Crashing Optimal Pada CPM Dengan Pendekatan Linear Programming (Studi Kasus Di STMIK Kristen Neumann Indonesia)
CRASHING OPTIMAL PADA CPM DENGAN PENDEKATAN LINEAR PROGRAMMING
(Studi Kasus di STMIK Kristen Neumann Indonesia)
SKRIPSI
AGUSTINUS SIANTURI 030803015
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2 0 0 9
(2)
CRASHING OPTIMAL PADA CPM DENGAN PENDEKATAN LINEAR PROGRAMMING
(Studi Kasus di STMIK Kristen Neumann Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
AGUSTINUS SIANTURI 030803015
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
(3)
PERSETUJUAN
Judul : CRASHING OPTIMAL PADA CPM DENGAN PENDEKATAN LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus di STMIK Kristen Neumann Indonesia)
Kategori : SKRIPSI
Nama : AGUSTINUS SIANTURI
Nomor Induk Mahasiswa : 030803015
Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Januari 2009
Komisi Pembimbing :
Pembimbing II Pembimbing I
Drs.Henry Rani Sitepu, M.Si Dra. Suwarno Ariswoyo, M.Si
NIP. 131 283 729 NIP. 130 810 774
Diketahui/Disetujui Oleh
Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,
Dr. Saib Suwilo, M.Sc NIP. 131796149
(4)
PERNYATAAN
CRASHING OPTIMAL PADA CPM DENGAN PENDEKATAN LINEAR PROGRAMMING
(Studi Kasus di STMIK Kristen Neumann Indonesia)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa Skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Januari 2009
AGUSTINUS SIANTURI 030803015
(5)
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang telah membimbing dan menyertai penulis selama proses pengerjaan sampai akhirnya dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
Adapun penulisaan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains. Terkait dengan keberadaan penulis di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, maka penulis
dalam hal ini memilih judul “CRASHING OPTIMAL PADA CPM DENGAN
PENDEKATAN LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus di STMIK Kristen Neumann Indonesia)”
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs.Suwarno Ariswoyo, MSi selaku Pembimbing 1 atas segala bimbingan, arahan dan kebaikan untuk meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan bantuan pengetahuan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Drs. Henry Rani Sitepu, MSi selaku Pembimbing 2 atas segala nasehat dan saran yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, dorongan serta fasilitas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Dr. Saib Suwilo, Msc dan Bapak Drs. Henry Rani Sitepu, Msc selaku Ketua
dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU yang membantu kelancaran studi penulis.
3. Seluruh Staff Pengajar Departemen Matematika FMIPA USU atas segala ilmu dan
bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
4. Bapak Ir. Petra Sibero atas bimbingan yang diberikan selama pengambilan data di
STMIK Kristen Neumann Indonesia.
5. Andi Sijabat, Jeffrey, Sutrisno, Santi, Maranatha, Saut Dame, Pudan, Natra,
Gunawan, Richie, Anggiat dan Rekan-rekan mahasiswa Departemen Matematika stambuk 2003 atas dorongan yang diberikan kepada penulis.
Teristimewa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ayahanda U.Sianturi dan Ibunda T.L. br Pasaribu yang tercinta yang senantiasa memberikan nasehat, bimbingan serta dukungan moril maupun materil kepada penulis, begitu juga kepada abang Simonsen, adik-adikku tersayang (Asprie dan Arnita Ivo) dan juga cellamku tersayang (Tinz) yang turut berdoa untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.
(6)
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu demi perbaikan dan penyempurnaan, penulis terbuka atas kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Januari 2009 Penulis,
(7)
ABSTRAK
CPM adalah metode yang digunakan pada jaringan kerja (network) untuk perencanaan dan penjadwalan kegiatan, yang menghasilkan sebuah jalur yang tidak boleh diperlambat, karena akan memperlambat kegiatan secara keseluruhan, jalur ini disebut jalur kritis.
Untuk menentukan waktu dan biaya crashing yang optimal, dapat diselesaikan dengan pendekatan linear programming dengan menggunakan metode simpleks. Hasil penelitian setelah melakukan crashing pada pembangunan gedung STMIK KNI, diperoleh waktu kegiatan keseluruhan untuk pembangunan selama 147 hari dan biaya optimal untuk percepatan adalah penambahan upah tukang sebesar Rp. 28.263.000,00. Crashing pada pembangunan gedung menghasilkan jalur kritis yang baru.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak vi Daftar Isi vii Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x Bab 1 Pendahuluan 1.1Latar Belakang 1 1.2Perumusan Masalah 2
1.3Pembatasan Masalah 2
1.4Tujuan Penelitian 3
1.5Manfaat Penelitian 3
1.6Tinjauan Pustaka 3
1.7Metodologi Penelitian 7
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Analisa Jaringan Kerja 8 2.2 Sistematika Menyusun Jaringan Kerja 10
2.3 Diagram Jaringan Kerja 11
2.4 Menyusun Urutan Kegiatan 15
2.5 Metode Yang Digunakan 17
2.5.1 CPM (Critical Path Method) 17
2.5.1.1 Cara Menghitung Jalur Kritis 21
2.5.1.1.1 Cara Forward Pass 22
2.5.1.1.2 Cara Backward Pass 24
2.5.2 Metode Simpleks 25
2.6 Model Linear Programming 26
2.7 Penentuan Biaya Dalam CPM 27 2.8 Waktu Aktivitas Crashing 28
2.8.1 Crashing Dengan Model Linear Programming 31 Bab 3 Pembahasan 3.1 Bentuk Permasalahan 48 3.2 Cara Penyelesaian 51 3.2.1 Penentuan jalur Kritis 53 3.2.1.1 Cara Forward Pass 53
3.2.1.2 Cara Backward Pass 58
(9)
Bab 4 Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan 71
4.2 Saran 71
Daftar Pustaka 72
(10)
DAFTRAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Proyek Pembangunan Gudang Kerangka Besi 16
Tabel 2.2 Bentuk Umum Tabel Simpleks 26
Tabel 2.3 Logika Ketergantungan Pembangunan Ruko 33
Tabel 2.4 Estimasi biaya Pembangunan Ruko 33
Tabel 2.5 Tabel Simpleks Pertama (Pendahuluan) 37
Tabel 2.6 Tabel Simpleks Kedua 38
Tabel 2.7 Tabel Simpleks Ketiga 39
Tabel 2.8 Tabel Simpleks Keempat 40
Tabel 2.9 Tabel Simpleks Kelima 41
Tabel 2.10 Tabel Simpleks Keenam 42
Tabel 2.11 Tabel Simpleks Ketujuh 43
Tabel 2.12 Tabel Simpleks Kedelapan 44
Tabel 2.13 Tabel Simpleks Kesembilan 45
Tabel 2.14 Final Tabel 46
Tabel 3.1 Logika Ketergantungan Pembangunan STMIK KNI 49
(11)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Hubungan Antara Waktu dan Biaya Pada Keadaan
Normal dan Crash 3
Gambar 1.2 Contoh Jaringan Kerja 4
Gambar 2.1 Jaringan Kerja Proyek Pembangunan Kerangka Besi 17
Gambar 2.2 Posisi dan Hubungan antara ES, LS, LF, EF, D dan Slack 20
Gambar 2.3 Pembentukan Jalur Kritis 22
Gambar 2.4 Hubungan Antara Waktu dan Biaya Pada Keadaan
Normal dan Crash 30
Gambar 2.5 Jaringan Kerja Pembangunan Ruko 34
Gambar 2.6 Jalur Kritis Pembangunan Ruko 35
Gambar 3.1 Diagram Jaringan Kerja Pembangunan Gedung STMIK KNI 52
Gambar 3.2 Diagram Jaringan Kerja Dengan Forward Pass 57
Gambar 3.3 Diagram Jaringan kerja Dengan Backward Pass 62
Gambar 3.4 Jalur Kritis Pembangunan Gegung STMIK KNI 65
(12)
ABSTRAK
CPM adalah metode yang digunakan pada jaringan kerja (network) untuk perencanaan dan penjadwalan kegiatan, yang menghasilkan sebuah jalur yang tidak boleh diperlambat, karena akan memperlambat kegiatan secara keseluruhan, jalur ini disebut jalur kritis.
Untuk menentukan waktu dan biaya crashing yang optimal, dapat diselesaikan dengan pendekatan linear programming dengan menggunakan metode simpleks. Hasil penelitian setelah melakukan crashing pada pembangunan gedung STMIK KNI, diperoleh waktu kegiatan keseluruhan untuk pembangunan selama 147 hari dan biaya optimal untuk percepatan adalah penambahan upah tukang sebesar Rp. 28.263.000,00. Crashing pada pembangunan gedung menghasilkan jalur kritis yang baru.
(13)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pelaksanaan proyek sering kali mengalami suatu hambatan atau penyimpangan sehingga sering terjadi kerugian bagi penyelesaian proyek tersebut. Untuk itu perlu adanya suatu perencanaan (planning) sebaik-baiknya yang disusun secara sistematis. Perencanaan adalah penentuan mengenai apa yang harus dicapai, kapan dan bagaimana hal tersebut dilaksanakan. Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang bertujuan untuk memecahkan masalah.
Metode jaringan kerja yang cukup dikenal akhir-akhir ini mampu menyuguhkan teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek. Dan pada giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan. Dua teknik perencanaan yaitu CPM (Critical Path Method) dan PERT (Project Evaluation and Review Thecnique) yang sangat berguna untuk menyusun perencanaan, penjadwalan, dan pengawasan atau pengontrolan proyek, telah dipergunakan secara meluas oleh para manager terutama untuk proyek-proyek besar.
