Sumber : Umi Narimawati 2007:84 Keterangan:
a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan.
b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.
Sugiyono 2009:133 , mengatakan bahwa jawaban responden kemudian
diberi skor dengan menggunakan skala likert, seperti terdapat pada tabel 3.8 berikut ini :
Tabel 3.9 Pernyataan Skala Likert
Sumber : Sugiyono 2009:133
a. Gaya Kepemimpinan Struktur Inisiasi
Untuk variabel Gaya Kepemimpinan Struktur Inisiasi dari 3 indikator dengan 15 item kuesioner dengan jumlah responden 80, maka akan diperoleh
kriteria berikut ini : Skor
=
Skor aktual Skor ideal
X 100
Jawaban Skala Nilai
Sangat setuju 5
Setuju 4
Cukup 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Skor aktual : jawaban seluruh responden 80 orang atas 15 kuesioner yang diajukan.
Skor ideal : Bobot tertinggi 5 x 80 x 15 = 6000
b. Konsiderasi
Untuk variabel Konsiderasi dari 3 indikator dengan 15 item kuesioner
dengan jumlah responden 80, maka akan diperoleh kriteria berikut ini :
Skor aktual : jawaban seluruh responden 80 orang atas 15 kuesioner yang diajukan.
Skor ideal : Bobot tertinggi 5 x 80 x 15= 6000
c. Kepuasan Kerja Karyawan
Untuk variabel Kepuasan Kerja dari 5 indikator dengan 20 item
kuesioner dengan jumlah responden 80, maka akan diperoleh kriteria berikut ini :
Skor aktual : jawaban seluruh responden 80 orang atas 20 kuesioner yang diajukan.
Skor ideal : Bobot tertinggi 5 x 80 x 20 =8000
Selanjutnya hasil perhitungan perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal dikontribusikan dengan tabel 3.9 sebagai berikut :
Tabel 3.10 Kriteria Persentase Skor Tanggapan Responden Terhadap Skor Ideal
No Jumlah Skor
Kriteria
1 20.00 - 36.00
Tidak Baik 2
36.01 - 52.00 Kurang Baik
3 52.01 - 68.00
Cukup 4
68.01 - 84.00 Baik
5 84.01
– 100 Sangat Baik
Sumber : Umi Narimawati 2007:84
a. Analisis Kuantitatif
Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner akan diolah dengan pendekatan kuantitatif. Terlebih dahulu dilakukan tabulasi dan memberikan nilai
sesuai dengan sistem yang ditetapkan. Jenis kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup dengan menggunakan skala ordinal. Untuk teknik perhitungan
data kuesioner yang telah diisi oleh responden digunakan skala likert dengan langkah-langkah : yaitu , memberikan nilai pemboboton 5-4-3-2-1 untuk jenis
pertanyaan positif. Keseluruhan nilai atau skor yang didapat lalu dianalisis dengan cara :
a Mengolah setiap jawaban dan pertayaan dari kuisioner yang disebarkan untuk dihitung frekuensi dan persentasenya.
b Nilai yang diperoleh merupakan indikator untuk pasangan variabel independen X yaitu X
1
, X
2
, …X
n
dan variabel dependen Y sebagai berikut X
1
,Y, X
2
,Y,…X
n
, Y dan asumsikan sebagai hubungan linear. c Menentukan skala atau bobot dari masing-masing alternatif jawaban seperti
diuraikan diatas. Oleh karena data yang didapat dari kuisioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval,
maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala pengukurannya menjadi skala interval melalui “Methode of Successive
Interval. Dengan rumus sebagai berikut : Density at Lower limit
– Density at Upper Limit Means of Interval =
Area at Below Density Upper Limit – Area at Below Lower Limitt
Langkah kerja pengolahan dan analisis data dalam analisis regresi multiple linier adalah sebagai berikut :
1 Mengubah skala ordinal menjadi skala interval dengan metode interval berurutan Method Successive Interval untuk variabel bebas maupun terikat
yaitu : Ambil data ordinal hasil kuesioner
Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya
Menghitung nilai Z tabel distribusi normal untuk setiap proporsi kumulaif. Untuk data n 30 dianggap mendekati luas daerah dibawah
kurva normal. Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi komulatif dengan
memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal. Menghitung nilai skala dengan rumus Method Successive Interval
Menentukan nilai transformasi nilai untuk skala interval dengan menggunakan rumus : Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala
Minimal + 1
2 Untuk mengetahui pengaruh antara variabel Gaya kepemimpinan struktur
inisiasi dan konsiderasi terhadap kepuasan kerja karyawan, dalam hal ini adalah karyawan PT. POS Indonesia Persero Bandung digunakan analisis
regresi Berganda Multiple Regression.
