

Nominal C.albicans/ Non C.albicans

4. Proporsi kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS

Presentase pasien yang mengalami kandidiasis oral per seluruh pasien HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan.


(28)

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah pasien dengan HIV/AIDS yang dirawat di bangsal HIV/AIDS RS. H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

Penelitian ini menggunakan total sampling, meliputi seluruh pasien yang ada di bangsal rawat inap HIV pada saat dilakukan pengambilan data dengan kriteria inklusi meliputi semua pasien yang dirawat inap di bangsal HIV/AIDS dan kriteria eksklusi meliputi pasien yang menolak untuk ikut serta pada saat pengambilan data.

4.4. Teknik Pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung. Penelitian ini menggunakan data primer yang meliputi hasil pemeriksaan hapusan mukosa mulut dan data sekunder yang meliputi data-data tentang pasien yang didapat dari rumah sakit. Hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel.


(29)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan, dimana rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas A dan merupakan Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. Rumah Sakit ini dibangun di atas tanah seluas ± 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pengambilan data dilakukan di Bangsal Kelas 3 Ruang Rawat Inap Rindu A Rumah Sakit H. Adam Malik Medan.

5.1.2. Deskripsi Karaktristik Responden

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap bangsal penyakit dalam yang telah didiagnosa HIV positif dengan kandidiasis oral dari periode Agustus-Oktober 2012. Selama


(30)

periode ini diperoleh 27 pasien HIV/AIDS dan 19 pasien yang menderita candidiasis oral yang di rawat inap di bangsal kelas 3 ruang Rindu A.

Tabel 5.1.2.1. Karakteristik Responden

Karakteristik N %Frekuensi

Pasien dengan kandidiasis oral Dijumpai Tidak dijumpai Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Umur <20 20-50 >50 Pendidikan terakhir SD SMP SMA Status Pernikahan Menikah Belum menikah Status Gizi Normal Underweight

Koloni yang tumbuh C.Albicans

Non C.Albicans Lain-lain

Tidak tumbuh Gejala Klinis

Tidak ada gejala klinis Lain-lain 19 8 13 6 3 15 1 6 4 9 12 7 9 10 9 4 4 2 19 -70,4% 29,6% 68,4% 31,6% 15,8% 78,9% 5,7% 31,5% 21% 47,3% 63,1% 36,8% 47,3% 52,6% 47,3% 21% 21% 10,5% 100% -


(31)

Dari hasil penelitian, dari 27 orang pasien HIV/AIDS yang dirawat inap di bangsal rawat inap, didapati 19 orang(70,4%) menderita kandidiasis oral, dengan berdasarkan jenis kelamin dan usia, responden didominasi oleh pasien berjenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 13 orang (68,4%). Pasien berjenis kelamin perempuan berjumlah 6 orang (31,6%). Persentase pasien HIV/AIDS dengan kandidasis oral berdasarkan rentang usia didapatkan jumlah terbanyak antara rentang usia 20-50 tahun yaitu sebanyak 15 orang (78,9%), <20 tahun sebanyak 3 orang (15,8%) dan >50 tahun sebanyak 1 orang (5,7%).

Persentase jumlah pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis oral berdasarkan pendidikan terakhir didapatkan jumlah terbanyak adalah pendidikan SMA yaitu 9 orang (47,9%), sedangkan SD 6 orang (31,5%) dan SMP 4 orang (21%).

Berdasarkan status pernikahan, persentase jumlah pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis orofaringeal didapatkan data sebagian besar pasien sudah menikah yaitu sebanyak 12 orang (63,1%), sedangkan 7 orang (37%) belum menikah.

Berdasarkan status gizi, dengan perhiitungan indeks masa tubuh (IMT) didapatkan data 10 pasien (52,6%) pasien mempunyai status gizi dibawah normal (underweight), dan 9 pasien (47,3%) mempunyai status gizi normal.

Berdasarkan pemeriksaan kultur mikrobiologi menggunakan Sabouroud Dextrosa Agar (SDA) plate terhadap kandidiasis oral pasien HIV/AIDS pada 19 pasien didapatkan hasil yaitu 13 sampel yang tumbuh koloni kandida, 4 sampel tumbuh koloni bakteri berbentuk batang, dan 2 sampel tidak tumbuh apapun.