Critical Path Method pada mulanya dikembangkan untuk memecahkan Scheduling Problems dalam lingkungan industri. CPM berbeda dengan PERT, yang mana CPM tidak mempergunakan Probabilistic Job Times, karena ini adalah suatu deterministic model.
Model ini mempunyai variasi-variasi waktu (variations in job times) bukan sebagai akibat dari random faktors (seperti good luck atau bad luck) melainkan sebagai akibat dari pada hasil alokasi-alokasi sumber yang direncanakan dan diharapkan (Planned and Expected Outcome).
(14)
Didalam CPM, kebanyakan pekerjaan dapat dikurangi waktu pelaksanaannya jika sumber-sumber (tenaga manusia, mesin-mesin, uang dan sebagainya) ekstra ditambah untuk melakasanakannya. Biaya untuk menyelesaikan tersebut mungkin naik, tetapi jika ini lebih menguntungkan, maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara biasa, dengan alokasi sumber-sumber semestinya. Kegiatan inilah yang dinamakan percepatan (Crashing). Pekerjaan-pekerjaan yang mana yang harus diajukan dan secepat manakah pekerjaan-pekerjaan tersebut harus diusahakan, merupakan problema-problema yang harus dipecahkan.
Untuk melakukan percepatan (Crashing) inilah dibutuhkan model Program Linear. Hal inilah yang mendasari penulis menggunakan pendekatan program Linear. Dari uraian diatas penulis memilih judul ”Crashing Optimal Pada CPM Dengan Pendekatan Linear Programming (Studi Kasus di STMIK Kristen Neumann Indonesia)”.
1.2 Perumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana menentukan penyelesaian proyek dan menentukan biaya optimum percepatan (crashing) menggunakan metode CPM dengan pendekatan Linear Programming.
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk mewujudkan tujuan dari penelitian ini penulis membatasi masalah yang dibahas sebagai berikut :
1. Penulis hanya menggunakan metode CPM dengan pendekatan Program Linear (dengan penggunaan Metode Simpleks) dalam menentukan biaya optimum setelah dilakukan percepatan (crashing)
2. Data berupa biaya yang dipergunakan dalam penelitian hanya berupa biaya upah tukang/ pekerja.
3. Setiap kegiatan untuk melakukan pembangunan gedung berlangsung dalam keadaan cuaca yang baik.
(15)
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis membuat tulisan ini adalah untuk mengetahui kapan proyek akan selesai dan berapa biaya optimum setelah dilakukan percepatan (crashing) dari sebuah jaringan kerja.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui kapan proyek dapat diselesaikan secara keseluruhan dan berapa biaya yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek tersebut.
1.6 Tinjauan Pustaka
Santosa, Budi, 2003. Dalam buku ini dijelaskan hubungan waktu dan biaya pada keadaan normal dan crash sehingga umur proyek dapat dipersingkat dengan penambahan sumber daya tenaga kerja, peralatan, modal untuk kegiatan-kegiatan tertentu (crashing).
Biaya
Waktu A B
Waktu Normal Biaya
Normal
Titik Normal
Biaya untuk waktu dipercepat
Waktu Dipercepat
Titik Dipercepat
(16)
Siagian P., 1987. Dalam buku ini dikatakan bahwa dalam diagram kerja mempunyai dua peranan yakni, sebagai alat perencanaan proyek dan sebagai ilustrasi secara grafik dari kegiatan-kegiatan suatu proyek. Oleh karena itu, jaringan kerja harus mampu memberikan gambaran tentang hubungan antara komponen-komponen kegiatan secara keseluruhan, serta arus operasi yang dijalankan sejak awal sampai berakhirnya suatu proyek.
Siswojo, 1981. Dalam buku ini dikatakan bahwa dengan menggunakan crash schedule, tentu saja biayanya akan jauh lebih besar dibandingkan dengan normal schedule. Dalam crash schedule akan dipilih kegiatan-kegiatan kritis dengan tingkat kemiringan terkecil untuk mempercepat pelaksanaannya. Langkah ini dilakukan sampai seluruh kegiatan mencapai nilai crash time-nya. Perhitungan yang dilakukan untuk menentukan sudut kemiringan (waktu dan biaya suatu kegiatan) atau lebih dikenal dengan slope adalah:
Biaya Dipercepat – Biaya Normal Slope Biaya =
Waktu Normal – Waktu Dipercepat
Soeharto, Iman, 1995. Dalam buku ini ditinjau cara mencari jalur kritis dengan perhitungan maju. Dimana dapat diilustrasikan pada gambar berikut :
1
B
3 2 A
3 2
0 0
C
D
E
F
G
H 2
4
3
4
5
2 d1
4
5
6 7
2 4
3 8
13 15
15 13
8 4 2
4
(17)
Keterangan :
ES LF
: Node menyatakan suatu kejadian atau peristiwa.
• ES (Earliest Start Time) adalah waktu mulai paling awal kegiatan
• LF (Latest Allowable Finish Time) adalah waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa memperlambat penyelesaian proyek. : Arrow menyatakan kegiatan.
: Dummy menyatakan kegiatan semu. : Jalur kritis
Dimana dalam perhitungan maju, waktu terpanjang dalam rangkaian kegiatan adalah jalur kritis. Yang mana jika jalur kritis diperlambat, maka akan memperlambat kegiatan proyek keseluruhan.
Starr, Martin K, 2002, dalam buku ini dijelaskan pengambilan waktu percepatan (crash) yang optimal dengan pendekatan program linear.
Jika xi = waktu untuk kejadian i
j
x = waktu untuk kejadian j m
x = waktu untuk kejadian pada simpul terakhir
( )
m ijt = waktu normal untuk aktivitas i→ j ij
tc = waktu crashing aktivitas i→ j ij
τ = kemungkinan maksimum pengurangan waktu untuk aktivitas i→ j karena crashing maksimum
ij
C = biaya untuk aktivitas normal i→ j ij
Cc = biaya untuk aktivitas i→ j dengan crashing
ij
(18)
Model umum program linear untuk jaringan ini adalah Min Z = Smτm
Untuk kendala yang menjelaskan struktur jaringan, dimulai dari event i dengan asumsi bahwa xi=0
Untuk event berikutnya
i A A
j t x
x ≥ −τ +
j B B
k t x
x ≥ −τ +
. . .
1
−
+ −
≥ Z Z m
m t x
x τ
Selanjutnya dengan dengan menggunakan metode simpleks dapat diperoleh jawaban optimalnya.
Taylor III, Bernard W, 2001, dalam buku ini dijelaskan pendekatan program linear terhadap jaringan kerja. Dimana jaringan kerja dapat dimodelkan kedalam bentuk program linear.
Jika kita menganggap xm adalah waktu kejadian simpul terakhir dalam jaringan tersebut diatas, ditunjuk pada simpul m, maka fungsi objektif dapat dinyatakan sebagai
Minimum Z=xm
Selanjutnya kita mengembangkan hambatan model tersebut. Maka kita menentukan waktu untuk aktifitas i→ j sebagai tij. Kumpulan hambatan yang menyatakan kondisi ini adalah
ij i
j x t
x − ≥
Maka model umum program linear untuk jaringan ini dapat dirangkum sebagai Minimum Z=xm
Ditujukan
ij i
j x t
x − ≥ untuk seluruh aktivitas i→ j
0 , j≥
i x
(19)
Diketahui
i
x = waktu kejadian pada simpul i
j
x = waktu kejadian pada simpul j ij
t = waktu aktifitas i→ j
m = simpul terakhir dalam jaringan
1.7 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah studi literatur dan studi kasus, yang akan dilakukan sebagai berikut :
1. Pengambilan data
Data yang diambil adalah :
a. Jadwal kegiatan pembangunan gedung STMIK Kristen Neumann Indonesia b. Biaya untuk upah tukang/pekerja
2. Pengolahan data
Data yang diperoleh nantinya akan diolah untuk
a. Membuat tabel logika ketergantungan kegiatan proyek b. Membuat diagram jaringan kerja
c. Penentuan jalur kritis
d. Penentuan waktu crashing optimal
e. Pendekatan Linear programming untuk penentuan biaya yang optimum 3. Pengambilan keputusan
(20)
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Analisa Jaringan Kerja
Metode jaringan kerja diperkenalkan menjelang decade 50-an, oleh satu tim engineer dan ahli matematika dari perusahaan Du Pont bekerja sama dengan Rand Corporation, dalam usaha mengembangkan sistem kontrol manajemen. Sistem ini dimaksudkan untuk merencanakan dan mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks dalam masalah desain, engineering, konstruksi dan pemeliharaan. Usaha-usaha ditekankan untuk mencari metode yang dapat meminimalkan biaya, dalam hubungannya dengan kurun waktu penyelesaian suatu kegiatan.
Jaringan kerja dapat didefenisikan sebagai kumpulan dari kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang menggambarkan tinjauan waktu dari susunan proyek. Jaringan kerja muncul pada sejumlah perencanaan dan dalam berbagai bidang. Perencanaan jaringan kerja merupakan suatu alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lebih lengkap untuk perencanaan dan pengawasan suatu proyek.
