Penatalaksanaan
Tidak ada obat untuk LES tetapi pengobatan ditujukan untuk mengontrol gejala berdasarkan gejala individual. Penyakit ringan yang melibatkan ruam, sakit
kepala, demam, artritis, pleuritis, dan perikarditis tidak memerlukan terapi banyak. Biasanya OAINS digunakan untuk mengobati rematik dan pleuritis. Krim
kortikosteroid digunakan untuk mengobati ruam kulit. Obat antimalaria hidroksiklorokuin dan kortikosteroid dosis rendah kadang-kadang digunakan
untuk gejala kulit dan artritis. Kortikosteroid atau obat untuk mengurangi respon sistem kekebalan tubuh mungkin diresepkan untuk mengontrol gejala lain. Obat
sitotoksik obat yang menghambat pertumbuhan sel digunakan untuk mengobati orang yang tidak merespon dengan baik terhadap kortikosteroid, atau yang tidak
dapat berhenti mengkonsumsi kortikosteroid tanpa gejala mereka semakin buruk. Secara non farmakologi, pasien disuruh memakai pakaian pelindung, kacamata
hitam, dan tabir matahari ketika di bawah sinar matahari. Borigini, M.J., 2010
2.1.6. Fibromialgia
Fibromialgia dikarakteristikan dengan nyeri muskuloskeletal kronis, kekakuan, parastesia, gangguan tidur dan cepat lelah yang terdistribusi dengan luas
dan simetris. Fibromialgia mengefek wanita dengan rasio 9 dibanding 1. Penyakit ini ditemukan pada kebanyakkan negara, kebanyakkan suku, dan di semua jenis
iklim. Penyakit ini didiagnosis dengan riwayat nyeri muskuloskeletal yang ada
paling tidak selama 3 bulan dan mempunyai kelembutan atau nyeri pada 11 daripada 18 area kelembutan sewaktu palpasi digital dilakukan. Langkah awal
dalam penatalaksanaan adalah untuk memperbaiki kualitas tidur pasien. Kemudian depresi dan anxietas diobati dengan serotonin norepinephrine reuptake inhibitor.
Terapi lain seperti hipnoterapi dan manegemen stress turut membantu pasien. Fauci, A.S., Langford, C.A., 2006
Universitas Sumatera Utara
2.1.7. Skleroderma
Skleroderma merupakan penyakit kronis multisistem dimana etiologinya masih belum diketahui. Secara klinis, dikarakteristikkan dengan penebalan kulit
yang disebabkan oleh akumulasi jaringan ikat dan abnormalitas struktur dan fungsional pada organ viseral, termasuk saluran pencernaan, paru-paru, jantung, dan
ginjal. Antara manifestasi klinis yang terdapat pada penyakit ini adalah fenomenon Raynaud, penebalan kulit, kalsinosis subkutan, artralgias, miopati, dismotilitas
esofageal, fibrosis pulmonal, gagal jantung kongestif, dan krisis renal. Penyakit skleroderma mempunyai distribusi di seluruh dunia dan mengefek
semua suku kaum. Onset bagi penyakit ini biasanya pada masa anak-anak dan pria usia muda. Insidensi semakin meningkat pada usia lanjut, dimana puncak
maksimumnya ada pada usia 30-50 tahun. Wanita, secara keseluruhan terkena penyakit ini 3 kali lebih sering jika dibanding dengan pria. Penyakit ini biasanya
didiagnosis berdasarkan gejala-gejalanya. Pada beberapa pasien, monoklonal IgG dapat dideteksi. Selain itu, biopsi juga turut dilakukan untuk membedakan dengan
penyakit rematik lain. Walaupun penyakit ini tidak dapat disembuhkan, penanganan organ-organ
yang terlibat dapat mengurangkan simptom-simptom dan memperbaiki fungsi. Efek terapi obat untuk penyakit ini, menjadi susah untuk dievaluasi karena penyebabnya
yang bervariasi dan keparahan penyakit yang berbeda. Pasien dengan skleroderma kutan yang terbatas, mempunyai prognosis yang baik, tetapi prognosis pada pasien
tahap awal menjadi susah untuk diprediksi. Fauci, A.S., Langford, C.A., 2006
2.2. Fungsi Fisik