Hasil pemeriksaan mikrobiologi menggunakan slide culture dengan corn meal agar

menunjukkan 9 sampel (47,3%) berupa C.Albicans, 4 sampel (21%) berupa non C.Albicans ( C.Tropicalis). Sedangkan berdasarkan gejala klinis, seluruh pasien tidak mengeluhkan gejala apapun yang berhubungan dengan kandidiasis oral yang dialaminya. Berdasarkan gejala klinis, 19 pasien (100%) tidak mengeluhkan adanya gejala klinis seperti rasa tidak nyaman pada mulut, rasa terbakar, dan kesulitan menelan.


(32)

5.2. Pembahasan

Candida albicans, merupakan jamur yang dapat bersifat sporofit dan flora normal pada kulit dan membran mukosa, pada individu sehat, C. albicans berkisar 60% didapatkan di orofaring, gastrointestinal, dan urogenital. Adanya berbagai faktor, menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan patogenitas alamiah C. albicans dengan mekanisme pertahanan pejamu sehingga terjadi kandidiasis. (Martin, 1999)

Seorang yang terinfeksi HIV pada tingkat klinik II biasanya mengalami infeksi jamur pada rongga mulut yang berulang dan kelainan klinik ringan. Pada tinglat III penderita sering mengalami kandidiasis rongga mulut, tenggorok, dan eksofagus serta diare kronik dengan penyebab yang tidak diketahui. (Djauzi S, 2000)

Gejala awal dari AIDS berupa kelainan pada rongga mulut seperti sarcoma kaposi, herpes simpleks dan kandidasis (Sande, 1994). Pola infeksi penderita AIDS yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan kandidasis mulut dan esofagus menempati urutan teratas (80,8%) dibandingkan penyebab infeksi yang lainnya (Djauzi S, 2000). Jenis Candida

yang tersering ditemukan menginfeksi manusia adalah Candida albicans kemudian diikuti oleh spesies Candida yang lainnya (Rippon, 1998)

Hasil penelitian yang didapati di RSUP HAM selama periode Agustus-Oktober 2012 ini didapati dari 27 pasien dengan HIV/AIDS, 19 pasien diantaranya (70,4%) menderita kandidiasis oral. Hal ini sesuai dengan penelitian Djauzi pada tahun 2000, dimana Pola infeksi penderita AIDS yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan kandidasis mulut dan esofagus menempati urutan teratas (80,8%) dibandingkan penyebab infeksi yang lainnya. 19 pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis oral meliputi 13 pasien berjenis kelamin laki-laki (68,4%) dan 6 pasien berjenis kelamin perempusan (31,6%). Sebagian pasien berusia antara 20-50 tahun (78,9%). Hal ini didukung dengan penelitian Tarini, dkk (2008) di Pokdiksus HIV/AIDS RSCM Jakarta didapatkan hasil yang paling banyak adalah pasien berjenis kelamin laki-laki dan rentang/ kelompok usia terbanyak pada usia 20 – 29 tahun(Tarini, 2008). Ditinjau berdasar distribusi jenis kelamin, hasil penelitian tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP H. Adam malik Medan. Dilihat dari distribusi data ini penderita


(33)

HIV/AIDS lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita dan sebagian besar pada usia produktif .

Berdasarkan pendidikan terakhir pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis oral didapatkan data paling banyak bersekolah SMA (47,3%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktarina yang menyatakan bahwa data paling banyak bersekolah SD, dikarenakan pendidikan rendah sehingga pengetahuan pasien rendah pula tentang faktor resiko dan penularan (Oktarina,2007).

Berdasarkan status pernikahan memperlihatkan bahwa 12 orang (63,1%) pasien di RSUP H. Adam Malik Medan berstatus sudah menikah dan 7 pasien (36,8%) belum menikah.

Berdasarkan status gizi, dengan menggunakan perhitungan indeks massa tubuh (IMT) didapatkan data yaitu 10 pasien (52,6%) HIV/AIDS dengan kandidiasis oral mempunyai status gizi dibawah normal/ underweight. HIV dan nutrisi sangat erat kaitannya. Infeksi HIV dapat menyebabkan kekurangan gizi, sementara pola makan yang buruk dapat mempercepat progresifitas infeksi HIV. Salah satu penyebab penurunan berat badan pada penderita HIV karena meningkatnya pengeluaran energi. Penelitian Batterham (2005) menyatakan bahwa orang dengan HIV cenderung membakar kalori sekitar 10% lebih banyak saat istirahat dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi HIV (Batterham, 2005). Pada penelitian Enwonwu (2006) di Nigeria menyebutkan bahwa Infeksi HIV mempengaruhi status gizi akibat berkurangnya asupan makanan yang disebabkan oleh hilangnya nafsu makan, efek samping obat, dan infeksi oportunistik seperti diare kronik, kandidiasis orofaringeal dan limfadenopati generalisata (Enwonwu, 2006).