Dalam banyak situasi, manager bertanggung jawab untuk perencanaan dan menjadwalkan dan mengendalikan proyek yang terdiri dari berbagai pekerjaan atau aktivitas terpisah yang dilakukan oleh berbagai departemen dan individu. Dalam hal ini manager harus mengadakan pendekatan secara kuantitatif dalam pengambilan suatu keputusan. Cara ini penting sekali digunakan oleh manager yang bertanggung jawab atas bidang engineering, production, administration, dan penelitian operasional. Penerapan pengambilan keputusan secara pendekatan kuantitatif dalam berbagai bidang pada kenyataannya prosedurnya tidaklah begitu kompleks. Oleh karena cara ini dapat dianalisa secara sistematis dan sederhana dengan menggunakan metode analisa jaringan kerja.
(21)
Teknik jaringan kerja menunjukkan manfaat nyata bila digunakan membantu atau melengkapi perencanaan dan pengendalian proyek baru. Sedangkan untuk proyek yang sedang berjalan penerapan analisa jaringan kerja akan terkait pada persyaratan atau ketentuan semula yang ditetapkan atau yang sedang berjalan.
Penggambaran jaringan kerja merupakan suatu teknik jaringan kerja yang digunakan secara luas untuk masalah-masalah seperti produksi, distribusi, perencanaan proyek, perencanaan keuangan dan lain sebagainya. Sesungguhnya penggambaran jaringan kerja menyediakan bantuan secara visual dan konseptual yang sangat berharga dalam menggambarkan hubungan antara komponen-komponen dalam suatu sistem. Hal ini sangat bermanfaat bagi para pengambil keputusan.
Menggambarkan jaringan kerja dari tiap awal kegiatan sangat bermanfaat untuk mempermudah pengawasan serta pengumpulan, penetapan dan penganalisaan informasi yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sehingga keputusan-keputusan dalam pemilihan alternatif dengan mudah dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan proyek. Didalam penyusunan perencanaan suatu jaringan kerja suatu proyek, harus ada logika ketergantungan dari suatu kegiatan dengan kegiatan yang lain, serta menggunakan simbol-simbol kegiatan maupun simbol-simbol peristiwa. Dengan demikian diharapkan teori jaringan kerja dapat mengatur rangkaian dari kegiatan-kegiatan, sehingga benar-benar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Pemakaian analisa jaringan kerja dalam suatu proyek dimaksudkan untuk mengkoordinir semua unsur proyek kedalam suatu rencana utama, dengan menciptakan suatu modal kerja untuk melengkapi proyek sehingga diperoleh waktu terbaik melakukan pekerjaan atau kegiatan, penekanan biaya, pengurangan resiko, penggunaan sumber-sumber secara efektif dan efisien, mendapatkan atau mengembangkan schedule yang optimum, memudahkan revisi atau perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi.
Jadi, kunci keberhasilan pendekatan jaringan kerja untuk menyelesaikan suatu model masalah adalah mengetahui bagaimana masalah itu dapat disajikan sebagai
(22)
suatu model jaringan. Dengan demikian permasalahan yang kompleks dapat diselesaikan lebih sederhana dan lebih sistematis.
2.2 Sistematika Menyusun Jaringan Kerja
Sistematika lengkap dari proses menyusun jaringan kerja adalah sebagai berikut : 1. Langkah Pertama
Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan atau memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek. Pengkajian yang dimaksud adalah untuk mengetahui kegiatan-kegiatan apa yang merupakan bagian atau komponen dari proyek yang bisa dibedakan satu sama lain.
2. Langkah kedua
Menyusun kembali komponen-komponen tersebut pada butir pertama, menjadi mata rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan. Urutan ini dapat berbentuk pararel atau seri. Menyusun urutan ketergantungan dituntut berpikir secara analitis, sehingga akan diperoleh urutan yang benar-benar dapat mempermudah permasalahan.
3. Langkah ketiga
Memberikan perkiraan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari penguraian lingkup proyek. Dengan memasukkan unsur kurun waktu ke analisis jaringan kerja, berarti perencanaan telah memasuki taraf yang lebih spesifik, yaitu membuat jadwal kegiatan proyek.
4. Langkah keempat
Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) pada jaringan kerja. Jalur kritis adalah jalur yang terdiri dari rangkaian kegiatan dari lingkup proyek, yang bila terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Masalah jalur kritis akan penulis sajikan pada sub bab dalam bagian ini secara lengkap.
5. langkah kelima
Bila semua langkah-langkah diatas diselesaikan, dilanjutkan dengan usaha-usaha meningkatkan daya guna dan hasil guna pemakaian sumber daya, yang meliputi kegiatan :
(23)
a. menentukan jadwal yang paling ekonomis b. meminimalkan fluktuasi pemakaian sumber daya
Setelah tersusun rencana dan jadwal proyek yang cukup realistik, kemudian dapat dipakai diantaranya sebagai tolak ukur atau alat pembanding dalam kegiatan pengendalian pada tahap inplementasi fisik, yaitu dengan memperbandingkan antara perencanaan atau jadwal dengan hasil pelaksanaan nyata dilapangan.
2.3 Diagram Jaringan kerja
Diagram jaringan kerja merupakan logika model yang menggambarkan hubungan antara masing-masing kegiatan dan menjelaskan arus dari operasi sejak awal hingga selesainya kegiatan-kegiatan proyek.
Diagram jaringan kerja mempunyai dua peranan. Yakni, pertama sebagai alat perencanaan proyek dan yang kedua sebagai ilustrasi secara grafik dari kegiatan-kegiatan suatu proyek. Oleh karena itu diagram suatu jaringan kerja harus mampu memberi gambaran tentang dimulainya dari awal kegiatan sampai diselesaikannya kegiatan tersebut.
Untuk itu diagram jaringan kerja memerlukan beberapa lambang khusus untuk memberikan keterangan yang jelas tentang suatu proyek, yaitu :
1. Anak panah (arrow) menyatakan kegiatan dengan ketentuan bahwa panjang dan arah panah tidak mempunyai arti khusus. Pangkal dan ujung panah menerangkan kegiatan mulai dan berakhir dengan arah kekanan (positif). Kegiatan harus berlangsung terus dalam jangka waktu tertentu (duration) dengan pemakaian sejumlah sumber seperti manusia, alat, bahan dan dana. Pada umumnya kegiatan diberikan huruf kode huruf besar A, B, C, dan seterusnya.
2. Lingkaran kecil atau node menyatakan suatu kejadian atau peristiwa. Kejadian diartikan sebagai awal atau akhir dari satu atau beberapa
(24)
1
2
3 4
1
3
4
2 5
kegiatan. Umumnya kegiatan diberi kode dengan angka 1, 2, 3, dan seterusnya yang disebut dengan nomor kejadian.
3. Anak panah terputus-putus menyatakan kegiatan semu atau dummy.
Dummy sebagai pemberitahuan bahwa terjadi perpindahan dari satu kejadian ke kejadian yang lain pada saat yang sama. Oleh karena itu dummy tidak memerlukan waktu dan tidak menghabiskan sumber. Panjang dan arah dummy tidak mempunyai arti khusus.
Untuk menyatakan saling ketergantungan logika dari kegiatan-kegiatan berikut ini dijelaskan beberapa ketentuan sebagai berikut :
A B
1. 1 2 3 : Kegiatan B hanya dapat dimulai setelah kegiatan A selesai. Perlu diperhatikan bahwa kejadian merupakan awal dan akhir suatu kegiatan. Jadi kegiatan B mulai pada dimana kejadian A berakhir.
1. kegiatan C hanya dapat dimulai setelah kegiatan A dan selesai. Kegiatan A dan B boleh berlangsung bersama-sama ; A dan B berakhir pada kegiatan yang sama.
A C B
3. kegiatan C dan D dapat dimulai setelah kegiatan A dan B berakhir, dan selesai pada kejadian yang berbeda.
A C
(25)
1
2
3 4
1
2
3
4 5
1
2
5 3
6 4
1
2
3 4
4. Dalam diagram ini (a), (b), (c) terdapat dua kejadian yang saling bergantungan tanpa dihubungkan dengan kegiatan, tapi dihubungkan dengan dummy.
A A
B C
C
B D (a) (b)
(c)
5.
A
C B
Dalam hal terdapat kejadian menyatu (merge event) seperti ini maka ada dua pertimbangan yaitu :
a. Kegiatan C tergantung pada selesainya seluruh kegiatan A dan B.
b. Kegiatan C tergantung pada selesainya kegiatan A dan sebagian kegiatan B atau sebaliknya. Dalam hal seperti ini rangkaian kegiatan dapat disusun dalam bentuk lain yaitu :
(26)
1
2
5 3
6 4
1
2
5 3
6 4
1
2
4 3
1
2
5 3
4
A C
B1 B
A
2
Atau
1 A
A
B C
7. Dalam suatu jaringan kerja tidak boleh terjadi suatu loop atau arus putar, misalnya
2
B C
6. Bila ada dua kegiatan berbeda yang mulai pada kejadian yang sama dan berakhir pada kejadian yang sama pula, maka pekerjaan tersebut tidak boleh dibuat berimpit, misalnya
A D B
C
8. Nomor kejadian terkecil adalah nomor dari kejadian awal dan nomor kejadian terbesar adalah nomor kejadian akhir. Nomor kejadian ditulis di dalam lingkaran kejadian.
9. Tiap kegiatan diberi kode berupa huruf besar juga diberi kode dengan simbol (i, j) ; i menyatakan nomor kejadian awal kegiatan dan j menyatakan nomor kejadian akhir kegiatan.
