sendi yang terlibat. Operasi artroskopi pula dilakukan jika tidak ada manfaat daripada terapi farmakologi.
Farmakologi Obat yang sering diresepkan untuk pasien OA adalah OAINS untuk
mengurangkan nyeri dan memperbaiki mobilitas dalam OA, N-Acetyl-P- Aminophenol
APAP sebagai anlagesik untuk nyeri OA ringan sampai sedang efektivitas sama seperti OAINS, dan inhibitor selektif COX-2 jika terjadi efek
samping gastrointestinal dengan penggunaan OAINS. Injeksi glukokortikoid diinjeksi intra periartikuler untuk kelegaan simptomatis untuk beberapa minggu
hingga bulan. Opiod diberikan pada nyeri OA akut. Diberi opioid lemah kodein peroral jika APAP atau OAINS tidak memberikan manfaat dan dapat juga
digunakan untuk nyeri OA kronis. RubefacientCapsaicin merupakan obat topical pada sendi dan otot yang nyeri yang memberikan bahang local. Operasi ortopedik
yaitu operasi penggantian sendi dilakukan pada OA tahap lanjut dimana terapi agresif gagal. Selain itu, bisa juga dilakukan artoplasti sendi total atau osteotomi.
Regenerasi kartilago adalah perbaikan kartilago dengan sel mesenchymal efektivitas belum dibuktikan. Fauci, A.S., Langford, C.A., 2006
2.1.2. Reumatoid Artritis
Reumatoid artritis RA merupakan suatu penyakit autoimun dimana etiologinya tidak diketahui dan biasanya mengefek sendi kecil dan besar. Dubey,
S., Adebajo, A., 2008.
Epidemiologi
Kira-kira 20 dari pasien, onset RA adalah akut. Beberapa pasien akan rasa tidak enak untuk beberapa bulan, tetapi yang lain mengalami disabilitas yang parah.
Remisi spontan bisa terjadi, tetapi jika penyakit berlanjutan lebih dari 2 tahun, maka remisi spontan tidak bisa terjadi. Dubey, S., Adebajo, A., 2008.
Universitas Sumatera Utara
Etiologi
RA mungkin merupakan suatu manifestasi dari respon terhadap suatu agen infeksi dalam individu yang rentan terkena secara genetik genetically susceptible
host . Agen-agen yang mungkin menjadi penyebab adalah Mycoplasma, virus
Epstein-Barr EBV, cytomegalovirus, parvovirus, dan rubella. Fauci, A.S., Langford, C.A., 2006
Manifestasi Klinis
Tanda-tanda kardinal pada penyakit RA adalah nyeri, pembengkakan, kekakuan pagi biasanya lebih dari satu jam, hangat, kemerahan, dan keterbatasan
fungsi. Tanda-tanda tambahan pula adalah malaise, kelelahan, nodul rheumatoid, dan nyeri pada waktu malam. Apabila penyakit RA ini berlanjutan, tanda-tanda
sinovitis kronis menjadi lebih dominan. Sinovitis kronis dengan proliferasi sinovial atenden dan efusi sendi dapat membawa kepada instabilitas sendi. Pada masa yang
sama, pannus destruktif memusnahkan kartilago dan tulang subkondral yang menyebabkan terjadinya deformitas sendi. Dubey, S., Adebajo, A., 2008.
Diagnosis
RA didiagnosis berdasarkan kombinasi dari penyajian sendi yang terlibat, karakteristik kekakuan sendi pada pagi hari, adanya faktor darah artritis, serta
temuan nodul reumatoid dan perubahan radiografi sinar-X. Dalam RA, sendi kecil tangan, pergelangan tangan, kaki, dan lutut biasanya meradang dalam distribusi
simetris. Deteksi nodul reumatoid pula paling sering sekitar siku dan jari. Antibodi abnormal yang disebut “faktor rematik”, dapat ditemukan pada 80 pasien.
Antibodi lain yang disebut “antibodi citrulline” dan “antibodi antinuklear” ANA juga sering ditemukan pada orang dengan RA. Biasanya tes darah yang dilakukan
adalah laju sedimentasi Tingkat sed. Tingkat sed biasanya lambat selama remisi. Tes darah lain yang digunakan adalah untuk mengukur tingkat hadir
peradangan dalam tubuh dengan protein C-reaktif . Tes darah juga dapat mengungkapkan anemia, karena anemia adalah umum di RA, terutama karena
Universitas Sumatera Utara
peradangan kronis. Apabila penyakit berlanjutan sinar-X dapat memperlihatkan erosi tulang yang khas dari RA pada sendi. Shiel, W.C., 2010
Penatalaksanaan
Pengobatan yang optimal adalah kombinasi obat, istirahat, latihan penguatan sendi, perlindungan sendi, dan edukasi pasien dan keluarga. Obat yang digunakan
untuk mengobati RA ada 2 jenis, yaitu obat lini pertama yang cepat bertindak seperti aspirin dan kortison kortikosteroid digunakan untuk mengurangi rasa sakit
dan peradangan. Obat lini kedua yang lambat bertindak juga disebut sebagai disease-modifying antirheumatic drugs
atau DMARDs seperti emas, metotrexete, dan hidrokloroquine, dapat mempromosikan remisi penyakit dan mencegah
terjadinya kerusakan sendi yang progresif. Shiel, W.C., 2010
2.1.3. Spondiloartritis