3.2.5.1.1 Rancangan Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi berganda multiple regression untuk mengetahui pola perubahan nilai variabel
yang disebabkan oleh variabel lain dan untuk menemukan tingkat keeratan hubungan variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Langkah-langkah yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Regresi
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisa pengaruh beberapa variabel bebas atau independen variabel X terhadap satu variabel
tidak bebas atau dependen variabel Y secara bersama-sama. Persamaan Regresi Linier Berganda adalah:
Dimana : Y = variabel dependen
X1, X2 = variabel independen Α = konstanta
β 1, β 2 = koefisien masing-masing faktor Dalam hubungan dengan penelitian ini, variabel independen adalah Gaya
Kepemimpinan Struktur Inisiasi X
1
dan Gaya Kepemimpinan Konsiderasi X
2
, sedangkan variabel dependen adalah Kepuasan Kerja Y, sehingga persamaan regresi berganda estimasinya:
Y = α + β1X1 + β 2X2 + e
Dimana, Y = Kepuasan Kerja
Y =
+
1
X
1
+
2
X
2
…+
n
X
n
+
α = Konstanta dari persamaan regresi β1 = Koefisien regresi dari variable X1, Gaya Kepemimpinan Struktur Inisiasi
β2= Koefisien regresi dari variable X2, Gaya Kepemimpinan Konsiderasi X1= Gaya Kepemimpinan Struktur Inisiasi
X2= Gaya Kepemimpinan Konsiderasi
2. Analisis Koefisien Korelasi Berganda
Korelasi berganda digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan antara variabel X Gaya Kepemimpinan Struktur Inisiasi dan Gaya
Kepemimpinan Konsiderasi dengan variabel Y Kepuasan Kerja secara bersamaan.
Untuk memahami bagaimana menerapkan rumus korelasi ganda dari penelitian, berikut ini disampaikan contoh perhitungannya.
Keterangan: R
X1X2Y
= Korelasi berganda antara variabel X1 dan X2 dengan Y
X1 =
Gaya Kepemimpinan Struktur Inisiasi variabel bebas X2
= Gaya Kepemimpinan Konsiderasi variabel bebas
Y =
Kepuasan Kerja variabel terikat b1 dan b2 =
Koefisien regresi masing-masing variabel
2. Analisis Koefisien Korelasi Pearson
Setelah data terkumpul berhasil diubah menjadi data interval, maka langkah selanjutnya menghitung keeratan hubungan atau koefisien korelasi
antara variabel X dengan variabel Y yang dilakukan dengan cara
1 2
1 1
2 2
2 X X Y
b x y
b x y
R y
menggunakan perhitungan analisis koefisien korelasi Product Moment
Method atau dikenal dengan rumus Pearson Sugiyono ,2009:183, yaitu:
2 2
2 2
n XY
X Y
r n
X X
n Y
Y
Keterangan: r
= Nilai Korelasi Pearson
X
= Jumlah Hasil Pengamatan Variabel X
Y
= Jumlah Hasil Pengamatan Variabel Y
XY
= Jumlah dari Hasil Kali Pengamatan Variabel X dan Variabel Y
n
X
= Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel X yang Telah Dikuadratkan
n
Y
= Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel Y yang Telah Dikuadratkan
Untuk menginterpretasikan keeratan hubungan, digunakan pedoman seperti yang tertera pada tabel 3.10 berikut ini :
Tabel 3.11 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Keeratan
0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
` Sumber : Sugiyono 2009:184
3. Analisis Koefisien Determinasi
Persentase peranan semua variable bebas atas nilai variable bebas ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi R
2
. Semakin besar nilainya maka menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk
mengestimasi variable terikat. Hasil koefisien determinasi ini dapat dilihat dari
perhitungan dengan MicrosoftSPSS atau secara manual didapat dari R
2
= SS
reg
SS
tot .