(27)
2.4 Menyusun Urutan Kegiatan
Menyusun urutan kegiatan atau hubungan kegiatan yang satu dengan yang lain dalam proses pembuatan jaringan kerja, didasarkan atas logika ketergantungan. Hal ini merupakan salah satu aturan dasar dalam menyusun jaringan kerja. Ketergantungan ini dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu :
a. Ketergantungan Alamiah
Sebagian besar ketergantungan disebabkan oleh sifat kegiatan itu sendiri. Misalnya kasus untuk pendirian sebuah rumah. Kegiatan untuk menaikkan atap belum dapat dilakukan sebelum pekerjaan mendirikan tiang penyangga diselesaikan. Ketergantungan demikian disebut ketergantungan alamiah, karena meskipun seandainya tersedia cukup tenaga atau sumber daya lain, tetapi tiang belum berdiri dan siap menyangga atap, maka pelaksanaan pekerjaan menaikkan atap belum dapat dimulai.
b. Ketergantungan Sumber Daya
Jenis lain dari ketergantungan adalah ketergantungan sumber daya. Sebagai contoh pekerjaan membuat pondasi tidak dapat dilakukan bersamaan waktunya dengan pekerjaan pabrikasi tiang atau kerangka atap, karena kurangnya tenaga kerja, sehingga harus dilakukan secara berurutab atau seri. Dalam contoh ini ketergantungan tersebut disebabkan oleh terbatasnya dana atau sumber daya.
Menyusun jaringan kerja pada awalnya hendaknya didasarkan atas ketergantungan alamiah. Pada taraf selanjutnya nanti bila sampai pada analisa keperluan sumber daya, mungkin penyesuaian atau revisi dilakukan.
Usaha menyusun urutan kegiatan yang mengikuti logika ketergantungan akan dipermudah dengan menjawab pertanyaan berikut :
• Kegiatan apa yang dimulai terlebih dahulu
• Mana kegiatan berikutnya yang akan dilakukan
• Adakah kegiatan-kegiatan yang berlangsung sejajar
(28)
Contoh 1
Sebagai gambaran dalam menyusun komponen-komponen kegiatan proyek menjadi jaringan kerja, berikut ini adalah contoh proyek pembangunan gudang kerangka besi, seperti yang terdapat pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1. Proyek Pembangunan Gudang kerangka besi Kegiatan
Keterangan
Kegiatan Yang Mendahului
i j
(1) (2) (3) (4)
1 2 3 4 5 6
A B C D E F
Membuat gambar desain Membeli material Menyiapkan lahan
Pabrikasi (tiang dan atap) Membuat pondasi
Mendirikan bangunan
A A B C B,C
Proyek dipecah menjadi 6 komponen pekerjaan dan ditentukan urutannya. Pada langkah ini, yang diberi perhatian hanyalah menyusun kegiatan-kegiatan tersebut berdasarkan hubungan ketergantungan, sedangkan hal-hal lain akan ditinjau pada tahap berikutnya. Terlihat bahwa kegiatan pembelian material (B) harus menunggu selesainya pembuatan gambar desain (A), karena sebelum desain diselesaikan belum diketahui jumlah maupun macam material secara tepat. Demikian pula halnya dengan pekerjaan menyiapkan lahan (C) harus menunggu sampai gambar desain selesai untuk mengetahui misalnya berapa ukuran penggalian tanah untuk pondasi yang harus disiapkan. Dari analisis diketahui bahwa kegiatan pembelian material (B) dapat dilakukan bersamaan waktunya dengan kegiatan menyiapkan lahan (C). Selanjutnya mudah dimengerti bahwa pekerjaan pabrikasi (3-5) harus menunggu tersedianya material. Sedangkan mengecor pondasi (4-5) menunggu selesainya menyiapkan lahan (C). Pekerjaan mendirikan bangunan (F) baru dapat dimulai bila dua pekerjaan yang mendahuluinya telah selesai, yaitu membuat fondasi (E) dan pabrikasi tiang dan atap
(29)
1 3 4 2 2
2
telah dikerjakan (D). Bila kegiatan-kegiatan diatas disusun dalam diagram jaringan kerja kan terlihat seperti pada gambar 2.3 dibawah ini :
A B D F
C E
Gambar 2.1. Jaringan Kerja Proyek Pembangunan Kerangka besi
2.5 Metode yang Digunakan
Pengolahan proyek berskala besar membutuhkan suatu perencanaan, penjadwalan dan koordinasi sejumlah kegiatan yang saling berkaitan. Untuk membantu tugas ini, suatu prosedur formal yang didasarkan pada penggunaan jaringan kerja dan teknik jaringan kerja telah dikembangkan sejak akhir tahun 1950 – an. Beberapa teknik berdasarkan analisa jaringan kerja yang sudah berkembang luas diantaranya yang paling terkenal adalah metode lintasan kritis dan teknik penilaian dan peninjauan program serta beberapa modifikasi lain untuk keperluan khusus. Teknik-teknik ini pada umumnya bertujuan menguraikan dan menentukan hubungan antara berbagai kegiatan dalam perencanaan proyek secara menyeluruh untuk merencanakan dan pengendalian proyek.
Dalam tulisan ini penulis menggunakan teknik analisa jaringan kerja yaitu CPM (Critical Path Metod). Untuk lebih jelasnya, CPM akan penulis terangkan dalam sub bab berikut ini.
2.5.1 CPM (Critical Path Method)
Metode CPM adalah metode yang digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan proyek, merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan kerja. Metode CPM sering dipergunakan pada hampir setiap proyek-proyek besar, misalnya pembangunan gedung, pembuatan
(30)
jembatan layang dan lain-lain. Metode CPM lebih menitikberatkan pada persoalan keseimbangan antara biaya dan waktu penyelesaian.
Jika dalam suatu proyek, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya dapat diperkirakan terlebih dahulu dan biaya-biaya proyek dapat dihitung sejak semula, maka dengan mempergunakan metode CPM pelaksanaan proyek akan lebih terarah dan sistematis. Dalam pelaksanaan proyek dengan menggunakan metode CPM dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan, dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai kegiatan terakhir proyek. Makna jalur kritis penting bagi pelaksanaan proyek, karena pada jalur terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat maka akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Maka perlu adanya perhatian penuh pada jalur kritis tersebut, karena cepat lambatnya suatu proyek selesai terletak pada jalur kritis.
Dalam metode CPM digunakan dua buah perkiraan waktu untuk setiap kegiatan yang terdapat pada jaringan kerja yakni:
a. Perkiraan Normal (Normal Estimates)
Perkiraan normal adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas proyek jika proses pelaksanaannya berjalan normal.
b. Perkiraan Cepat.
Perkiraan cepat adalah waktu yang dibutuhkan oleh proyek yang sesingkat-singkatnya untuk penyelesaian proyek tanpa memperhitungkan biaya.
A. Terminologi dan Defenisi
Dalam proses identifikasi jalur kritis, dikenal beberapa terminology dan defenisi sebagai berikut :
a. ES (Earliest Start Time)
Earliest Start time adalah waktu mulai paling awal suatu kegiatan. Bila waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.
(31)
b. EF (Earliest Finish Time)
Earliest Finish Time adalah waktu selesai paling awal suatu kegiatan.
c. LS (Lates Allowable Start Time)
Lates Allowable Start Time adalah waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat penyelesaian proyek secara keseluruhan.
d. LF (Latest Allowable Finish Time)
Latest Allowable Finish Time adalah waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa memperlambat penyelesaian proyek.
e. Duration
Duration adalah waktu kegiatan, umumnya dengan satuan hari, minggu, bulan, dan lain-lain.
B. Pengertian Slack
Slack didefenisikan sebagai panjang waktu suatu aktivitas dapat ditunda tanpa mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek. Jumlah waktu slack untuk setiap aktivitas dapat dihitung sebagai berikut :
Slack = LS – ES = LF – EF………...(2.1)
Pada perencanaan dan penyusunan jadwal proyek, arti penting daripada slack adalah menunjukkan jumlah waktu yang diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda, tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan. Jumlah waktu tersebut sama dengan waktu yang didapat bila semua kegiatan terlebih dahulu dimulai seawal mungkin, sedangkan semua kegiatan berikutnya dimulai selambat mungkin.
(32)
Berikut ini ditunjukkan posisi dan hubungan slack dan parameter-parameter yang lain.
ES (i,j) Kegiatan A EF (i,j)
slack slack
kegiatan A
LS (i,j) LF (i,j)
D (i,j)
E (i) E (j) L (j)
Gambar 2.2 Posisi dan hubungan antara ES, LS, LF, EF, D dan Slack
Dari gambar diatas terlihat bahwa slack dapat berada dibagian awal mulainya kegiatan (ES) atau di ujung waktu penyelesaian paling akhir (LS), bahkan dapat dipecah-pecah sesuai kebutuhan, asalkan masih dalam batas L (j) dan E (i).
Bagi pengelola proyek memahami pengertian diatas akan sangat berguna, terutama untuk memecahkan masalah pemerataan sumber daya (resource leveling).
C. Perhitungan Maju (Forward Pass)
Dalam mengidentifikasi jalur kritis dipakai suatu cara yang disebut hitungan maju. Hitungan maju dimulai dari kiri kekanan sampai kegiatan terakhir, atau dengan kata lain dimulai dari kegiatan paling awal kegiatan sampai pada kegiatan yang terakhir. Tujuan dari forward pass adalah menghitung earliest start time dan earliest finish time untuk setiap aktivitas dalam suatu proyek. Forward pass kemudian dikerjakan dengan anggapan bahwa aktivitas mulai secepat mungkin yaitu setelah aktivitas-aktivitas yang mendahuluinya selesai.