Spesimen ditanam pada corn meal agar untuk mengamati chlamydosphore, cluster blastoconidia, dan pseudohypha. Satu koloni Candida albicans dari biakan primer pada Saboraud agar diambil dengan menggunakan ose tajam steril. Selanjutnya ose ditusukkan pada corn meal agar dengan sudut tusukan 45o sebanyak 4 tusukan. Jarak tusukan pertama dan kedua adalah 1.5 cm. Setiap 2 tusukan ditutup dengan menggunakan glass cover slip dan diinkubasi pada suhu 30oC selama 48 jam. Hasil kultur diamati menggunakan mikroskop dengan cara mengambil glass cover slip dan diletakkan pada glass objek (Ningsih, 2010).


(34)

Dari 19 sampel swab oral, 13 sampel (68,2%) menunjukkan adanya pertumbuhan koloni kandida di Sabouroud Dextrosa Agar (SDA) plate, Ciri-ciri koloni yang tumbuh pada Sabouroud Dextrosa Agar (SDA) plate terlihat koloni berwarna krem keputihan dan permukaannya mengkilap seperti ragi, menghasilkan bau yang menyengat, dan pinggirannya rata. Dimana 9 diantaranya (47,3%) merupakan C.albicans, dengan cirri-ciri pada pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan slide culture dengan corn meal agar didapati bentuk sepert telur (ovoid) atau sferis dengan diameter 3-5 µm dan memproduksi pseudohifa. Ciri-ciri koloni yang tumbuh pada Sabouroud Dextrosa Agar (SDA) plate terlihat koloni berwarna krem keputihan dan permukaannya mengkilap seperti ragi, menghasilkan bau yang menyengat, dan pinggirannya rata. 4 sampel yang lainnya (21%) merupakan non c.albicans atau c.tropicalis dengan gambaran tidak dijumpai chlamidospora.

Penelitian ini sama hasilnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarini, dkk (2008) di RSCM Jakarta yang mendapatkan hasil bahwa jumlah c. albicans lebih banyak daripada Non c. albicans. c. albicans sebanyak 96% sedangkan non c. albicans sebanyak 4% (Tarini, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2010) di RSUD Dr.Soetomo Surabaya mendapatkan hasil yang berbeda dimana jumlah non c. albicans (64,71%) lebih banyak daripada c. albicans (35,29%) (Ningsih, 2010).

Timbulnya kandidiasis oral sering sebagai indikasi pertama dari infeksi HIV baik akut maupun kronis. Pasien mengeluh gejala-gejala yaitu : panas terbakar, perubahan rasa dan kesulitan menelan cairan maupun makanan padat, kadang-kadang asimtomatik. Berdasarkan gejala klinis, 19 pasien (100%) tidak mengeluhkan adanya gejala klinis seperti rasa tidak nyaman pada mulut, rasa terbakar, dan kesulitan menelan. Hal ini sesuai dengan Venkatesan tahun 2005 dimana dikatakan sebagian pasien tidak mengeluhkan adanya gejala klinis. (Venkatesan, 2005)


(35)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai gambaran kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan didapati :

1. Infeksi kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik terbanyak pada pasien HIV/AIDS 2. Berdasarkan sosiodemografi presentase penderita kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS

adalah :

a. Presentase tertinggi pada jenis kelamin laki-laki (68,4%) dengan rentang usia 20-50 tahun (78,9%)

b. Tingkat pendidikan terakhir SMA (47,3%), berstatus menikah (63,1%) dan dengan status gizi dibawah normal/underweight (52,6%).

3. Berdasarkan kultur mikrobiologi pada swab oral 19 pasien dengan kandidiasis oral didapatkan 13 sampel yang tumbuh koloni kandida (68,2%), 4 sampel tumbuh koloni bakteri batang, dan 2 sampel tidak tumbuh koloni.


