BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN
5
vicarious experience, Persuasi verbal verbal persuasion, Kondisi fisiologis
psysiological state. C. ASPEK-APEK EFIKASI DIRI
Menurut Bandura 1997, efikasi diri pada diri tiap individu akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga dimensi. Berikut
adalah tiga dimensi tersebut.
1 Dimensi tingak level level
dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada
tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi diri individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang,
atau bahkan meliputi tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang
dibutuhkan pada masing-masing tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan
menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuan yang di rasakannya.
2 Dimensi kekuatan strength
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang
lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu
tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi ini biasanya berkaitan
langsung dengan dimensi level, yaitu makin tiggi level taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.
3 Dimensi generalisasi geneality
Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin
terhadap kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkain aktivitas dan situasi yang
bervariasi.
2. BELAJAR DAN GAYA BELAJAR
Belajar dalam pengertian luas adalah di mana guru murid mengetahui poko penting dari aspek-aspek perbuatan belajar.Pada umumnya belajar dapat
kita lihat dari dua jenis pandangan yakni tradisional dan moderen.Pertama, pandangan tradisional, belajar adalah usaha memperoleh sejumlahilmu
penegetahuan. “Pengetahuan” memegang peranan yang penting dalam hidup manusia,pengetahuan adalah kekuasaan siapa saja yang memiliki banyak maka
ia akan mendapat kekuasaan.Kedua , pandangan moderen, belajar adalah proses perubahan tingkah laku perekat interaksi dengan lingkungannya.Seorang
dikatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil yakni terjadinya perubahan tingkah laku.
Dengan demikian, belajar merupakan suatu keharusan untuk manusia agar memperoleh ilmu pengetahuan sebagai proses perubahan tingkah laku
yakni berintelektual tinggi
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN
6
Lain ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya. Pepatah di atas memang pas untuk menjelaskan fenomena bahwa tak semua orang
punya gaya belajar yang sama. Pun bila mereka bersekolah di sekolah atau bahkan duduk di kelas yang sama.
Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang
sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.
Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca
untuk kemudian mencoba memahaminya. Tapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka
mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang
menyangkut pelajaran tersebut.
Cara lain yang juga kerap disukai banyak siswa adalah model belajar yang menempatkan guru tak ubahnya seorang penceramah. Guru diharapkan
bercerita panjang lebar tentang beragam teori dengan segudang ilustrasinya, sementara para siswa mendengarkan sambil menggambarkan isi ceramah itu
dalam bentuk yang hanya mereka pahami sendiri.
Apa pun cara yang dipilih, perbedaaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagia setiap individu bisa menyerap sebuah informasi
dari luar dirinya. Karenanya, jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang itu, mungkin akan lebih mudah bagi kita jika suatu
ketika, misalnya, kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.
Tentu saja, sebelum kita sendiri mengajarkannya pada orang lain, langkah terbaik adalah mengenali gaya belajar kita sendiri. Gaya belajar itu
sendiri memiliki arti cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Pertimbangan ini
yang seringkali kita lupakan. Dengan kata lain, kita sendiri harus merasakan pengalaman mendapatkan gaya belajar yang tepat bagi diri sendiri, sebelum
menularkannya pada orang lain. Ada banyak alasan dan keuntungan yang bisa kita dapatkan bila kita mampu memahami ragam gaya belajar, termasuk gaya
kita sendiri.
Kalangan tua, biasanya menyerap banyak pengetahuan tentang gaya belajar, berdasarkan pengalaman yang telah mereka lewati. Misalnya, mereka
pernah bekerja, menjalani latihan militer, mendidik dan membimbing anak, dan sebagainya. Rangkaian pengalaman yang mereka lewati itu, sesungguhnya,
adalah bagian dari cara mereka mendapatkan pelajaran berarti yang mungkin bisa kita serap untuk melihat seperti apa sebetulnya gaya belajar yang tepat
bagi kita. Apa pun gaya yang akan kita pilih dan ikuti, hal terpenting yang tak boleh dilupakan.
Ada empat gaya belajar yang dikemukan oleh Anthony Gregore seorang profesor kurikulum instruksi di Universitas Connecticut yaitu:
1. Sekuensial konkrit yaitu mengutamakan realitas sebagai objek untuk memandang sesuatu.
2. Acak konkrit yaitu kecenderungan belajar dengan cara bereksprimen. 3. Acak abstrak yaitu gaya belajar yang cenderung memandang dunia dengan
perasaan dan emosi untuk merefleksikan dan menemukan fikiran baru dari hasil perenungannya.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN
7
4. Sekuensial abstrak yaitu gaya belajar yang tidak beraturan dan cenderung mengikuti situasi yang ada, untuk itu perlu mempelajari logika untuk menggali
kemampuan yang terpendam.