(33)
Adapun langkah-langkah forward pass adalah :
a. Tentukan ESi = 0 untuk kejadian paling awal dari suatu jaringan kerja. Hal ini logis sebab belum ada kegiatan yang sudah dikerjakan, artinya kegiatan pertama baru akan dimulai.
b. Aturan selanjutnya adalah menghitung :
j
ES = maks
{
ESi +Dij}
dan untuk semua kegiatan( )
i,j . Agar dapat menghitung jES untuk kejadian j, semua ESi harus dihitung terlebih dahulu.
D. Perhitungan Mundur (Backward Pass)
Selain perhitungan maju, akan digunakan perhitungan mundur untuk mengidentifikasi jalur kritis. Perhitungan mundur bergerak dari kanan ke kiri, atau dengan kata lain dari kegiatan paling terakhir sampai kegiatan paling awal. Tujuan dari backward pass adalah untuk menghitung latest alloweable start time dan finish time untuk setiap kegiatan.
Adapun langkah-langkah untuk menghitung backward pass adalah:
a. Tentukan harga LF untuk kejadian yang terakhir yang besarnya sama dengan ES pada kejadian tersebut, dimana LFi=ESi.
b. Aturan selanjutnya adalah menghitung:
{
i ij}
i LF D
LF =min − untuk semua kegiatan
( )
i, j .2.5.1.1 Cara Menghitung Jalur Kritis
Untuk menentukan jalur kritis, harus dilakukan dua macam perhitungan yaitu perhitungan maju (forward pass) dan perhitungan mundur (backward pass). Untuk lebih memahami cara menghitung jalur kritis dengan menggunakan perhitungan maju dan perhitungan mundur yang telah dijelaskan diatas, berikut akan diberikan gambaran suatu kegiatan yang telah dibuat kedalam suatu jaringan kerja. Dari jaringan kerja berikut ini akan ditentukan jalur kritis dengan cara sebagai berikut :
(34)
1 0 0
A 12
B 8
C 4
D 12
E 4 F 4
G 4 d1
2
3
4 12
12
20 20
20 20
24
32 32
36 36
5
6 7
28
Gambar 2.3 Pembentukan Jalur Kritis
2.5.1.1.1 Cara forward pass
i
ES = 0 dimana kejadian pertama kali belum ada kegiatan, baru akan dimulai.
ij
D = lamanya waktu yang diperlukan kegiatan
( )
i, jj
ES = maks
{
ESi+Dij}
Perhatikan gambar 2.2. diatas, hanya ada satu kegiatan yang mulai dari node 1 menuju ke 2 yaitu kegiatan A. Dimana ES1 = 0, oleh karena itu hanya ada satu kegiatan saja dari node 1, yaitu kegiatan A dan DA = 3, maka
2
ES =
{
ES1+D12}
=
{
0+12}
= 12Nilai ini dimasukkan dalam bujur sangkar diatas node 2. Event berikutnya adalah event 3 (perhatikan event 4 belum bisa dihitung, sebab untuk menghitung diperlukan nilai ES3 yang harus dihitung terlebih dahulu.
3
ES =
{
ES2+D23}
=
{
12+8}
= 20(35)
Sekarang ES4 baru bisa dihitung sebab ada dua kegiatan yang menuju ke-node 4 yaitu kegiatan B dan C.
4
ES =
{
i ij}
i ES D
maks +
=2,3
= maks
{
ES2+D34,ES3+D24}
= maks
{
20+0,12+4}
= maks{
20,16}
= 20
(nilai ini dimasukkan kedalam node 4).
5
ES =
{
ESi+Dij}
=
{
ES4+D45}
=
{
20+4}
= 24(nilai ini dimasukkan kedalam node 5).
6
ES =
{
i ij}
i ES D
maks +
=4,5
= maks
{
ES4+D46,ES5+D56}
= maks
{
20+12,24+4}
= maks{
32,28}
= 32
(nilai ini dimasukkan kedalam node 6).
7
ES =
{
ESi+Dij}
=
{
32+4}
= 36Perhitungan dengan forward pass sudah selesai, semua waktu paling awal sudah dihitung.
(36)
2.5.1.1.2. Cara Backward pass
Berikut ini adalah menghitung waktu penyelesaian paling akhir dengan cara sebagai berikut :
{
j ij}
j
i LF D
LF =min − , untuk semua kegiatan
( )
i, jSemua nilai LFi kemudian dimasukkan dalam masing masing node. 36
7 7 =ES =
LF
6
LF =
{
LF7−D67}
=
{
36−4}
= 325
LF =
{
LFj −Dij}
=
{
LF6−D56}
=
{
32−4}
= 284
LF =
{
j ij}
i=5,6 LF −D
min
= min
{
LF6−D46,LF5−D45}
= min
{
32−12,28−4}
= min{
20,24}
= 20
3
LF =
{
LF4−D34}
=
{
20−0}
= 202
LF = min
{
LF3−D23,LF4−D24}
= min
{
20−8,20−4}
= min{
12,16}
= 12
1
LF =
{
LF2−D12}
=
{
12−12}
= 0(37)
Setelah semua nilai ES dan LF sudah dihitung untuk semua node, maka suatu kegiatan
( )
i, j dikatakan terletak pada jalur kritis dan merupakan kegiatan kritis jikalau memenuhi syarat berikut :I. ESi=LFi
II. ESj =LFj
III. ESj −ESi=LFj−LFi=Dij...(2.2)
Dengan menggunakan syarat diatas, ternyata kegiatan atau aktivitas (1,2), (2,3), (3,4), (4,6) dan (6,7) merupakan kegiatan-kegiatan kritis. Ini merupakan waktu yang paling pendek atau paling cepat penyelesaian proyek tersebut, dimana jumlah waktu yang diperlukan
= D12+D23+D34+D46+D67
= 12 + 8 + 0 + 12 + 4 = 36
Yaitu sebesar LF6 yaitu waktu penyelesaian paling akhir atau paling lambat.
Perhatikan : kegiatan (2,4), (4,5) dan (5,6) memenuhi syarat I dan II tetapi tidak memenuhi syarat III, jadi tidak merupakan jalur kritis. Jalur kritis selain memenuhi syarat I, II, dan III juga harus membentang (membentuk mata rantai) dari node awal sampai dengan node yang terakhir.
2.5.2 Metode Simpleks
Metode simpleks untuk penyelesaian persoalan optimasi menggunakan tabel terstruktur pengolahan data dengan algoritma khusus penyusunan tabel-tabel optimasi sebagai penjabaran dari langkah-langkah eliminasi Gauss-Jordan dan subtitusi yang digunakan pada teknik program linear.
Tabel simpleks terdiri dari baris dan kolom yang memuat simbol dan nilai koevisien dari variabel-variabel yang digunakan pada fungsi tujuan dan persamaan-persamaan pembatas seperti tabel dibawah ini.
(38)
Tabel 2.2. Bentuk umum tabel Simpleks
Cj C1 C2 ... Cn
Variabel basis
Harga basis
X1 X2 ... X Jawab
basis
n
XB1 CB1 a11 a12 ... a1n b1
XB2 CB2 a21 a22 ... a2n b2
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . XBm CBm am1 am2 ... amn bm
Cj-Zj C1-Z1 C2-Z2 ... Cn-Zn fm
2.6 Model Linear Programming
Sebagai langkah awal dalam merumuskan model program linier, harus terlebih dahulu ditentukan variabel-variabel keputusan. Penandaan suatu aktivitas dengan angka node awal dan akhirnya, maka suatu aktivitas yang dimulai pada node 1 dan berakhir pada node 2 disebut sebagai aktivitas 1→2. Penandaan seperti ini akan digunakan sebagai penandaan yang sama untuk menentukan variabel-variabel keputusan dari program linear. Untuk aktivitas i→j, waktu untuk kejadian i akan sebesar xi, dan waktu untuk kejadian j akan sebesar xj.
Tujuan dari jaringan proyek adalah untuk menentukan waktu tercepat suatu proyek dapat diselesaikan (waktu garis edar kritis). Waktu garis edar kritis merupakan waktu tercepat kejadian node terakhir. Jika xm adalah waktu tercepat kejadian node terakhir dalam jaringan kerja, ditunjuk pada node m, maka fungsi objektif dapat dinyatakan sebagai :
(39)
Selanjutnya dapat dikembangkan hambatan model tersebut. Pertama, menentukan waktu aktivitas i→j sebagai tij, dimana perbedaan antara waktu kejadian pada node j dan waktu kejadian pada node i harus paling tidak sama dengan waktu aktivitas tij. Sebuah kumpulan hambatan yang menyatakan kondisi
adalah :
ij i
j x t
x − ≥
Model umum program linear untuk perumusan jaringan CPM ini dapat dirangkum sebagai
Minimum Z=xm
Dengan kendala
ij i
j x t
x − ≥ untuk seluruh aktivitas i→j
0 , j≥
i x
x
Diketahui
i
x = waktu kejadian pada node i
j
x = waktu kejadian pada node j
ij
t = waktu aktivitas i→j
m = node terakhir dalam jaringan
Solusi untuk model program linear ini akan mengindikasikan waku tercepat kejadian setiap simpul dalam jaringan serta lamanya waktu proyek tersebut.