(36)

4. Berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi dengan Sabaroud Dextrose Agar (SDA) dan Slide Culture didapati koloni yang tumbuh berupa C.albicans (47,3%) dan Non C.albicans

(21%) 6.2. Saran

Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik terbanyak pada pasien HIV/AIDS, untuk itu diperlukan pengobatan yang adekuat pada pasien dengan kandidiasis oral dan menjaga kebersihan rongga mulut agar kejadian ini dapat diminimalisir.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS dengan jumlah pasien yang lebih banyak agar didapati data yang lebih akurat tentang kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Akpan A, Morgan R. 2008 ; Review Oral Candidiasis. Available at

Arayu S, Ummami R, Nuraniyati N, Mulyati KR, 2008 ; Diagnosa dan Identifikasi

Candidiasis.Availabl

Batterham, MJ. 2005. Investigating heterogeneity in studies of resting energy expenditure in persons with HIV/AIDS: a meta-analysis. American journal of clinical nutrition. Available at

Blignaut, E. 2007. Oral candidiasis and oral yeast carriage among institutionalized South African Paediatric HIV/AIDS Patiens. Mycopathologia. 163 ; 67-73

Centers for Disease Control and Prevention, 2007. HIV and Its Transmission. Division of

HIV/AIDS Prevention. Available at

http://www.cdc.gov/hiv/resources/factsheets/transmission.htm [Diakses 31 April 2012] Depkes RI. 2010. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia sampai September 2009 Direktorat

Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan. Jakarta : Depkes RI

Dismukes, WE, Pappas PE, Sobel JD, 2003. Clinical Mycology, London. Oxford University. 65-80; 111

Djauzi, S. 2000. Infeksi jamur pada penderita AIDS di RS Cipto Mangunkusumo. Kongres dan Temu Ilmiah Nasional II PMKI. Jakarta, Indonesia. 65.


(38)

Enwonwu, CO. 2006. Complex interaction between malnutrition, infection and immunity: relevance to HIV/AIDS infection. Nigerian Journal of Clinical & Biomedical Research. 1(1).

Gabler IG, Barbosa AC, Vilfla RR, Iyon S, Rosa CA. 2008. Incidence and Anatomic Localization of Oral Candidiasis in Patients with Aids Hospitalized in a Public Hospital in

Belo Horizonte, MG, Brazil. Available at:

[Diakses : 27 April 2012]

Gayford, JJ, Haskell R. 1993. Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). ed 2. Jakarta: EGC ; 58-61

Hirosi, Egusa. 2008. Oral candidiasis in HIV infected patient. current HIV publisher ; 485-489 Jacob, LS, Flaitz CM, Mark MSC, John Hicks M. 2001; Role of Dentinal Carious Lesions in the

Pathogenesis of Oral Candidiasis in HIV Infection. JADA ; vol. 129, 187-193

Jagdish, Chander. 2002. Textbook of Medical Mycology. New Delhi. Mehta publishers. Page 40-52

Jawetz, E, Brook GF; Mikrobiologi Kedokteran In: Jawetz, Melnick & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran. ed 23. Jakarta : EGC. Page 627-629 ; 637-641

Kenneth, M, Paul T, Mark W. 2008. Janeway’s Immunobiologi. ed 7. Garland Science (GS). Page 527-531

Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., Mitchell, R.N. 2007. Diseases of the Immune System. In: Robbins Basic Pathology. 8th ed. Page 155 – 157.

Kwon-Chung, KJ, Bennett JE. 1992. Medical Mycology, Lea & Febiger. Page 280 ; 283- 288 ;296-297 ; 305-309

Lewis, Michael AO, Lamey PH. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). ed 1. Widya Medika. Page 39-42

Midgley G, Clayton YM, Hay RJ. 1988. Diagnosis in Color Medical Mycology, MosbyWolfe. Page 58-61 ; 68-71

Nasronudin. 2007. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler Klinis dan Sosial, Oral Candidiasis. ed 2. Surabaya : Airlangga University Press. Page 31 ; 95 ; 115 ; 203-205. Ningsih, W, Sigit CR. 2010. Manifestasi klinis dan identifikasi spesies penyebab kandidiasis

oral pada pasien hiv/aids rsud dr. soetomo surabaya. BERKALA Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Page 22(1):11-6


(39)

Oktarina, Hanafi F, Budisuari MA. 2007. Hubungan atara karakteristik responden, keadaan wilayah dengan pengetahuan, sikap terhadap HIV/AIDS pada masyarakat Indonesia.