Dalam hal ini ada dua analisis koefisien yang dilakukan yaitu analisis koefisien determinasi berganda dan analisis koefisien determinasi parsial dengan
penjelasan sebagai berikut; a. Analisis Koefisien Determinasi Berganda
Digunakan untuk mengetahu seberapa besar persentase variabel X1 dan variabel X2 terhadap Y Pengaruh Gaya Kepemimpinan Struktur Inisiasi dan
Gaya Kepemimpinan Konsiderasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan secara simultan maka penulis akan menggunakan analisis koefisien determinasi yang
diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya yaitu: 100
2
x r
Kd
Keterangan : Kd : Koefisien Determinasi
r : Koefisien korelasi
b. Analisis Koefisien Determinasi Parsial Digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh variabel
X1 dan Variabel X2 terhadap Y Pengaruh Gaya Kepemimpinan Struktur Inisiasi Terhadap Kepuasan Keja dan Pengaruh Gaya Kepemimpinan Konsiderasi
Terhadap Kepuasan Kerja secara parsial.
Rumus Koefisien determinasinya yang dikemukakan oleh Gujarati 2003:172
adalah sebagai berikut:
Keterangan: B
= Beta nilai standardized coefficients
Zero order = Matrik korelasi variabel bebas dengan variabel terikat
Dimana apabila : Kd = 0, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, lemah.
Kd = 1, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, kuat
3.2.5.2 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah Gaya kepemimpinan struktur Inisiasi dan konsiderasi dampaknya tehadap kepuasan kerja karyawan
kantor pusat PT. POS Indonesia Persero Bandung. Dengan memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistik yang akan digunakan
adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi. Langkah
– langkah dalam analisisnya sebagai berikut :
1. Pengujian Secara SimultanTotal.
Melakukan uji F untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.
Rumus uji F yang digunakan adalah :
F
hitung
=
Re Re
1
gresi sidu
JK k
JK n
k
Dimana : JK
residu
= Koefisien Korelasi Ganda K
= Jumlah variabel bebas n
= Jumlah anggota sampel
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variable bebas secara bersama – sama dapat berperan atas variable terikat. Pengujian ini dilakukan menggunakan
distribusi F dengan membandingkan anatara nilai F – kritis dengan nilai F-test
yang terdapat pada Tabel Analisis of Variance ANOVA dari hasil perhitungan dengan micro-soft. Jika nilai F
hitung
F
kritis
, maka H yang menyatakan bahwa
variasi perubahan nilai variabel bebas gaya kepemimpinan struktur inisiasi dan konsiderasi tidak dapat menjelaskan perubahan nilai variabel terikat kepuasan
kerja ditolak dan sebaliknya. Menurut Sugiyono ,2009:183, menghitung keeratan hubungan atau
koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y yang dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan analisis koefisien korelasi Product Moment
Method atau dikenal dengan rumus Pearson.
Hipotesis
Ho : Semua i = 0, Secara simultan Gaya Kepemimpinan Struktur
Inisiasi dan Konsiderasi tidak berpengaruh terhadap Kepuasan kerja karyawan kantor pusat PT. POS
Indonesia Persero Bandung
.
Ha : Ada i 0
Secara simultan Gaya Kepemimpinan Struktur Inisiasi dan Konsiderasi berpengaruh terhadap
Kepuasan kerja karyawan kantor pusat PT. POS Indonesia Persero Bandung.