2.7 Penentuan Biaya Dalam CPM
Selain CPM dapat digunakan untuk menentukan waktu paling cepat sebuah proyek dapat terselesaikan dan mengidentifikasi waktu kelonggaran (Slack) paling lambat sebuah kegiatan dapat dimulai tanpa menghambat jadwal proyek keseluruhan, metode ini juga mampu melakukan analisis terhadap sumber daya yang dipakai dalam proyek (biaya) agar jadwal yang dihasilkan akan jauh lebih optimal dan ekonomis.
Suatu proyek menggambarkan hubungan antara waktu terhadap biaya. Perlu dicatat bahwa, biaya disini merupakan biaya langsung misalnya biaya tenaga kerja,
(40)
pembelian material dan peralatan) tanpa memasukkan biaya tidak langsung seperti biaya administrasi, dan lain-lain. Adapun istilah-istilah dari hubungan antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
1. Waktu Normal
Adalah waktu yang diperlukan bagi sebuah proyek untuk melakukan rangkaian kegiatan sampai selesai tanpa ada pertimbangan terhadap penggunaan sumber daya.
2. Biaya Normal
Adalah biaya langsung yang dikeluarkan selama penyelesaian kegiatan-kegiatan proyek sesuai dengan waktu normalnya.
3. Waktu Dipercepat
Waktu dipercepat atau lebih dikenal dengan Crash Time adalah waktu paling singkat untuk menyelesaikan seluruh kegiatan yang secara teknis pelaksanaannnya masing mungkin dilakukan. Dalam hal ini penggunaan sumber daya bukan hambatan.
4. Biaya untuk Waktu Dipercepat
Atau Crash Cost merupakan biaya langsung yang dikeluarkan untuk menyelesaikan kegiatan dengan waktu yang dipercepat.
2.8. Waktu Aktivitas Crashing
Waktu yang sudah dicapai dalam penjadwalan suatu proyek merupakan waktu normal. Namun waktu normal ini masih dapat diperpendek lagi guna mencapai waktu penyelesaian yang paling singkat. Usaha untuk memperpendek waktu aktivitas ini disebut Crashing. Untuk mencapai waktu crashing ini biasanya akan menambah sumber daya seperti tenaga kerja dan lembur, sehingga akan memperbanyak biaya proyek. Semakin cepat suatu proyek selesai maka semakin banyak biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Oleh karena penambahan sumber daya dengan aktivitas crashing biasanya menghasilkan tambahan biaya proyek, maka
(41)
perlu mengidentifikasi aktivitas yang paling sedikit biayanya untuk dicrash dan kemudian meng-crash aktivitas itu hanya sejumlah yang diperlukan untuk memenuhi waktu penyelesaian proyek yang diinginkan.
Untuk menentukan dimana dan berapa banyak crash waktu aktivitas, maka diperlukan informasi mengenai berapa banyak setiap aktivitas dapat dicrash dan berapa banyak biaya proses crashing itu.
Untuk mendapatkan informasi ini, maka perlu mengistemasi biaya aktivitas di bawah waktu normal, mengistemasi waktu untuk menyelesaikan aktivitas itu dengan crashing maksimum.
Tujuan pokok untuk mempercepat waktu penyelesaian adalah memperpendek waktu penyelesaian proyek dengan kenaikan biaya yang seminimal mungkin. Proses mempercepat waktu penyelesaian proyek dinamakan Crash Program. Akan tetapi, terdapat batas waktu percepatan (crash time) yaitu suatu batas dimana dilakukan pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan tidak efektif lagi.
Anggaplah tij = waktu normal untuk aktivitas i→ j
ij
tc = waktu untuk aktivitas i→ j dengan crashing masksimum
ij
τ = kemungkinan maksimum pengurangan waktu untuk aktivitas i→ j karena crashing maksimum
Dengan tij dan tcij diketahui, maka τij dapat dihitung sebagai berikut :
ij
τ = tij - tcij...(2.4)
Berikut jika dianggap :
Cij = menyatakan biaya untuk aktivitas i→ j dalam waktu normal.
ij
Cc = menyatakan biaya dengan aktivitas i→ j dengan crashing maksimum.
(42)
Jadi berdasarkan waktu per unit, biaya crashing
( )
Sij untuk setiap aktivitas adalah :ij
S =
ij ij
ij C
Cc
τ −
...(2.5)
Biaya
Waktu A B
Waktu Normal Biaya
Normal
Titik Normal
Biaya untuk waktu dipercepat
Waktu Dipercepat
Titik Dipercepat
Gambar 2.4. Hubungan antara waktu dan biaya pada keadaan normal dan crash
Dengan menggunakan crash schedule, tentu saja biayanya akan jauh lebih besar dibandingkan dengan normal schedule. Dalam crash schedule akan dipilih kegiatan-kegiatan kritis dengan tingkat kemiringan terkecil untuk mempercepat pelaksanaannya. Langkah ini dilakukan sampai seluruh kegiatan mencapai nilai crash time-nya. Perhitungan yang dilakukan untuk menentukan sudut kemiringan (waktu dan biaya suatu kegiatan) atau lebih dikenal dengan slope adalah:
Biaya Dipercepat – Biaya Normal Slope Biaya =
(43)
2.8.1. Crashing Dengan Model Linear Programming
Untuk jaringan yang besar maka diperlukan prosedur matematis untuk menentukan keputusan crashing optimal. Dalam hal ini pemograman linear dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah crashing jaringan. Hal pertama yang dikerjakan dalam menentukan keputusan crashing adalah menentukan variabel-variabel keputusan sebagai berikut :
i
x = waktu terjadinya peristiwa i
j
x = waktu terjadinya peristiwa j
m
x = waktu terjadinya peristiwa paling akhir
( )
mij
t = waktu kegiatan i→ j
ij
tc = waktu crashing maksimum kegiatan i→ j
ij
τ = kemungkinan maksimum pengurangan waktu untuk aktivitas i→ j karena crashing maksimum
Cij = menyatakan biaya untuk aktivitas i→ j dalam waktu normal.
ij
Cc = menyatakan biaya dengan aktivitas i→ j dengan crashing maksimum
j i
S→ = Slope biaya untuk kegiatan i→ j
Dimana
i, j = node (1,2,3,...)
j
i→ = nama kegiatan (A,B,C,...)
Oleh karena tujuan yang terutama adalah memperpendek atau mempersingkat waktu penyelesaian proyek dengan meminimalkan biaya crashing, maka fungsi tujuan program linearnya adalah :
∑
m m m
S
Min τ ...(2.6) Dimana Sij = biaya crash untuk kegiatan i→ j berdasarkan waktu per unit.
(44)
Untuk kendala yang menjelaskan struktur jaringan, dimulai dari event i dengan asumsi bahwa xi=0
Untuk event berikutnya
i A A
j t x
x ≥ −τ +
j B B
k t x
x ≥ −τ +
. . .
1
−
+ −
≥ Z Z m
m t x
x τ
Selanjutnya dengan dengan menggunakan metode simpleks dapat diperoleh jawaban optimalnya.
Kendala untuk model ini mencakup penggambaran jaringan kerja dan pembatasan waktu crash aktivitas. Dari semua ini, kendala yang digunakan untuk menggambarkan jaringan mungkin merupakan kendala yang paling sulit. Kendala kendala itu didasarkan pada persyaratan berikut ini :
1. waktu terjadinya peristiwa i
( )
xi harus lebih besar daripada atau sama dengan waktu penyelesaian aktivitas untuk semua aktivitas yang menuju node atau peristiwa itu.2. waktu awal suatu aktivitas sama dengan waktu terjadinya node atau peristiwa pendahulunya.
3. waktu untuk menyelesaikan satu waktu aktivitas adalah sama dengan waktu normalnya dikurang panjang waktu yang dicrash.
Dengan menambah batasan bahwa xm≥0 maka dapat dicari waktu crashing optimal dengan menggunakan metode simpleks.
Sebagai contoh diambil sebuah jaringan kerja pembangunan sebuah ruko, dimana akan dicari waktu percepatan optimalnya dengan menggunakan metode simpleks.
(45)
Contoh 2
Tabel 2.3. Logika ketergantunganPembangunan Ruko
Kode Nama Kegiatan Waktu
(hari)
Kegiatan yang mendahului
A Pembersihan 7 -
B Dinding 6 -
C Atap 8 A
D Lantai 5 B
E Cat + Keramik 7 C, D
Dengan estimasi biaya pembangunan ruko adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4. Estimasi biaya
Kode Nama kegiatan Waktu normal (hari)
Waktu
crashing max (hari)
Biaya normal Rp. (.000)
Crash cost/hari Rp. (.000)
A Pembersihan 7 3 800 200
B Dinding 6 2 1200 300
C Atap 8 3 500 100
D Lantai 5 2 360 120
E Cat + keramik 7 3 600 150
Penyelesaian:
Berdasarkan Tabel Logika ketergantungan diatas maka dapat digambarkan jaringan kerjanya sebagai berikut :
(46)
1
C
D B
5 4
3 2 A
6
7 8
5
E
15 7
0 0
7 7
15 22
22
6 10
Gambar 2.5. Jaringan kerja pembangunan ruko
(i) Penentuan Jalur Kritis Perhitungan maju - ES1 = 0
- ES2 = maks
(
ES1+DA)
= maks (0 + 7) = 7
- ES3 = maks
(
ES1+DB)
= maks (0 + 8) = 8
- ES4 = maks
(
ES2+DC,ES3+DD)
= maks
(
7+8,6+5)
= maks(
15,11)
= 15- ES5 = maks
(
ES4 +DE)
= maks (15 + 7) = 22
Perhitungan mundur - LF5=ES5=22
- LF4 = min
(
LF5−DE)
= min (22 – 7) = 15
(47)
- LF3 = min
(
LF4 −DD)
= min (15 – 5) = 10
- LF2 = min
(
LF4−DC)
= min (15 – 8) = 7
- LF1 = min
(
LF3 −DB,LF2 −DA)
= min
(
10−6,7−7)
= 0Dengan menggunakan formulasi (2.2) yaitu :
ij i j i
j ES LF LF D
ES − = − =
Maka yang menjadi jalur kritis pada jaringan kerja pembangunan ruko adalah : A – C – E
1
C
D B
5 4
3 2 A
6
7 8
5
E
15 7
0 0
7 7
15 22
22
6 10
Gambar. 2.6. Jalur kritis Pembangunan ruko
(ii) Penentuan Biaya Crashing Optimum dengan menggunakan pendekatan Program Linear.