Pohan HT. 2006. Infeksi dibalik Ancaman HIV. Farmacia:5(8):22

Rasmaliah, 2001. Epidemiologi HIV/AIDS dan Penanggulangannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, USU. Digitalized Library : 1 – 7. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah3.pdf [Diakses : 1 Mei 2012] Rippon, JW. 1988. Medical Mycology, ed 3. Chicago : University of Chicago. Page 541-543. Ross, PW, Holbrook WP. 1999. Clinical and Oral Microbiology, Black well Scientific

Publication ; 105-107

Sande, MA, Volberding PA. 1994. The AIDS Knowledge Base. 2nd ed. San Francisco: Little Brown and Company

Schuitemaker, H., Miedema, F. 2000. AIDS Pathogenesis In Immunology And Medicine. Page 20 – 21.

Sudjana, P. 2009. Infeksi Jamur Pada Penderita Infeksi HIV. Available at:http://www.internershs.com/31/04/2012 [Diakses : 17 Juni 2012]

Suhonen, RE, Dawber RPR, Ellis DH. 1999. Fungal Infections of The Skin, Hair and Nails, Martin Dunitz ; 18-20 ; 73-77

Tarin, NMA, Mardiastuti, Ibrahim F, Yasmon A, Djauzi S. 2008. Karakteristik pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis orofaringeal di Pokdisus HIV/AIDS Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jakarta.

The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), 1998. Gender and HIV/AIDS. UNAIDS : 1 – 4.

Unandar, BK, Kusmarinah B, Sri Linuwih M, Pia D, Sandra W. 2004. Dermatomikosis Superfisialis, ed 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) Page 7-17 ; 77-86

Venkatesan, P. Perfect JR, & Myers SA. 2005. Evaluation and management of fungal infection in Immunocompromised patients, Dermatol Ther. Page 44-57

VCT Pusyansus. 2012 ; Rekam Medik, Medan : RSUP H Adam Malik

Winn Jr WC, Allen SD, Janda WM, Koneman EW, Woods GL. 2006. Koneman’s Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology, ed 6, Lippincott Williams & Wilkins ; 1216-1227


(40)

World Health Organization (WHO) dan Joint United Nations Programme On HIV/AIDS (UNAID), 2008. Global Summary of the HIV/AIDS epidemic, December 2008. WHO dan UNAIDS. Available from :http://www.2009_global_summary.gif [Diakses 31 April 2012]. World Health Organization (WHO). 2008. Prevention of Mother-to-Child Transmission of HIV

Generic Training Package. Department of HIV/AIDS, World Health Organization (WHO) and the United States Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention (HHS-CDC), Global AIDS Program (GAP): 23-24.


(41)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN “Informed Consent”

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur : Jeniskelamin :

Alamat :

Pekerjaan : Pendidikan terakhir * :

• SD Diploma Lain-lain(sebutkan) ………..

• SMP Sarjana

• SMA Tidak Bersekolah Status Pernikahan* :

• Menikah Belum Menikah Berat /Tinggi Badan : /

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko penelitian ini yang berjudul: GAMBARAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS DI RSUP HAM, saya bersedia untuk menjadi subjek penelitian ini.

Medan,... 2012

, Yang Membuat Pernyataan,


(42)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Yth: Saudara/ Saudari

Saya, Ika Diamanda Apriano, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ingin membuat penelitian gambaran kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS di RSUP HAM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien dengan kandidiasis oral dan mengidentifikasi jamurnya.

Untuk mendukung penelitian ini, akan diambil usapan mulut untuk mengambil jamur, dan akan diteliti untuk menentukan jenis jamurnya. Sampel diambil di bangsal HIV/AIDS di RSUP HAM. Maka, diberi jaminan bahawa nama dan identitas sumber tidak akan ditampilkan. Subjek juga diberi jaminan tidak akan mengalami kerugian oleh karena penelitian ini. Oleh karena itu, saya berharap kesediaan setiap partisipan untuk memberi kesediaan melakukan penelitian.

Saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian saya. Setiap data adalah rahsia, tidak akan disebarluas serta hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian saja. Segala kerjasama dari saudara/saudari amatlah hargai.


