7 lahan seluas 45.000 m2. Beberapa mesin konvensional, 480 orang
karyawan, dan 17 orang tenaga insinyur, sebagian dari mereka merupakan tenaga ahli berpengalaman di bidang industri pesawat terbang di Jerman
yang telah dipersiapkkan dengan baik oleh Dr. Habibie. Tahun 1992 IPTN terus berkembang, hal ini ditunjukan dengan dimilikinya
lahan tidak kurang 450.000 m2 bangunan di atas tanah seluas 75 hektar, 200 buah mesin konvensional, 50 buah mesin Touched Numerical Control TNC,
dan 60 buah mesin computer numerical control CNC. Kini setalah IPTN berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia kemajuan terus mengiringi
langkahnya, PT. Dirgantara Indonesia dilengkapi dengan komputer IBM 4341, 308K-64, 3090600s, 1000 buah terminal dan 400 buah PC dengan
total kapasitas 832 mb Megabytes. Jumlah karyawan meningkat menjadi ribuan orang termasuk 1620 tenaga insinyur dan 615 tamatan universitas
lainnya. Jumlah inventasi keseluruhan sekitar 1,202 Juta US Dollar. PT. Dirgantara Indonesia di era milenium menempati areal sekitar 125,4 Ha
yang terdiri dari 79,3 Ha berupa lahan dan 46,1 Ha untuk luas bangunannya. Kapasitas permesinan yang tersedia sebesar 1.214.985 machineour, dengan
fasilitas permesinan meliputi 88 mesin computer numerical control CNC, 47 Mesin-mesin Touched Numerical Control TNC dan sekitar 445 mesin-mesin
konvensional.
5. PT Dirgantara saat ini
Di era baru ini perubahan-perubahaan mendasar dilingkungan global, regional, maupun nasional begitu bergerak cepat. Kenichi Ohmae dalam
bukunya “The Borderiess World” mengungkapkan tentang kecenderungan-
kecenderungan dan logika baru pasar global yang menunjukkan semakin kecilnya peranan Negara bangsa dalam kaitannya dengan ekonomi dan
bisnis. Fakta inti bisnis dewasa ini adalah kedaulatan konsumen, konsumen menjadi focus bisnis. Standar pelaksanaan produk sekarang ini diterapkan
8 didalam pasar global oleh mereka yang membeli produk, bukan mereka yang
membuatnya. Ini artinya bahwa perusahaan perlu memikir ulang bagaimana mereka mengembangkan mengomersilkan produknya.
Fakta perubahaan ini memacu PT. Dirgantara Indonesia sebagai industri yang berorientasi pasar sejagat menyiapkan orientasi baru yang secara
konsisten tetap mengacu pada tiga tahap strategi pembangunan yaitu: tahap penyimpanan sarana dan prasarana untuk penguasaan teknologi dan
industrialisasi 1976-1985; tahap penguasaan teknologi dengan pencapaian standar kualifikasi industry dirgantara serta kemandirian rancang bangun
1986-1995; tahap komersialisasi hasil penguasaan teknologi di pasar global 1993- seterusnya.
6. Paradigma Baru Dirgantara Indonesia Jalan ke Masa Depan
Restrukturisasi bisnis dilakukan dengan mengukuh visi dan misi, menetapkan focus bisnis Dirgantara Indonesia kedalam bisnis ini core Pesawat terbang
dan bisnis plasma non-core. Bisnis inti adalah pesawat terbang dan helikopter meliputi lini usaha : CN-235, N250, NC-212, helikopter . Bisnis
plasama meliputi lini usaha : Manufacturing services, Component Manufacturing, Tool Manufacturing, Aircraft Services, Tecnology
Engineering Services, Interior, Special Mission Aircraft, system antariksa, teknologi informasi, serta system hankam, dan pusat pendidikan dan
pelatihan teknologi maju ATEC, Advenced Technology Education Center. Program rektrukturisasi bisnis bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomis
economic value perusahaan. Untuk itu dilakukan kajian kembali terhadap semua lini usaha berdasarkan economic viability dan strategic value, dan
hanya mengembangkan lini usaha yang berprospek serta terkait langsung dengan core competency dan visimisi perusahaan. Pengembangan lini
usaha ini dijabarkan dalam program value creation yang menghasilkan peningkatan penjualan.