Data dari tabel dan gambar yang dilengkapi dengan informasi waktu penyelesaian, dapat digunakan untuk memformulasikan model linear programming.
Jika xi adalah waktu yang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan event - i, dan τj adalah waktu percepatan yang dapat dilakukan pada aktivitas j, maka untuk proyek pada contoh diatas dapat diformulasikan :
(48)
Min Z = 200.000 τA + 300.000 τB + 100.000 τC + 120.000 τD + 150.000 τE Dengan kendala time crash dan time normal selisih kendala E D C B A ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ 3 2 3 2 3 τ τ τ τ τ 13 6≤
x → kendala batas waktu percepatan
Untuk kendala yang menjelaskan struktur jaringan, dimulai dari event -1 dengan asumsi bahwa x1=0
Untuk event – 2 :
2 x ≥ A aktivitas normal waktu - ) percepatan (waktu A τ +
(
x 0)
A aktivitas untuk awal Waktu 0 1= 2x ≥ 7 - τA + 0 atau x2+ τA-x1 ≥ 7 Untuk event – 3 :
3
x ≥6−τB+0 atau x3+τB−x1≥6
Untuk event – 4, dibutuhkan dua kendala, yaitu jalur aktivitas C dan jalur aktivitas D :
4
x ≥8−τC +x2 atau x4+τC−x2≥8
4
x ≥5−τD+x3 atau x4+τD−x3≥5 Untuk event – 5 :
5
x ≥7−τE +x4 atau x5+τE −x4≥7
Dengan menambah batasan x1,x2,x3,x4,x5≥0, maka dengan menggunakan metode simpleks waktu yang optimal untuk percepatan akan didapat.
(49)
Tabel 2.5. Tabel Simpleks pertama (pendahuluan)
A
τ τB τC τD τE x1 x2 x3 x4 x5 s1 s2 s3 s4 s5 s6 A7 s8 A8 s9 A9 s10 A10 s11 A11 s12 A12 s13 s14 s15 s16 s17
Sol .
basis
C(j) 200 300 100 120 150 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
s 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
2
s 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
3
s 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
4
s 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
5
s 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
6
s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
7
A M 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8
A M 1 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
9
A M 0 1 0 0 0 -1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
10
A M 0 0 1 0 0 0 -1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
11
A M 0 0 0 1 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 5
12
A M 0 0 0 0 1 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 7
13
s 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
14
s 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
15
s 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
16
s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
17
s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 C(j) – Z(j) 200 300 100 120 150 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(50)
Tabel 2.6. Tabel Simpleks kedua
A
τ τB τC τD τE x1 x2 x3 x4 x5 s1 s2 s3 s4 s5 s6 A7 s8 A8 s9 A9 s10 A10 s11 A11 s12 A12 s13 s14 s15 s16 s17
basis
C(j) 200 300 100 120 150 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sol. Ras.
1
s 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 M
2
s 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 M
3
s 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 M
4
s 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 M
5
s 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 M
6
s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 M
7
A M 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 M
8
A M 1 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 M
9
A M 0 1 0 0 0 -1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 M
10
A M 0 0 1 0 0 0 -1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 8
11
A M 0 0 0 1 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 5 5
12
A M 0 0 0 0 1 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 7 0
13
s 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 M
14
s 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 M
15
s 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 M
16
s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
17
s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 M C(j) – Z(j) 200 300 100 120 150 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
M -1 -1 -1 -1 -1 1 0 0 -1 -1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 33
Masuk : 4
x ; keluar 11
(51)
Tabel 2.7. Tabel Simpleks ketiga
A
τ τB τC τD τE x1 x2 x3 x4 x5 s1 s2 s3 s4 s5 s6 A7 s8 A8 s9 A9 s10 A10 s11 A11 s12 A12 s13 s14 s15 s16 s17
basis
C(j) 200 300 100 120 150 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sol. Ras.
1
s 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 M
2
s 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 M
3
s 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 M
4
s 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 M
5
s 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 M
6
s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 M
7
A M 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 M
8
A M 1 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 M
9
A M 0 1 0 0 0 -1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 6
10
A M 0 0 1 -1 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3
4
x 0 0 0 0 1 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 -1 0 0 0 0 0 0 0 5 5
12
A M 0 0 0 1 1 0 0 -1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 -1 1 0 0 0 0 0 12 0
13
s 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 M
14
s 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 M
15
s 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 M
16
s 0 0 0 0 1 0 0 0 -1 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 1 0 5 0
17
s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 M C(j) – Z(j) 200 300 100 120 150 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
M -1 -1 -1 0 -1 1 0 -1 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 28
Masuk : 3
x ; keluar 10
(1)
Mei 08 Pasang mall balok + Pasang batu bata + Ikat besi Lantai 2 Mei 09 Pasang mall balok + Pasang batu bata + Ikat besi Lantai 2 Mei 10 Pasang mall balok + Pasang mall lantai
Mei 11 Libur
Mei 12 Pasang mall balok + Pasang mall lantai
Mei 13 Pasang mall balok + Pasang mall lantai + Ikat besi lantai 2 Mei 14 Pasang mall balok + Pasang mall lantai + Ikat besi lantai 2 Mei 15 Pasang mall balok + Pasang mall lantai + Ikat besi lantai 2 Mei 16 Pasang mall balok + Pasang mall lantai + Ikat besi lantai 2 Mei 17 Buat mall kolom + ikat besi lantai 2
Mei 18 Libur
Mei 19 Ikat besi lantai 2
Mei 20 Buat mall kolom + ikat besi lantai 2 Mei 21 Buat mall kolom + ikat besi lantai 2 Mei 22 Ikat besi lantai 2
Mei 23 Ikat besi lantai 2 Mei 24 Ikat besi lantai 2 Mei 25 Ikat besi lantai 2
Mei 26 Ngecor + ikat besi (Pengecoran plat lantai + Balok) Mei 27 Ikat besi + Buat mall kolom
Mei 28 Cor tiang + Ikat besi + Buat mall kolom Mei 29 Cor tiang + Ikat besi + Buat mall kolom Mei 30 Cor tiang + Ikat besi + Buat mall kolom Mei 31 Cor tiang + Ikat besi + Buat mall kolom Juni 01 Libur
Juni 02 Cor tiang + Ikat besi + Buat mall kolom Juni 03 Cor tiang + Ikat besi + Buat mall kolom Juni 04 Cor tiang + Ikat besi + Buat mall kolom Juni 05 Cor tiang + Ikat besi + Buat mall kolom Juni 06 Cor tiang + Ikat besi + Buat mall kolom
Juni 07 Ikat besi + Buat mall kolom + pasang mall kolom Juni 08 Libur
Juni 09 Ikat besi + Buat mall kolom + pasang mall kolom
Juni 10 Ikat besi + Buat mall kolom + pasang mall kolom + Pembersihan Juni 11 Ikat besi + Buat mall kolom + pasang mall kolom + Pembersihan Juni 12 Ikat besi + Buat mall kolom + pasang mall kolom + Pembersihan Juni 13 Ikat besi + Buat mall kolom + pasang mall kolom + Pembersihan Juni 14 Ikat besi + Buat mall kolom + pasang mall kolom + Pembersihan Juni 15 Libur
Juni 16 Ikat besi + Pasng mall kolom + Pasang batu bata + Menimbun Juni 17 Ikat besi + Pasng mall kolom + Pasang batu bata + Menimbun Juni 18 Ikat besi + Pasng mall kolom + Pasang batu bata + Menimbun
Juni 19 Ikat besi + Pasng mall kolom + Pasang batu bata + Menimbun + Pembersihan Juni 20 Pengecoran Lantai 2 + Ikat besi
Juni 21 Ikat besi + Pasang batu bata + Pasang kusen Juni 22 Libur
Juni 23 Ikat besi + Pasang batu bata + Pasang kusen + Buat jalan Juni 24 Ikat besi + Pasang batu bata + Pasang kusen + Buat jalan
(2)
Juni 25 Ikat besi + Pasang batu bata + Pasang kusen + Buat jalan + Cor tiang Juni 26 Ikat besi + Pasang batu bata + Pasang kusen + Buat jalan + Cor tiang Juni 27 Ikat besi + Pasang batu bata + Pasang kusen + Buat jalan + Cor tiang Juni 28 Ikat besi + Pasang batu bata + Pasang kusen + Buat jalan + Cor tiang Juni 29 Ikat besi + Cor tiang