(43)

Lampiran 3

LEMBAR PEMERIKSAAN

No Nama Jenis

Kelamin

Pend. Terakhir

Status Pernikahan

Status Gizi Jenis Jamur

Umur

1 J L SD Menikah Underweight C.A 24

2 S.S L SD Menikah Normal C.Sp 39

3 E L SMA Menikah Normal -- 33

4 R.S L SMP Belum Normal C.A 19

5 J.E L STM Belum Underweight -- 26

6 S.Si L SMP Menikah Underweight CA 46

7 E.S L SMA Belum Underweight C.Sp 28

8 A.K L SMA Menikah Normal -- 40

9 Z.F L SMA Menikah Nomal -- 33

10 Y.P L SMA Belum Underweight -- 25

11 J.T L SD Menikah Normal C.A 39

12 A P SMA Menikah Underweight C.Sp 34

13 R.P P SMA Belum Underweight C.A 19

14 M.T L SD Menikah Normal C.A 52

15 As P SD Menikah Normal C.A 34

16 M.H P SMP Menikah Underweight C.A 35

17 J.S P SMA Menikah Normal -- 24

18 A.L L SMP Belum Underweigt C.Sp 35


(1)

Enwonwu, CO. 2006. Complex interaction between malnutrition, infection and immunity: relevance to HIV/AIDS infection. Nigerian Journal of Clinical & Biomedical Research. 1(1).

Gabler IG, Barbosa AC, Vilfla RR, Iyon S, Rosa CA. 2008. Incidence and Anatomic Localization of Oral Candidiasis in Patients with Aids Hospitalized in a Public Hospital in Belo Horizonte, MG, Brazil. Available at: [Diakses : 27 April 2012]

Gayford, JJ, Haskell R. 1993. Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). ed 2. Jakarta: EGC ; 58-61

Hirosi, Egusa. 2008. Oral candidiasis in HIV infected patient. current HIV publisher ; 485-489 Jacob, LS, Flaitz CM, Mark MSC, John Hicks M. 2001; Role of Dentinal Carious Lesions in the

Pathogenesis of Oral Candidiasis in HIV Infection. JADA ; vol. 129, 187-193

Jagdish, Chander. 2002. Textbook of Medical Mycology. New Delhi. Mehta publishers. Page 40-52

Jawetz, E, Brook GF; Mikrobiologi Kedokteran In: Jawetz, Melnick & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran. ed 23. Jakarta : EGC. Page 627-629 ; 637-641

Kenneth, M, Paul T, Mark W. 2008. Janeway’s Immunobiologi. ed 7. Garland Science (GS). Page 527-531

Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., Mitchell, R.N. 2007. Diseases of the Immune System. In: Robbins Basic Pathology. 8th ed. Page 155 – 157.

Kwon-Chung, KJ, Bennett JE. 1992. Medical Mycology, Lea & Febiger. Page 280 ; 283- 288 ;296-297 ; 305-309

Lewis, Michael AO, Lamey PH. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). ed 1. Widya Medika. Page 39-42

Midgley G, Clayton YM, Hay RJ. 1988. Diagnosis in Color Medical Mycology, MosbyWolfe. Page 58-61 ; 68-71

Nasronudin. 2007. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler Klinis dan Sosial, Oral Candidiasis. ed 2. Surabaya : Airlangga University Press. Page 31 ; 95 ; 115 ; 203-205. Ningsih, W, Sigit CR. 2010. Manifestasi klinis dan identifikasi spesies penyebab kandidiasis

oral pada pasien hiv/aids rsud dr. soetomo surabaya. BERKALA Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Page 22(1):11-6


(2)

Oktarina, Hanafi F, Budisuari MA. 2007. Hubungan atara karakteristik responden, keadaan wilayah dengan pengetahuan, sikap terhadap HIV/AIDS pada masyarakat Indonesia.

Pohan HT. 2006. Infeksi dibalik Ancaman HIV. Farmacia:5(8):22

Rasmaliah, 2001. Epidemiologi HIV/AIDS dan Penanggulangannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, USU. Digitalized Library : 1 – 7. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah3.pdf [Diakses : 1 Mei 2012] Rippon, JW. 1988. Medical Mycology, ed 3. Chicago : University of Chicago. Page 541-543. Ross, PW, Holbrook WP. 1999. Clinical and Oral Microbiology, Black well Scientific

Publication ; 105-107

Sande, MA, Volberding PA. 1994. The AIDS Knowledge Base. 2nd ed. San Francisco: Little Brown and Company

Schuitemaker, H., Miedema, F. 2000. AIDS Pathogenesis In Immunology And Medicine. Page 20 – 21.