Dari keempat gaya belajar tersebut diatas maka setiap anak didik memunyai kecenderungan yang unik dalam memaksimalkan kemampuan yang
dimiliki. Semakin kreatif seseorang dalam mencipta, maka belajar cara revolusi menjadi alternatif model pertimbangan. Terlebih pada situasi pasar global yang
menuntut cepat dalam mengambil keputusan dalam setiap saat. Kecerdasan bisnis untuk tetap bisa survive dengan kompetisi tiada batas antar negara
memberi peluang bagi anak didik untuk mandiri dalam belajar. Pembatasan wilayah yang telah terpecahkan melalui media computer dan internet semakin
menambah luas jaringan untuk membuka wawasan yang serba baru dengan kecepatan yang tinggi.
Dampak globalisasi membawa keuntungan sekaligus tantangan bagi anak didik untuk kreatif menggunakan kesempatan yang tidak diperoleh
sebelumnya oleh guru yang mengajar. Kesempatan untuk mencari informasi tanpa guru sangat mungkin dalam kemajuan teknologi yang serba canggih.
Teman bisa berperan sebagai guru, begitupun guru berperan sebagai teman. Anak didikpun berfungsi sebagai guru untuk orang lain dan dirinya sendiri. Di
zaman yang serba canggih ini, semuanya menjadi mungkin, bukan sekedar impian kosong mewujudkannya. Jasa dan kepribadian serta penalaran
merupakan hal yang dipertaruhkan dalam tuntutan masa sekarang.
Gaya Belajar Visual,Auditorial,Kinestetik Selain gaya belajar yang dikemukakan oleh Anthony Gregore di atas
ada juga gaya belajar yang lain. Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar
seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik V-A-K. Walaupun
masing
_
masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga molalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara
ketiganya”.
1 Gaya Belajar Visual belajar dengan cara melihat
Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata penglihatan visual , dalam hal ini metode
pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak dititikberatkan pada peragaan media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan
dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang
mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk
duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat
dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka
mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
Ciri-ciri gaya belajar visual :
a. Bicara agak cepat b. Mementingkan penampilan dalam berpakaianpresentasi
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN
8
c. Tidak mudah terganggu oleh keributan d. Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
e. Lebih suka membaca dari pada dibacakan f. Pembaca cepat dan tekun
g. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai
memilih kata-kata h. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
i. Lebih suka musik dari pada seni j. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika
ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya. k. Teliti terhadap detail
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
a. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta. b. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
c. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi. d. Gunakan multi-media contohnya: komputer dan video.
e. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam
gambar.
2 Gaya Belajar Auditori belajar dengan cara mendengar
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga alat pendengarannya , untuk itu maka guru sebaiknya
harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan
menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara,
pitch tinggi rendahnya, kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak
auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
a. Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri b. Penampilan rapi
c. Mudah terganggu oleh keributan d. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
dari pada yang dilihat e. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
f. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
g. Biasanya ia pembicara yang fasih h. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
i. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik j. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
Visual k. Berbicara dalam irama yang terpola
l. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN
9
a. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
b. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras. c. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
d. Diskusikan ide dengan anak secara verbal. e. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong
dia untuk mendengarkannya sebelum tidur. 3 Kinestetik belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk
diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan
sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
a. Berbicara perlahan b. Penampilan rapi
c. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan d. Belajar melalui memanipulasi dan praktek
e. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat f. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
g. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita h. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan
tubuh saat membaca i. Menyukai permainan yang menyibukkan
j. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
k. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
a. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam. b. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya
contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru.
c. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar. d. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
e. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan
lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.
Gaya belajar lain yang juga unik adalah yang disebut Tactual Learners atau kita harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar
kita bisa mengingatnya. Tentu saja, ada beberapa karekteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Pertama adalah
menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus mengingatnya. Kedua, hanya dengan memegang kita bisa menyerap
informasinya tanpa harus membaca penjelasannya. Karakter ketiga adalah kita termasuk orang yang tidak bisatahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN
10
pelajaran. Keempat, kita merasa bisa belajar lebih baik bila disertai dengan kegiatan fisik. Karakter terakhir, orang-orang yang memiliki gaya belajar ini
memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim dan kemampuan mengendalikan gerak tubuh athletic ability.
3. TIPE KECERDASAN ANAK A. Kecerdasan matematika dan logika atau cerdas angka