Latar belakang Gambaran Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS yang Menjalani Perawatan di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Human Immunodeficiecy Virus yang merusak sebagian dari sistem kekebalan tubuh manusia limfosit. Virus ini berkembang biak dan merusak limfosit sistim kekebalan tubuh, sehingga orang yang terinfeksi HIV tersebut mudah terkena berbagai penyakit mematikan dan tidak lazim infeksi oportunistik, yang akhirnya meningkatkan risiko kematian penderita. Gejala infeksi oportusnistik seperti batuk-batuk lama, menceret terus-terusan dan badan yang semakin kurus Nasronudin, 2007. Penyebaran HIV meningkat di Indonesia sejak tahun 1995. Tahun 2000 terjadi peningkatan penyebaran HIVAIDS secara nyata melalui pekerja seks komersial. Jumlah terbanyak pada daerah Jakarta 362, Irian Jaya 312, Riau 115 dan Jawa Timur 103. Bulan Juni 2001 jumlah penderita HIVAIDS yang dilaporkan rumah sakit mencapai 2150, dengan kasus HIV 1572 kasus dan AIDS 578 kasus termasuk yang meninggal 241 orang. Tahun 2006 berdasarkan estimasi Depkes diperkirakan terdapat 169.000-216.000 ODHA Orang Dengan HIVAIDS di Indonesia dengan kasus AIDS nasional sampai 30 juni 2007 4,27 per 100.000 penduduk Indonesia Maryunani, 2009. Desember 2009 tercatat hampir mencapai 200.000 kasus. Jawa Barat adalah provinsi dengan angka kejadian kumulatif Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara terbanyak 3589 kasus. Di Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual sampai awal Februari 2010 sudah mencapai 128 kasus Marza, 2010. Medan pada Januari 2011 kasus HIVAIDS ada sebanyak 2.616 kasus yakni, HIV 1.081 dan AIDS 1.535, rincian kasus HIVAIDS di kota medan menduduki rangking pertama. Kabupaten Deli Serdang 205, Karo 117, Tosaba 114 orang bahkan kabupaten yang baru dimekarkan seperti Batu Bara kasusnya ditemukan 6 orang, Padang Lawas AIDS 2 orang, Pak-Pak barat 1 orang AIDS kasus ini di dominasi usia produktif antara 20-29 tahun sebanyak 1.316, juga telah sampai pada anak usia dibawah satu tahun, dimana HIV ada 3 orang dan AIDS 2 orang, Usia 1-4 tahun 28 orang HIV 24 dan AIDS 4 orang, usia 5-9 tahun 5 orang yang HIVAIDS Depkes, 2011. Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat terjadi peningkatan jumlah penderita semakin banyak melanda. Dikatakan pula bahwa epidemi yang terjadi tidak saja mengenai penyakit AIDS, virus HIV tetapi juga reaksidampak negatif berbagai bidang seperti kesehatan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi baik oleh negara maju maupun negara berkembang Widiyatna. 2009. Peningkatan jumlah kasus HIVAIDS tidak terlepas dari peran tenaga kesehatan terutama perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang terinfeksi HIVAIDS. Kondisi geografis Indonesia yang beribu pulau diakibatkan akses yang tidak ada atau susah membuat pasien yang terinfeksi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara HIVAIDS dipelosok sering tidak mendapatkan kunjungan dari petugas kesehatan khususnya perawat sehingga pasien maupun keluarga tidak mampu merawat kondisinya agar tidak terkena infeksi oportunistik pada saat daya tahan tubuh mereka mengalami penurunan Faziah, 2006. Peningkatan kasus HIVAIDS diperlukan kesiapan para tenaga kesehatan untuk memberikan bantuan dan pelayanan pada pasien-pasien HIVAIDS. Meskipun belum ditemukan obat yang bisa membunuh virus HIV secara tuntas, dengan ditemukannya obat antiretroviral, para penderita HIVAIDS bisa lebih meningkat usia harapan hidupnya dengan didukung oleh perawatan yang adekuat agar tercapai kualitas hidup yang optimal Laplip, 2004. Bastian dan Wawan 2003 mengutarakan ketika seseorang didiagnosa terinfeksi HIV AIDS, maka hampir selalu ini merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan. Meskipun terkena karena perilaku mereka sendiri, diagnosa HIV bisa terasa berat untuk dapat diterima. Reaksi bisa beragam. Ada yang bereaksi dengan kemarahan, ketakutan yang amat sangat, membantah kebenaran tes, atau kadang, dengan reaksi tumpul. Kualitas hidup merupakan keadaan dimana seseorang mendapatkan kepuasan atau kenikmatan dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas hidup tersebut menyangkut kesehatan fisik dan kesehatan mental yang berarti jika seseorang sehat secara fisik dan mental maka orang tersebut akan mencapai suatu kepuasan dalam hidupnya. Kesehatan fisik itu dapat dinilai dari fungsi fisik, keterbatasan peran fisik, Nyeri pada tubuh dan persepsi tentang kesehatan. Kesehatan mental itu sendiri dapat dinilai dari fungsi sosial, dan keterbatasan peran emosional Hays, 1992. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Penelitian Ratna 2004 didapatkan 67,7 penderita dengan hasil skor total kualitas hidup kategori sedang, 48 dengan skor domain fisik kategori tinggi. Dari domain psikologi 69,6, kemandirian 55,9, sosial 63,7, dan lingkungan terdapat 78,4 penderita dengan kategori sedang, serta pada domain spiritual didapatkan 55,9 dengan kategori tinggi. Kualitas hidup penderita dalam penelitian ini cukup terganggu meskipun tidak secara berlebihan, namun perlu diwaspadai dapat mengalami penurunan ke kategori rendah . Kualitas hidup pasien HIVAIDS yang menjalani perawatan masih merupakan masalah yang menarik perhatian para profesional kesehatan. Kualitas hidup pasien yang optimal menjadi isu penting yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pasien bisa bertahan hidup dengan pengobatan rutin dan masih menyisakan sejumlah persoalan penting sebagai dampak dari terapi pengobatan HIVAIDS. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran kualitas hidup pasien HIVAIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.2 Rumusan Masalah