Sudjana, P. 2009. Infeksi Jamur Pada Penderita Infeksi HIV. Available at:http://www.internershs.com/31/04/2012 [Diakses : 17 Juni 2012]

Suhonen, RE, Dawber RPR, Ellis DH. 1999. Fungal Infections of The Skin, Hair and Nails, Martin Dunitz ; 18-20 ; 73-77

Tarin, NMA, Mardiastuti, Ibrahim F, Yasmon A, Djauzi S. 2008. Karakteristik pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis orofaringeal di Pokdisus HIV/AIDS Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jakarta.

The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), 1998. Gender and HIV/AIDS. UNAIDS : 1 – 4.

Unandar, BK, Kusmarinah B, Sri Linuwih M, Pia D, Sandra W. 2004. Dermatomikosis Superfisialis, ed 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) Page 7-17 ; 77-86

Venkatesan, P. Perfect JR, & Myers SA. 2005. Evaluation and management of fungal infection in Immunocompromised patients, Dermatol Ther. Page 44-57

VCT Pusyansus. 2012 ; Rekam Medik, Medan : RSUP H Adam Malik

Winn Jr WC, Allen SD, Janda WM, Koneman EW, Woods GL. 2006. Koneman’s Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology, ed 6, Lippincott Williams & Wilkins ;


(3)

1216-World Health Organization (WHO) dan Joint United Nations Programme On HIV/AIDS (UNAID), 2008. Global Summary of the HIV/AIDS epidemic, December 2008. WHO dan UNAIDS. Available from :http://www.2009_global_summary.gif [Diakses 31 April 2012]. World Health Organization (WHO). 2008. Prevention of Mother-to-Child Transmission of HIV

Generic Training Package. Department of HIV/AIDS, World Health Organization (WHO) and the United States Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention (HHS-CDC), Global AIDS Program (GAP): 23-24.


(4)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

“Informed Consent” Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur : Jeniskelamin :

Alamat :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir * :

• SD Diploma Lain-lain(sebutkan) ………..

• SMP Sarjana

• SMA Tidak Bersekolah Status Pernikahan* :

• Menikah Belum Menikah

Berat /Tinggi Badan : /

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko penelitian ini yang berjudul: GAMBARAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS DI RSUP HAM, saya bersedia untuk menjadi subjek penelitian ini.

Medan,... 2012

, Yang Membuat Pernyataan,


(5)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Yth: Saudara/ Saudari

Saya, Ika Diamanda Apriano, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ingin membuat penelitian gambaran kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS di RSUP HAM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien dengan kandidiasis oral dan mengidentifikasi jamurnya.

Untuk mendukung penelitian ini, akan diambil usapan mulut untuk mengambil jamur, dan akan diteliti untuk menentukan jenis jamurnya. Sampel diambil di bangsal HIV/AIDS di RSUP HAM. Maka, diberi jaminan bahawa nama dan identitas sumber tidak akan ditampilkan. Subjek juga diberi jaminan tidak akan mengalami kerugian oleh karena penelitian ini. Oleh karena itu, saya berharap kesediaan setiap partisipan untuk memberi kesediaan melakukan penelitian.

Saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian saya. Setiap data adalah rahsia, tidak akan disebarluas serta hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian saja. Segala kerjasama dari saudara/saudari amatlah hargai.


(6)

Lampiran 3

LEMBAR PEMERIKSAAN

No Nama Jenis

Kelamin

Pend. Terakhir

Status Pernikahan

Status Gizi Jenis Jamur

Umur

1 J L SD Menikah Underweight C.A 24

2 S.S L SD Menikah Normal C.Sp 39

3 E L SMA Menikah Normal -- 33

4 R.S L SMP Belum Normal C.A 19

5 J.E L STM Belum Underweight -- 26

6 S.Si L SMP Menikah Underweight CA 46

7 E.S L SMA Belum Underweight C.Sp 28

8 A.K L SMA Menikah Normal -- 40

9 Z.F L SMA Menikah Nomal -- 33

10 Y.P L SMA Belum Underweight -- 25

11 J.T L SD Menikah Normal C.A 39

12 A P SMA Menikah Underweight C.Sp 34

13 R.P P SMA Belum Underweight C.A 19

14 M.T L SD Menikah Normal C.A 52

15 As P SD Menikah Normal C.A 34

16 M.H P SMP Menikah Underweight C.A 35

17 J.S P SMA Menikah Normal -- 24

18 A.L L SMP Belum Underweigt C.Sp 35