Juni 30 Ikat besi + Pasang batu bata + buat jalan + Cor tiang + Potong pohon Ramb Juli 01 Ikat besi + Pasang batu bata + buat jalan + Cor tiang + Plester
Juli 02 Ikat besi + Pasang batu bata + buat jalan + Cor tiang + Plester Juli 03 Ikat besi + Pasang batu bata + buat jalan + Cor tiang + Plester
Juli 04 Ikat besi + Pasang batu bata + buat jalan + Cor tiang + Plester + Pasang gypsum Juli 05 Ikat besi + Pasang batu bata + buat jalan + Cor tiang + Plester + Pasang gypsum Juli 06 Pasang batu bata + Cor tiang + Plester
Juli 07 Pasang batu bata + Cor tiang + Plester + Gypsum
Juli 08 Pasang batu bata + Buat jalan + Plester + Gypsum + Timbun Juli 09 Pasang batu bata + Buat jalan + Plester + Gypsum + Timbun Juli 10 Pasang batu bata + Plester + Gypsum + Timbun
Juli 11 Pasang batu bata + Plester + Gypsum + Timbun + kusen
Juli 12 Pasang batu bata + Plester + Gypsum + Timbun + kusen + pasang keramik Juli 13 Pasang batu bata + Plester + Gypsum + Timbun + kusen + pasang keramik Juli 14 Pasang batu bata + Plester + Gypsum + Timbun + Ikat besi + pasang keramik Juli 15 Pasang batu bata + Plester + Gypsum + Timbun + Ikat besi + pasang keramik Juli 16 Pasang batu bata + Plester + Gypsum + Timbun + Ikat besi + pasang keramik Juli 17 Pasang batu bata + Plester + Gypsum + Timbun + Ikat besi + pasang keramik Juli 18 Pasang batu bata + Plester + Gypsum + Pasang keramik + ikat besi + AC + Listrik Juli 19 Pasang batu bata + Plester + Ikat besi
Juli 20 Libur
Juli 21 Pasang batu bata + Plester + Ikat besi + Timbun + Pasang pintu + Cat + pasang keramik Juli 22 Pasang batu bata + Plester + Ikat besi + Timbun + Pasang pintu + Cat + pasang keramik Juli 23 Pasang batu bata + Plester + Ikat besi + Timbun + Pasang pintu + Cat + pasang keramik Juli 24 Pasang batu bata + Plester + Ikat besi + Timbun + Pasang pintu + Cat + pasang keramik Juli 25 Pasang batu bata + ikat besi + Cat + Pasang keramik + AC + Listrik
Juli 26 Pasang batu bata + Ikat besi + Cat + Pasang keramik + Listrik + Engsel pintu Juli 27 Libur
Juli 28 Pasang batu bata + Plester + Ikat besi + Pasang pintu + Cat + keramik+ Listrik + Engsel pintu + AC
Juli 29 Pasang batu bata + Plester + Ikat besi + Pasang pintu + Cat + keramik+ Listrik + Engsel pintu + AC
Juli 30 Pasang batu bata + Plester + Ikat besi + Pasang pintu + Cat + keramik+ Listrik + Engsel pintu + AC
Juli 31 Pasang batu bata + Plester + Ikat besi + Pasang pintu + Cat + keramik+ Listrik + Engsel pintu + AC
Agustus 01 Pasang batu bata + Plester + Ikat besi + Pasang pintu + Cat + keramik+ Listrik + Engsel pintu + AC
Agustus 02 Pasang batu bata + Plester + Ikat besi + Pasang pintu + Cat + keramik+ Listrik + Engsel pintu + AC
Agustus 03 Libur
Agustus 04 Pasang batu bata + Plester + Ikat besi + Pasang pintu + Cat + keramik+ Listrik + Engsel pintu + AC
(3)
Agustus 06 Mall Atap + Cor Atap + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 07 Mall Atap + Cor Atap + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 08 Mall Atap + Cor Atap + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 09 Mall Atap + Cor Atap + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 10 Libur
Agustus 11 Mall Atap + Cor Atap + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 12 Mall Atap + Cor Atap + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 13 Mall Atap + Cor Atap + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 14 Mall Atap + Cor Atap + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 15 Mall Atap + Cor Atap + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 16 Mall Atap + Cor Atap + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 17 Libur
Agustus 18 Cor Atap + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 19 Cor Atap + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 20 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik
Agustus 21 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 22 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik
Agustus 23 Pasang Batu bata + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 24 Libur
Agustus 25 Pasang Batu bata + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 26 Pasang Batu bata + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 27 Pasang Batu bata + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 28 Pasang Batu bata + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 29 Pasang Batu bata + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 30 Pasang Batu bata + Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Agustus 31 Libur
Sept 01 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Sept 02 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Sept 03 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Sept 04 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Sept 05 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Sept 06 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Sept 07 Libur
Sept 08 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Sept 09 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Sept 10 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Sept 11 Pasang keramik + Plester + Cat + Listrik Sept 12
(4)
(5)
RENCANA ANGGARAN BIAYA
PEMBANGUNAN GEDUNG F. ILKOM STMIK NEUMANN (Perguruan Tinggi GBKP)
No. Uraian Sat. Vol Sat.Upah Sat.Bahan Upah
A Persiapan
- Test Tanah ls
1,0 5.500.000 5.500.000
- IMB ls -
- Gudang, dll ls
1,0
5.000.000 10.000.000
5.000.000
B Clearing + Bowplank ls
1,0 1.000.000 2.000.000 1.000.000
- Galian m3
197,0 24.500 4.826.500
- Urugan m3
65,0 8.288 96.000 538.688 620,0 8.288 96.000 5.138.250
C Pondasi
1 Pondasi Telapak m3
22,3 260.363 1.425.850 5.811.291
2 Pasangan Batu Kali m3
58,5 151.875 339.640 8.884.688
3 Sloof 0.4 x 0.30 m3
46,1 260.363 1.425.850 11.997.504
D Kolom dan Balok
1 Kolom Lantai I - III m3
92,2 260.363 1.425.850 23.995.008 2
Balok Utama Arah 28 Lantai I -
III m3
88,2 260.363 1.425.850 22.963.973 3
Balok Utama Arah 27 Lantai I -
III m3
155,5 260.363 1.425.850 40.491.576 4 Balok Anak Arah 28 Lantai I - III m3
21,0 260.363 1.425.850 5.467.613
E Struktur Lantai
1 Plat Lantai Utama m3
317,5 260.363 1.425.850 82.670.301
2 Plat Lantai Overhang m3
6,3 260.363 1.425.850 1.640.284
F Bekesting m2 1.063,2 18.180 240.000 19.328.976
G Dinding
1 Dinding Lantai I m2
786,8 18.631 45.227 14.659.068
2 Dinding Lantai II m2
873,6 18.631 45.227 16.276.260
3 Dinding Lantai III m2
736,4 18.631 45.227 13.720.053
4 Plesteran + Aci Lantai I m2 1.573,6
19.360 8.281 30.464.896
5 Plesteran + Aci Lantai I m2 1.747,2
19.360 8.281 33.825.792
6 Plesteran + Aci Lantai III m2 1.472,8
19.360 8.281 28.513.408
(6)
H Keramik
1 Lantai I - III m2 2.313,0
12.585 73.290 29.109.105
2 KM / WC m2
153,0 12.585 73.290 1.925.505 I
Pintu , Jendela dan
Accecories
- Lantai I
1 Pintu Utama unit
2,0 1.075.000 3.225.000 2.150.000
2 Pintu Samping unit
2,0 181.211 543.633 362.422
3 Pintu Ruangan unit
9,0 217.557 652.670 1.958.013
4 Pintu Kantin unit
1,0 236.307 708.920 236.307
5 Pintu KM / WC unit
2,0 130.057 390.170 260.114
6 Jendela unit
54,0 153.635 460.904 8.296.290 7
Kaca R. F.Copy, Jurusan &
Dosen unit
4,0 118.750 356.250 475.000
8 Kaca Ruang Administrasi unit
1,0 183.750 551.250 183.750
9 Kaca Lobby unit
1,0 1.357.000 4.125.000 1.357.000
10 Jendela KM / WC unit
2,0 68.750 206.250 137.500
- Lantai II
11 Pintu Ruangan unit
16,0 217.557 652.670 3.480.912
12 Pintu KM / WC unit
2,0 130.057 390.170 260.114
13 Jendela unit
57,0 153.635 460.904 8.757.195
14 Kaca Ruangan unit
9,0 183.750 551.250 1.653.750
15 Jendela KM / WC unit
2,0 68.750 206.250 137.500
- Lantai III
16 Pintu Ruangan unit
16,0 217.557 652.670 3.480.912
17 Pintu Ruang Serba Guna unit
2,0 236.307 708.920 472.614
18 Pintu KM / WC unit
2,0 130.057 390.170 260.114
19 Jendela unit
57,0 153.635 460.904 8.757.195
20 Kaca Ruangan unit
9,0 183.750 551.250 1.653.750
21 Jendela KM / WC unit
2,0 68.750 206.250 137.500 22 - Kaca Depan Tengah Lt. II - III ls
1,0
3.500.000 10.500.000 3.500.000
23 - Accessories KM/WC set
6,0 200.000 600.000 1.200.000
J Pengecatan
1 Pengecatan Dinding m2 1.573,6
7.000 12.000 11.015.200
2 Pengecatan Plafond m2 2.313,0
7.500 12.000 17.347.500 K
Mekanikal - Elektrikan
(Standard) ls
1,0
20.000.000 15.000.000 20.000.000
Sub Total I + Sub Total II