Kriteria pengujian
H ditolak apabila F
hitung
dari F
tabel
= 0,05
Menurut Guilford 1956:480, bahwa tafsiran koefisien korelasi variabel dalam penelitian dapat dikategorikan sebagai berikut:
Taksiran koefisien korelasi yang dikategorikan menurut metode Guilford adalah sebagai berikut :
Tabel 3.12 Kategori Korelasi Metode Guilford
Besarnya Pengaruh Bentuk Hubungan
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
0,41 – 0,60
0,61 – 0,80
0,81 – 1,00
Sangat longgar, dapat diabaikan Rendah
Moderat Cukup Erat
Sangat erat
Apabila pada pengujian secara simultan H ditolak, artinya sekurang-kurangnya
ada sebuah yxi 0. Untuk mengetahui yxi yang tidak sama dengan nol , maka
dilakukan pengujian secara parsial.
2. Pengujian Secara Parsial
Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :
Rumus uji t yang digunakan adalah :
Keterangan:
t
hitung
X
1,2
= Nilai
t
hitung
X
1
Lingkungan Kerja dan Nilai
t
hitung X
2
Semangat Kerja
b1 dan b2 =
Koefisien regresi masing-masing variabel
Hasilnya dibandingkan dengan tabel t untuk derajat bebas n-k-1 dengan taraf signifikansi 5.
Hipotesis
H
0.
1
= 0, Gaya kepemimpinan struktur inisiasi tidak berpengaruh
terhadap kepuasan kerja karyawan kantor pusat PT. POS Indonesia Persero Bandung.
Ha.
1
≠ 0, Gaya kepemimpinan struktur inisiasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan kantor pusat PT. POS
Indonesia Persero Bandung. Ho.
2
= 0, Gaya kepemimpinan konsderasi tidak berpengaruh
terhadap kepuasan kerja karyawan kantor pusat PT. POS Indonesia Persero Bandung .
Ha.
2
≠ 0, Gaya kepemimpinan konsiderasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan kantor pusat PT. POS Indonesia
Persero Bandung.
Kriteria pengujian
Untuk mengetahui apakah Ho diterima atau ditolak, digunakan uji signifikasi yaitu :
Jika t hitung t tabel 0,05 dk = n-2, maka Ho = ditolak, Ha diterima Jika t hitung t tabel 0,05 dk = n-2, maka Ho = diterima, Ha ditolak
Dimana : 1. Dengan tingkat signifikasi
= 0,05 2. Derajat kebebasan dk = n-2
Dibawah ini adalah gambaran daerah penolakan H dan daerah
penerimaan H
1
:
Gambar 3.1 Daerah penerimaan dan penolakan Ho
Daerah peneriman H
Daerah penolakan H
Daerah penolakan H
t
tabel
-t
tabel
74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Sejarah Perusahaan
Gubernur Jenderal G.W Baron Van Inhof mendirikan kantor pos yang pertama kali dan membentuk Jawatan Pos, Telegraf dan Telepon PTT di Batavia
pada tanggal 26 Agustus 1746. Pada tanggal 27 September 1945 Angkatan Muda PTT AMPTT mengambil alih Kantor Pusat PTT di Bandung dari Pemerintahan
Militer Jepang. Tanggal tersebut juga menjadi Hari Bukti Postel. Bidang usaha PT. Pos Indonesia bergerak dibidang jasa. Jasa yang
dihasilkan antara lain : Customers Clearance, EMS Electronic Mail Service, Kargo Point to Point, Kargo Post Paket Pos Optimal, Kios Pos, Management
Inventory, Marking and labeling praposting, Paket Pos, Paket Pos International, Paket Pos Kilat Khusus PPKH, Pos Express, SMS-POS, Surat Elektronik
Ratron simpati, Surat Elektronik Ratron Lebaran, Surat Pos Kilat Khusus SKK, Sytem Online Payment Post SOPP dan lain-lain.
Saat jawatan PTT di anggap telah memenuhi persyaratan untuk dapat Peraturan Pengganti Undang-Undang No 19 Tahun 1960, maka Jawatan PTT
diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi PN Postel berdasarkan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1961. Agar dalam
mengembangkan usahanya dapat diperoleh kebebasan bergerak yang lebih luas